Kajian Empiris Interest Rate Pass-Through Sebelum Dan Setelah Subprime Mortgage: Pengalaman 41 Negara Di Dunia

KAJIAN EMPIRIS INTEREST RATE PASS-THROUGH
SEBELUM DAN SETELAH SUBPRIME MORTGAGE:
Pengalaman 41 Negara di Dunia

FERIANSYAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Empiris Interest
Rate Pass-Through Sebelum dan Setelah Subprime Mortgage: Pengalaman 41
Negara di Dunia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015
Feriansyah
NIM H14110015

ii

ABSTRAK
FERIANSYAH. Kajian Empiris Interest Rate Pass-Through Sebelum dan Setelah
Subprime Mortgage: Pengalaman 41 Negara di Dunia. Dibimbing oleh NOER
AZAM ACHSANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan moneter
dengan meneliti dan menguji besarnya penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman
dan simpanan dalam merespon perubahan tingkat suku bunga pasar. Evaluasi

kinerja tingkat penyesuaian interest rate pass-through dilakukan dengan
membandingkan periode sebelum dan setelah krisis keuangan global pada tahun
2008. Penelitian ini mencakup 41 negara dunia yang merepresentasikan 3
karakteristik kawasan, yaitu: kawasan regional, pendapatan dan kebijakan
inflation targetting yang dianut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk menghitung besaran
koefisien jangka panjang dan Error Correction Model (ECM)-ARDL untuk
menghitung besaran koefisien jangka pendek. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pada periode setelah krisis, koefisien jangka panjang pass-through into deposit
pada banyak kawasan lebih besar dibandingkan dengan periode sebelum krisis
kecuali Asia dan North America. Untuk koefisien jangka panjang pass-through
into lending ditemukan hasil koefisien lebih kecil pada periode setelah krisis
dibandingkan sebelum krisis untuk banyak kawasan.
Kata kunci: ARDL, ECM, interest rate pass-through, subprime mortgage

ABSTRACT
FERIANSYAH. Empirical Investigate on the Interest Rate Pass-Through Before
and After Subprime Mortgage: Experience of 41 Countries in the World.
Supervised by NOER AZAM ACHSANI.
This study aimed to evaluate the performance of monetary policy by

examining and testing the magnitude of lending and deposit rate adjustment in
response to changes on money market rate. Performance evaluation of the level on
interest rate pass-through adjustment is done by comparing the period before and
after the global financial crisis in 2008. This Study covers 41 countries which
represents 3 characteristics of the regions, namely: region based on zone, region
on the basis of income and region on inflation targetting policy adopted. The
method used in this research is Autoregressive Distributed Lag (ARDL) to count
the coefficient long-term and ECM-ARDL to count the amount of short-term
coefficients. The analysis showed that in the period after the crisis, the long-term
coefficient of pass-through into deposit at much greater area than the peroid
before the crisis except Asia and North America. For long-term coefficient of
pass-through into lending found the results of a smaller magnitude in the period
after the crisis for much of the region.
Keywords: ARDL, ECM, interest rate pass-through, subprime mortgage

iii

KAJIAN EMPIRIS INTEREST RATE PASS-THROUGH
SEBELUM DAN SETELAH SUBPRIME MORTGAGE:
Pengalaman 41 Negara di Dunia


FERIANSYAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

vi

vii


PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa
salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia
Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya dan sahabatnya
yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Kajian Empiris Interest Rate Pass-Through Sebelum
dan Setelah Subprime Mortgage: Pengalaman 41 Negara di Dunia” merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk
menganalisis tingkat penyesuaian suku bunga retail terhadap perubahan tingkat
suku bunga pasar uang sebelum dan setelah krisis keuangan global tahun 2008 di
dunia internasional.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Abdul Somad dan
Ibu Nyayu Habibah serta kakak tercinta dari penulis, yakni Dian Kartini atas
segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Lukytawati Anggraini, S.P., M.Si dan Heni Hasanah, S.E, M.Si selaku
dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah
diberikan untuk perbaikan skripsi.
3.
Para dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4.
Keluarga OMDA Palembang, Vozu, Adit, Anca, Alias, Neva, Yulya, Anita,
Desta, Danti, Aisyah, Rani, Indah, Nita dan lain-lain yang telah memberikan
motivasi dan doa.
5.
Teman satu bimbingan, Ganady Girsang, Carla Sheila Wulandari, Roziana
Octia Dasril, dan Riana Santoso yang telah memberikan masukan dan doa.
6.
Teman-teman Ilmu Ekonomi Angkatan 48, Rachmat, Dodo, Kemal, Faris,
Faizal, Randy, Dijeh, Deny, Khodijah, Siska, Aulia, Dian, Zulva, Tika,

Rhealin, Dita dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.
7.
Teman-teman dari Forum for Indonesia (FFI) chapter Bogor 2014,
HIPOTESA 2014, KEMILAU (Keluarga Muslim Ilmu Ekonomi) angkatan
48, Keluarga KKP Desa Gunung Bentang dan sahabat Pascasarjana program
fast track angkatan 3 serta reguler angkatan 9.
8.
Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Feriansyah

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Metode Analisis Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dan Error
Correction Model (ECM)-ARDL
Data Generating Process
Perumusan Model
Definisi Operasional Variabel
Hipotesis Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Eksploratif Data

Data Generating Process
Pengujian Stasioneritas Data
Uji Lag Optimum
Uji Kointegrasi
Koefisien Jangka Pendek dan Jangka Panjang Interest Rate Pass-Through
Sebelum dan Setelah Krisis Keuangan Global (Subprime Mortgage)
Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Pass-Through into
Deposit Rate
Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Pass-Through Into
Lending Rate
Ringkasan Perbandingan Koefisien Pass-Through into Lending dan
Deposit antar Kawasan di Dunia
Hubungan Long Run Pass-Through Into Retail dengan Tingkat Inflasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

ix
ix
x
1
1
3
4
4
4
5
5
6
8
8
8
8
10
12
13
13

14
14
19
19
20
20
20
21
24
27
29
30
30
30
31
32

ix

DAFTAR TABEL
1.

