Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS
FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI
DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR

PRATIWI RAHMA AYU

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola
Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di
Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Pratiwi Rahma Ayu
NIM I14114023

__________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
PRATIWI RAHMA AYU. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik
Anak Sekolah Dasar dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan
Bogor. Dibimbing oleh FAIZAL ANWAR dan SRI ANNA MARLIYATI.
Prevalensi obesitas terus meningkat termasuk pada masa anak-anak, tidak
hanya di perkotaan (10.4%) tetapi juga di perdesaan (8.1%). Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik
anak sekolah dasar dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan
Bogor. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Contoh merupakan 60
anak kelas 4 dan 5 di SDN Polisi 5 dan SDN Babakan Dramaga 4 yang

mempunyai status gizi overweight dan obes, serta dalam keadaan sehat. Data yang
diambil antara lain karakteristik anak dan keluarga, pola konsumsi serta aktivitas
fisik. Rata-rata z-score (IMT/U), asupan energi, protein dan lemak di perkotaan
lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, sedangkan asupan karbohidrat di
perkotaan lebih kecil dibandingkan perdesaan. Sebagian besar aktivitas fisik di
perkotaan dan perdesaan dalam kategori ringan. Pendapatan keluarga, umur orang
tua serta besar uang saku anak di perkotaan lebih tinggi secara nyata dibandingkan
di perdesaan (p0.05),
tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara besar uang saku anak di
perkotaan dan perdesaan (p0.05). Sebagian besar
pendidikan ayah dan ibu di perkotaan yaitu tamat perguruan tinggi, sedangkan di
perdesaan yaitu tamat SMA. Sebagian besar pekerjaan ayah di perkotaan sebagai
pegawai swasta (43.3%), sedangkan di perdesaan sebagai wiraswasta (40%). Baik
di perkotaan dan perdesaan ibu tidak bekerja. Pendapatan keluarga perkotaan
lebih besar dibandingkan perdesaan. Rata-rata pendapatan keluarga di perkotaan
yaitu Rp. 5.094.000 dan di perdesaan yaitu Rp. 3.251.300. Terdapat perbedaan
signifikan antara pendapatan orang tua anak di perkotaan dan perdesaan (00.05).

Sebagian besar di perkotaan dan perdesaan makan 3 kali dalam sehari yaitu
sama-sama 70%. Baik di perkotaan dan perdesaan sebagian besar contoh selalu

sarapan yaitu 60% di perkotaan dan 66.7% di perdesaan. Terdapat 20% anak tidak
terbiasa sarapan baik di perkotaan maupun perdesaan. Nasi merupakan jenis
makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh anak di kedua SD. Pangan
hewani yang paling banyak dikonsumsi yaitu daging ayam, telur dan ikan segar,
sedangkan pangan nabati yang paling sering dikonsumsi yaitu tahu dan tempe.
Sayur yang paling sering dikonsumsi oleh anak di perdesaan dan perkotaan yaitu
bayam dan kangkung. Buah yang paling sering dikonsumsi pada kedua SD yaitu
jeruk dan pisang. Frekuensi konsumsi susu sebagian besar yaitu 0.05).
Asupan rata-rata energi contoh di perkotaan yaitu 2016±395 kkal/kap/hari
sedangkan di perdesaan lebih kecil (1904±352 kkal/kap/hari). Asupan rata-rata
protein protein perkotaan yaitu 55.2±14.1 g/kap/hari dan di perdesaan 51.0±13.2
g/kap/hari. Untuk asupan lemak di perkotaan sebesar 72.2±16.2 g/kap/hari dan
perdesaan sebesar 67.2±19.3 g/kap/hari. Rata-rata asupan karbohidrat di perkotaan
lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan yaitu berturut-turut 339.0±128.0
g/kap/hari dan 358.0±169.6 g/kap/hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat di perkotaan dan perdesaan
(p>0.05).
Rata-rata nilai PAL anak yaitu 1.41±0.15 dengan kisaran antara 1.21 sampai
1.81. Di perkotaan rata-rata nilai PAL yaitu 1.42±0.16, dengan nilai PAL tertinggi
1.80 dan terendah 1.21. Rata-rata nilai PAL di perdesaan lebih rendah

dibandingkan dengan perkotaan yaitu 1.40±0.14, dengan kisaran nilai PAL antara
1.26 sampai 1.81. Aktivitas fisik contoh diukur berdasarkan PAL. Sebagian besar
PAL contoh masuk dalam kategori ringan, yaitu 86.7% di perkotaan dan 96.7% di
perdesaan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik anak
SD di daerah perkotaan dan perdesaan (p>0.05).
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan (p0.05)
antara pendapatan keluarga dan status gizi ayah dengan status gizi lebih, tetapi
terdapat hubungan yang signifikan (p0.05)
yang signifikan antara frekuensi makan dan kebiasaan sarapan dengan status gizi
lebih. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
(p0.05) antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih.

