Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Di SMA Santo Thomas 1 Medan

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA DI SMA

SANTO THOMAS 1 MEDAN OLEH:

STEFANIE TARIGAN 100100161

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA DI SMA

SANTO THOMAS 1 MEDAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

STEFANIE TARIGAN 100100161

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA DI SMA

SANTO THOMAS 1 MEDAN Yang dipersiapkan oleh:

STEFANIE TARIGAN 100100161

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui

Medan, 07 Desember 2013 Distujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan Nama : Stefanie Tarigan

NIM : 100100161

Pembimbing Penguji I

(dr. Oke Rina Ramayani Sp.A)

NIP.19740201.200501.2.001 NIP.19691107.199903.2.002 (dr.Amira Permata Sari Sp.P)

Penguji II

(

NIP.19781120.200501.2.002 dr.Noni Soeroso Sp.P)

Medan, Januari 2014 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 195 402 201 980 111 001


(5)

ABSTRAK

Remaja memiliki kecenderungan untuk memiliki pola makan yang tidak teratur, mengonsumsi snack dan makanan di luar rumah seperti fast food. Fast food memiliki kadar lemak, pemanis tambahan dan natrium yang tinggi yang dapat menimbulkan peningkatan berat badan dan resiko resistensi insulin. Fisik yang tidak aktif merupakan faktor resiko terhadap terjadinya obesitas dan penyakit kronik.

Obesitas adalah peningkatan berat badan sebagai hasil dari akumulasi lemak yang berlebihan dimana pada remaja dapat diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh. Pengukuran indeks massa tubuh merupakan cara valid yang digunakan untuk mengetahui nutrisi tubuh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan dengan pengambilan data pada Agustus – November 2013 dengan mengambil sampel sebanyak 96 responden dengan teknik stratified random sampling. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data dengan kuisioner yang terdiri dari FFQ dan PAQ-A untuk mengetahui kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dan dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui indeks massa tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 36,5% responden memiliki kebiasaan konsumsi fast food yang sering, 67,7% responden memiliki aktivitas fisik yang ringan, dan 32,2 % responden memiliki indeks massa tubuh berlebih. Terdapat 17,1 % responden dengan konsumsi fast food sering memiliki IMT berlebih, dan 26,2% responden memiliki IMT berlebih. Setelah dilakukan analisa regresi berganda diperoleh tidak adanya hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan indeks massa tubuh (p=0,073) dan tidak adanya hubungan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh (p=0,549).

Kalori yang tinggi pada fast food berhubungan dengan obesitas. Remaja yang memiliki indeks massa tubuh obesitas memiliki aktivitas fisik yang ringan.


(6)

ABSTRACT

Teenagers have a tendency to eat irregularly, consume snacks, and eat meals outside home like fast food. Fast food has a high level of fat, sweetener, and sodium which can lead to weight gain. Physical inactivity is a risk factor for obesity and other chronic disease.

Obesity is a weight gain causing by excessive fat accumulation that can measure by body mass index. Body mass index is a valid method to measure nutritional status. The objective of this research is to identify the relationship of fast food consumption habits and physical activity with body mass index.

This study is an analytical study with cross-sectional design. This study conducted in SMA Santo Thomas 1 Medan which data collection on August – November 2013 by taking a sample of 96 respondents with stratified random sampling technique. This study is using FFQ and PAQ-A questionnaire that use to measure fast food consumption habits and physical activity, and the measurement of body height and body weight to calculate the body mass index.

This study found 36,5% respondent have eaten fast food frequently, 67,7% have low physical activity, and 32,2% respondent have excess body mass index. The result found that 17,1% respondent with frequent fast food consumption habit have excessive BMI and 26,2% respondent with less physical activity have excessive BMI. After multiple regression analysis obtained no relationship between fast food consumption habits and body mass index (p=0,073), and no relationship between physical activity and body mass index.

High calories in fast food related to obesity. Teens who have obesity body mass index have low physical activity.


(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dengan petunjuk dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Oke Rina Ramayani Sp.A selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran, motivasi serta semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

3. dr. Noni Soeroso, Sp.P dan dr. Amira Permatasari Sp.P selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan nasehat dalam penyempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. M. Rhiza Z. Tala Sp.OG selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada saya.

5. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Prof.Dr.Ing Johannes Tarigan dan Dra. Malemta Sebayang, nenek saya, Alm. Penusunen br. Maha dan Ruth Kita br. Sebayang beserta kedua abang saya, Antonius Juanta Tarigan S.E, S.Sos dan dr. Franz Josef Tarigan atas doa, perhatian dan dukungan yang tidak pernah putus sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.


(8)

6. Fr. Antonius B. Ditubun, CMM, S.Pd, MM selaku kepala sekolah SMA Santo Thomas 1 yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian ini.

7. Teman-teman saya M.Harmen Reza, Monica Hutapea, Ruth Daratri, Sufang, Jessica Patricia, Ramos, Irwin Lamtota, Rodinda Marsha, Amanda Rizka, Dwi Indriani, Ivonne, Kristin, Dewi, Pepita, Suci Putri Ayu, Laura Agitha, Intan Aisyah, Reninta Ginka, Agusta Ginka, Panitia PMB FK USU 2013, dan teman-teman seperjuangan FK USU 2010 yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan KTI ini.

8. Kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pengerjaan KTI ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Desember 2013

Penulis

Stefanie Tarigan 100100161


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN …...………...……. i

ABSTRAK …………..…...………. ii

ABSTRACT …...……….... iii

KATA PENGANTAR …...….………... iv

DAFTAR ISI ………...………... vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN...………...……….……. 1

1.1. Latar Belakang ………...……….……... 1

1.2. Rumusan Masalah ……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ………... 3

1.3.1. Tujuan Umum ……….. 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 3

1.4. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 5

2.1. Indeks Massa Tubuh Pada Anak dan Remaja ……… 5

2.2. Fast Food ..………..……….….………. 7

2.3. Aktivitas Fisik ………. ………….…………. 9

2.3.1 Anjuran Aktivitas Fisik …………..…………...……….. 10


(10)

2.5. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik

dengan Indeks Massa Tubuh ...………...13

2.6. Kerangka Teori ………..15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..………16

3.2. Kerangka Penelitian …....………...16

3.3. Definisi Operasional ………..……...……17

3.3.1 Definisi ………...……17

3.3.2 Cara Ukur ……….………..17

3.3.3 Alat Ukur ………18

3.4. Hipotesa ………19

3.5. Uji Validitas dan Reabilitas ………..19

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 21

4.1. Jenis Penelitian ……….……… 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian …...……..………. 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 21

4.3.1. Populasi Penelitian……….. 21

4.3.2. Sampel Penelitian ………...… 21

4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ………... 21

4.3.2.2 Besar Sampel ………... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………...………… 22

4.4.1. Jenis Data ……….. 22

4.4.2. Cara Pengumpulan Data .………... 22

4.5. Pengolahan Data ………..………..23


(11)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………24

5.1. Hasil Penelitian……….24

5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………..…24

5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………...25

5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Fast Food ………..25

5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik ……….….25

5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ………....26

5.7. Distribusi Kebiasaaan Konsumsi Fast Food dan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan………...27

5.8. Distribusi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan ……….27

5.9. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan ….28 5.10. Pembahasan ………..…….. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 32

6.1. Kesimpulan……… 32

6.2. Saran……….. 32


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil

5

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 20

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

24

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

25

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Fast Food

25

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

25

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

26

Tabel 5.6. Distribusi Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan

27

Tabel 5.7. Distribusi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan

28

Tabel 5.8. Uji Signifikansi Parameter Individual Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kurva BMI – for Age Growth Chart untuk laki-laki usia 2-20 tahun

6

Gambar 2.2 Kurva BMI – for Age Growth Chart untuk perempuan usia 2-20 tahun


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AF : Aktivitas Fisik

CDC : Center for Disease Center IMT : Indeks Massa Tubuh

KKF : Kebiasaan Konsumsi Fast Food

NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama WHO : World Health Organization


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 4 Kuisioner Penelitian

Lampiran 5 Kurva CDC BMI – for Age Growth Chart Lampiran 6 Output SPSS Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7 Output SPSS Hasil

Lampiran 8 EC

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 10 Data Induk


(16)

ABSTRAK

Remaja memiliki kecenderungan untuk memiliki pola makan yang tidak teratur, mengonsumsi snack dan makanan di luar rumah seperti fast food. Fast food memiliki kadar lemak, pemanis tambahan dan natrium yang tinggi yang dapat menimbulkan peningkatan berat badan dan resiko resistensi insulin. Fisik yang tidak aktif merupakan faktor resiko terhadap terjadinya obesitas dan penyakit kronik.