Ringkasan perbandingan koefisien pass-through into lending dan deposit
antar kawasan di dunia
27

DAFTAR GAMBAR
1.
2.

3.

4.

5.
6.

7.
8.

9.

10.

11.

12.

13.

Kerangka pemikiran teoritis
Plot pergerakan suku bunga deposit, pinjaman, pasar uang dan inflasi
pada kawasan Asia, Australia, Europe, North America, Latin America
and Caribbean dan Sub-Sahara Africa tahun 2000-2013
Plot pergerakan suku bunga deposit, pinjaman, pasar uang dan inflasi
pada kawasan High Income, Upper Middle Income, dan Lower Middle
Income tahun 2000-2013
Plot pergerakan suku bunga deposit, pinjaman, pasar uang dan inflasi
pada kawasan Inflation Targetting Countries dan Non-Inflation Targeting
Countries tahun 2000-2013
Rata-rata suku bunga pasar uang dan suku bunga retail tahun 2000-2013
Rata-rata suku bunga pasar uang, suku bunga retail dan inflasi pada 41
negara berdasarkan periode waktu sebelum, pada saat dan setelah krisis
tahun 2008.
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into deposit
sebelum dan setelah krisis subprime mortgage antar kawasan regional
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into deposit
sebelum dan setelah krisis subprime mortgage berdasarkan klasifikasi
kawasan pendapatan
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into deposit
sebelum dan setelah krisis subprime mortgage antar kawasan
berdasarkan kebijakan inflation targeting yang dianut
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into lending
rate sebelum dan setelah krisis subprime mortgage berdasarkan
klasifikasi antar kawasan regional
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into lending
rate sebelum dan setelah krisis subprime mortgage antar kawasan
berdasarkan karakteristik pendapatan
Koefisien jangka panjang dan jangka pendek pass-through into lending
sebelum dan setelah krisis subprime mortgage antar kawasan
berdasarkan klasifikasi kebijakan inflation targeting
Hubungan koefisien jangka panjang pass-through into lending dan
deposit rate terhadap tingkat inflasi.

7

15

16

17
18

19
21

22

23

24

26

27
29

x

DAFTAR LAMPIRAN
1. Definisi setiap variabel 41 negara penelitian
2. Uji stasioneritas pada suku bunga deposit, pinjaman dan pasar uang
menggunakan Eviews 8
3. Ringkasan hasil estimasi uji kointegrasi menggunakan Microfit 4.1
4. Hasil estimasi perhitungan koefisien jangka pendek dan kecepatan
penyesuaian pass-through into deposit dan lending dengan error correction
model (ECM) menggunakan Microfit 4.1
5. Hasil estimasi perhitungan jangka panjang pass-through into retail rate
dengan Autoregressive Distributed Lag
6. Klasifikasi negara-negara ke dalam kawasan regional
7. Klasifikasi negara-negara ke dalam kawasan berdasarkan pendapatan
8. Klasifikasi kawasan berdasarkan mekanisme kebijakan moneter inflation
targetting dan non inflation targeting
9. Koefisien jangka panjang penyesuaian suku bunga retail sebelum dan setelah
krisis subprime mortgage berdasarkan gambar
10. Koefisien jangka pandek penyesuaian suku bunga retail sebelum dan setelah
krisis subprime mortgage berdasarkan gambar

33
35
38

41
44
47
48
49
50
51

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan moneter stabilisasi pada saat ini telah banyak diimplementasikan
oleh berbagai perekonomian dunia dalam rangka menghadapi adanya guncangan
krisis perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan kebijakan moneter
memiliki kelambanan dalam (inside lags) yang sangat pendek, sehingga mampu
diputuskan dan diterapkan dengan sangat cepat dibandingkan dengan kebijakan
fiskal (Mankiw 2006). Bank sentral selaku otoritas moneter mempunyai pengaruh
dalam perekonomian melalui tingkat suku bunga acuan, hanya jika kebijakan
pemerintah melalui bank sentral dapat dengan sukses ditransfer melalui suku
bunga pasar. Kemudian adanya perubahan tingkat suku bunga pasar tersebut pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat suku bunga retail yaitu suku bunga
pinjaman dan simpanan perbankan (Haughton dan Iglesias 2012).
Efektivitas kebijakan moneter dengan tingkat suku bunga acuan akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian suatu negara,
bergantung bagaimana perubahan tingkat suku bunga acuan ditanggapi secara
sempurna dan lengkap oleh perubahan tingkat suku bunga pasar. Selanjutnya,
perubahan tingkat suku bunga pasar tersebut direspon secara lengkap dan
sempurna oleh perubahan tingkat suku bunga retail (Yildirim 2012). Adanya
penyesuaian yang ditanggapi secara sempurna dan lengkap oleh tingkat suku
bunga retail tersebut kemudian akan mempengaruhi berbagai indikator-indikator
makroekonomi suatu negara.
Dalam membahas penyesuaian tingkat suku bunga. Hal yang paling utama
dan mendasar adalah mengetahui seberapa besar perbankan melalui tingkat suku
bunga retail akan merespon perubahan tingkat suku bunga pasar uang. Adanya
perubahan tingkat suku bunga pasar uang tersebut disebabkan karena adanya
guncangan yang terjadi pada suku bunga acuan bank sentral (Putri 2009). Adanya
respon perubahan pada tingkat suku bunga retail terhadap perubahan suku bunga
acuan atau pasar uang biasa disebut interest rate pass-through. Mekanisme passthorugh sendiri memainkan peranan yang sangat penting dalam kebijakan
moneter. Kecepatan dan pemenuhan pass-through dari suku bunga acuan menuju
suku bunga pasar perbankan menjadi kekuatan transmisi kebijakan moneter di
dalam sebuah perekonomian (Bondt 2002). Pemahaman yang tepat mengenai
tingkat penyesuaian suku bunga retail terhadap perubahan tingkat suku bunga
pasar penting untuk dikaji. Seiring berkembangnya kebijakan moneter melalui
jalur transmisi lewat suku bunga yang banyak dianut berbagai negara di dunia.
Penelitian ini berfokus mengevaluasi kinerja kebijakan moneter pada banyak
negara di dunia dengan meneliti dan mengevaluasi interest rate pass-through
dalam mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga. Evaluasi interest rate passtrough dilakukan dengan menguji besarnya koefisien penyesuaian dari tingkat
suku bunga pinjaman dan deposit dalam merespon perubahan tingkat suku bunga
pasar. Kinerja kebijakan moneter tersebut merupakan mekanisme transmisi yang
dimulai dari penetapan tingkat suku bunga acuan oleh bank sentral sehingga
menyebabkan perubahan pada suku bunga pasar uang antar bank. Efek perubahan