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS
FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI
DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR

PRATIWI RAHMA AYU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul

Nama
NRP

Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah
dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor
Pratiwi Rahma Ayu
114114023


Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir. Faizal Anwar, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

o 7 OCT 2013

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS
Pembimbing II

Judul
Nama
NIM

: Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah
dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor
: Pratiwi Rahma Ayu
: I14114023


Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS
Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Faizal Anwar, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

1

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi terutama gizi kurang pada
anak-anak, tetapi di sisi lain dihadapkan dengan adanya masalah gizi lebih yang
terjadi pada masyarakat termasuk pada anak usia sekolah. Berbagai data
menunjukan kecenderungan prevalensi obes yang terus meningkat setiap tahunnya
baik di negara maju maupun negara berkembang (Akhmadi 2009).
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di
tubuh yang berlebihan pada seseorang. Obesitas disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (Jahari 2004). Obesitas pada masa anak
dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu juga
berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan
gangguan metabolisme glukosa serta penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Obesitas pada anak usia 6-7
tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas
anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Sjarif
2004).
Berdasarkan data hasil laporan World Health Organization (WHO)
prevalensi kelebihan berat badan dan obes tahun 1980 sampai 2005 di kalangan
anak-anak usia sekolah telah mengalami peningkatan hampir disetiap negara

(Wang 2006). Prevalensi berat badan lebih dan obes anak di dunia pada tahun
1990 yaitu sebesar 4.2% meningkat menjadi 6.7% pada tahun 2010. Di Afrika
prevalensi berat badan lebih dan obes pada anak tahun 2010 yaitu 8.5% (Onis et
al. 2010). Penelitian di Cina, kurang lebih 10% anak sekolah mengalami obesitas,
sedangkan di Jepang prevalensi obes pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5
sampai 11% (Rosita et al. 2011).
Prevalensi berat badan lebih di Indonesia pada anak laki-laki usia 6-14
tahun sebesar 9.5% dan perempuan 6.4% (Riskesdas 2007). Hasil RISKESDAS
tahun 2010 menunjukan prevalensi overweight dan obesitas pada anak sekolah
(6-12 tahun) sebesar 9.2%. Sejak tahun 1970 hingga 2010, kejadian obesitas
meningkat dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan
meningkat tiga kali lipat pada usia 6-11 tahun (Mexitalia et al. 2005).
Dewasa ini obesitas mengalami pergeseran, awalnya obesitas cenderung
dikaitkan dengan masyarakat perkotaan namun sekarang obesitas juga dialami
oleh masyarakat perdesaan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007
prevalensi berat badan lebih anak perempuan diperkotaan lebih tinggi (10.6%)
dibandingkan daerah perdesaan (8.8%), begitu pula untuk anak laki-laki di daerah
perkotaan lebih tinggi (7.1%) dibandingkan daerah perdesaan (6.0%). Pada data
RISKESDAS 2010 prevalensi berat badan lebih di daerah perkotaan juga masih
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan yaitu 10.4% dan 8.1%. Hasil

yang sama ditunjukan pada survey di 36 negara berkembang menyebutkan
obesitas banyak terjadi di daerah urban (51%) daripada di daerah rural (38%)
(Mendez et al. 2005).

2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pola konsumsi pangan
berpengaruh pada kejadian obes. Aktivitas fisik yang kurang juga terbukti berbeda
signifikan antara anak obesitas dan anak tidak obesitas (Suryaputra dan Nadhiroh
2012). Dengan berbagai pertimbangan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada anak
sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di
daerah perkotaan dan perdesaan Bogor.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan anak sekolah dengan status gizi

lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor
2. Mengkaji frekuensi makan dan kebiasaan sarapan anak sekolah dengan status
gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor
3. Mengkaji konsumsi pangan anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah
perkotaan dan perdesaan Bogor
4. Mengkaji aktifitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah
perkotaan dan perdesaan Bogor
5. Menganalisis hubungan antara frekuensi makan, kebiasaan sarapan,
konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di
daerah perkotaan dan perdesaan Bogor

Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian “Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas
Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan
Bogor” yaitu diharapkan dapat menyediakan masukan bagi institusi pendidikan
yang bersangkutan terutama siswa, guru dan orang tua mengenai keterkaitan
antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada anak sekolah dengan
kejadian obesitas. Dengan demikian dapat dijadikan pertimbangan bagi orang tua,
pendidik serta pengambil kebijakan dalam upaya membimbing dan meningkatkan
keberhasilan belajar siswa Sekolah Dasar.

