Alat dan Bahan .1 Alat-alat Hewan Percobaan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu penyiapan sampel, pembuatan larutan pereaksi, skrining fitokimia, karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak etanol rimpang lengkuas merah, penyiapan hewan uji, pengujian efek antimutagenik pada mencit, dan pengolahan data. Data hasil penelitian dianalisis secara ANOVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey meggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 18. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, blender, lemari pengering, oven listrik, neraca digital, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, desikator, stopwatch, mortir dan stamfer, rotary evaporator, freeze dryer, neraca hewan, spuit ukuran 1 ml, oral sonde, alat bedah, mikroskop, sentrifugator, politube, mikrotube, kamera digital MDCE-5A dan papan fibrasi mencit. 3.1.2 Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah yaitu rimpang lengkuas merah, monosodium glutamat, makanan hewan berupa pelet, dan bahan kimia berkualitas pro analisis seperti, asam asetat anhidrat, asam klorida pekat, asam Universitas Sumatera Utara nitrat, asam sulfat pekat, besi III klorida, bismut nitrat, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloroform, kloralhidrat, larutan giemsa, merkuri II klorida, metanol, natrium hidroksida, serbuk magnesium, serbuk seng, timbal II asetat, toluena, n-heksan dan α-naftol, eter minyak tanah, heparin, Air suling, etanol 96, etil asetat, carboxy metil cellulosa CMC, minyak immersi, HCL 2N, serum darah sapi.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan dengan berat 25-35 gram berumur 2-3 bulan. Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit dipelihara terlebih dahulu selama kurang lebih satu minggu untuk penyesuaian lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat badan serta menyeragamkan makanannya Kusmardi dan Enif, 2007. 3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.3.1 Pereaksi mayer Sebanyak 5 g kalium iodida dalam 10 ml air suling kemudian ditambahkan larutan 1,36 g merkuri II klorida dalam 60 ml air suling. Larutan dikocok dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.2 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 8 g bismut nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml kemudian dicampur dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g dalam 50 ml air suling. Campuran didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih Universitas Sumatera Utara diambil dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.3 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam 20 ml air suling kemudian ditambah 2 g iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah air suling hingga100 ml Ditjen POM, 1995. 3.3.4 Pereaksi Molish Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.5 Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 2 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat Harborne, 1987.

3.3.6 Pereaksi besi III klorida 1

Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml kemudian disaring Ditjen POM, 1995.

3.3.7 Pereaksi timbal II asetat

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1979.

3.3.9 Pereaksi asam klorida 2 N

Universitas Sumatera Utara Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml Ditjen POM, 1979.

3.4 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel, dan pengolahan sampel.

3.4.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan sampel yang sama dari daerah lain. Sampel diperoleh dari Pasar Tradisional Pasar sore padang bulan, Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.4.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara.

3.4.3 Pengolahan sampel

Sampel rimpang lengkuas merah dicuci kemudian ditiriskan dan ditimbang beratnya sebagai berat basah. Selanjutnya rimpang dirajang, lalu dikeringkan hingga kering ditandai rimpang mudah dipatahkan, kemudian ditimbang lagi sebagai berat kering, kemudian diblender dan ditimbang sebagai berat serbuk simplisia. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi etiket dan disimpan di tempat yang kering.

3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam Universitas Sumatera Utara air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam Ditjen POM, 1995; WHO, 1998.

3.5.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar yang meliputi pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna.

3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan kloralhidrat di atas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya butir pati dilakukan di dalam media air. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya minyak atsiri dilakukan dengan penambahan sudan III.

3.5.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima. Cara penetapan: Pada labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluena didinginkan dan volume air di dalam tabung penerimaan dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur, lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan Universitas Sumatera Utara penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah 2 jam didestilasi, kemudian toluen dibiarkan dingin, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998.

3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dengan etanol 96 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C Universitas Sumatera Utara sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan di udara Ditjen POM, 1995. 3.6 Pemeriksaan Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia 3.6.1 Pemeriksaan alkaloid Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya dimasukkan 0,5 filtrat. Pada masing-masing reaksi: Universitas Sumatera Utara a. Ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning b. Ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam c. Ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga Alkaloid dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.

3.6.2 Pemeriksaan flavonoid

Larutan Percobaan: Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40 o C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara Percobaan: a. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asam klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid glikosida-3-flavonol. b. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam Universitas Sumatera Utara klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoid Ditjen POM, 1995.

3.6.3 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.

3.6.4 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995.

3.6.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi Universitas Sumatera Utara 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.6.6 Pemeriksaan steroid-triterpenoid

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroid-triterpenoid Harborne, 1987. 3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah EERLM Pembuatan ekstrak etanol rimpang lengkuas merah dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96. Menurut Ditjen POM, 1979 caranya: Sebanyak 958,84 g 10 bagian serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana, dituangi dengan 7,2 liter 75 bagian etanol, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk, diserkai. Ampas dicuci dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 9,6 liter 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Saring. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40 o C sampai diperoleh ekstrak kental.

3.8 Pengujian Efek Antimutagenik

Pengujian efek antimutagenik meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan suspensi CMC 1, penyiapan suspensi ekstrak rimpang lengkuas merah, penyiapan makanan hewan berupa pelet, penyiapan serum darah sapi, Universitas Sumatera Utara pengujian pada mencit, pembuatan preparat apusan sumsum tulang femur dan pengamatan apusan pada mikroskop.

3.8.1 Penyiapan hewan percobaan

Hewan yang digunakan adalah mencit dengan berat 25-35 g dibagi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit dipelihara terlebih dahulu selama kurang lebih satu minggu untuk menyesuaikan lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat badan serta menyeragamkan makanannya Kusmardi dan Enif, 2007.