2

suku bunga pasar uang antar bank kemudian akan memberikan pengaruh pada
suku bunga retail. Adanya perubahan tingkat suku bunga retail akibat pengaruh
suku bunga pasar uang pada akhirnya akan mempengaruhi tabungan, investasi,
konsumsi dan permintaan agregat (Utari 2014). Evaluasi kinerja kebijakan
moneter melalui jalur suku bunga pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan interest rate pass-through di antara periode sebelum dan setelah
krisis keuangan global (subprime mortgage) pada tahun 2008.
Selain untuk mengevaluasi kinerja proses penyesuaian tingkat suku bunga,
penelitian proses penyesuaian tingkat suku bunga pada periode sebelum dan
setelah krisis keuangan global pada tahun 2008 memang penting untuk dilakukan.
Hal ini disebabkan karena krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008,
merupakan salah satu jenis guncangan yang dapat membuat perubahan dalam
jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter (Melvin dan Taylor 2009). Salah
satu perubahan yang terjadi dalam mekanisme transmisi tersebut adalah
perubahan penyesuaian interest rate pass-through akibat adanya krisis subprime
mortgage. Perubahan tersebut dapat terjadi pada saat dan setelah krisis karena
situasi keuangan dari pemberi pinjaman – sistem perbankan - mengalami kerugian
dan dihadapkan kendala pada akses permodalan. Selain itu, adanya kehati-hatian
dan ketatnya proses pada saluran pinjaman mulai diterapkan oleh sistem
perbankan. Hal ini dilakukan perbankan sebagai proses menjaga kesehatan
perbankan dalam kebijakan mekanisme transmisi moneter.
Kajian tentang mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga sudah cukup
banyak dilakukan, misalnya Cuaresma, Egert dan Reininger (2004), Yuksel dan
Ozcan (2012), Spahn S Mueller (2008) dan Bondt (2002) yang melakukan
penelitian transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dengan hipotesis
simetris. Penelitian mereka pada umumnya hanya melihat besaran derajat
koefisien pass-through penyesuaian suku bunga retail akan adanya perubahan
pada tingkat suku bunga pasar atau tingkat suku bunga acuan. Berbeda halnya
dengan Karagiannis S, Panagopoulos Y dan Vlamis (2010), Nguyen (2012),
Haughton dan Iglesias (2010), Egert dan Jamilov (2013), Yildirim (2012) yang
penelitian mereka merupakan pelengkap dari peneltian sebelumnya. Dimana passthrough yang diteliti menggunakan hipotesis asimetris. Sehingga informasi proses
penyesuaian suku bunga pada kondisi naik dan turun dapat terlihat secara jelas.
Namun, perluasan penelitian tentang proses penyesuaian tingkat suku bunga pada
periode sebelum dan setelah adanya guncangan krisis perekonomian masih minim
dilakukan. Padahal informasi perbandingan kinerja pass-through diantara periode
sebelum dan setelah adanya guncangan krisis perekonomian penting untuk dikaji
secara mendalam.
Selain pentingnya membandingkan tingkat penyesuaian pass-through into
retail pada periode sebelum dan setelah adanya guncangan krisis perekonomian.
Perluasan objek penelitian masih belum banyak dilakukan pada penelitianpenelitian sebelumnya. Umumnya pada banyak penelitian mengenai interest rate
pass-through, objek yang menjadi penelitian hanya dalam ruang lingkup suatu
negara atau beberapa negara di dalam suatu kawasan. Negara-negara yang diteliti
kebanyakan merupakan negara-negara di wilayah Eropa, Amerika dan Australia.
Begitupula pada kawasan penelitian, umumnya objek penelitian terdapat pada
wilayah-wilayah Eropa dan Amerika seperti penelitian Bondt (2012) yang
meneliti pass-through untuk kawasan Uni Eropa.