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Obesitas kini dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai
epidemik global, serta menjadi suatu masalah kesehatan yang harus ditangani
karena prevalensi yang terus meningkat setiap tahun baik di perkotaan maupun
perdesaan. Penelitian membuktikan bahwa pola konsumsi pangan berpengaruh
terhadap kejadian obesitas (Suryaputra dan Nadhiroh 2012). Kegemukan atau
obesitas dapat terjadi karena adanya keseimbangan energi yang positif.
Keseimbangan energi positif ini disebabkan oleh pemasukan energi melalui
konsumsi pangan yang lebih besar dibandingkan pengguanaan energi untuk
aktivitas fisik. Pola konsumsi pangan meliputi frekuensi makan, kebiasaan
sarapan dan konsumsi pangan dapat mempengaruhi asupan energi yang masuk.
Sehingga jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka dapat menyebabkan
penumpukan energi yang kemungkinan terjadi kegemukan (Suryaalamsyah 2009).
Asupan energi dan zat gizi lain dipengaruhi oleh karakteristik anak itu sendiri
antara lain umur, jenis kelamin dan besar uang saku. Selain karakteristik anak,
karakteristik orang tua misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan juga
dapat mempengaruhi jumlah konsumsi pangan pada anak. Karakteristik orang tua
atau keluarga juga dapat mempengaruhi pada karakteristik anak.
Aktivitas fisik merupakan salah satu penentu penting dalam peningkatan
berat badan, karena kondisi yang inaktif dapat menimbulkan kejadian gizi lebih.
Obesitas lebih berpotensi pada orang dengan aktivitas fisik ringan (Saraswati
2012). Faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi.
Bila kedua orang tua tidak gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk
adalah 9%. Bila salah satu orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi
gemuk adalah 41-51%, sedangkan apabila kedua orang tua gemuk, maka
kemungkinan anak menjadi gemuk sebesar 66-80%.
Karakteristik anak:
‐ Umur
‐ Jenis kelamin
‐ Besar uang saku

Karakteristik keluarga:
‐ Umur orang tua
‐ Pekerjaan orang tua
‐ Pendapatan keluarga
‐ Pendidikan orang tua
‐ BB dan TB

Pola konsumsi pangan

Aktivitas fisik

Status gizi lebih
(overweight dan obesitas)

Genetik

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak
sekolah dengan status gizi lebih di perkotaan dan perdesaan Bogor

4

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat
Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Penelitian dilakukan di satu
Sekolah Dasar (SD) daerah perkotaan dan satu Sekolah Dasar (SD) daerah
perdesaan, yaitu SDN Polisi 5 untuk mewakili perkotaan Bogor dan SDN
Babakan Dramaga 4 mewakili perdesaan Bogor. Pemilihan SD dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan peluang untuk memperoleh anak obes cukup
banyak dengan melakukan survey terhadap beberapa SD sebelum menentukan
tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh adalah siswa kelas 4 dan 5 di SDN Polisi 5 dan SDN Babakan
Dramaga 4 yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan anak kelas 4 dan 5
dilakukan dengan pertimbangan bahwa anak kelas 4 dan 5 sudah dapat diajak
berkomunikasi dengan baik, mengerti tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner, relatif lancar membaca dan menulis sehingga pengisian
food record tidak bermasalah. Sementara kelas 6 tidak diijinkan mengikuti
penelitian karena sedang dalam persiapan ujian nasional. Kriteria inklusi contoh
yaitu: 1) Usia 8-12 tahun, 2) memiliki status gizi overweight (z-score +1 SD
sampai +2 SD) dan obes (z-score ≥+2 SD) berdasarkan indikator IMT/U , 3)
dalam keadaan sehat, 4) bersedia mengikuti penelitian.
Penentuan jumlah contoh minimal yang diambil berdasarkan perhitungan
rumus cross sectional (estimasi proporsi) menurut Dahlan (2010) yaitu :
/

Keterangan : n
p
q
d

/

= jumlah sampel
= tingkat kepercayaan 95% (1.96)
= prevalensi berat lebih Jawa Barat 8.5% (Riskesdas 2010)
= 1-p
= toleransi estimasi 10%

Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil jumlah minimal contoh adalah
sebesar 29.8 dan dibulatkan menjadi 30. Proses penarikan contoh di kedua SD
dapat dilihat pada Gambar 2.