3.8.2 Penyiapan suspensi CMC 1

Pembuatan suspensi CMC 1 bv dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 20 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh masa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah air suling sampai batas tanda.

3.8.3 Penyiapan suspensi ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah EERLM

Pembuatan suspensi EERLM dilakukan dengan cara berikut: sebanyak 3 g EERLM dimasukkan kedalam lumpang. Ditambahakn CMC 1, kemudian digerus sampai homgen. Dituangkan kedalam labu tentukur 100 ml, dan dicukupkan sampai batas tanda. Maka diperoleh suspensi EERLM 3. Universitas Sumatera Utara

3.8.4 Penyiapan larutan monosodium glutamat MSG 20

Pembuatan larutan MSG dilakukan dengan cara sebagai berikut: ditimbang 20 g MSG kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan aquadest sampai batas tanda.

3.8.5 Pembuatan serum darah sapi SDS

Serum diperoleh dari darah sapi segar. Darah ditampung langsung menggunakan vakum tube saat penyembelihan hewan. Vakum tube ditutup dan didiamkan lebih kurang 30 menit, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Diambil cairan yang berwarna bening kekuning-kuningan bagian atas yang merupakan serumnya.

3.8.6 Pengujian aktivitas antimutagenik pada mencit penelitian

Pengujian aktivitas antimutagenik dilakukan dengan cara uji mikronukleus dengan modifikasi. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor hewan percobaan. Kelompok tersebut adalah: Kelompok I: Kontrol normal, diberikan suspensi CMC 5 mgmencit secara oral, selama 21 hari. Kelompok II: Kontrol positif, diinduksi dengan MSG monosodium glutamat dengan dosis 5460 mgkg BB selama 14 hari secara intraperitonial dan hari kelimabelas diberikan suspensi CMC 5 mgmencit secara oral selama tujuh hari. Kelompok III: Perlakuan, diinduksi dengan MSG monosodium glutamat dengan dosis 5460 mgkg BB selama 14 hari secara Universitas Sumatera Utara intraperitonial dan hari kelimabelas diberikan suspensi EERLM dengan dosis 200 mgkg BB secara oral selama tujuh hari. Kelompok IV : Perlakuan, diinduksi dengan MSG monosodium glutamat dengan dosis 5460 mgkg BB selama 14 hari secara intraperitonial dan hari kelimabelas diberikan suspensi EERLM dengan dosis 400 mgkg BB secara oral selama tujuh hari. Kelompok V : Perlakuan, diinduksi dengan MSG monosodium glutamat dengan dosis 5460 mgkg BB selama 14 hari secara intraperitonial dan hari kelimabelas diberikan suspensi EERLM dengan dosis 800 mgkg BB secara oral selama tujuh hari. Hari ke 22 pemberian EERLM, semua mencit penelitian dibunuh dengan cara dislokasi leher dan diambil sumsum tulang femurnya dengan cara diaspirasi menggunakan spuit yang berisi SDS sebanyak 0,3 ml dan ditampung di dalam mikrotube.

3.8.7 Pembuatan preparat apusan sumsum tulang femur

Campuran sumsum tulang dan SDS dalam mikrotub diputar di- sintrifuge dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, kemudian supernatannya dibuang. Endapannya disuspensikan kembali dengan dua tetes SDS, kemudian satu tetes suspensi sel diambil dan diletakkan ke atas objek glas, dengan menggunakan objek glas yang lain, sel dihapuskan menjadi preparat apusan. Kemudian slide dikeringkan, difiksasi dengan metanol selama 10 menit. Kemudian diberikan pewarna giemsa dibiarkan 30 menit, dibuang Universitas Sumatera Utara zat warna dengan dibilas dengan air yang mengalir kemudian apusan dikeringkan Khrisna, 2000; Sofyan, 2005.

3.8.8 Pengamatan apusan

Data pengamatan masing-masing hewan harus dipresentasikan dalam bentuk tabel. Jumlah eritrosit polikromatik bermikronukleus maupun tidak bermikronukleus dihitung paling tidak sebanyak 200 sel dalam penelitian ini dihitung 200 sel EPA, 1998. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 × 100 dengan bantuan minyak immersi Khrisna, 2000; Sofyan, 2005.

3.9 Analisis Data

Data hasil penellitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 18. Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan nilai signifikansi, p 0,05 dianggap signifikan. Kemudian dilakukan uji lanjutan Post Hoc Tukey untuk mengetahui melihat perbedaan jumlah rata-rata kritis mikronukleus antar kelompok perlakuan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Tumbuhan yang diteliti telah diidentifikasi di Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan yaitu Alpinia purpurata K.schum. Surat hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 51.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan makroskopik, rimpang tumbuhan lengkuas merah dicirikan dengan rimpang yang agak kecil, irisan rimpang berwarna kuning dengan tepi berwarna merah, berserat kasar, berbau aromatik, serta berasa sangat tajam. Diameter kira-kira 2 cm. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 53. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rimpang tanaman lengkuas merah adalah bentuk agak pipih, bagian luar berwarna coklat kemerahan, bagian dalam berwarna putih kecoklatan. Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari irisan rimpang, berkerut dan keras. Diameter kira-kira 1 cm. Gambar dapaat dilihat pada Lampiran 3, halaman 53. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rimpang tanaman lengkuas merah adalah terdapat fragmen pati berbentuk lonjong atau bulat telur, sel parenkim berisi tetesan minyak atsiri, jaringan gabus serat dan pembuluh kayu. Gambar pengamatan mikroskopik simplisia rimpang lengkuas merah dapat dilihat pada Gambar 4.1 Universitas Sumatera Utara