3

Oleh sebab itu penelitian ini mengacu pada Blot dan Labondance (2011)
dan Tai, Sek dan Har (2012) yang dengan menggunakan metode Seemingly
Unrelated Regression telah meneliti interest rate pass-through pada periode
sebelum dan setelah krisis. Blot dan Labondance (2011) meneliti bank interest
rate pass-through di kawasan Uni Eropa pada periode sebelum dan setelah krisis
keuangan global tahun 2008. Sedangkan Tai, et al. (2012) meneliti interest rate
pass-trough di Asia pada periode sebelum dan setelah krisis tahun 1997. Kedua
penelitian tersebut menjadi dasar dalam perumusan masalah penelitian ini dengan
perluasan objek penelitian. Perluasan objek penelitian dimaksudkan untuk melihat
perbandingan berbagai karakteristik kawasan yang ada di dunia, sehingga
memberikan informasi mengenai perbandingan perilaku proses penyesuaian
tingkat suku bunga secara global pada periode sebelum dan setelah krisis.
Berdasarkan berbagai hasil studi literatur, penelitian ini memiliki fokus utama
dalam menganalisis penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman dan deposit
terhadap perubahan tingkat suku bunga pasar pada periode sebelum dan setelah
krisis keuangan tahun 2008 (subprime mortgage). Objek penelitian ini terdiri dari
41 negara yang akan merepresentasikan dan membandingkan berbagai kawasan di
dunia.
Perumusan Masalah
Adanya peran yang sangat penting dalam mekanisme proses penyesuaian
interest rate pass-through dalam kebijakan moneter. Menjadikan informasi
penyesuaian pass-through tersebut penting untuk diketahui dalam proses
pengambilan keputusan kebijakan. Selain itu, adanya pengalaman krisis keuangan
global (subprime mortgage) yang bersifat sistemik mempengaruhi berbagai
perekonomian dan mekanisme transmisi pada banyak negara dunia (Melvin dan
Taylor 2009). Adanya krisis keuangan global tersebut, menjadikan penelitian
mengenai pass-through menarik untuk dikaji dalam menganalisis kinerja
penyesuaian tingkat suku bunga pada periode sebelum dan setelahnya. Adanya
penelitian mengenai pass-through berdasarkan pengalaman krisis keuangan global
(subprime motgage), dapat menjadi masukan bagi bank sentral dalam
mewujudkan target kebijakan moneter yang telah ditetapkan atau dalam rangka
stabilisasi perekonomian. Berdasarkan latar belakang dan uraian perumusan
masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana perbedaan kinerja mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga
yang dicerminkan dari koefisien jangka pendek maupun jangka panjang
pass-through into retail antara periode sebelum dan setelah krisis keuangan
global (subprime mortgage) tahun 2008?
2. Bagaimana perbandingan pass-through into retail jangka pendek dan jangka
panjang pada periode sebelum dan setelah krisis keuangan global (subprime
mortgage) tahun 2008 diantara berbagai karakteristik kawasan di dunia?
3. Bagaimana hubungan yang terjadi antara pass-through into retail jangka
panjang dengan tingkat inflasi pada periode sebelum dan setelah krisis
keuangan global tahun 2008?

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Meneliti perbedaan kinerja pada jangka pendek dan jangka panjang mekanisme
transmisi perubahan tingkat suku bunga pasar yang disesuaikan ke dalam
perubahan tingkat suku bunga retail antar pada periode sebelum dan setelah
krisis keuangan global tahun 2008.
2. Membandingkan pass-through into retail dalam jangka pendek maupun jangka
panjang diantara karakteristik kawasan berdasarkan wilayah, pendapatan dan
kebijakan inflation targeting yang dianut pada periode sebelum dan setelah
krisis keuangan global tahun 2008.
3. Melihat hubungan pass-through into retail dengan tingkat inflasi pada periode
sebelum dan setelah krisis keuangan global tahun 2008.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi bank sentral
dan pemerintah pada banyak negara. Evaluasi dari penelitian ini adalah dengan
melihat kebijakan yang telah dijalankan melalui pengujian interest rate passthrough sebelum dan setelah terjadinya krisis keuangan global tahun 2008
(subprime mortgage). Adanya bahan evaluasi melalui penelitian ini akan
menginformasikan perilaku transmisi kebijakan moneter lewat suku bunga pada
periode sebelum dan setelah adanya guncangan krisis secara empiris, sehingga
menjadi pengalaman penting bagi bank sentral di berbagai negara. Informasi
mengenai evaluasi perilaku transmisi sebelum dan setelah krisis juga akan
membantu bank sentral dalam mengambil langkah kebijakan yang tepat.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis koefisien interest rate passthrough, yaitu: pass-through into lending rate dan pass-through into deposit rate.
Analisis interest rate pass-through dilakukan pada periode sebelum dan setelah
krisis keuangan global (subprime mortgage) pada tahun 2008. Koefisien passthrough dianalisis berdasarkan perhitungan besaran koefisien jangka pendek
(short run interest rate pass-through) dan besaran koefisien jangka panjang (long
run interest rate pass-through). Penelitian dalam menganalisis interest rate passthrough pada periode sebelum dan setelah krisis keuangan global tahun 2008
(subprime mortgage) mencakup 41 negara yang mereprentasikan berbagai
kategori kawasan di dunia, yaitu: (1) Berdasarkan kawasan regional yang terbagi
atas Australia, Asia, Europe, Latin America and Carribean, North America dan
Sub-Saharan Africa. (2) Berdasarkan kawasan pendapatan suatu negara yang
terbagi atas High Income Countries, Upper Middle Income Countries dan Lower
Middle Income Countries. (3) Berdasarkan negara-negara penganut Inflation
Targeting Framework yaitu: Inflation Targeting Countries dan Non-Inflation
Targeting Countries.