5

Perkotaan
(SDN Polisi 5)

Perdesaan
(SDN Babakan Dramaga 4)

Kelas 4 & 5
(N =101)

Kelas 4 & 5
(N =204)
Screening

Overweight dan Obes
(N= 40)

Overweight dan Obes
(N= 44)
Kriteria inklusi

38 contoh

35 contoh
Data tidak lengkap

30 contoh

33 anak
Acak

30 contoh

30 contoh

Gambar 2 Proses penarikan contoh

Sebelum penarikan contoh, peneliti melakukan screening terlebih dahulu
pada seluruh anak kelas 4 dan 5 di kedua SD. Didapatkan 40 anak dari 101 anak
(39.6%) yang mempunyai status gizi lebih (overweight dan obes) pada SDN Polisi
5. Di SDN Babakan Dramaga 4 jumlah kelas 4 dan 5 adalah sebanyak 204 anak
dan ditemukan 44 anak (21.5%) yang mempunyai status gizi lebih. Dari anak
yang mempunyai status gizi lebih tersebut diambil anak yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu 38 contoh dari SDN Polisi 5 dan 35 contoh dari SDN Babakan
Dramaga 4. Setelah dilakukan penelitian, terdapat 8 contoh dari SDN Polisi 5 dan
2 contoh dari SDN Babakan Dramaga 4 yang mempunyai data tidak lengkap (data
karakteristik orang tua dan food record). Pada SDN Polisi 5 lebih banyak contoh
yang memiliki data tidak lengkap dikarenakan pada saat penelitian bertepatan
dengan class meeting sehingga terdapat beberapa anak yang tidak masuk. Untuk
menyamakan jumlah contoh di kedua SD maka contoh yang diambil yaitu
sebanyak 30 contoh di SDN Polisi 5 dan 30 contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar uang
saku), data karakteristik keluarga (umur orang tua, status gizi orang tua,
pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua), data status gizi,
pola konsumsi pangan (frekuensi makan, kebiasaan sarapan, konsumsi pangan),
dan aktivitas fisik contoh. Adapun data sekunder meliputi gambaran umum
sekolah, jumlah kelas, jumlah siswa, jumlah guru dan fasilitas sekolah.

6

Pengumpulan data karakteristik contoh meliputi umur, jenis kelamin dan
besar uang saku dilakukan dengan pengamatan langsung serta wawancara
menggunakan alat bantu kuesioner. Data berat badan diperoleh dari pengukuran
langsung dibantu dengan alat timbangan injak (bukan digital) kapasitas 130 kg
dengan ketelitian 0.5 kg dan tinggi badan menggunakan alat microtoise kapasitas
200 cm ketelitian 0.1 cm. Data karakteristik keluarga diperoleh dari pengisian
kuesioner oleh ibu atau orang tua contoh yang dikirim melalui contoh setelah
mendapatkan penjelasan dari peneliti. Data status gizi contoh diukur berdasarkan
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) yang ditentukan dengan
perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2)
berdasarkan umur masing-masing contoh menggunakan software WHO
Anthroplus 2007. Data pola konsumsi pangan meliputi frekuensi makan,
kebiasaan sarapan dan frekuensi pangan diperoleh dengan wawancara langsung
oleh peneliti menggunakan kuesioner dan Food Frequencies Questionaires
(FFQ). Data asupan pangan diperoleh dengan pengisian kuesioner food record
2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur yang diisi oleh contoh setelah
mendapat penjelasan dari peneliti. Data aktivitas fisik diperoleh menggunakan
kuesioner recall 2x24jam pada hari sekolah dan hari libur dengan wawancara
menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh peneliti. Kuesioner karakteristik
keluarga yang digunakan merujuk pada Pramudita (2011) dan dimodifikasi
dengan menambahkan beberapa variabel oleh peneliti. Keadaan umum sekolah
diperoleh dengan melihat laporan tahunan sekolah. Jenis variabel serta alat dan
cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, jenis data dan alat serta cara pengumpulan data
No
1