Obesitas adalah peningkatan berat badan sebagai hasil dari akumulasi lemak yang berlebihan dimana pada remaja dapat diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh. Pengukuran indeks massa tubuh merupakan cara valid yang digunakan untuk mengetahui nutrisi tubuh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan dengan pengambilan data pada Agustus – November 2013 dengan mengambil sampel sebanyak 96 responden dengan teknik stratified random sampling. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data dengan kuisioner yang terdiri dari FFQ dan PAQ-A untuk mengetahui kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dan dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui indeks massa tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 36,5% responden memiliki kebiasaan konsumsi fast food yang sering, 67,7% responden memiliki aktivitas fisik yang ringan, dan 32,2 % responden memiliki indeks massa tubuh berlebih. Terdapat 17,1 % responden dengan konsumsi fast food sering memiliki IMT berlebih, dan 26,2% responden memiliki IMT berlebih. Setelah dilakukan analisa regresi berganda diperoleh tidak adanya hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan indeks massa tubuh (p=0,073) dan tidak adanya hubungan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh (p=0,549).

Kalori yang tinggi pada fast food berhubungan dengan obesitas. Remaja yang memiliki indeks massa tubuh obesitas memiliki aktivitas fisik yang ringan.


(17)

ABSTRACT

Teenagers have a tendency to eat irregularly, consume snacks, and eat meals outside home like fast food. Fast food has a high level of fat, sweetener, and sodium which can lead to weight gain. Physical inactivity is a risk factor for obesity and other chronic disease.

Obesity is a weight gain causing by excessive fat accumulation that can measure by body mass index. Body mass index is a valid method to measure nutritional status. The objective of this research is to identify the relationship of fast food consumption habits and physical activity with body mass index.

This study is an analytical study with cross-sectional design. This study conducted in SMA Santo Thomas 1 Medan which data collection on August – November 2013 by taking a sample of 96 respondents with stratified random sampling technique. This study is using FFQ and PAQ-A questionnaire that use to measure fast food consumption habits and physical activity, and the measurement of body height and body weight to calculate the body mass index.

This study found 36,5% respondent have eaten fast food frequently, 67,7% have low physical activity, and 32,2% respondent have excess body mass index. The result found that 17,1% respondent with frequent fast food consumption habit have excessive BMI and 26,2% respondent with less physical activity have excessive BMI. After multiple regression analysis obtained no relationship between fast food consumption habits and body mass index (p=0,073), and no relationship between physical activity and body mass index.

High calories in fast food related to obesity. Teens who have obesity body mass index have low physical activity.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di era teknologi informasi dan globalisasi ekonomi saat ini, arus budaya makanan asing mempengaruhi perubahan pola makan pada masyarakat (Almatsier, 2004). Pola makan masyarakat cenderung lebih sering memilih makanan yang sering dilihat, segera tersedia, memiliki harga terjangkau, dan mudah membuatnya daripada memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisinya (Sizer dan Whitney, 2006). Remaja lebih cenderung memiliki pola makan yang tidak teratur, lebih banyak mengonsumsi snack dan makanan di luar rumah seperti fast food (Stang, 2008).

Menurut penelitian Arief, Syam dan Dachlan (2011) yang dilakukan di Makasar, faktor predisposisi remaja memilih berkunjung ke restoran fast food adalah kegemaran dan nilai/gengsi yang mereka dapatkan sekalipun mereka mengetahui dampak negatif yang muncul. Fast food adalah makanan yang dengan cepat tersedia setelah pelanggan memesannya di suatu restoran (Sizer dan Whitney, 2006). Fast food memiliki kadar vitamin, mineral dan serat yang rendah tetapi memiliki lemak, pemanis tambahan dan natrium yang tinggi (Stang, 2008). Menurut Pereira (2005) yang dikutip dari International Journal Obesity (2007), The American population study Cardia membuktikan bahwa konsumsi fast food positif berhubungan dengan peningkatan berat badan dan memiliki resiko terhadap resistensi insulin (Stender, Dyerberg dan Astrup, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan Hamam Hadi (2003) di SLTP kota Yogyakarta yang melibatkan sebanyak 4747 siswa/I dan pada SLTP kab. Bantul yang melibatkan 4602 siswa/i, ditemukan bahwa penderita obesitas 2-3 kali lebih sering mengonsumsi fast food. Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui keterbatasan otot dan fisik, sebagai hasil dari akumulasi lemak yang berlebihan (Kramer, 2011). Menurut CDC (2011), obesitas merupakan suatu keadaan dimana indeks massa tubuh anak/remaja berada diatas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang sesuai dengan jenis kelaminnya. Indeks massa tubuh merupakan


(19)

pengkuran valid terhadap status nutrisi tubuh seseorang yang merupakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan, dan merupakan indikator nyata terhadap pengukuran lemak tubuh pada anak dan remaja. (CDC, 2011).

Prevalensi obesitas meningkat di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Meningkatnya obesitas menjadi masalah kesehatan karena meningkatkan morbiditas (Bandini, Flynn dan Scampini, 2011). Data dari National Health dan Nutrition Examination Survey (NHANES) yang melakukan perbandingan pada tahun 1999 dengan 2000, 2001 dengan 2002, dan 2003 dengan 2004 di Amerika, terdapat bahwa prevalensi obesitas yang terjadi pada pria meningkat secara signifikan. Pada tahun 1999 sampai 2000 didapatkan sebanyak 27,4% dan pada tahun 2003 sampai 2004 sebanyak 31,1%. Dari data tersebut juga didapatkan sebanyak 32,1% orang dewasa di Amerika menderita obesitas. Prevalensi overweight pada anak-anak dan remaja juga meningkat sebanyak 17,1% (Runge dan Greganti, 2009). Menurut WHO, diperkirakan bahwa pada tahun 2005, 1,5 milyar individu diatas usia 15 tahun akan menderita overweight dan 400 milyar akan menderita obesitas. (Bandini, Flynn, dan Scampini, 2011). Dewasa ini kejadian obesitas pada anak-anak dan remaja di Indonesia bertambah banyak. Dari data RISKESDASNAS dilaporkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada anak sekolah usia 6-14 tahun untuk anak laki-laki meningkat dari 9,5 % pada tahun 2007 menjadi 10,7% pada tahun 2010. Prevalensi obesitas untuk anak perempuan juga menglami peningkatan dari 6,45% pada tahun 2007 menjadi 7,7% pada tahun 2010. (Rikesdasnas, 2010 dalam Herlina, 2013).

Pengaruh lingkungan dan semakin majunya teknologi membuat masyarakat pada negara maju maupun berkembang mengalami penurunan aktivitas fisik (Bandini, Flynn, dan Scampini, 2011). Penurunan aktivitas fisik juga terjadi pada remaja. Menurut Mardatillah (2008) dalam penelitian yang dilakukan di SMU Sudirman Jakarta, didapatkan sebanyak 67,2% remaja melakukan aktivitas fisik ,berupa olahraga, yang rendah. Penurunan aktivitas fisik akan menghasilkan penurunan pengeluaran energi. Fisik yang tidak aktif merupakan faktor resiko independen terhadap terjadinya obesitas dan penyakit


(20)

kronik. Data dari WHO menunjukkan bahwa 60% populasi dunia tidak memenuhi anjuran aktivitas fisik (Bandini, Flynn, Scampini, 2011).

Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adanya masalah antara ketidakseimbangan nutrisi dan aktivitas fisik yang tidak cukup (Wahlqvist dan Tienboon,2011). Menurut Sizer dan Whitney (2006), sebagian orang dapat menjadi obesitas bukan karena terlalu banyak makan, tetapi karena mereka melakukan pergerakan tubuh yang terlalu sedikit. Pada sebagian orang yang menderita obesitas sangat inaktif dalam melakukan aktivitas fisik sehingga walaupun mereka makan lebih sedikit dari orang banyak mereka masih memiliki energi surplus. Menurut Levine (2007) dalam Bandini, Flynn, dan Scampini (2011) orang yang memiliki fisik yang ramping menghabiskan lebih dari 2 jam setiap harinya untuk berjalan, sementara orang yang mengalami obesitas menghabiskan waktu mereka selama lebih dari 2,5 jam setiap harinya untuk duduk.

Melihat perubahan gaya hidup yang mengakibatkan perubahan pola makan maupun aktivitas fisik pada remaja dewasa ini, peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana hubungan kebiasaan makan fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja.

1.3.2 Tujuan Khusus


(21)

2. Mengetahui aktivitas fisik remaja.

3. Mengetahui indeks massa tubuh pada remaja.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti:

a. Memperoleh pengetahuan saat melakukan penelitian. b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

c. Memperoleh data seberapa besar pengaruh kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

2. Manfaat bagi siswa-siswi:

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mempertimbangkan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan energi harian siswa siswi.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih mengatur aktivitas fisik dengan kebiasaan makan pada siswa siswi.

c. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja.

3. Manfaat bagi sekolah:

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memilih menu makanan yang lebih sehat di kantin sekolah.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuh Pada Anak dan Remaja

Indeks massa tubuh (IMT) diartikan sebagai berat dalam kilogram yang dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (Bandini, Flynn dan Scampini, 2011). Indeks massa tubuh digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi masalah berat badan pada anak (CDC, 2011). Setelah dilakukan pengukuran pada tinggi dan berat badan anak, maka kita dapat melakukan plot hasil IMT pada kurva CDC BMI-for-age growth chart yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin (Gambar 2.1; Gambar 2.2) (CDC, 2000). Perhitungan IMT pada orang dewasa berbeda dikarenakan kriteria IMT pada anak maupun remaja spesifik terhadap umur dan jenis kelamin (CDC, 2011). Jenis kelamin dan umur pada anak dan remaja dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan jumlah lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-laki (CDC, 2011). CDC dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penggunaan IMT sebagai skrining untuk overweight dan obesitas pada anak dimulai sejak usia 2 tahun (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC,2011). Katagori Status Berat Jangkauan Persentil

Underweight < Persentil ke-5

Healthy weight Persentil ke-5 - < Persentil ke-85 Overweight Persentil ke-85 - < Persentil ke-95


(23)

Gambar 2.1 Kurva BMI-for-age growth chart untuk laki-laki usia 2-20 tahun (CDC,2000).


(24)

Gambar 2.2 Kurva BMI-for-age growth chart untuk perempuan usia 2-20 tahun (CDC,2000).

2.2 Fast food

Fast food merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika (Aldana, 2007). Fast food adalah makanan restoran yang dengan cepat tersedia setelah pelanggan memesannya. Secara tradision hamburger, french fries, dan milkshake termasuk dalam golongan fast food(Sizer dan Whitney,2006). Menurut


(25)

Sulistijani (2002), fast food adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap seperti fried chicken, hamburger atau pizza.

Secara umum fast food memiliki kandungan lemak, kolesterol, garam dan energi yang tinggi (Khomsan, 2003). Menurut Muliany (2005) dalam Tarigan (2012), kandungan zat gizi pada fast food seperti fried chicken seberat 100g memiliki kalori sebanyak 298KKal, lemak sebanyak 16,8g, karbohidrat sebanyak 0,1g dan protein sebanyak 34,2g. Pizza seberat 100 g memiliki kalori sebanyak 483KKal, lemak 48g, karbohidrat 3g, kolesterol 52g, gula 3g, dan protein 3g. Pada sebuah donat seberat 70g memiliki 210Kkal dan memiliki kandungan lemak sebanyak 8g, gula sebanyak 11g, karbohidrat sebanyak 32g, natrium sebanyak 260mg, protein sebanyak 11g, dan serat kasar sebanyak 3g. Sementara komposisi kandungan gizi pada hamburger seberat 100g memilki kalori sebanyak 267Kkal, lemak 10g, kolesterol 29mg, protein 11g,karbohidrat 33g,gula 7g, serta serat kasar 3g.

Menurut Aldana (2007), kandungan sebuah original recipe chicken breats pada outlet KFC di Amerika memiliki kalori sebanyak 320Kal, lemak total sebanyak 15g, lemak jenuh sebanyak 3,5g, 110mg kolesterol, 710mg natrium dan 4g karbohidrat. Sebuah cheeseburger di outlet McDonald’s di Amerika memiliki kalori sebanyak 300Kal, 12 g lemak total, 6g lemak jenuh, lemak trans sebanyak 0,5g, 40mg kolesterol, 750mg natrium, dan 33g karbohidrat.

French fries dan daging yang digoreng pada fast food memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi yang berasal dari proses industri. Kadar lemak jenuh yang tinggi pada fast food berasal dari margarin dan minyak goreng yang diproduksi dari proses industri terhadap pengerasan minyak sayur atau minyak laut agar produk fast food menjadi lebih stabil dan kuat untuk ditangani dan disimpan. Pengerasan pada makanan fast food menghasilkan trans double bonds pada asam lemak yang akan meninggikan titik leleh dari lemak sehingga makanan mejadi lebih awet.Lemak trans sebenarnya terdapat pada daging hewan pemakan tumbuhan dan produk hasil peternakan tetapi memiliki kandungan yang berbeda dengan lemak trans yang berasal dari hasil produksi industri yaitu TFA. IP-TFA terkandung pada fast food, biskuit, dan makanan ringan sekitar 50% (Stender


(26)

, Dyerberg dan Astrup, 2007). Menurut Koh-Banerjee et.al (2003) dalam Stender, Dyerberg dan Astrup (2007), sebuah studi observasional menemukan bahwa konsumsi makanan yang mengandung IP-TFA memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap peningkatan berat badan dan lemak abdomen dibandingkan dengan konsumsi jenis lemak lainnya.

Kebiasaan konsumsi fast food mengakibatkan masalah kesehatan karena sebagian besar fast food kaya akan lemak jenuh, lemak trans, karbohidrat, dan natrium yang merupakan zat yang berhubungan dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2 (WHO,2003).

2.3 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot yang meningkatkan pengeluaran energi. Olah raga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang terstruktur, terencana, yang dilakukan secara berulang-ulang, yang akan dilakukan untuk mendapatkan kebugaran tubuh. Seluruh tubuh akan terasa sehat apabila seseorang memiliki aktivitas fisik yang aktif (Sizer dan Whitney,2006).

Menurut Sizer dan Whitney (2006), seseorang akan memperoleh keuntungan apabila memilki aktivitas fisik yang aktif, diantaranya tidur menjadi lebih pulas, status nutrisi berserta komposisi tubuh dan densitas tulang menjadi lebih baik, ketahanan terhadap flu dan berbagai macam infeksi, resiko terkena kanker menurun, fungsi paru semakin baik, resiko terkena kanker maupun penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 menjadi menurun. Aktivitas fisik juga menurunkan resiko penyakit empedu, menurunkan insidens dan keparahan dari kecemasan dan depresi, meningkatkan kepercayaan diri sehingga menjadikan panjang umur dan memiliki kualitas hidup yang baik dimasa yang akan datang.

Menurut Khumaidi (1994) aktivitas fisik dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain:

1. Ringan: 75% waktu dipergunakan untuk duduk atau berdiri, 25% untuk berdiri sambil melakukan pergerakan.


(27)

2. Sedang: 40% waktu dipergunakan untuk duduk atau berdiri, 60% untuk melakukan pekerjaan khusus.

3. Berat: 25% waktu dipergunakan untuk duduk atau berdiri, 75% untuk melakukan pekerjaan khusus.

2.3.1 Anjuran Aktivitas Fisik.

Agar tubuh kita sehat American College of Sport Medicine (ACSM), dan Dietary Guidelines for Americans 2005, dan DRI committee menganjurkan bahwa setiap orang memerlukan akumulasi minimum 30 menit dalam melakukan aktivitas fisik yang singkat setiap hari dalam setiap minggu. (Sizer dan Whitney,2006). Menurut Khomsan (2006), melakukan aktivitas fisik dalam bentuk kegiatan aerobic dengan waktu 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu akan bermanfaat bagi penurunan berat badan dan perbaikan profil lipid.

The 2008 Physical Activity Guidelines for American memberikan pedoman untuk anak usia 6 sampai 17 tahun agar melakukan aktivitas fisik pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan pada keadaan intensitas cahaya yang baik seperti berjalan santai dan mengangkat benda yang ringan. Pada The 2008 Physical Activity Guidelines for American,anak-anak dan remaja juga dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 1 jam atau lebih setiap harinya, dengan melakukan aktivitas seperti:

Aerobic: selama 60 menit atau lebih setiap harinya anak dan remaja harus melakukan aktivitas aerobic intensitas sedang ataupun kuat, dan juga melakukan aktivitas fisik intensitas kuat setidaknya tiga kali seminggu.

• Penguatan otot: selama 60 menit atau lebih dalam melakukan aktivitas fisik harian, anak-anak dan remaja harus melakukan aktivitas fisik penguatan otot setidaknya tiga kali seminggu

• Penguatan tulang: selama 60 menit atau lebih dari aktivitas fisik harian, anak-anak dan remaja harus melakukan aktivitas fisik penguatan tulang setidaknya tiga kali seminggu (CDC, 2012).


(28)

Aktivitas tersebut merupakan hal yang penting bagi orang muda agar lebih banyak berperan dalam melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan umur mereka, menyenangkan dan memiliki banyak variasi (CDC, 2012).

2.4 Remaja.

Menurut Rudolf dan Levene (2006), remaja merupakan periode diantara masa anak-anak dan masa dewasa dimana proses pertumbuhan berlangsung. Periode pertumbuhan fisik, emosi, kognitif dan sosial yang cepat dan berkembang terjadi pada masa remaja (Kaplan dan Love-Osborne, 2009). Pertumbuhan fisik pada remaja terjadi dengan cepat disertai dengan timbulnya tanda seks sekunder dan fertilitas (Rudolf dan Levene, 2006).

Pada umumnya usia remaja dimulai pada usia 11-12 tahun dan berakhir pada usia diantara 18-21. Masa perkembangan dari anak menjadi dewasa meliputi: (1) pubertas dan pertumbuhan somatik; (2) berkembang secara sosial, emosional, dan kongnitif, dan berpindah dari pemikiran konkrit menjadi pemikiran abstrak; (3) menetapkan kemandirian identitas dan terpisahkan dari keluarga; dan (4) mempersiapkan diri untuk karir dan pekerjaan (Kaplan dan Love-Osborne, 2009).

Menurut Ingersoll (1992) dalam Stang (2008), perkembangan kognitif dan emotional pada remaja dapat lebih dimengerti dengan membaginya pada tiga fase: awal, pertengahan, dan akhir remaja. Fase awal remaja, terjadi diantara usia 13 sampai 15 tahun, dengan karakteristik sebagai berikut:

• Ketertarikan terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh dan gambaran tubuh (mental konsep-diri dan persepsi terhadap ukuran tubuh) sebagai hasil dari pertumbuhan cepat dan perkembangan yang telah terjadi.

• Kelanjutan dari kepercayaan dan penghargaan terhadap orang dewasa atas otoritas, tetapi hal ini akan menurun pada fase perkembangan psikososial.

• Pengaruh yang bersar terhadap orang-orang sekitar, terutama terhadap gambaran tubuh, dimana tekanan dari orang-orang sekitar akan dirasakan meningkat pada usia 14 tahun.


(29)

• Keinginan terhadap otonomi tetapi masih memperoleh persetujuan orang tua terhadap pilihan utama dan masih membutuhkan perlindungan orang tua bila mengalami kondisi stress.

• Memperluas kemampuan kognitif, termasuk alasan abstrak.

• Pengeluaran uang yang lebih tinggi karena peningkatan kemandirian membeli, termasuk untuk membeli snack dan makanan.

Fase pertengahan remaja, berlangsung pada usia diantara 15 dan 17 tahun,dengan karakterik sebagai berikut:

• Adanya pengaruh kuat oleh sekelompok teman, walaupun remaja dipengaruhi oleh hanya beberapa individu yang dekat dengan mereka.

• Kepercayaan terhadap otoritas dewasa dan kebijaksanaan menurun.

• Bentuk tubuh tidak terlalu menjadi perbincangan lagi dikarenakan remaja menjadi merasa lebih nyaman dengan bentuk tubuh mereka yang terlihat dewasa.

• Kemandirian terhadap sosial, emosional, dan finansial meningkat sehingga kemandirian dalam pengambilan keputusan untuk memilih makanan meningkat.

• Perkembangan kognitif yang signifikan dari alasan abstrak hampir sempurna dan egosentri menurun.

Fase akhir remaja, terjadi diantara usia 18 sampai dengan 21 tahun dengan karakteristik sebagai berikut:

• Alasan abstrak sepenuhnya berkembang; walaupun remaja masih saja kembali pada pola pemikiran kompleks pada saat mereka mengalami keadaan stress

• Orientasi terhadap masa depan telah berkembang, dimana remaja menjadi mengerti bagaimana hubungan antara perilaku selama ini dengan resiko penyakit kronis.

• Secara sosial, emosional, finansial, dan kemandirian fisik dari keluarga telah tercipta pada saat remaja mulai meninggalkan rumah untuk kuliah atau bekerja.


(30)

• Perkembangan terhadap kepercayaan, nilai-nilai moralitas, etika dan keputusan yang berhubungan dengan kesehatan (Stang, 2008).

2.5 Hubungan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh

Perkembangan psikologi pada remaja memiliki hubungan langsung terhadap pemilihan makanan yang akan mereka makan (Stang, 2008). Pada masa remaja kebiasaan makan menjadi lebih buruk, dan remaja sering kali tidak mengkonsumsi nutrisi yang mereka butuhkan (Sizer dan Whitney, 2006). Menurut Sizer dan Whitney (2006), remaja lebih memilih makanan yang tinggi kadar lemak jenuh dan natriumnya, dan rendah akan fiber. Menurut WHO (2003), fast food memiliki kandungan yang kaya akan lemak jenuh,lemak trans, karbohidrat dan natrium. Fast food secara umum mengandung lemak,kolesterol, garam dan energi yang sangat tinggi (Khomsan, 2003). Kalori tinggi pada fast food yang relatif tidak mahal, tersedia dimana saja, sering diiklankan dan sangat lezat berhubungan dengan obesitas (Sizer dan Whiteney, 2006). Obesitas disebutkan sebagai peningkatan berat badan melampaui keterbatasan kebutuhan otot dan fisik, sebagai hasil dari akumulasi lemak yang berlebihan (Kramer, 2011). Menurut CDC (2011), obesitas merupakan suatu keadaan dimana BMI anak berada diatas persetil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Indeks massa tubuh (IMT) diartikan sebagai berat dalam kilogram yang dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (Bandini, Flynn dan Scampini, 2011). Indeks massa tubuh digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi masalah berat badan pada anak (CDC, 2011).

Menurut Diliberti et.al (2004) dalam Stender, Dyerberg dan Astrup (2007), ada dua faktor penting mengapa fast food dapat menyebabkan obesitas yaitu porsi yang besar dan densitas energi yang tinggi. Porsi makanan yang besar mengakibatkan individu akan mengkonsumsi jumlah makanan yang lebih banyak. (Young dan Nestle, 2003 dalam Stender, Dyerberg dan Astrup, 2007). Densitas energi merupakan perbandingan antara kadar makanan dan berat makanan. Fast food memiliki densitas energi sekitar 1100kJ/100gr, dimana densitas energi pada


(31)

fast food lebih tinggi 65% dari rata-rata pola makan British dan memiliki energi lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan anjuran pola makan sehat yaitu sekitar 525kJ/100gr. Tubuh manusia hanya memiliki kemampuan kecil untuk mengenali makanan dengan densitas energi yang tinggi dan melakukan downregulation sejumlah besar makanan untuk memenuhi kebutuhan energi yang sesuai (Prentice, 2003 dalam Strender et.al, 2007). IP-TFA yang terkandung pada fastfood bertindak sebagai ligand untuk sistem PPAR-γ dan menghasilkan efek biologis yang menghasilkan obesitas abdomen (Mozaffarian et.al, 2006 dalam Stender, Dyerberg dan Astrup, 2007).

Obesitas terjadi sebagai hasil dari ketidakseimbangan intake energi dan pengeluaran energi dalam jangka panjang. Penurunan aktivitas fisik akan menurunkan pengeluaran energi. Bila energi yang digunakan dalam suatu aktivitas fisik menurun tanpa adanya penurunan intake energi maka akan terjadi suatu ketidakseimbangan energi positif. Ketidakseimbangan energi positif akan meningkatkan penyimpanan lemak yang kemudian akan meningkatkan berat badan dan jika terus berlangsung dalam jangka panjang akan menyebabkan obesitas (Bandini, Flynn dan Scampini, 2011).


(32)

2.6 Keranga Teori

BAB 3 Pola Makan

Konsumsi Fast Food

Indeks Massa Tubuh

Genetik Aktivitas Fisik

Kultur

Faktor Psikososial Durasi Tidur

Kebiasaan Menonton TV

Perubahan Lingkungan


(33)

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Kerangka Penelitian

3.3 Definisi Operasional Konsumsi Fast Food

Aktivitas Fisik

Indeks Massa Tubuh

Memilih Responden Penelitian

Mengukur Indeks Massa Tubuh Responden

Penelitian

Pengisian Kuisioner Penelitan oleh Responden Penelitian


(34)

3.3.1. Definisi

a. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah pengukuran status gizi dengan kategori sebagai berikut

1. Indeks Massa Tubuh Tidak Berlebih: Underweight : < Persentil ke-5

Healthy weight : Persentil ke-5 - < Persentil ke-85 2. Indeks Massa Tubuh Berlebih:

Overweight : Persentil ke-85 - < Persentil ke-95 Obesitas : ≥ Persentil ke-95

b. Konsumsi fast food

Konsumsi fast food adalah konsumsi makanan jadi maupun makanan setengah olahan yang dapat dengan cepat disajikan.

c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan responden dalam kegiatan sehari-hari selama 7 hari terakhir.

3.3.2. Cara Ukur

a. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh dapat diukur dengan cara:

Skala pengukuran: Numerik b. Kebiasaan Makan Fast food

Kebiasaan makan fast food dapat diukur dengan menggunakan food frequency questionairre.

Skala pengukuran: Nominal c. Aktivitas Fisik

Pengukuran derajat aktivitas fisik dapat dilakukan dengan menggunakan Physical Activity Questionnaire (PAQ-A)


(35)

3.3.3. Alat Ukur

• Indeks massa tubuh diukur dengan melakukan pengukuran berat badan dengan timbangan dan tinggi badan dengan meteran, kemudian dilakukan plot pada kurva BMI-for-age child growth CDC 2011 sesuai dengan jenis kelamin.

• Konsumsi Fast food diukur dengan menggunakan food frequency questioner (FFQ) yang terdiri dari 9 jenis fast food (Mardatillah,2008), dengan interpretasi:

1. Jika siswa/siswi menjawab tidak pernah maka skor diberi nilai 0 2. Jika siswa/siswi menjawab 3-4x/bulan maka skor diberi nilai 1 3. Jika siswa/siswi menjawab 1-2x/bulan maka skor diberi nilai 2 4. Jika siswa/siswi menjawab 2x/minggu maka skor diberi nilai 3 5. Jika siswa/siswi menjawab >3x/minggu maka skor diberi nilai 4 6. Jika siswa/siswi menjawab 1x/hari maka skor diberi nilai 5

Kemudian dilakukan pengelompokan dari hasil menjadi 2 kategori. Apabila jenis fast food yang dikonsumsi memiliki frekwensi ≥ 2x/minggu (untuk skor fast food 3,4, dan 5) maka dikelompokkan menjadi katagori sering, sementara apabila memiliki frekwensi <2x/minggu (untuk skor fast food 2,1, dan 0)menjadi katagori tidak sering (Khomsan,2006 dalam Mardatillah,2008).

• Aktivtias fisik diukur dengan menggunakan Physical Activity Questionaire for Adolescent (PAQ-A) dengan skoring:

1. Bagian Pertama Kuisioner.

Jika pada bagian pertama kuisioner siswa/siswi menjawab “Tidak Ada” maka diberi nilai 1, sementara jika menjawab “7x atau lebih” maka diberi nilai 5. Kemudian dilakukan pengambilan rata-rata dari seluruh aktivitas yang tertera pada bagian pertama kuisioner.

2. Bagian kedua – ketujuh Kuisioner.

Aktivitas fisik yang dilaporkan rendah diberi nilai 1 dan apabila memiliki aktivitas fisik yang paling tinggi diberi nilai 5.


(36)

3. Bagian ke-8.

Dilakukan pengambilan rata-rata dari aktivitas fisik selama seminggu. Bila aktivitas fisik dijawab dengan “Tidak Pernah” maka diberi nilai 1, dan apabila menjawab “Sangat sering” diberi nilai 5).

4. Bagaimana menghitung nilai akhir PAQ-A.

Pengambilan rata-rata aktivitas fisik dari 8 bagian kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan niali akhir dari PAQ-A.

Nilai 1-2 memberi kesan aktivitas fisik yang ringan, 3-5 memberi kesan aktivitas fisik yang sedang-berat (Kowalski, 2004).

3.4. Hipotesa

Ada hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu butir pertanyaan maka dilakukan uji validitas dan untuk mengukur konsistensi dan kestabilan suatu konsep dapat ditunjukkan dari reliabilitas. (Sunyoto, 2011). Telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuisioner yang akan digunakan untuk penelitian ini kepada dua puluh responden dengan karakteristik yang mirip seperti yang diinginkan peneliti. Validitas kuisioner diukur dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Kuisioner dinyatakan valid apabila berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Reliabilitas suatu pertanyaan diukur dengan membandingkan nilai cronbach’s alpha dan taraf keyakinan. Suatu butri pertanyaan dinyatakan reliabel apabila nilai taraf keyakinan lebih kecil dari cronbach’s alpha. (Sunyoto, 2011).

Tabel 3.1 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner


(37)

Pertanyaan Correlation Alpha Kebiasaan

Konsumsi Fast Food

1 0,466 Valid 0,587 Reliabel

2 0,618 Valid Reliabel

3 0,577 Valid Reliabel

4 0,671 Valid Reliabel

5 0,633 Valid Reliabel

6 0,701 Valid Reliabel

7 0,430 Valid Reliabel

8 0,577 Valid Reliabel

9 0,455 Valid Reliabel

Aktivitas Fisik

1 0,612 Valid 0,798 Reliabel

2 0,734 Valid Reliabel

3 0,563 Valid Reliabel

4 0,644 Valid Reliabel

5 0,751 Valid Reliabel

6 0,686 Valid Reliabel

7 0,569 Valid Reliabel

8 0,547 Valid Reliabel

BAB 4


(38)

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dilakukan dengan rancangan studi cross-sectional yang diharapkan dapat menemukan hubungan antara kebiasan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan dengan pengambilan data pada Agustus 2013 – November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target dari penelitian ini adalah remaja SMA sementara populasi terjangkau dari penelitian ini adalah remaja SMA Santo Thomas 1 Medan, yang berjumlah 1485 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah: 1. Siswa-siswi yang berusia 15-19 tahun.

2. Siswa-siswi yang bersedia ikut dalam penelitian dengan menjadi responden dan mengisi kuisioner penelitian.

Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah: 1. Siswa-siswi yang memiliki kelainan genetik.

2. Siswa-siswi yang memiliki riwayat obesitas keluarga.


(39)

Menurut Notoadmodjo (2005), untuk memperoleh besar sampel pada populasi dengan jumlah lebih kecil dari 10.000 dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dari formula diatas diperoleh jumlah minimal responden berjumlah 94 orang dan jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 96 orang. Siswa-siswi yang akan menjadi sampel ditentukan dengan teknik stratified random sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dari subjek penelitian yaitu: indeks massa tubuh,kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik. Data sekunder didapatkan dari pihak sekolah untuk mengetahui jumlah siswa disetiap kelas.

4.4.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan pada siswa-siswi yang menjadi responden untuk mengetahui indeks massa tubuh. Siswa-siswi yang telah diukur tersebut kemudian diberikan kuisioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu FFQ dan PAQ-A untuk mengetahui kebiasaan makan fast food dan aktivitas fisik pada siswa siswi.


(40)

Data akan diolah dengan menggunakan proses pengolahan komputer dengan menggunakan tahap-tahap antara lain:

1. Editing

Dilakukan penyuntingan pada hasil pengamatan untuk melihat kelengkapan, relevansi jawaban, dan konsistensi jawaban atas pertanyaan.

2. Coding

Coding dilakukan untuk merubah data dalam bentuk kalimat ke dalam bentuk angka sehingga mempermudah dalam data entry.

3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data yang sudah dilakukan editing dan coding selanjutnya dimasukkan dalam proses pengolahan komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data dilakukan untuk melihat kembali apakah terjadi kesalahan dalam pemberian kode maupun ketidaklengkapan. (Notoatmodjo, 2010).

4.6. Analisa Data

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh dilakukan analisa multivariat dengan prinsip regresi berganda dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Keterangan:

Y : variabel terikat a : nilai konstanta

b : koefisien regresi variabel bebas


(41)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan, yang beralamat di JL. S. Parman No.109 Medan. SMA Santo Thomas 1 Medan memilik total 33 kelas dengan 11 kelas untuk kelas 10, 11 kelas untuk kelas 11 yang terbagi atas 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS, dan 11 kelas 12 yang terbagi menjadi 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan Perguruan Katolik Don Bosco Keuskupan Agung Medan ini memiliki akreditasi A (sangat baik). Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari hari Senin sampai Sabtu dimulai pukul 07.25 WIB sampai 13.30. Fasilitas yang tersedia di sekolah ini cukup lengkap diantaranya laboratorium biologi, unit kesehatan sekolah, lapangan basket, aula, studio musik dan kantin sekolah. Makanan yang tersedia di kantin sekolah cukup beragam seperti nasi ayam goreng crispy, mie pangsit, chicken nugget, tempe goreng, kwetiaw goreng, kari ayam dan berbagai jenis makanan kemasan. Sekolah ini juga mempunyai berbagai ekstrakulikuler diantaranya Paskibra, paduan suara, seni musik, english club, dan basket.

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase

Laki-laki 63 65.6

Perempuan 33 34.4

Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 63 orang (65,6 %) dan responden yang berjeis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (50,5%).


(42)

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Kelas Frekuensi (n) Persentase

X 32 33.3

XI 32 33.3

XII 32 33.3

Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa responden yang duduk di kelas X, XI, dan XII adalah sebanyak 32 siswa (33,3%) disetiap kelas.

5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi fast food.

Kebiasaan Konsumsi Fast Food

Frekuensi (n) Persentase

Sering 35 36.5

Tidak Sering 61 63.5

Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat diketahui bahwa kebiasaan konsumsi fast food dengan kategori sering didapatkan sebanyak 35 siswa (36,5%) dan untuk kategori tidak sering sebanyak 61 siswa (63,5%).

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Persentase

Ringan 65 67.7

Sedang-Berat 31 32.3


(43)

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa aktivitas fisik dengan kategori ringan didapatkan sebanyak 65 siswa (67,7%), untuk kategori sedang-berat sebanyak 31 siswa (32,3%)

5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan indeks massa tubuh

Indeks Massa Tubuh Frekuensi (n) Persentase Tidak Berlebih

Underweight Healthy weight

6 59

6.3 61.5 Berlebih

Overweight Obesitas

13 18

13.5 18.8

Total 96 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa indeks massa tubuh dengan katagori tidak berlebih sebanyak 65 siswa (67,7%) dengan katagori underweight sebanyak 6 responden (6,3%), dan healthy weight sebanyak 59 responden (61,5%). Dari hasil pengolahan data didapatkan indeks massa tubuh kategori berlebih sebanyak 31 responden (32,3%) dengan kategori overweight sebanyak 13 responden (13,5%) dan obesitas sebanyak 18 responden (18,8%).


(44)

5.7 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

Tabel 5.6. Distribusi Kebiasaan Konsumsi Fast food dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1

Kebiasaan Konsumsi Fast Food

IMT Total p-value

IMT Tidak Berlebih

IMT Berlebih

N % N % N % 0.057

Sering 29 82.9 6 17.1 35 100 Tidak

Sering

36 59 25 41 61 100

Total 65 67.7 31 32.3 96 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,1% remaja dengan kebiasaan konsumsi fast food yang sering memiliki indeks massa tubuh yang berlebih, sedangkan 41% remaja dengan kebiasaan konsumsi fast food tidak sering memiliki indeks massa tubuh yang berlebih. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara indeks massa tubuh remaja yang memiliki kebiasaan konsumsi fast food sering dengan remaja yang memiliki kebiasaan konsumsi fast food tidak sering (p = 0,057).

5.8 Distribusi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan

Dari hasil pengolahan data didapatkan sebanyak 48 responden (73,8%) dengan kategori aktivitas fisik yang ringan memiliki indeks massa tubuh tidak berlebih, sedangkan yang memiliki indeks massa tubuh berlebih didapatkan sebanyak 17 responden (26,2%). Kategori aktivitas fisik sedang-berat terdapat sebanyak 17 responden (54,8%) memiliki indeks massa tubuh tidak berlebih, sedangkan untuk indeks massa tubuh berlebih didapatkan sebanyak 14 responden (45,2%). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna


(45)

antara nilai indeks massa tubuh remaja yang memiliki aktivitas fisik ringan dengan indeks massa tubuh remaja yang memiliki aktivitas fisik sedang-berat (p = 0,232).

Tabel 5.7. Distribusi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

Aktivitas Fisik

IMT Total p-value

IMT Tidak Berlebih

IMT Berlebih

N % N % N % 0.232

Ringan 48 73.8 17 26.2 65 100

Sedang-Berat

17 54.8 14 45.2 31 100

Total 65 67.7 31 32.3 96 100

5.9 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan

Tabel 5.8. Uji signifikansi parameter individual hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.

Variabel Koef B

S.E Sig 95% CI

Konstanta 18.854 2.595 .000 13.700 – 24.009 Kebiasaan

Konsumsi Fast Food

2.465 1.358 .073 -.231 – 5.162

Aktivitas Fisik


(46)

Dari hasil pada tabel 5.8. diperoleh signifikansi kebiasaan konsumsi fast food sebesar 0,073 (>0,05) sehingga variabel kebiasaan konsumsi fast food tidak signifikan berhubungan dengan variabel indeks massa tubuh. Variabel aktivitas fisik memiliki signifikansi sebesar 0,549 (>0,05) sehingga dikatakan tidak signifikan berhubungan variabel indeks massa tubuh.

Pada hasil pengolahan data diperoleh koefisien konstanta bernilai positif (18.845) yang menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik maka indeks massa tubuh cenderung megalami peningkatan. Koefisien regresi kebiasaan konsumsi fast food bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel lainnya, maka apabila kebiasaan konsumsi fast food meningkat maka indeks massa tubuh cenderung akan semakin meningkat. Nilai indeks massa tubuh akan berubah sebesar 2,465 satuan jika nilai kebiasaan konsumsi fast food berubah sebesar satu satuan dan variabel aktivitas fisik tidak ada perubahan. Melihat pengaruh variabel kebiasaan konsumsi fast food memiliki signifikansi > 0.05 maka secara statistik pengaruh variabel kebiasaan konsumsi fast food tidak bermakna.

Koefisien regresi aktivitas fisik bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila aktivitas fisik meningkat, maka indeks massa tubuh cenderung akan semakin meningkat. Nilai indeks massa tubuh akan berubah sebesar 0,841 satuan jika aktivitas fisik berubah sebesar satu satuan dan variabel kebiasaan konsumsi fast food tidak ada perubahan. Melihat pengaruh variabel aktivitas fisik memiliki signifikansi > 0,05 maka secara statistik pengaruh variabel aktivitas fisik tidak bermakna.


(47)

5.10. Pembahasan

Pada penelitian ini diperoleh sebanyak 65,6 % responden memiliki jenis kelamin laki-laki dan 50,5% responden memiliki jenis kelamin perempuan. Berbeda dengan penelitian Oktaviani,Saraswati, dan Rahfiudin (2012), yang dilakukan di SMA Negri 9 Semarang didapatkan mayoritas jumlah responden memiliki jenis kelamin perempuan (56,25%).

Dari pengolahan data yang melibatkan 96 responden didapatkan sebanyak 63,5% responden memiliki kebiasaan konsumsi fast food yang tidak sering. Menurut Khomsan (2003), secara umum fast food memiliki kandungan lemak, kolesterol, garam dan energi yang tinggi. Tingginya kalori pada fast food berhubungan dengan timbulnya obesitas (Sizer dan Whitney, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan konsumsi fast food dengan indeks massa tubuh. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Karneani (2005) dalam Heryanti (2009), yang dilakukan di SMA Cakra Buana Depok tahun 2005 dengan melakukan didapatkan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi. Pada penelitian Karneani (2005) didapatkan sebanyak 43,4 % siswa dengan status gizi lebih memiliki kebiasaan makan fast food < 3 kali dalam satu minggu, dan 19,6% siswa dengan status gizi lebih memiliki kebiasaan konsumsi fast food ≤ 3 kali dalam satu minggu (Heryanti, 2009). Perbedaan hasil ini dikarenakan perbedaan dalam kategori kebiasaan konsumsi fast food, dimana kategori kebiasaan konsumsi fast food sering dalam penelitian ini adalah ≥ 2 minggu.

Menurut penelitian Oktaviani,Saraswati dan Rahfiudin (2012), yang dilakukan pada SMA Negri 9 Semarang juga menunjukkan terdapat adanya hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan indeks massa tubuh pada remaja dengan melakukan penggolongan pada konsumsi fast food dengan frekuensi terendah 1 kali perminggu dan frekuensi tertinggi > 7 kali seminggu dengan analisa Rank Spearman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hamam Hadi (2003) dalam Erdiawati (2010), ditemukan bahwa remaja penderita obesitas ,di


(48)

SLTP Kota Yogyakarta dan SLTP kab. Bantul, 2-3 kali lebih sering mengkonsumsi fast food.

Pada penelitian ini didapatkan responden lebih banyak memiliki aktivitas fisik rendah (67,7%). Pada penelitian yang dilakukan Mardatillah (2008) di SMA Islam PB Sudirman Jakarta ditemukan hal yang sejalan dimana sebanyak 67,2% remaja mayoritas melakukan aktivitas fisik yang rendah.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa remaja dengan indeks massa tubuh berlebih lebih banyak memiliki aktivitas fisik yang sedang-berat (45,2%). Berbeda dengan penelitian Suryaputra dan Nadhiroh (2012) yang dilakukan pada SMA Santa Agnes Surabaya, didapatkan sebagian besar remaja yang memiliki indeks massa tubuh obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan.

Peneletian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh. Sejalan dengan penelitian Adityawarman (2007) yang dilakukan di SMP Domenico Savio Semarang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan IMT. Menurut penelitian Candrawati (2011) yang dilakukan pada mahasiswa tingkat III PPDU FKUI juga didapatkan tidak adanya perbedaan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh:

1. Mayoritas remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan memiliki kategori kebiasaan konsumsi fast food tidak sering (63,5%).

2. Mayoritas remaja di SMA Santo Thomas 1 memiliki aktivitas fisik yang rendah (67,7%).

3. Mayoritas remaja di SMA Santo Thomas 1 memiliki indeks massa tubuh tidak belebih (67,7%)

4. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1.

5. Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1.

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengambil jumlah sampel yang lebih banyak pada penelitiannya sehingga mendapatkan gambaran yang lebih nyata terhadap hubungan kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik.

2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi IMT seperti asupan kalori per hari dan Basal Metabolic Rate.


(50)

3. Diharapkan pada pihak sekolah agar lebih menyediakan makanan bergizi dan melakukan kegiatan aktivitas fisik yang seimbang pada remaja.

4. Diharapkan bagi remaja untuk memilih pola makan yang seimbang dengan kebutuhan fisiknya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman. 2007. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada Remaja. Diunduh Dari:

Adriani, M. Wirajatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group. 113-116.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arief, E. Syam, E. Dachlan M, D. 2011. Konsumsi Fastfood Remaja di Restoran Fastfood Makasar Town Square: Media Gizi Masyarakat, (1):41-45. Diunduh dari:

Aldana G,Steven 2007. The Stop and Go Fast Food Nutrition Guide. Amerika: Maple Mountain Press. 1.

Bandini, L. Flynn,A. Scampini,R. 2011. Overnutrition. In: Lanham-New A,S. et.al. Nutrition and Metabolism, Second Edition. Amerika: Wiley-Blackwell, A John Wiley & Sons, Ltd. Publication. 361-369

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2000. BMI-for-age Growth

Charts. Diunduh dari:

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2011. Healthy Weight: Assesing Your Weight: BMI for Children and Teens. Diunduh dari:

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2012. 2008 Physical Activity Guidelines for American: Fact Sheet for Health Professionals on Physical Activity Guidelines for Children and Adolescents. Diunduh dari:

Herlina,N. Djais, J. Rusmil, K. 2013. Obesity and Academic Performance in Adolescent. In: Suradi R. et.al. Pediatrica Indonesiana, (53):12. Diunduh da

Heryanti,E. 2009. Kebiasaan Makan Cepat Saji (Fast Food Modern), Aktivitas Fisik Dan Faktor Lainnya dengan Status Gizi pada Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok Tahun 2009. 23. Diunduh dari:


(52)

Ingersoll. 1992. In: Stang, J. 2008. Nutrition in Adolescence. In: Kathleen M,L. Escott-Stump,S. Krause’s Food & Nutrition Therapy, International Edition. Amerika: Saunders Elsevier. 248-249

KaplanW,D. Love-Osborne A, K. 2009, Adolescence. In: Hay W.Jr,W. Current Diagnosis & Treatment Pediatrics, Nineteenth Edition, Amerika: The McGraw-Hill Companies Inc. 101

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.

Khomsan, A. 2006. Solusi Makan Sehat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Kowalski,K. Croker,P. Donen R. 2004. The Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) and Adolescents (PAQ-A) Manual. Diunduh dari: Kramer E,R. 2011. Obesity. In: Bajaj, L. et.al. Berman’s Pediatric Decision

Making. Amerika: Elsevier. 24-26

Mardatillah, 2008. Hubungan KebiasaanKonsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik dan Faktor Lain dengan Gizi Lebih pada Remaja SMU Sudirman Jakarta

Timur Tahun 2008. Diunduh dari:

Mozaffarian D,K. 2006. In: Stender,S. et. al. 2007. Fastfood: Unfriendly and Unhealthy, International Journal of Obesity, 31, 887-890 Amerika: Nature

Publishing Group. Diunduh dari:

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 176-177

Oktaviani, W. Saraswati, L. Rahfiludin, M. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negri 9 Semarang Tahun 2012). Jurnal Kesehatan Masyarakat. (1):542-553. Diunduh dari:

Rudolf, M. Levene,M. 2006. Peadiatrics and Child Health, Second Edition. Amerika: Blackwell Publishing Ltd. 368


(53)

Runge S, M. Greganti A,M. 2009. Netter’s Internal Medicine, 2nd Edition. Amerika: Saunders Elsevier.

Sizer, F. Whitney,E. 2006. Nutrition Concepts and Controversies, Tenth Edition. Amerika: Thomson Wadsworth.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan Kesebelas. Jakarta: Infomedia. 367

Stang, J. 2008. Nutrition in Adolescence. In: Kathleen M,L. Escott-Stump,S. Krause’s Food & Nutrition Therapy, International Edition. Amerika: Saunders Elsevier. 248-249

Stender, S. Dyerberg, J. Astrup, A. 2007. Fastfood: Unfriendly and Unhealthy, International Journal of Obesity, 31, 887-890 Amerika: Nature Publishing

Group. Diunduh dari:

Sulistijani D, A. 2002. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Sunyoto, D. 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan (Analisis Data Penelitian dengan SPSS untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan). Yogyakarta: Nuha Medika.

Suryaputra, K. Nadhiroh, S. 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Diunduh dari:

Tarigan, E. 2012. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food). Diunduh dari:

Wahlqvist L,M. Tienboon, P. 2011. Growth and Ageing. In: Lanham-New A,S. et.al. Nutrition and Metabolism, Second edition. Amerika: Wiley-Blackwell,A John Wiley & Sons, Ltd. Publication. 129-133.

World Health Organization (WHO). 2003. Diet Nutrition and the Prevention of Chronic Disease: Report of a Joint WHO/FAO Expert Concultation,

Technical Report Series 916. Swiss Diunduh Dari:


(54)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Stefanie Tarigan

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 1 Oktober 1992

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Karya Sembada No.216 LK-XI, Kel PB Selayang II, Kec Medan Selayang, Medan 20131

Orang Tua : Prof. Dr. Ing Johannes Tarigan Dra. Malemta Sebayang Riwayat Pendidikan :

1. TK Sarah School Medan (1996) 2. SD ST Antonius II Medan (1998) 3. SMP ST Thomas 1 Medan (2004) 4. SMA ST Thomas 1 Medan (2007)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010 – Sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Ketua Seksi Publikasi Dokumentasi Panitia Perayaan Paskah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012)

2. Ketua Seksi Publikasi Dokumentasi Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013)


(55)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan”

Saya Stefanie Tarigan, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang melaksanakan penelitian berjudul “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan”.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan. Adapun manfaat dari penelitian ini bagi adik-adik adalah sebagai pertimbangan dalam memilih pola makan yang sesuai dengan kebutuhan harian adik-adik, serta sebagai untuk lebih mengatur aktivitas fisik dengan kebiasaan makan.

Saya akan memberikan kuesioner yang akan adik-adik isi untuk menilai kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik pada adik-adik. Fast Food adalah makanan yang dengan cepat tersedia setelah pelanggan memesannya. Jenis fast food antara lain seperti hamburger, fried chicken, french fries, dll. Aktivitas fisik adalah kegiatan yang adik-adik lakukan berupa olahraga. Kemudian saya akan mengukur tinggi badan dan berat badan adik-adik untuk menilai indeks massa tubuh.

Partisipasi adik-adik bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini, adik-adik tidak dikenakan biaya apapun. Bila adik-adik membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya

Nama : Stefanie Tarigan

Alamat: Jl. Karya Sembada no.216 Medan. No.HP: 087766234727


(56)

Terima Kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitan ini diharapkan adik-adik bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami perisiapkan.

Medan, Agustus 2013 Peneliti


(1)

15

3-4x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

2x/mi nggu

3-4x/bul an

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

16

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Sering

17

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

>3X/ ming gu

Tidak Sering

18

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

19

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

20

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

21

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Sering

22

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

23

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

24

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

25

3-4x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

26

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

27

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

28

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

29

3-4x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu


(2)

30

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

31

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

32

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

33

3-4x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bul an

>3X/ mingg u

Tidak Perna

h

Tidak Sering

34

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

1-2x/bu lan

Tidak Sering

35

2x/mi nggu

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

36

3-4x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

3-4x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Pernah

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

1-2x/bu lan

Tidak Sering

37

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

Tidak Pernah

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bu lan

Tidak Sering

38

1x/har i

2x/mi nggu

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

Tidak Sering

39

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

1-2x/bu lan

Tidak Sering

40

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bu lan

Tidak Sering

41

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

42

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

43

Tidak Perna

h

3-4x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

44

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

1x/har i

1x/har i

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu lan

Tidak Sering


(3)

45

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

46

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

47

2x/mi nggu

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

2x/mi nggu

Tidak Perna

h

Tidak Sering

48

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

49

2x/mi nggu

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1x/har i

3-4x/bu lan

Tidak Sering

50

1x/har i

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

1-2x/bul an

2x/mi nggu

1x/har i

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

51

2x/mi nggu

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

2x/mi nggu

Tidak Sering

52

3-4x/bul an

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

>3X/ ming gu

Tidak Sering

53

>3X/ mingg u

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

54

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

55

2x/mi nggu

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

56

1-2x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

57

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

58

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

2x/mi nggu

3-4x/bul an

2x/mi nggu

1-2x/bul an

>3X/ ming gu

Tidak Sering

59

>3X/ mingg u

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Sering


(4)

60

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

61

2x/mi nggu

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

1-2x/bu lan

Tidak Sering

62

2x/mi nggu

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

63

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

1-2x/bul an

1-2x/bu lan

Tidak Sering

64

1-2x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

65

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

66

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

67

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Sering

68

1-2x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

69

2x/mi nggu

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Sering

70

>3X/ mingg u

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

2x/mi nggu

>3X/ ming gu

Tidak Sering

71

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

72

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

3-4x/bul an

Tidak Pernah

3-4x/bul an

Tidak Pernah

3-4x/bu

lan Sering

73

2x/mi nggu

2x/mi nggu

1-2x/bul an

2x/mi nggu

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

3-4x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Sering

74

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

Tidak Sering


(5)

75

1x/har i

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

1-2x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Sering

76

2x/mi nggu

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

Tidak Sering

77

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

2x/mi nggu

Tidak Sering

78

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

3-4x/bu

lan Sering

79

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

3-4x/bul an

Tidak Perna

h Sering

80

1x/har i

>3X/ mingg u

Tidak Perna

h

>3X/ mingg u

Tidak Pernah

1-2x/bul an

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

81

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bu

lan Sering

82

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

1x/har i

1x/har i

1-2x/bu lan

Tidak Sering

83

>3X/ mingg u

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

84

>3X/ mingg u

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

>3X/ mingg u

Tidak Perna

h

Tidak Sering

85

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

3-4x/bul an

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bu lan

Tidak Sering

86

1-2x/bul an

1-2x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

3-4x/bu

lan Sering

87

>3X/ mingg u

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

2x/mi nggu

1-2x/bu lan

Tidak Sering

88

1x/har i

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

1-2x/bul an

Tidak Pernah

1-2x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Sering

89

2x/mi nggu

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

2x/mi nggu

Tidak Pernah

Tidak Pernah

2x/mi nggu

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering


(6)

90

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Perna

h Sering

91

1-2x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Perna

h

2x/mi nggu

Tidak Pernah

3-4x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ mingg u

2x/mi nggu

Tidak Sering

92

1x/har i

2x/mi nggu

1-2x/bul an

Tidak Pernah

Tidak Pernah

Tidak Pernah

1-2x/bul an

>3X/ mingg u

>3X/ ming gu

Tidak Sering

93

3-4x/bul an

3-4x/bul an

Tidak Perna

h

Tidak Pernah

3-4x/bul an

Tidak Pernah

2x/mi nggu

1-2x/bul an

>3X/ ming gu

Tidak Sering

94

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1-2x/bul an

1x/har i

1-2x/bu lan

Tidak Sering

95

1-2x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

1-2x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

3-4x/bul an

>3X/ ming gu

Tidak Sering

96

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

3-4x/bul an

2x/mi nggu

Tidak Sering