5

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian Terdahulu
Cuaresma, et al. (2004) dengan menggunakan metode Autoregressive
Distributed Lag (ARDL) meneliti interest rate pass-through di negara Czech
Republic, Hungary dan Polandia. Hasilnya ditemukan perbedaan yang signifikan
untuk semua market interest rate setiap negara berkenaan dengan elastisitas
jangka panjang dalam merespon perubahan key policy rate. Selain itu, beberapa
interest rate mengalami keadaan complete pass-through di Poland, Czech
Republic dan Hungary. Hasil berbeda ditemukan untuk kasus short-term loan rate
di Hungary. Koefisien pass-through di Hungary ditemukan dalam keadaan
incomplete pass-through.
Karagiannis, et al. (2011) dengan mengambil studi kasus di Eropa bagian
tenggara telah menguji apakah terjadi penyesuaian interest rate pass-through
yang simetris atau asimetris. Penelitian ini menggunakan model general-tospecific (GETS) dan menguji kointegrasi antara variabel dependen dan
independen. Hasilnya ditemukan bahwa pada Negara Yunani terjadi penyesuaian
retail rate yang simetris dalam merespon perubahan tingkat suku bunga bank
sentral. Hal ini kontras dengan Negara Slovenia yang ditemukan terjadinya
penyesuaian yang asimetris pada tingkat suku bunga pinjaman dan tingkat suku
bunga deposit dalam merespon perubahan tingkat suku bunga pasar. Hasil untuk
Bulgaria terjadi penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman yang asimetris dalam
merespon perubahan pada tingkat suku bunga pasar dan tingkat suku bunga bank
sentral.
Penelitian yang dilakukan Tai, et al. (2012) mengambil studi kasus tujuh
negara di kawasan Asia yaitu Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia, Korea,
Indonesia dan Hongkong. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan passthrough pada periode sebelum dan setelah krisis keuangan Asia tahun 1997.
Melalui metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) hasil ditemukan bahwa
interest rate pass-through dalam suku bunga pinjaman dan tabungan beragam
untuk semua perekonomian di Asia. Interest rate pass-through pada suku bunga
deposit mengalami penurunan setelah krisis kecuali Malaysia. Dengan cara yang
sama, koefisien pass-through pada suku bunga pinjaman mengalami penurunan
pada mayoritas perekonomian kecuali untuk Malaysia, Korea dan Hongkong.
Adanya implementasi kebijakan inflation targeting yang digunakan oleh negara
Korea, Philipina dan Thailand pada periode setelah krisis. Hasilnya ditemukan
bahwa kebijakan moneter untuk negara Thailand tidak efektif pada periode setelah
krisis. Hal ini mengindikasikan bahwasanya kebijakan inflation targeting yang
digunakan masih belum efektif.
Egert dan Jamilov (2013) dengan menggunakan metode autoregressive
distributed lag (ARDL) menganalisis dan mengevaluasi interest rate pass-through
sebagai evaluasi empiris untuk wilayah Caucasus, yaitu: Armenia, Azerbaijan,
Georgia, Kazakhstan, dan Rusia. Hasil ditemukan bahwa terjadi incomplete passthrough pada semua negara-negara di wilayah Caucasus dan penyesuaian untuk
keseimbangan jangka panjang terlihat lambat dan kaku. Keseimbangan jangka
panjang terlihat kaku mengindikasikan adanya ketidakstabilan kondisi

6

makroekonomi, volatilitas tingkat suku bunga dan inflasi serta tidak terdapat
kompetisi dalam sektor perbankan di negara-negara Caucasus.
Penelitian dari Blot dan Labondance (2011) mengambil studi tentang
kebijakan moneter melalui proses penyesuaian tingkat suku bunga bussiness
lending pada periode sebelum dan setelah adanya goncangan keuangan pada tahun
2008. Objek penelitian tersebut adalah negara-negara yang berada pada wilayah
Eurozone, yaitu Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia,
Italia, Belanda, Spanyol dan Portugal. Dengan menggunakan Seemingly
Unrelated Regression-Error Correction Model (SUR-ECM) ditemukan
bahwasannya kekacauan keuangan telah mempengaruhi secara drastis interest
rate pass-through di kawasan Eurozone. Hasil penelitian pada negara dalam
kawasan Eurozone menunjukkan bahwa bussiness lending pass-through telah
mengalami penurunan atau lebih kaku dalam jangka panjang. Selain itu,
ditemukan bahwa pass-through semenjak adanya krisis mengalami incomplete
dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Kesimpulan terakhir dari penelitian
ini adalah homogenitas diantara anggota Eurozone telah mengalami peningkatan.
Utari (2013) menganalisis koefisien jangka panjang dan jangka pendek
pass-through suku bunga pasar terhadap suku bunga pinjaman pada 36 negara di
dunia. Selain menganalisis koefisien pass-through, penelitian ini menganalisis
pengaruh kondisi makroekonomi terhadap pemenuhan koefisien jangka panjang
pass-through. Penelitian ini merepresentasikan beberapa kawasan di dunia yaitu
kawasan Asia, Amerika utara, Amerika Selatan, Australia serta kawasan advanced
countries, ASEAN+6 dan upper middle income countries. Melalui metode
auntoregressive distributed lag (ARDL) ditemukan bahwa pass-through dalam
jangka panjang terdapat over complete pass-through. Fenomena over complete
pass-through terjadi pada kawasan Amerika Selatan, Amerika Utara dan upper
middle income countries. Melalui metode Error Correction Model (ECM)
ditemukan bahwa dalam jangka pendek pass-through yang tertinggi terjadi di
Amerika Utara. Sedangkan untuk kawasan advanced countries, Asia, ASEAN+6,
Australia dan Eropa didapatkan memiliki koefisien long run yang incomplete.
Selain itu, terlihat bahwa faktor-faktor makroekonomi yaitu GDP per kapita,
tingkat inflasi tahunan dan dummy interaksi upper middle income memiliki
pengaruh yang positif terhadap pembentukan koefisien jangka panjang passthrough. Sedangkan volatilitas suku bunga pasar uang didapatkan memiliki
pengaruh yang negatif.
Kerangka Pemikiran
Mengacu pada tujuan dari penelitian yang telah dijabarkan, berikut adalah
proses analisis interest rate pass-through yang dilakukan. Proses penelitian
pertama kali adalah dengan menghitung koefisien pass-through antara suku bunga
pasar dalam suku bunga retail pada jangka panjang dengan menggunakan metode
Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Kemudian langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien jangka pandek dengan menggunakan metode Error
Corection Model (ECM)-ARDL yang mengikuti lag jangka panjangnya.
Perhitungan koefisien jangka panjang dan pendek interest rate pass-through pada
periode sebelum dan setelah krisis keuangan global (Subprime Mortgage)

7

dilakukan di 41 negara. Dengan mengetahui tingkat penyesuaian pass-trough
deposit rate dan lending rate terhadap perubahan money market rate pada periode
sebelum dan setelah krisis, diharapkan otoritas moneter pada suatu negara dapat
mempelajari pengalaman kebijakan moneter yang telah diimplementasikan. Hal
ini dilakukan sebagai bahan evaluasi perbaikan kebijakan moneter dan sektor
perbankan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kerangka
pemikiran teoritis dijelaskan pada Gambar 1.
Bank Sentral

Jalur Transmisi

Nilai
Tukar

Kredit

Harga
Aset

Ekspektasi
Inflasi

Suku Bunga
(policy rate)

Suku Bunga Pasar
(money market rate)

Suku Bunga
Perbankan
(retail rate)

Suku Bunga Deposito
(deposit rate)

Menguji passthrough into
lending dan
deposit rate
sebelum dan
setelah krisis
subprime
mortgage.

Suku Bunga Kredit
(lending rate)

Keterangan:
= Fokus utama penelitian

Gambar 1 Kerangka pemikiran teoritis

8

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder kuantitatif dalam
bentuk deret waktu bulanan (monthly time series) pada periode Januari tahun 2000
sampai Desember tahun 2013. Data dibagi kedalam dua periode yaitu sebelum dan
setelah krisis keuangan global tahun 2008. Data untuk periode sebelum krisis
mengunakan data bulanan pada Januari 2001 sampai Desember 2006, sedangkan
untuk periode setelah krisis keuangan global menggunakan data bulanan pada
periode Januari 2009 sampai Desember 2013. Objek Penelitian yang akan diamati
dalam analisis interest rate pass-through pada periode sebelum dan setelah krisis
keuangan global (Subprime Mortgage) adalah 41 negara di dunia. Kemudian hasil
dari 41 negara tersebut akan di rata-ratakan dan mereprentasikan tiga karakteristik
kawasan.
Data diperoleh dari World Bank dan International Financial Statistic (IFS).
Selain itu peneliti juga melakukan studi pustaka dengan membaca jurnal, artikel
internet, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dan relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian adalah: suku
bunga deposit (deposit rate), suku bunga pinjaman (lending rate), suku bunga pasar
uang (money market rate) dan tingkat inflasi. Dalam proses analisis data, peneliti
menggunakan bentuk software atau perangkat lunak Microsoft Excel 2010, Eviews 8
dan Microfit 4.1.
Metode Analisis Data
Metode Analisis Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dan Error Correction
Model (ECM)-ARDL
Metode analisis yang digunakan adalah Autoregressive Distributed Lag
(ARDL) yang diperkenalkan oleh Pesaran dan Shin pada tahun 1995 dengan
pendekatan kointegrasi. Berikut adalah model Augmented Autoregressive Distributed
Lag (ARDL) menurut Pesaran dan Shin (1995) dalam Hasanah (2010):
yt = α0 + α1t + ∑

iyt-1 +

xt + ∑

∆xt = P1∆xt-1 + P2∆xt-2 + ... + Ps∆xt-s +

∆xt-j + ut
t

dimana xt merupakan variabel berdimensi k pada integrasi satu I(1) yang tidak
terkointegrasi diantara mereka, ut dan t merupakan error dengan rataan nol, varian
dan kovarian konstan serta tidak berkorelasi serial. Pt merupakan matriks koefisien k
k proses vektor autoregressive pada xt stabil.
(L,p)yt = ∑

i(L,

qi)xit +

wt + ut

dimana:

(L,p) = 1

L

L2

...

Lp

9

i

(L, qi) =

i0

+

i1 +

... +

iqiL

qi

, i = 1,2, ..., k

dimana L adalah lag operator sehingga Lyt = yt-1 wt adalah vektor s 1 dari variabel
deterministik seperti intersep, trend, variabel dummy dan variabel eksogenus dengan
lag tetap. Dengan ARDL dapat diestimasi model dengan ordo (p, q1, q2,..., qk) dimana
p adalah ordo distributed lag polinomial dari variabel dependen sedangkan q1, q2, qk
adalah ordo dari distributed lag polinomial dari masing-masing regresor independen.
Sedangkan koefisien jangka panjang untuk respon yt terhadap perubahan satu unit xit
diestimasi dengan:
̂i =

̂

̂

̂

̂

=

̂

̂

̂

̂

, i = 1,2, ..., k

dimana ̂ dan ̂ , i = 1,2, ..., k adalah nilai estimasi p dan qi. Dengan cara yang sama,
koefisien jangka panjang yang terkait dengan variabel deterministik atau eksogenus
dengan lag tetap diestimasi dengan formula:
̂=

̂ ̂̂ ̂
̂
̂

̂

̂

dimana ̂ ̂ ̂ ̂
̂ merupakan estimasi OLS dari
untuk model ARDL
terpilih.
Menurut Fosu dan Magnus (2006) Pengujian kointegrasi dengan menggunakan
pendekatan bound testing cointegration atau ARDL memiliki beberapa kelebihan,
antara lain: Pertama, prosedur pengujiannya sederhana jika dibandingkan dengan
pengujian kointegrasi Johansen-Joselius. Hal ini karena penggunaan bound test
cukup dengan menguji hubungan kointegrasi yang diestimasi menggunakan OLS
ketika lag dari model telah diidentifikasi. Kedua, bound test tidak memerlukan
pengujian pra-estimasi seperti pengujian akar unit untuk variabel-variabel yang akan
digunakan dalam model. Pengujian ini dapat dipergunakan tanpa tergantung pada
order integrasi regressor pada I(0), I(1) ataupun satu sama lain saling terkointegrasi.
Ketiga, pengujian ini relatif lebih efisien untuk sampel data yang kecil dan terbatas.
Langkah-langkah dalam pengujian dengan menggunakan ARDL adalah
sebagai berikut (Hasanah 2010):
1. Estimasi persamaan dengan menggunakan OLS dengan mengaplikasikan uji F
yang ditujukan untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang di antara
variabel. Uji F ini digunakan untuk melihat joint test bagi koefisien-koefisien
jangka panjang. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : 1 = 2 = 0
H0 : 1
0
2
penentuan ada tidaknya hubungan jangka panjang (kointegrasi) dilakukan dengan
cara membandingkan nilai F-Statistik dengan nilai kritis yang telah disusun pada
tabel oleh Pesaran dan Shin (1997). Terdapat dua nilai batas kritis asimtotik untuk
menguji kointegrasi saat variabel independen terintegrasi pada I(d) dimana (0 d
1). Nilai terendah (lower) mengasumsikan regressor terintegrasi pada I(0)
sedangkan nilai tertinggi (upper) mengasumsikan regressor terintegrasi pada I(1).
Jika F-Statistik bernilai di atas nilai kritis tertinggi, maka hipotesis nol tentang
tidak adanya hubungan jangka panjang ditolak. Sebaliknya jika F-Statistik bernilai

10

di bawah nilai kritis terendah maka hipotesis nol tidak dapat ditolak. Jika FStatistik berada diantara nilai kritis terendah dan tertinggi, maka tidak ada
kesimpulan. Nilai kritis yang dimaksud merupakan nilai kritis yang dihitung oleh
Pesaran dan Shin (1997).
2. Apabila pada tahap pertama telah ditemukan adanya hubungan jangka panjang
maka tahap berikutnya adalah melakukan estimasi model ARDL sebagai berikut:
yt = co + ∑
yt-i + ∑
zt-j +
dimana ∑
yt-1 merupakan variabel dependen dengan lag operator dan ∑
zt-j
merupakan variabel independen dengan lag operator.
3. Tahap akhir adalah melakukan estimasi Error Correction Model (ECM). Model
yang diestimasinya adalah:
++∑
yt-i + ∑
zt-j + ecmt-1 +
t=
dimana i dan j adalah koefisien jangka pendek dan
adalah speed of
adjustment.
Data Generating Process
Pengujian Stasioneritas
Sebelum melangkah pada tahap estimasi, data penelitian time series
memerlukan pengujian pra-estimasi berupa pengujian stasioneritas karena data
penelitian ini harus bebas dari akar unit atau dapat diakatakan bahwa fluktuasi dari
data berada disekitar rata-ratanya (Ginting 2008). Pada umumnya data ekonomi time
series bersifat stokastik atau memiliki trend yang tidak stasioner atau mengandung
akar unit. Uji akar unit pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Augmented Dickey Fuller (ADF). Misalkan terdapat model persamaan time series
sebagai berikut:
yt = + yt-1 + et
Pada model tersebut diketahui bahwa
merupakan parameter yang diestimasi.
Selanjutnya, jika nilai | | 1 maka yt tidak stasioner. Sebaliknya, jika nila | | 1
maka yt stasioner. Setelah itu diperlukan uji hipotesis trend stationarity untuk
menguji apakah nilai absolut dari ρ benar-benar kurang dari satu. Pengujian umum
hipotesis adalah H0 : ρ = 1 dan H1 : ρ 1. Menolak H0 menunjukkan bahwa data
tersebut stasioner. Jika Sp adalah standar error dari ρ, maka:
Tes Statistik =
Apabila dalam pengujian tersebut ternyata tidak tolak H0 atau data tersebut
tidak stasioner, penyelesaian masalah tersebut dilakukan dengan mengurangi kedua
sisi dari persamaan yt = + yt-1 + et dengan yt-1 sehingga dapat direpresentasikan
menjadi:
+ *yt-1 + et ; * = -1
t=
pada uji di atas, hipotesis yang digunakan adalah H0 : * = 0 dan H1 : *
0.
Apabila nilai t-statistik ADF lebih kecil daripada t-statistik Mac Kinnon maka hasil
uji adalah tolak H0 yang menyatakan data tersebut stasioner pada level beda satu atau
dikenal dengan first difference.