Variabel
Karakteristik contoh
- Umur, jenis kelamin,
jumlah uang saku
- Berat badan

Jenis Data

Alat dan Cara pengumpulan data

Data primer
-

- Tinggi badan
2

Karakteristik keluarga
Umur orang tua
Pekerjaan orang tua
Pendidikan orang tua
Pendapatan keluarga
Status gizi orang tua
Pola konsumsi pangan
- Kebiasaan makan
- Kebiasaan sarapan
- Konsumsi pangan

-

3

4
5

Aktivitas fisik
Keadaan umum sekolah

Kuesioner dengan cara pengisian
langsung oleh orang tua contoh

Data primer

Data primer

Data primer
Data
sekunder

Kuesioner dengan cara wawancara
timbangan injak dengan pengukuran
langsung
microtoise dengan pengukuran
langsung

-

Kuesioner dengan wawancara
FFQ dengan wawancara
Food Record dengan pengisian
langsung oleh contoh
Recall dengan wawancara langsung
Laporan taunan sekolah dengan
wawancara pada pihak sekolah

7

Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis.
Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul.
Proses coding yaitu pemberian angka atau kode sehingga memudahkan dalam
memasukan data ke komputer. Entry adalah memasukan data jawaban kuesioner
sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga
menjadi satu data dasar. Cleaning adalah melakukan pengecekan kembali
terhadap isian data.
Data tinggi badan dan berat badan orang tua digunakan untuk mengetahui
status gizi orang tua berdasarkan IMT. Hasil yang diperoleh kemudian
dikategorikan berdasarkan Depkes (2004) menjadi underweight (IMT≤18,50),
normal (IMT: 18.5-24.9), overweight (IMT: 25-29.9), obes (IMT>30). Pendidikan
orang tua dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhir orang tua meliputi tidak
sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat Perguruan
Tinggi. Pendapatan keluarga yaitu besarnya penghasilan keluarga baik dari ayah,
ibu maupun anggota keluarga lainnya yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan dikelompokkan menjadi rendah, cukup, tinggi dan sangat
tinggi. Data status gizi contoh diperoleh dengan menggunakan indeks massa
tubuh berdasarkan umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO
Anthroplus 2007. Pengkategorian variable dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
No

Variabel

1.

Jenis kelamin

2.

Uang saku
(Rupiah/hari)

3

Umur Orang Tua

3

Pendidikan orang tua
- Ayah
- Ibu

4

Pekerjaan orang tua
- Ayah
- Ibu

5

Penghasilan keluarga
(Rupiah/bulan)

1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.

Kategori
Laki-laki
Perempuan
Rendah : < Rp 4.500
Sedang : Rp 4.600 – Rp 14.900
Tinggi : > Rp 15.000
≤ 29 tahun
30-49 tahun
≥50 tahun
Tidak tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat
Tidak bekerja
PNS
ABRI/POLRI
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani/ nelayan/ Buruh
Lainnya, ….
Rendah : < 1.000.000
Cukup : 1.000.000 - 2.499.000
Tinggi : 2.500.000 - 4.000.000
Sangat tinggi : > 4.000.000

Acuan

WNPG 2004

Depkes 2010

Depkes 2010

BPS 2010

8

Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
No
6

7

Variabel
Status Gizi orang tua

(IMT)

Status gizi anak

(IMT/U)

8

Kebiasaan sarapan

9

Kontribusi Lemak
terhadap AKE

10

Kontribusi
Karbohidrat terhadap
AKE

11

Tingkat kecukupan
energi

12

Tingkat Kecukupan
Protein

13

Aktivitas fisik
(Nilai PAL)

14

Frekuensi konsumsi
kelompok pangan

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.

Kategori
Underweight (IMT ≤ 18,50)
Normal (IMT: 18.5-24.9)
Overweight (IMT: 25-29.9)
Obes (IMT >30)
Sangat kurus : z-score < -3 SD
Kurus : -3 SD ≤ z -score≤ -2 SD
Normal : -2 SD < z-score < +1 SD
Gemuk : +1 SD < z-score < +2 SD
Obes : z-score ≥ +2 SD
Tidak pernah
Jarang : 1-3 kali/minggu
Sering : 4-7 kali/minggu
Kurang (65%)
Kurang (35%)
Defisit tingkat berat :