Kontekstual Contextual Teaching and Learning

28 Buku Guru Kelas III SD

G. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan, atau algoritma. Langkahnya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, peserta didik berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, peserta didik mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. Misalnya: Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam materi perilaku berlandaskan kebajikan, dimana peserta didik diberikan suatu masalah atau konflik yang menjadikan peserta didik seakan berada dalam konflik tersebut yang pada akhirnya mereka mencari penyelesaian sampai didapatlah sebuah kesimpulan atau pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi perilaku berkebajikan.

H. Problem Posing

Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami. Langkahnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, meminimalisasi tulisan-hitungan, cari alternatif, menyusun soal-pertanyaan. Misalnya: Pada pembelajaran pendidikan Agama Khonghucu model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam kegiatan penugasan, dimana peserta didik didorong kemampuannya untuk menyusun pertanyaan dari materi yang telah diberikan, agar kekayaan materi dapat bervariasi melalui pembuatan soal.

I. Probing Prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara pendidik menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengkaitkan pengetahuan setiap peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi 29 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk peserta didik secara acak sehingga setiap peserta didik mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, peserta didik tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, pendidik hendaknya mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban peserta didik yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

J. Pembelajaran Bersiklus Cycle Learning

Ramsey 1993 mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi deskripsi, kemudian eksplanasi empiris, dan diakhiri dengan aplikasi aduktif. Eksplorasi berarti menggali pengetahuan dasar, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

K. Reciprocal Learning

Weinstein Meyer 1998 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana peserta didik belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik 1999 mengemukakan bahwa belajar efektif dengan cara membaca, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer 1999 mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca- merangkum.

L. SAVI Somatic Auditory Visualization on intellectually

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic