Hubungan Perilaku Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN

SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH:

RISKA ARITYA SEMBIRING NIM. 071000090

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN SARI

MUTIARA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

RISKA ARITYA SEMBIRING 071000090

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN SARI

MUTIARA MEDAN TAHUN 2011 Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

RISKA ARITYA SEMBIRING 071000090

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Januari 2012

Dan Dinyatakaan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima :

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(dr. Mhd Arifin Siregar, MS) (Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi) NIP. 19581111 198703 1 004 NIP. 19680616 199303 2 003

Penguji II Penguji III

(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes) (Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi) NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004

Medan, Januari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Secara umum gizi lebih merupakan dampak dari konsumsi energi yang berlebihan. Konsumsi pangan yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan energi yang kemudian disimpan dalam tubuh sebagai lemak, sehingga dari waktu ke waktu tubuh akan mengalami peningkatan berat badan. Perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan diduga dapat mempengaruhi gizi lebih, demikian juga hal nya dengan aktivitas fisik yang mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, tindakan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kebidanan Sari Mutiara Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 112 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu mahasiswa pada tingkat II. Data primer diperoleh dari kuesioner, formulir frekuensi makanan tentang tindakan konsumsi pangan dan formulir aktivitas fisik selama 24 jam. Data sekunder diperoleh dari administrasi Akademi. Hubungan antara perilaku konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih diuji dengan menggunakan Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 47 orang (42%) mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan menderita gizi lebih, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah gorengan ada sebanyak 102 orang (91,1%), aktivitas fisik mahasiswa ringan sekali yaitu sebanyak 92 orang (82,1%), ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan gizi lebih (p=0,029), tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan gizi lebih (p=0,483), ada hubungan bermakna antara tindakan dengan gizi lebih (p=0,040), ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan gizi lebih (p=0,007).

Disarankan sebaiknya pihak Akademi menambahkan kegiatan ekstrakulikuler seperti olahraga dan senam pagi untuk menambah aktivitas fisik mahasiswa sehingga dapat mengurangi berat badan yang berlebih, kepada mahasiswa sebaiknya memperhatikan makanan yang dikonsumsi setiap harinya dan mengurangi konsumsi makanan yang berlemak.

Kata Kunci: gizi lebih, pengetahuan, sikap, tindakan, aktivitas fisik, mahasiswa kebidanan


(5)

ABSTRACT

In general, the overweight is the effect of exceeding energy consumed. Consumed food exceeding energy consumed is stored in the body as the fat leading in to the adding of body weight from time to time. Behavior is knowledge, attitude and action thinks can be overweight, same with physical activity is relationship one share three out energy of body. The objective of this research is to know the relationship among knowledge, attitude, action and physical activity level and the overweight rate of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara.

This research is a descriptive, with cross sectional design. Population in this research are student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. Samples consisted of 112 student.Sampling methods was conducted by purposive sampling in level II of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. the primary data is taken by using questionnaire, form food frequency questionnaire regarding the food consumption level and form physical activity level at 24 hours. And the data secondary put in administration academi. Relationship among knowledge, attitude, action and physical activity level and the overweight by using Chi-Square test.

The result indicates 42 % overweigh of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. Food frequency that always consumed is friedfood of 91,1%, physical activity level student is so light in weight of 82,1 %. The result of Chi-Square test indicates that there is significant relationship between knowledge and overweight, (p= 0,029), that there is no significant relationship between attitude and overweight, (p= 0,483), that there is significant relationship between action and overweight, (p= 0,040), and that there is significant relationship between physical activity and overweight, (p= 0,007).

It is recommended that academi add extrakurikuler as gymnasty to add physical activity student that less body weight is over, and to student to care food consume everyday and less food fat.

Key Words : overweight, knowledge, attitude, action, physical activity and student midwife


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Aritya Sembiring

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai/ 02 September 1988

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 3 Orang

Alamat Rumah : Jln. Cut Ntak Dien No. 141 Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Binjai 1994 – 2000 2. SMP Negeri Binja 2000 – 2003 3. SMA Negeri Binji 2003 – 2006 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2007 - 2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan Kasih-Nya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011” yang merupakan salah satu syarat bagi saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda J. Sembiring (Alm) dan ibunda N br Bangun, juga kepada saudara-saudara saya K’Rina dan K’Eva (Alm) serta seluruh keluarga besar Sembiring dan Bangun yang senantiasa memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama penulis mengikuti pendidikan ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak dr. Mhd Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukkan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya selama melaksanakan perkuliahan di FKM USU dan sekaligus sebagi penguji I .

3. Bapak Prof. Dr.Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai penguji II.

4. Ibu Christina Roos Etty, S.ST, M.Kes, selaku direktur Akademi Kebidanan (Akbid) Sari Mutiara Medan dan seluruh staff dan mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid) Sari Mutiara Medan.

5. Semua dosen dan pegawai Administrasi di FKM USU, khususnya pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan juga kepada Bang Marihot Samosir, ST yang sudah banyak membantu saya.

6. Sahabat-sahabat terbaik saya K’Tina, K’Tuti, K’Ave, Rika, Eriska, Meishi, Agnes, Rani, Pitha.

7. Sahabat-sahabat PERMATA Runggun Simpang Awas Binjai.

8. Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat( K’Vero, Astriana, Yunet, K’Elsa, K’Dian, K`Rina, K` Neni, K`Pipin. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua dan saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2012

Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pangan ... 7

2.1.1. Klasifiksi Pangan ... 7

2.1.2. Konsumsi Pangan ... 9

2.1.3. Fungsi Sosial Pangan ... 9

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ... 11

2.2. Perilaku ... 11

2.3. Aktivitas Fisik ... 14

2.4. Gizi Lebih ... 15

2.4.1. Tipe-tipe Kegemukan ... 16

2.4.2. Penyebab Gizi Lebih ... 18

2.5. Cara Menentukan Gizi Lebih ... 21

2.6. Hubungan Perilaku dengan Gizi Lebih ... 22

2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih ... 22

2.8. Kerangka Konsep ... 22

2.9. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 24


(10)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1. Populasi ... 25

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Metode Penelitian ... 25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Instrumen Penelitian ... 26

3.6. Defenisi Operasional ... 26

3.7. Aspek Pengukuran ... 27

3.8. Teknik Analisa Data ... 30

3.8.1. Pengolahan Data ... 30

3.8.2. Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4. 2. Gambaran Umum Responden ... 32

4. 3. Pengetahuan Responden ... 33

4. 4. Sikap Responden ... 35

4. 5. Tindakan responden ... 36

4. 6. Aktivitas Fisik Responden ... 38

4. 7. Hubungan Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih ... 39

4. 8. Hubungan Sikap Responden tentang Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih ... 40

4. 9. Hubungan Tindakan Responden tentang Konsumsi Makanan Pokok dengan Gizi Lebih ... 41

4.10. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih ... 42

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1. Hubungan Pengetahuan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih ... 43

5.2. Hubungan Sikap Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih ... 44

5.3. Hubungan Tindakan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih ... 44

5.4. Hubungan Aktivitas Fisik Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih 46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Formulir Food Frecuency

Lampiran 3. Formulir Aktivitas Fisik Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data Lampiran 6. Dokumentasi


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat Aktivitas Fisik ... 15 Tabel 2.2. Katagori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... .22 Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswa Akademi

Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... .32 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... .33 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mahasiswa

Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 34 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Mahasiswa Akademi

Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Konsumsi Makanan

Pokok Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 36 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Pokok yang

dikonsumsi Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Konsumsi Makan

Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang dikonsumsi

Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 38 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Mahasiswa

Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 39 Tabel 4.10.Tabulasi Silang Tentang Pengetahuan Responden Konsumsi Pangan

dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 39

Tabel 4.11.Tabulasi Silang Tentang Sikap Responden Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 40


(12)

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Tentang Tindakan Responden terhadap Konsumsi Makanan Pokok dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 41 Tabel 4.12. Tabulasi Silang Tentang Tindakan Responden terhadap Konsumsi

Pangan dengan Gizi Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 41 Tabel 4.10.Tabulasi Silang Tentang Aktivitas Fisik Responden dengan Gizi

Lebih pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 ... 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pengetahuan, sikap, tindakan konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan


(13)

ABSTRAK

Secara umum gizi lebih merupakan dampak dari konsumsi energi yang berlebihan. Konsumsi pangan yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan energi yang kemudian disimpan dalam tubuh sebagai lemak, sehingga dari waktu ke waktu tubuh akan mengalami peningkatan berat badan. Perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan diduga dapat mempengaruhi gizi lebih, demikian juga hal nya dengan aktivitas fisik yang mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, tindakan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kebidanan Sari Mutiara Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 112 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu mahasiswa pada tingkat II. Data primer diperoleh dari kuesioner, formulir frekuensi makanan tentang tindakan konsumsi pangan dan formulir aktivitas fisik selama 24 jam. Data sekunder diperoleh dari administrasi Akademi. Hubungan antara perilaku konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih diuji dengan menggunakan Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 47 orang (42%) mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan menderita gizi lebih, jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah gorengan ada sebanyak 102 orang (91,1%), aktivitas fisik mahasiswa ringan sekali yaitu sebanyak 92 orang (82,1%), ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan gizi lebih (p=0,029), tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan gizi lebih (p=0,483), ada hubungan bermakna antara tindakan dengan gizi lebih (p=0,040), ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan gizi lebih (p=0,007).

Disarankan sebaiknya pihak Akademi menambahkan kegiatan ekstrakulikuler seperti olahraga dan senam pagi untuk menambah aktivitas fisik mahasiswa sehingga dapat mengurangi berat badan yang berlebih, kepada mahasiswa sebaiknya memperhatikan makanan yang dikonsumsi setiap harinya dan mengurangi konsumsi makanan yang berlemak.

Kata Kunci: gizi lebih, pengetahuan, sikap, tindakan, aktivitas fisik, mahasiswa kebidanan


(14)

ABSTRACT

In general, the overweight is the effect of exceeding energy consumed. Consumed food exceeding energy consumed is stored in the body as the fat leading in to the adding of body weight from time to time. Behavior is knowledge, attitude and action thinks can be overweight, same with physical activity is relationship one share three out energy of body. The objective of this research is to know the relationship among knowledge, attitude, action and physical activity level and the overweight rate of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara.

This research is a descriptive, with cross sectional design. Population in this research are student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. Samples consisted of 112 student.Sampling methods was conducted by purposive sampling in level II of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. the primary data is taken by using questionnaire, form food frequency questionnaire regarding the food consumption level and form physical activity level at 24 hours. And the data secondary put in administration academi. Relationship among knowledge, attitude, action and physical activity level and the overweight by using Chi-Square test.

The result indicates 42 % overweigh of student at academi of midwife Medan Sari Mutiara. Food frequency that always consumed is friedfood of 91,1%, physical activity level student is so light in weight of 82,1 %. The result of Chi-Square test indicates that there is significant relationship between knowledge and overweight, (p= 0,029), that there is no significant relationship between attitude and overweight, (p= 0,483), that there is significant relationship between action and overweight, (p= 0,040), and that there is significant relationship between physical activity and overweight, (p= 0,007).

It is recommended that academi add extrakurikuler as gymnasty to add physical activity student that less body weight is over, and to student to care food consume everyday and less food fat.

Key Words : overweight, knowledge, attitude, action, physical activity and student midwife


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan (pertanian sekunder), pangan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, karbohidrat, lemak dan lainnya.

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000). Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas


(16)

fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009).

Makanan olahan mengandung tinggi kalori dan lemak sehingga menyebabkan gizi lebih dan bisa mengarah pada obesitas (Arisman 2004). Hal ini diperkuat pada survei telepon yang dilakukan Jeffery,et al (2006) pada penduduk Minnesota (Amerika) dengan melibatkan 1033 orang dewasa diatas 18 tahun yang menunjukkan seberapa sering orang makan makanan siap saji (fast food) di restoran dihubungkan dengan kenaikan berat badan dan kurang dalam mengonsumsi makanan sehat sehingga menimbulkan gizi lebih.

Hanley,et al (2006) melakukan study pada penduduk asli Amerika dengan melibatkan 687 anak dan remaja ditentukan bahwa 61,4% mengalami gizi lebih, Damasceno (2003) melakukan study dengan 2316 responden pada usia 6-18 tahun di Mozambique terdapat gizi lebih sebanyak 12,5%.

Angka kejadian gizi lebih pada remaja di Indonesia belum dapat ditentukan secara pasti. Namun penelitian yang dilakukan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI mencatat diperkirakan 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, maka jumlah penduduk yang overweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%) dan penderita obesitas lebih dari 9,8 juta (4,7%).

Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi gizi lebih di Indonesia untuk daerah perkotaan pada golongan umur 5-17 tahun sebanyak 9,4%. Selain itu, beberapa penelitian mengenai status gizi remaja yang dilakukan di Depok juga menunjukkan anggota yang mengkhawatirkan. Penelitian Sari (2005) pada 176 siswa sekolah menengah atas terdapat 23,82% gizi


(17)

lebih. Penelitian Karnaeni (2005) pada 104 siswa di sekolah menengah atas Cakra Buana Depok terdapat 31,7% yang mengalami gizi lebih.

Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih mudah mengalami obesitas dibanding pria. Menurut data yang diperoleh pada tahun 1997, 14% pria mengalami gizi lebih dan 3% menderita obesitas,sedangkan wanita 20% mengalami gizi lebih dan 6% obesitas. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah aktivitas fisik yang kurang pada wanita terutama pada masa menopause. Selain itu rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.

Menurut McCaffre (2003) dengan adanya perbedaan aspek aktivitas fisik tentunya akan menyebabkan efek yang berbeda pula terhadap kesehatan. Walaupun aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat badan normal, tetapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan,aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Misalnya pada saat berolahraga kalori terbakar , semakin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.

Skiner seorang ahli psikologi,merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari


(18)

pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

Dampak gizi lebih pada remaja merupakan faktor resiko terhadap penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, penyakit hati, stroke dan beberapa jenis kanker (Khomsan, 2004). Selain itu juga menurut Thiana (2000) menegaskan bahwa dengan mengonsumsi makanan modern (fast food) secara berlebihan tanpa diimbangi dengan kegiatan yang seimbang dapat mengakibatkan gizi lebih yang dapat menurunkan produktivitas.

Faktor utama penyebab gizi lebih adalah kelebihan kalori yang diterima oleh tubuh. Di dalam tubuh kelebihan kalori disimpan dalam bentuk lemak. Penyebab masalah gizi lebih menurut Sutoto (1993) adalah karena (1) keseimbangan energi positif, (2) adanya aspek perilaku seperti salah memilih makanan yang sehat dan seimbang,salah menilai makanan enak sebagai makanan yang baik, (3) kelemahan menolak jika ditawari makanan yang berenergi tinggi, (4) gencarnya pemasaran makanan yang tidak sehat melalui iklan, (5) adanya faktor biologis yaitu seseorang mempunyai kecenderungan memiliki status gizi lebih karena faktor genetik.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa 40% persen mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan mengalami gizi lebih. Pola konsumsi makanan mahasiswa Kebidanan Sari Mutiara Medan berlangsung tiga kali sehari, selain makanan yang disediakan oleh akademi Kebidanan, mahasiswa juga mengonsumsi makanan yang dijual disekitar asrama Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan seperti bakso, nasi goreng, batagor, indomie, mie sop, dan gorengan. Aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa


(19)

sehari-harinya berlangsung saat belajar dikelas dan setelah itu beristirahat di asrama. Semua makanan yang dijual disekitar asrama sangat memicu terjadinya gizi lebih apalagi disertai dengan aktivitas mahasiswa yang ringan.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan dimana dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku konsumsi pangan dan kurangnya aktivitas fisik tampak pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan,maka penulis tertarik untuk meneliti apakah perilaku konsumsi dan aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan perilaku konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status gizi mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tahun 2011.

2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tentang konsumsi pangan tahun 2011.


(20)

3. Untuk mengetahui sikap mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tentang konsumsi pangan tahun 2011.

4. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tentang konsumsi pangan tahun 2011.

5. Untuk mengetahui aktivitas fisik mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara Medan tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas bagian catering Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan untuk memberikan informasi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih.

2. Sebagai upaya peningkatan pengetahuan bagi mahasiswa akademi kebidanan Sari Mutiara dalam mengkonsumsi pangan dan aktivitas fisik yang berhubungan dengan gizi lebih

3. Memberikan masukan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada pada akademi kebidanan Sari Mutiara dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi melalui penyuluhan tentang gizi lebih.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan kembang, serta mencapai prestasi kerja. Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan.

2.1.1. Klasifikasi pangan

Secara umum, pangan dikelompokkan menjadi dua yaitu pangan hewani dan pangan nabati. Pangan hewani meliputi daging, telur, ikan, kerang, susu, dan hasil susu. Sementara pangan nabati meliputi serealia/biji dari famili Gramineae, kacang-kacangan /biji dari famili Leguminoseae, sayuran dalam bentuk akar-akaran, daun-daunan, pucuk-pucuk, labu, dan sayur buah. Biji-bijian, semua biji yang tidak


(22)

termasuk serealia dan kacang-kacangan, buah-buahan segar dan kering, bumbu, dan rempah, serta pangan lainnya seperti madu, gula, jamur.

Penggolongan pangan yang digunakan FAO dikenal sebagai Disirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan dalam PPH ada sembilan yaitu, dibawah berikut ini dilampirkan.

1. Padi-padian adalah pangan yang berasal dari tanaman serealia yang biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok seperti padi, jagung, gandum, sorgum (cantel), dan produk olahannya seperti butiran, tepung (terigu, beras), pasta (bihun, makaroni).

2. Umbi-umbian adalah pangan yang berasal dari akar/umbi yang biasa di konsumsi sebagai pangan pokok seperti singkong, ubi jalar, kentang, ubi, sagu, talas, serta produk olahannya seperti tepung, kue maupun roti.

3. Pangan hewani adalah kelompok pangan yang terdiri dari daging, telur, susu, dan ikan, serta hasil olahannya.

4. Minyak dan lemak adalah bahan makanan yang berasal dari nabati, lemak umunya berasal dari hewani.

5. Buah/ biji berminyak adallah pangan yang relatif mengandung minyak baik dari buah maupun bijinya.

6. Kacang-kacangan adalah biji-bijian yang mengandung tinggi lemak seperti kacang tanah,dan sebagainya termasuk juga bahan olahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.

7. Gula terdiri atas gula pasir dan gula merah serta hasil olahannya berupa sirup, kembang gula (permen).


(23)

8. Sayuran dan buah adalah sumber vitamin dan mineral yang berasal dari bagian tanaman, yaitu daun, bunga, batang, umbi, atau buah.

9. Lain-lain adalah bumbu-bumbuan yang berfungsi sebagai penyedap dan penambah cita rasa pangan olahan, seperti ketumbar, merica, pala, asam jawa, cengkeh.

2.1.2. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tetentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Hal ini terkait dengan fungsi makanan yaitu gastronomik, identitas budaya, religi dan magis, komunikasi, lambang status ekonomi, serta kekuatan dan kekuasaan.

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan kegemukan atau overweight.

2.1.3. Fungsi Sosial Pangan

Pangan dapat dipelajari sebagai suatu persoalan biocultural. Kata bio

berkaitan dengan zat gizi yang terdapat dalam pangan yang akan mengalami proses biologi setelah masuk ke dalam tubuh dan mempunyai pengaruh pada fungsi organ-organ tubuh. Kata cultural memiliki makna bahwa faktor budaya yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik dan proses budaya mempengaruhi seseorang dalam


(24)

memilih jenis pangan,pengolahan pangan,cara konsumsi pangan (termasuk dengan siapa, kapan, dimana).

Sehubungan dengan itu maka pangan memiliki fungsi sosial sebagai berikut. 1. Fungsi gastronomik

Secara umum, pangan berfungsi untuk mengisi perut (gaster) yang kosong. Biasanya pangan yang dipilih dan dikonsumsi seseorang adalah memenuhi kesukaannya, hanya bedanya upaya tersebut dilakukan oleh setiap individu dengan cara yang tidak sama.

2. Pangan sebagai identitas budaya

Jenis pangan yang biasa dikonsumsi seseorang/komunitas tertentu dapat dijadikan indikator asal budaya mereka.

3. Pangan sebagai fungsi religi dan magis

Dalam hal ini pangan dikaitkan dengan upacara khusus, seperti kambing untuk akikah atau khinatan bagi pemeluk Agama Islam.

4. Pangan sebagai fungsi komunikasi

Pangan tertentu sering kali diberi peranan sebagai sarana komunikasi nonverbal dalam peristiwa tertentu. Sebagai contoh pada hari raya Idul Fitri terdapat kebiasaan mengirim pangan dalam bentuk ketupat dan lauk pauk, parsel/paket pangan dan minuman, acara saling suap nasi antara pengantin laki-laki dan perempuan.

5. Pangan sebagai lambang status ekonomi

Biasanya jenis konsumsi pangan sekelompok orang berbeda menurut tingkat ekonominya. Sebagai contoh roti tawar putih biasanya dikonsumsi oleh seseorang


(25)

yang status ekonominya tinggi,sedang roti tawar berwarna biasanya dikonsumsi oleh pegawai (buruh) dengan status ekonomi sedang atau rendah.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya dan religi.

2.2. Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (Notoatmodjo 2007). Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut,maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organisme atau organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor yang memengaruhi perilaku manusia yang disebabkan oleh lingkungan. Sedangkan faktor internal adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo,2003).


(26)

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yaang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

3. Tindakan

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Pengetahuan gizi yang sudah baik maka kemungkinan untuk melakukan suatu tindakan akan lebih baik juga. Tetapi walaupun pengetahuan kita baik dan sikap kita keras tanpa dibarengi oleh tindakan yang nyata maka tidak akan tercapai apa yang kita kehendaki. Dari tindakan seseorang dalam mengkonsumsi suatu zat gizi maka dapat dinilai perilaku makannya baik atau tidak.

Beberapa perilaku / gaya hidup yang kurang tepat dapat menimbulkan kegemukan, seperti (Purwati, dkk, 2007):

1. Makan berlebihan

Mempunyai nafsu makan yang berlebihan merupakan kebiasaan yang buruk, baik dilakukan di rumah, restoran, pertemuan-pertemuan, maupun pesta. Apabila sudah kenyang jangan sekali-sekali menambah porsi makanan meskipun makanan yang tersedia sangat lezat dan merupakan makanan favorit.


(27)

2. Makan terburu-buru

Kebiasaan makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan dan dapat mengakibatkan cepat merasa lapar kembali. Padahal jika makanan dikunyah lebih lama selain kelezatan makanan dapat dinikmati, juga dapat membuat lama waktu makan.

3. Menghindari makan pagi

Banyak orang yang menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak. Dengan kondisi ini, jika dihitung jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak jika dibandingkan kalau makan pagi.

4. Waktu makan tidak teratur

Jika jarak antara dua waktu makan terlalu panjang, ada kecenderungan untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan. Jika keadaan tersebut berlangsung relatif lama maka akan mengakibatkan kegemukan.

5. Salah memilih dan mengolah makanan

Ada beberapa faktor atau karena ketidaktahuan seseorang salah dalam memilih makanan. Sementara itu banyak juga orang memilih makanan hanya karena prestise

atau gengsi semata. Makanan cepat saji yang banyakditawarkan sekarang banyak mengandung lemak, kalori, dan gula berlebih.

6. Kebiasaan mengemil makanan ringan

Mengemil merupakan kegiatan makan diluar waktu makan. Biasanya makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil ( makanan ringan ) yang rasanya gurih,


(28)

manis, dan digoreng. Bila tidak dikontrol, hal ini akan mengakibatkan kegemukan karena jenis makanan tersebut adalah makanan tinggi kalori.

2.3. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (Rizky, 2011). Seseorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seseorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004). Aktivitas fisik dan aktivitas dalam berolahraga memiliki peranan penting terhadap kejadian overweight dan

obesitas yang berdampak terhadap angka kesakitan dan angka kematian.

Dalam proses kehidupan selalu diperlukan aktivitas fisik yang meliputi gerak tubuh untuk berjalan dan gerakan lainnya. Seluruh aktivitas tersebut memerlukan energi di dalam tubuh yang terbuang,begitu juga sebaliknya dengan berkurangnya aktivitas fisik maka banyak cadangan energi yang tersimpan. Aktivitas terebut diperlukan untuk membakar energi di dalam tubuh. Dalam penelitian Hadi (2003) menunjukkan bahwa penurunan aktivitas fisik dan peningkatan perilaku hidup sedentarian (kurang gerak) mempunyai peranan penting dalam peningkatan berat badan dan terjadinya obesitas.

Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolahraga, karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolahraga berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan, hal ini merupakan gerak anggota tubuh yang tidak seimbang (Mursito,2003).


(29)

Pengeluaran energi dikelompokkan menurut jenis kegiatan yaitu tidur, pekerjaan (ringan, sedang, berat), santai dan kegiatan lainnya (kegiatan rumah tangga, sosial dan olahraga).

Tingkat aktivitas fisik (physical activity level) tidak dapat dihitung pada ibu hamil dan ibu menyusui, namun berlaku pada orang,adapun perhitungan tingkat aktivitas fisik yaitu:

PAL =

Sedangkan untuk menentukan total aktivitas fisik dengan cara: Total aktivitas fisik = Aktivitas fisik x PAL

Sebagai contoh dari tingkat aktivitas fisik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas Jenis Aktivitas PAL

Tidak beraktivitas Tidur 0,5

Ringan sekali Hanya duduk (untuk usia > 65 tahun, sakit)

1,2 Ringan sedang Kerja kantor, pekerja toko 1,4 – 1,5 Sedang Mengemudi, belajar, mengajar, makan 1,6 – 1,7

Berat Kegiatan yang membutuhkan waktu

untuk berdiri, melakukan pekerjaan rumah, polisi

1,8 – 1,9

Berat sekali Atlet 2,0 – 2,4

Sumber: Energi dan persyaratan protein dari Lokakarya IDECG Universitas PBB 1994 yang diperoleh tahun 2009

2.4. Gizi Lebih

Gizi lebih atau kelebihan berat badan ditandai dengan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energi yang berubah menjadi lemak (Pritasari,2006). Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal (Rimbawan & Albiner, 2004).


(30)

Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,terutama disebabkan melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktivitas fisik.

Orang gemuk sebagian besar menyimpan lemaknya di bagian perut dan selebihnya di bagian pinggul atau paha. Pada umumnya orang gemuk memiliiki kadar trigliserid tinggi dan disimpan di bawah kulit. Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan jika indeks masa tubuhnya 25—29,9 dan dikatakan obesitas jika indeks masa tubuhnya lebih dari 30

2.4.1. Tipe-tipe Kegemukan

Menurut (Purwati, 2000), kegemukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Berikut dibawah ini merupakan tipe-tipe kegemukan dibedakan berdasarkan letak timbunan lemak dan penambahan usia.

1. Kegemukan berdasarkan Letak Timbunan Lemak

Kegemukan akan menjadi masalah kesehatan jika kelebihan lemak di dalam tubuh tersebar pada bagian-bagian tertentu seperti bagian perut, dada, lengan, dan muka. Lemak yang menumpuk pada bagian tubuh sebelah atas tersebut lebih membahayakan dibandingkan lemak yang menumpuk disekitar tubuh bagian bawah seperti pinggul, paha, pantat, dan perut. Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada dua tipe kegemukan, yaitu tipe buah apel (tipe android) dan tipe buah pear (tipe ginoid).


(31)

Tubuh gemuk tipe android ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Pada umumnya, tipe ini dialami oleh wanita yang sudah menopause dan pada pria. Lemak yang terdapat pada tipe android merupakan lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yangg besar, dan mempunyai resiko lebih tinggi terhadap penyakit degeneratif.

b. Kegemukan tipe buah pir ( tipe ginoid)

Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak pada bagian bawah tubuh, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak diderita oleh kaum hawa. Jenis timbunan lemaknya merupakan lemak tidak jenuh, ukuran sel lemaknya kecil dan lembek, namun tipe ini lebih sulit dalam menurunkan berat badan (Purwati, 2000).

2. Berdasarkan Usia

Kegemukan berdasarkan usia dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu kegemukan pada masa bayi (infancy-onset obesity), kegemukan pada masa anak-anak (childhood-onset obesity), kegemukan pada saat dewasa(adult-onset obesity).

a. Kegemukan pada masa bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam memberi makanan kepada bayinya.

b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik. Di sisi lain, maraknya iklan makanan pada media elektronik dan media cetak membuat anak-anak cenderung konsumtif. Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan arahan kepada anaknya, bukan mustahil makanan jajanan yang dipilih anak akan mengandung gizi yyang


(32)

tidak seimbang. Keadaan ini akan membuat anak menjadi gemuk bila didukung anak tersebut malah berolahraga dan bergerak.

c. Kegemukan saat dewasa sekarang ini banyak terjadi, terlebih menjelang usia 30 tahun. Hal ini disebabkan pada usia ini karir seseorang sudah semakin mantab sehingga terlalu disibukkan dengan pekerjaan, dan kebanyakan mereka tidak memiliki waktu untuk berolahraga. Oleh karena itu, jika kurang hati-hati mengontrol makanan dan segan untuk melakukan aktivitas fisik lambat laun tubuh akan menderita kegemukan. Padahal jika kegemukan dibiarkan berlarut,pada usia 45-60 tahun akan dihinggapi berbagai penyakit degeneratif. 2.4.2. Penyebab Gizi Lebih

Menurut (Purwati, 2000), ada beberapa faktor utama yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan berat badan atau bahkan kegemukan. Beberapa faktor tersebut yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang tepat,kurang melakukan aktivitas fisik, dan beberapa faktor lain.

1. Faktor genetik

Bila salah satu orangtuanya menderita kegemukan, maka peluang untuk resiko kegemukan akan meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orangtuanya mengalami kegemukan maka peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80%.

2. Faktor psikologis

Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku, bahkan mungkin perilaku yang salah. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius. Faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Ada dua pola makan abnormal yang bisa


(33)

menjadi penyebab kegemukan maupun kelebihan berat badan yaitu makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini dipicu oleh stres dan kekecewaan (Anonym,2006). Hal ini disebabkan karena sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan digunakan untuk melakukan aktivitas fisik. Namun jika seseorang yang sedang mengalami stress tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan menjadi lemak. 3. Pola hidup yang kurang tepat

Demikian juga jika ada kebiasaan yang kurang baik dilakukan terus menerus maka akan menjadi pola hidup yang kurang tepat. Beberapa kebiasaan kurang baik yang dapat menimbulkan gemuk bahkan kegemukan yaitu makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur, salah memilih dan mengolah makanan, kebiasaan mengemil makanan ringan.

4. Kurang melakukan aktivitas fisik

Dewasa ini, kemajuan teknologi banyak menciptakan alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh. Dengan demikian, jika asupan kalori ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan (Pritasari,2006).

5. Beberapa faktor lain pemicu kegemukan

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa faktor lagi yang dapat menyebabkan kegemukan,sebagai berikut: Metabolisme basal dilihat dari berat badan akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Secara alami, metabolisme


(34)

basal pada usia yang semakin senja akan semakin menurun. Sejalan dengan itu, aktivitas fisik pun juga semakin berkurang. Oleh karena itu,energi yang dibutuhkan tubuh juga lebih rendah jika dibandingkan ketika masih muda. Untuk mencegah terjadinya kegemukan, hendaknya asupan kalori dikurangi sesuai dengan peningkatan umur. (Purwati,2000).

Selain metabolisme basal ada hormon, yaitu hormon tiroid, hormon insulin yang dapat menyebabkan kegemukan (Arief, 2007). Enzim tubuh juga merupakan salah satu faktor selain metabolisme basal dan hormon. Enzim adipose tissue lipoprotein lipase memiliki peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan. Enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Sel tubuh akan memilih di antara glikogen atau lemak untuk energinya. Namun beberapa orang lebih cenderung menggunakan glikogen yang dapat menurunkan glukosa darah sehingga membuat orang merasa lebih sering lapar.

Efek samping penggunaan obat-obatan dapat juga menjadi salah satu faktor penyebab kegemukan,beberapa obat dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh seperti OAD (obat oral antidiabetes) dan plikontrasepsi. Dengan demikian,seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makan. Apalagi jika penggunaannya dalam waktu relatif lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka akan memicu suatu penyakit, maka akan memicu terjadinya kegemukan (Arief,2007).


(35)

Cara untuk menentukan seseorang mengalami gizi lebih dapat dilakukan dengan cara:

1. Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985:batasan BB normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT) IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas),khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan hepatomegali Batas Ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal 20,1-25,0 ) dan perempuan (normal18,7-23,8)

Cara untuk menentukan seseorang menderita gizi lebih dapat dilakukan dengan mengukur IMT individu. Rumus dalam perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Katagori Ambang Batas Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk Indonesia adalah seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Katagori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Berat < 17,0 Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan 17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Berat > 27,0

Sumber: Dit. Gizi Departemen Kesehatan RI Jakarta, 1994 dalam Depkes 2006


(36)

Berdasarkan hasil penelitian Maulidyah (2010) hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan anak tentang gizi dengan status gizi lebih bersamaan dengan itu Mardatilah (2008) juga melakukan penelitian dan diperoleh hasil bahwa pengetahuan gizi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gizi lebih.

2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gizi Lebih

Berdasarkan hasil penelitian Maulidyah (2010) diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi lebih demikian halnya dengan Cahyati (2008) juga melakukan penelitian dan hasil penelitiaan diperoleh ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi lebih.

2.8. Kerangka Konsep

Hubungan antara perilaku konsumsi pangan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan serta aktivitas fisik dengan gizi lebih dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pengetahuan, sikap, tindakan, konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih.

Gizi lebih Pengetahuan

Sikap Tindakan


(37)

Dari skema terlihat bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan konsumsi pangan serta aktivitas fisik merupakan variabel independen dan gizi lebih merupakan variabel dependen. Pengetahuan, sikap dan tindakan serta aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya gizi lebih.

2.9. Hipotesis

1) Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

2) Ho: Tidak ada hubungan antara sikap dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara sikap dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

3)Ho: Tidak ada hubungan antara tindakan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara tindakan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

3) Ho: Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.

Ha: Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Peelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat hubungan perilaku konsumsi pangan yang meliputi pengetahuan, sikap serta tindakan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian. 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan yang terletak di Jalan Kapten Muslim No.79 Medan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa 40% mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan mengalami gizi lebih. Pola konsumsi mahasiswa Kebidanan Sari Mutiara Medan berlangsung tiga kali sehari, selain makanan yang disediakan oleh akademi Kebidanan, mahasiswa juga mengonsumsi makanan yang dijual disekitar asrama Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan seperti bakso, nasi goreng, batagor, indomie, mie sop, dan gorengan.

3.2.2. Waktu Penelitian


(39)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan di Jalan Kapten Muslim No.79 Medan yang berjumlah 453 orang. 3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode teknik purposive sampling.

Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan yang berjumlah 112 orang. Adapun pertimbangannya menjadikan tingkat II sebagai sampel karena pada tingkat I merupakan mahasiswa baru yang masih harus beradaptasi dengan keadaan di Akademi Kebidanan Sari Mutiara, sedangkan mahasiswa tingkat III sedang sibuk dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan praktik lapangan.

3.4. Metode Penelitian 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti melalui wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi data identitas responden (Nama, usia, kelas, berat badan dan tinggi badan). Berat badan dan tinggi badan diukur dengan menggunakan timbangan injak yang disertai alat mengukur tinggi badan. Adapun untuk mengetahui pengetahuan dan sikap responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah disediakan jawaban untuk dipilih sedang untuk mengetahui tindakan responden dilihat dengan formulir food frequency. Sedangkan


(40)

untuk mengetahui aktivitas fisik responden dengan menggunakan formulir aktivitas fisik selama 24 jam.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder mencakup data gambaran umum Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan meliputi data jumlah siswa dengan mencatat dokumen yang diperoleh dari bagian administrasi akademi.

3.5. Instrumen Penelitian 1. Alat timbang berat badan 2. Alat ukur tinggi badan

3. Formulir frekuensi makan (food frequency) 4. Formulir aktivitas fisik selama 24 jam 5. Kuesioner perilaku

3.6. Defenisi Operasional

1. Konsumsi Pangan merupakan jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh responden

2. Gizi lebih merupakan kelebihan berat badan responden yang diukur melalui indeks masa tubuh yaitu lebih dari 25.

3. Pengetahuan merupakan sesuatu hal yang diketahui responden yang berhubungan dengan konsumsi pangan.

4. Sikap merupakan reaksi atau respons dari responden dalam mengkonsumsi pangan.

5. Tindakan merupakan perbuatan nyata dari responden terhadap apa yang biasa dikonsumsi.


(41)

6. Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang dilakukan responden dalam sehari. 3.7. Aspek Pengukuran

1. Gizi Lebih

Pengukuran individu yang menderita gizi lebih dapat diketahui melalui pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT).

Yaitu pengukuran yang dilakukan melalui berat badan dan tinggi badan.

Indeks Masa Tubuh digolongkan menjadi:

Katagori IMT

Kurus Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan <17,0 <17,0 - 18,5 >18,5 – 25,0 >25,0 – 27,0

>27,0 Kekurangan Berat Badan (BB) Tingkat Berat

Normal

Gizi Lebih Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Ringan Kelebihan Berat Badan (BB) Tingkat Berat 2. Perilaku Konsumsi Pangan

Perilaku konsumsi pangan dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. 1. Pengetahuan

Jumlah pertanyaan delapan yang bersifat tertutup dengan menggunakan skala likert;

Skor 1 untuk jawaban ya, sehingga skor tertinggi 8 Skor 0 untuk jawaban tidak, sehingga skor terendah 0.


(42)

Hasil pengukuran:

1. kurang ; jika jawaban ya kurang dari 3, mendapat skor < 40% 2. sedang ; jika jawaban ya antara 3 - 6, mendapat skor 40 - 75% 3. baik ; jika jawaban ya lebih dari 6, mendapat skor > 75% 2. Sikap

Jumlah pertanyaan 6 yang bersifat tetutup dengan menggunakan skala likert. Skor 1 untuk jawaban sutuju, skor tertinggi 6

Skor 0 untuk jawaban tidak setuju, skor terendah 0. Hasil pengukuran :

1. sikap kurang ; jika jawaban setuju kurang dari 2, mendapat skor < 40% 2. sikap sedang ; jika jawaban setuju antara 2 – 4, mendapat skor 40 – 75% 3. sikap baik ; jika jawaban setuju lebih dari 4, mendapat skor > 75% 3. Tindakan

Meliputi; jenis makanan dan frekuensi makan yang diukur melalui food frequency.

A. Konsumsi makanan yang wajib dikonsumsi selama 1 hari Skor 1 jika dikonsumsi 1 kali sehari

Skor 2 jika dikonsumsi 2 kali sehari

Skor 3 jika dikonsumsi lebih dari 3 kali sehari


(43)

Hasil pengukuran :

1. Tindakan baik ; jika frekuensi konsumsi lebih dari 3 kali sehari, dengan skor > 75% (jumlah skor 24)

2. Tindakan sedang; jika frekuensi konsumsi 2 kali sehari, dengan skor 40 – 75% (jumlah skor 9-24)

3. Tindakan tidak baik; jika frekuensi konsumsi 1 kali sehari, dengan skor < 40% (jumlah skor 9)

B. Makanan Jajanan

Skor 1 jika dikonsumsi 0 – 3 kali dalam seminggu Skor 2 jika dikonsumsi 3 – 6 kali dalam seminggu Skor 3 jika dikonsumsi lebih dari 6 kali dalam seminggu

Skor tertinggi 33 dengan 11 jenis makanan pokok dan skor terendah adalah 11. Hasil pengukuran :

1. Tindakan baik: jika frekuensi konsumsi 0-3 kali seminggu, dengan skor < 40% (jumlah skor kurang dari 13)

2. Tindakan sedang; jika frekuensi konsumsi 3-6 kali seminggu, dengan skor 40–75% (jumlah skor 13-25)

3. Tindakan tidak baik; jika frekuensi konsumsi lebih dari 6 kali seminggu, dengan skor > 75% (jumlah skor lebih dari 25)


(44)

4. Aktivitas Fisik

Dihitung dengan menggunakan Physic activity level (PAL), aktivitas fisik dikatagorikan menjadi:

1. Tidak beraktivitas, jika PAL 0,5 2. Ringan sekali , jika PAL 1,2 3. Ringan sedang, jika PAL 1,4 – 1,5 4. Sedang, jika PAL 1,6 – 1,7

5. Berat, jika PAL 1,8 – 1,9 6. Berat sekali, jika PAL 2,0 - 2,4 3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah diteliti dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data.

2. Koding, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner. 3. Entri data.

3.8.2. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.


(45)

Untuk melihat ada tidaknya hubungan perilaku konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan gizi lebih , digunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 0,05

.

Jika ditemukan pada tabel 2 x 2 ada expected count yang kurang dari 5 maka dilakukan Exact Fisher.

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara deskriptif.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan didirikan pada tanggal 26 September 2001. Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan ini terletak di Jalan Kapten Muslim No.79 Medan. Adapun sarana yang dimiliki sekolah ini terdiri dari 8 ruangan belajar mengajar, 4 ruangan laboratorium, 1 ruangan tata usaha, 4 kamar mandi.

Saat ini, direktur Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan tersebut adalah Ibu Christina Roos Etty ,SST, M.Kes yang dibantu oleh 10 orang dosen tetap dan 20 orang dosen luar serta 1 orang TU. Jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 453 orang yang terdiri dari 152 orang tingkat I, 112 orang tingkat II dan 189 orang tingkat III.

4.2. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti maka diperoleh gambaran responden menurut umur yang dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 18 18 16,0

2 19 76 67,9

3 20 15 13,4

4 21 2 1,8

5 22 1 0.9


(47)

Berdasarkan tabel 4.1. di atas, diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah 19 tahun yaitu sebanyak 76 orang (67,9%), sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 22 tahun, yaitu sebanyak 1 orang (0,9%).

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti maka diperoleh gambaran responden menurut indeks masa tubuh yang dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini : Tabel. 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Indeks Masa Tubuh (IMT) Jumlah (orang) %

1 Kurus 5 4,5

2 Normal 60 53,5

3 Overweight 44 39,3

4 Obesitas 3 2,7

Jumlah 112 100

Berdasarkan tabel 4.2. di atas, dapat diketahui bahwa indeks masa tubuh responden sebagian besar normal yaitu sebanyak 60 orang (53,5%), sedangkan indeks masa tubuh responden yang termasuk dalam overweight yaitu sebanyak 44 orang (39%) sedangkan yang mengalami obesitas ada 3 orang (2,7%), dan yang tergolong dalam indeks masa tubuh yang kurus sebanyak 5 orang (4,5%).

4.3. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden dihitung melalui pertanyaan dari kuesioner yang terdiri dari 8 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai konsumsi pangan dan kaitannya dengan gizi lebih, maka dapat diketahui pengetahuan responden sebagai berikut:


(48)

Tabel. 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Pengetahuan Jumlah (orang) %

1 Kurang 41 36,6

2 Sedang 52 46,6

3 Baik 19 17,0

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan sedang tentang konsumsi pangan terhadap gizi lebih yaitu sebanyak 52 orang (46,6%), dan beberapa responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 41 orang ( 36,6%), serta responden yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 19 orang ( 17%).

Hasil yang didapat peneliti dari kuesioner yang diisi oleh 112 responden, terdapat 112 orang (100%) yang menyatakan bahwa gizi lebih dapat disamakan dengan kegemukan selain itu ada sebanyak 48 orang (42,9%) mengetahui bahwa makanan yang mengandung zat gizi seperti lemak, gula dan sodium(Na) yang tinggi dapat menyebabkan gizi lebih dan ada 33 orang (29,5%) menyatakan bahwa mengonsumsi jenis makanan seperti bakso, mie goreng, nasi goreng, batagor, mie instan, gorengan dengan berlebihan dapat menyebabkan gizi lebih.

Dari 112 responden ada 92 orang (82,1%) mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus, kanker, penyakit jantung koroner dan kolesterol tinggi dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan yang berlebihan. Sedangkan 55 orang (49,1%) mengetahui bahwa frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari dengan aktivitas fisik yang kurang menyebabkan gizi lebih. 44 orang (39,3%) mengetahui bahwa makan


(49)

makanan yang berlebihan dapat menyebabkan gizi lebih. 47 orang (42,0%) menyatakan bahwa gizi lebih ditandai dengan berat badan yang melebihi normal lain dari itu terdapat 25 orang (22,3%) mengetahui bahwa aktivitas fisik yang kurang dan konsumsi pangan yang berlebih dapat menyebabkan gizi lebih.

4.4. Sikap Responden

Sikap responden dihitung melalui pertanyaan dari kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan yang berkaitan dengan konsumsi pangan dan kaitannya dengan gizi lebih, maka dapat diketahui sikap responden sebagai berikut

Tabel. 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Sikap Jumlah (orang) %

1 Kurang 41 36,6

2 Sedang 52 46,4

3 Baik 19 17,0

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap sedang tentang konsumsi pangan terhadap gizi lebih yaitu sebanyak 52 orang (46,6%), dan beberapa responden memiliki sikap kurang yaitu sebanyak 41 orang ( 36,6%), serta responden yang memiliki sikap yang baik sebanyak 19 orang ( 17%)

Hasil yang didapat peneliti dari kuesioner yang diisi oleh 112 responden, terdapat 58 orang (51,8%) setuju bahwa setiap makan makanan berlebih dapat menyebabkab gizi lebih dan ada 90 orang (80,4%) menyatakan setuju bahwa aktifitas fisik yang kurang dapat menyebabkan gizi lebih. Sedangkan ada sebanyak 71


(50)

orang (63,4%) menyatakan setuju bahwa dengan konsumsi makan yang lebih dan aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan gizi lebih.

Dari 112 responden, ada 64 orang (57,1%) menyatakan setuju jika melakukan aktivitas di kampus dan makan makanan yang lebih menyebabkan gizi lebih, selain itu terdapat sebanyak 88 orang (78,6%) setuju bahwa setelah mengetahui dampak mengonsumsi makanan berlebih,anda mengurangi konsumsi makan dan terdapat 84 orang (75,0%) yang setuju bahwa dampak gizi lebih menyebabkan penyakit degeneratif.

4.5. Tindakan Responden

Tindakan responden dihitung melalui kuesioner dengan food frequency. Pada makanan wajib yang dikonsumsi dalam 1 hari, maka dapat diketahui tindakan responden sebagai berikut:

Tabel. 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Konsumsi Makanan wajib yang dikonsumsi dalam 1 hari oleh Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Tindakan Jumlah (orang) %

1 Tindakan baik I05 93,8

2 Tindakan sedang 7 6,3

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan baik terhadap konsumsi makanan wajib yang dikonsumsi dalam 1 hari oleh yaitu sebanyak 105 orang (93,8%), dan beberapa responden memiliki tindakan sedang yaitu sebanyak 7 orang 6,3%).


(51)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan wajib yang dikonsumsi dalam 1 hari oleh mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Jenis Makanan Frekuensi 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Jumlah

n % n % n % n %

Nasi putih - - 12 10,7 100 89,3 112 100

Sayuran 1 0,9 5 4,5 106 94,6 112 100

Buah-buahan 1 0,9 27 24,1 84 75,0 112 100

Ikan 1 0,9 25 22,3 86 76,8 112 100

Daging 104 92,9 8 7,1 - - 112 100

Telur - - 6 5,4 106 94,6 112 100

Susu 82 73,2 22 19,6 8 7,1 112 100

Ayam - - 6 5,4 106 94,6 112 100

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa makanan wajib yang paling sering dikonsumsi 3 kali dalam sehari adalah sayuran, telur, ayam dengan jumlah 106 orang (94,6%) dilanjutkan nasi putih sebanyak 100 orang (89,3%) dan makanan yang paling jarang dikonsumsi adalah susu sebanyak 8 orang (7,1%).

Selain tindakan konsumsi makanan wajib yang dikonsumsi dalam 1 hari yang dihitung melalui kuesioner food frequency maka ada 11 menu makanan yang biasa dikonsumsi responden selain makanan wajib, maka dapat diketahui tindakan responden sebagai berikut:

Tabel. 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Konsumsi Makanan Jajanan Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Tindakan Jumlah (orang) %

1 Tindakan sedang 82 73,2

2 Tindakan tidak baik 30 26,8


(52)

Berdasarkan tabel 4.7. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan sedang terhadap konsumsi makanan jajanan yaitu sebanyak 82 orang (73,2%), dan beberapa responden memiliki tindakan yang tidak baik yaitu sebanyak 30 orang ( 26,8%).

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan yang di konsumsi mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Jenis Makanan

Frekuensi 0-3 kali

Seminggu

4-6 kali Seminggu

> 6 Kali Seminggu

Jumlah

n % n % n % n %

Bakso 41 36,6 25 22,3 46 41,1 112 100

Mie Goreng 20 17,9 51 45,5 41 36,6 112 100

Batagor 46 41,1 34 30,4 32 28,6 112 100

Mie sop 33 29,5 66 58,9 13 11,6 112 100

Mie Ayam Bakso 37 33,0 35 31,3 40 35,7 112 100 Nasi Goreng 13 11,6 40 35,7 59 52,7 112 100 Gorengan 8 7,1 2 1,8 102 91,1 112 100

Indomie 52 46,4 20 17,9 40 35,7 112 100

Burger 83 74,1 12 10,7 17 15,2 112 100

Roti Bakar 20 17,9 85 75,9 7 6,3 112 100 Mie Aceh 107 95,5 3 2,7 2 1,8 112 100

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa makanan yang paling sering dikonsumsi lebih dari 6 kali dalam seminggu adalah gorengan ada sebanyak 102 orang (91,1%) dilanjutkan bakso sebanyak 46 orang (41,1%) dan makanan yang paling jarang dikonsumsi adalah mie aceh sebanyak 2 orang (1,8%) yang tersedia di lingkungan Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan.


(53)

4.6. Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas fisik responden dihitung melalui formulir aktivitas fisik selama 24 jam dan responden mengisi alokasi waktu dalam formulir aktivitas fisik yang mereka lakukan selama 1 hari, maka dapat diketahui aktivitas fisik responden sebagai berikut: Tabel. 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Mahasiswa

Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

No Aktivitas Fisik Jumlah (orang) %

1 Ringan sekali 92 82,1

2 Ringan sedang 20 17,9

Jumlah 112 100,0

Berdasarkan tabel 4.9. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik yang ringan sekali yaitu sebanyak 92 orang (82,1%), dan beberapa responden memiliki aktivitas fisik ringan sedang yaitu sebanyak 20 orang ( 17,9%).

4.7. Hubungan Pengetahuan responden tentang konsumsi pangan dengan gizi lebih

Berdasarkan data pengetahuan responden dan gizi lebih, yang telah dikumpulkan dari 112 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:


(54)

Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan responden terhadap konsumsi pangan dengan indeks masa tubuh pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Pengetahuan

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) Kurus Normal Gizi Lebih Jumlah

P

n % n % n % n %

Kurang 0 0 18 43,9 23 56,1 41 100 0,029

Sedang 3 5,8 28 53,8 21 40,4 52 100 Baik 2 10,5 14 73,7 3 6,4 19 100

Dari Tabel silang 4.10. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 23 orang (56,1%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan sedang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 21 orang (40,4%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 3 orang (6,4%).

Dari hasil analisa di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang kurang cenderung akan mengalami gizi lebih. Sedangkan pengetahuan yang baik akan mengurangi terjadinya gizi lebih. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,029 (p<0,05), yang artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan gizi lebih.


(55)

4.8. Hubungan Sikap Responden tentang Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih

Berdasarkan data sikap responden dan gizi lebih, yang telah dikumpulkan dari 112 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.11.Distribusi Sikap Responden terhadap Konsumsi Pangan dengan indeks masa tubuh pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Sikap

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) Kurus Normal Gizi Lebih Jumlah

P

N % n % n % n %

Kurang 0 0 10 55,6 8 44,4 18 100

0,483 Sedang 2 4,5 20 45,5 22 50,0 44 100

Baik 3 6,0 30 60,0 17 34,0 50 100

Dari Tabel silang 4.11. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki sikap kurang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 8 orang (44,4%), sedangkan responden yang memiliki sikap sedang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 22 orang (50,0%) dan responden yang memiliki sikap baik yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 17 orang (34,0%).

Sikap merupakan suatu reaksi yang masih tertutup dan tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa sikap tidak berpengaruh pada gizi lebih. hal ini dapat dilihat dari hasil tabulasi silang dimana sikap yang baik dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih namun sikap sedang lebih banyak menyebabkan responden mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji


(56)

Chi Square diperoleh p=0,483(p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan gizi lebih.

4.9. Hubungan Tindakan Responden tentang konsumsi pangan dengan Gizi Lebih

Berdasarkan data tindakan responden dan gizi lebih, yang telah dikumpulkan dari 112 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.12.Distribusi Tindakan Responden terhadap Konsumsi Makanan Wajib yang dikonsumsi selama 1 Hari dengan Indeks Masa Tubuh pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Tindakan

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) Kurus Normal Gizi Lebih Jumlah

P

n % n % n % n %

Baik 4 3,8 57 54,3 44 41,9 105 100

0,412 Sedang 1 14,3 3 42,9 3 42,9 7 100

Dari Tabel silang 4.12. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tindakan baik yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 44 orang (41,9%), sedangkan responden yang memiliki tindakan sedang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 3 orang (42,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p=0,412 (p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan bermakna antara tindakan konsumsi makanan pokok dengan gizi lebih.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa konsumsi makanan yang wajib dikonsumsi selama 1 hari jika dikonsumsi 3 kali dalam 1 hari dapat menyebabkan gizi lebih jika dikonsumsi dengan jumlah dan jenis makanan yang banyak.


(57)

Tabel 4.13. Distribusi Tindakan Responden terhadap Konsumsi Makanan Jajanan dengan Indeks Masa Tubuh pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Tindakan

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) Kurus Normal Gizi Lebih Jumlah

P

n % n % n % n %

Sedang 5 6,1 48 58,5 29 35,4 82 100

0,040 Tidak baik 0 0 12 40,0 18 60,0 30 100

Dari Tabel silang 4.13. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tindakan sedang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 29 orang (35,4%), sedangkan responden yang memiliki tindakan tidak baik yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 18 orang (60,0%).

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa tindakan yang sedang cenderung dapat menyebabkan gizi lebih begitu juga dengan tindakan yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh p=0,040 (p<0,05), yang artinya ada hubungan bermakna antara tindakan konsumsi makan dengan gizi lebih.

4.10. Hubungan Aktivitas Fisik Responden dengan Gizi Lebih

Berdasarkan data aktivitas fisik responden dan gizi lebih, yang telah dikumpulkan dari 112 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:


(58)

Tabel 4.13. Distribusi Aktivitas Fisik Responden dengan Indeks Masa Tubuh pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011

Aktivitas Fisik

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) Kurus Normal Gizi Lebih Jumlah

P

n % n % n % n %

Ringan Sekali 5 5,4 43 46,7 44 47,8 92 100

0,007 Ringan Sedang 0 0 17 85,0 3 15,0 20 100

Dari Tabel silang 4.13. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik ringan sekali yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 44 orang (47,8%) dan responden yang memiliki aktivitas fisik ringan sedang yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 3 orang (15,0%).

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya gizi lebih, hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh dimana aktivitas fisik yang ringan sekali cenderung menyebabkan gizi lebih yang lebih tinggi dari pada aktivitas fisik yang ringan sedang.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh p=0,007 (p<0,05), yang artinya ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan gizi lebih.


(59)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perilaku yang mencakup atas pengetahuan, sikap dan tindakan serta aktivitas fisik yang dihubungkan dengan gizi lebih pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan Tahun 2011 dijelaskan sebagai berikut:

5.1. Hubungan Pengetahuan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih

Berdasarkan penelitian melalui kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan lebih banyak mempunyai pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang ( 46,4%). Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,029 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan konsumsi pangan dengan gizi lebih.

Pengetahuan adalah konsep didalam pikiran manusia, dan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi seseorang, pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berhagai macam sumber, misalnya media massa, elektronik, buku petunjuk, penyuluhan, dan kerabat dekat. (Yuwono, 1999).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.


(60)

Status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 1989). Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut.

Pengetahuan mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan lebih banyak berpengetahuan kurang yang dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih yang lebih banyak dibaandingkan dengan mahasiswa yang berpengetahuan baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi terjadinya gizi lebih. Hal ini dapat dilihat pada saat mahasiswa melakukan pengisian kuesioner yang dibuat peneliti untuk mengukur pengetahuan mahasiswa dimana pertanyaan yang diberikan seluruhnya berupa pengetahuan yang berhubungan dengan gizi lebih dan yang menjadi penyebabnya serta dampak yang ditimbulkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardatilah (2008) diperoleh hasil pengetahuan gizi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gizi lebih.

5.2. Hubungan Sikap Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih

Sikap merupakan suatu reaksi yang masih tertutup dan tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Merespon memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, itu menunjukkan sikap terhadap ide yang diterima. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.


(61)

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh p=0,483(p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan gizi lebih.

Sikap mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan lebih banyak bersikap sedang yang dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih namun, mahasiswa yang memiliki sikap yang baik dapat juga menyebabkan gizi lebih yang lebih sedikit dari mahasiswa yang memiliki sikap sedang. berbeda dengan mahasiswa yang memiliki sikap kurang yang dapat menyebabkan lebih sedikit mahasiswa yang mengalami gizi lebih. Hal ini dapat terjadi karena sikap merupakan reaksi tertutup dan tidak dapat dilihat langsung.

5.3. Hubungan Tindakan dengan Gizi Lebih

Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah kebiasaan yang tidak benar sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan kecil yang penuh kalori atau sering di beri istilah “ngemil”.

Pada mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara Medan dijumpai pola konsumsi makan yang wajib yaitu 3 kali dalam sehari dimana makanan yang mereka konsumsi merupakan makanan pokok yang disediakan oleh yayasan dan makanan yang paling sering mereka konsumsi dengan frekuensi 3 kali dalam 1 hari adalah sayuran, telur, ayam dengan jumlah 106 orang (94,6%) dilanjutkan nasi putih


(1)

% within Indeks Massa Tubuh

20.0% 5.0% 6.4% 6.3%

% of Total .9% 2.7% 2.7% 6.3%

Total Count 5 60 47 112

% within Tingkat Frekuensi konsumsi makanan pokok

4.5% 53.6% 42.0% 100.0%

% within Indeks Massa Tubuh

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 4.5% 53.6% 42.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.775a 2 .412

Likelihood Ratio 1.230 2 .541

Linear-by-Linear Association

.182 1 .669

N of Valid Cases 112

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31.

Tingkat Frekuensi konsumsi makanan jajanan* Indeks Massa Tubuh Crosstabulation Indeks Massa Tubuh

Total kurus normal gizi lebih

Tingkat Frekuensi konsumsi pangan

Tindak an sedang

Count 5 48 29 82

% within Tingkat Frekuensi konsumsi pangan

6.1% 58.5% 35.4% 100.0%

% within Indeks Massa Tubuh

100.0 %

80.0% 61.7% 73.2%


(2)

an Tidak baik

% within Tingkat Frekuensi konsumsi pangan

.0% 40.0% 60.0% 100.0%

% within Indeks Massa Tubuh

.0% 20.0% 38.3% 26.8%

Total Count 5 60 47 112

% within Tingkat Frekuensi konsumsi pangan

4.5% 53.6% 42.0% 100.0%

% within Indeks Massa Tubuh

100.0 %

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.414a 2 .040

Likelihood Ratio 7.564 2 .023

Linear-by-Linear Association

6.352 1 .012

N of Valid Cases 112

Aktivitas fisik * Indeks Massa Tubuh Crosstabulation

Indeks Massa Tubuh

Total kurus normal gizi lebih


(3)

% within Indeks Massa Tubuh

.0% 28.3% 6.4% 17.9%

Total Count 5 60 47 112

% within Aktivitas fisik 4.5% 53.6% 42.0% 100.0% % within Indeks Massa

Tubuh

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.795a 2 .007

Likelihood Ratio 11.263 2 .004

Linear-by-Linear Association

3.774 1 .052

N of Valid Cases 112

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,89.


(4)

(5)

Gambar 2.


(6)