11

Pendekatan Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang tidak
stasioner pada data level terkointegrasi antara satu variabel dengan variabel yang
lain. Kointegrasi ini terbentuk apabila kombinasi antara variabel-variabel yang tidak
stasioner menghasilkan variabel yang stasioner. Apabila terdapat persamaan sebagai
berikut:
yt =
Maka, error dari persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
= yt
dengan catatan bahwa et merupakan kombinasi linear dari x1 dan x2.
Konsep kointegrasi yang diperkenalkan oleh Engle dan Granger pada tahun
1987 mensyaratkan bahwa et haruslah stasioner pada I(0) untuk dapat menghasilkan
keseimbangan jangka panjang (Ginting 2008). Pada penelitian ini uji kointegrasi
dilakukan dengan menggunakan metode Bound Testing Cointegration dengan
pendekatan ARDL yang diperkenalkan oleh Pesaran dan Shin pada tahun 2001.
Metode tersebut dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-Statistik hitung
dengan nilai kritis yang disusun oleh Pesaran dan Pesaran (1997). Apabila nilai FStatistitk berada di bawah lower bound, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
kointegrasi. Apabila nilai F-Statistik berada di atas upper bound, maka dapat
disimpulkan terjadi kointegrasi. Namun apabila F-Statistik berada diantara lower
bound dan upper bound maka hasilnya adalah tidak dapat disimpulkan.
Penentuan Lag Optimum
Setelah mengetahui data telah stasioner, selanjutnya dilakukan uji untuk
menentukan lag optimum agar dapat dihasilkan model terbaik. Penentuan lag
optimum dilakukan berdasarkan beberapa kriteria seperti R-BAR Squared, Akaike
Information Criterion (AIC), dan Schwarz Bayesian Criterion (SBC). Penelitian ini
menggunakan Schwarz Bayesian Criterion dalam pemilihan lag optimum. Sementara
itu, peneliti menggunakan program Microfit 4.1 untuk mengestimasi koefisien
merket-to-retail pass-through dengan model Autoregression Distributed Lag dimana
pada program tersebut kriteria pemilihan lag optimum adalah berdasarkan nilai AIC
dan SBC terbesar. Berikut adalah formula dua kriteria yang banyak digunakan yaitu
AIC dan SBC menurut Pesaran dan Pesaran (1997):
AIC = n( ) – p
(1)
dengan n( ) dimisalkan sebagai nilai yang memaksimumkan fungsi log-likelihood
dari model ekonometrika, dimana
merupakan maximum likelihood estimator
berdasarkan ukuran sample n. Sedangkan pada kasus model regresi persamaan
tunggal linear (non-linear), AIC dapat dituliskan sebagai berikut:
(2)
AIC = log ( ) +
dimana
adalah Maximum Likelihood Estimator (MLE) dari residual regresi.
Sedangkan rumus SBC disajikan sebagai berikut:
SBC = n ( ) - p log n
(3)
SBC = log (

)+

p

(4)

12

Ketika menggunakan persamaan (1) dan (3) maka nilai tertinggi AIC dan
SBC yang akan dipilih. Sebaliknya persamaan (2) dan (4) memilih model dengan
nilai AIC dan SBC terkecil.

Perumusan Model
Perumusan model market to retail pass-through sebelum dan setelah krisis
keuangan global tahun 2008 (subprime mortgage) dapat dijelaskan menggunakan
pendekatan cost of fund (Bondt 2002) yang menyatakan bahwa di dalam buku teks,
persaingan sempurna dengan informasi yang lengkap memiliki harga-harga sama
dengan biaya marginal. Selain itu, turunan dari harga sehubungan dengan adanya
biaya merginal sama dengan satu. Turunan (derivative) tersebut akan menjadi lebih
kurang dari satu ketika asumsi persaingan tidak sempurna dan informasi yang
dimiliki tidak lengkap. Penerapan gagasan ini untuk hasil pengaturan harga
mengikuti persamaan marginal cost pricing model (Rousseas 1985) dalam (Bondt
2002). Teori cost of fund tersebut menyatakan bahwa suku bunga perbankan
bergantung pada pinjaman jangka pendeknya. Teori tersebut juga
merepresesentasikan opportunity cost of deposit dari rumah tangga yang juga
memiliki alternatif kemungkinan untuk menginvestasikan uangnya pada pasar uang
atau obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Pada teori tersebut digambarkan
adanya hubungan positif antara suku bunga pasar uang dan suku bunga retail yaitu
suku bunga deposit dan suku bunga kredit yang diformulasikan pada model sebagai
berikut:
iR = + . iM
dimana iR adalah suku bunga retail atau pengaturan harga bank, dan iM merupakan
suku bunga pasar uang atau sebanding dengan biaya marginal. adalah koefisien
pass-through jangka panjang dan adalah intersep. Jika sama dengan satu maka
terjadi fenomena complete pass-through yang berarti suku bunga perbankan elastis
sempurna terhadap perubahan suku bunga pasar uang.
Persamaan dari teori standard marginal cost diatas menunjukkan hubungan
keseimbangan jangka panjang. Error Correction Model adalah model terbaik untuk
menjelaskan the out-of-equilibrium:
+
= + (
– – (
)+
dimana adalah ukuran kecepatan penyesuaian dan adalah koefisien jangka
pendek pass-through.
Persamaan dari Error Corection Model di atas dapat lebih lanjut dijelaskan
oleh dinamik jangka pendek dengan mengikuti bentuk lag dari model Autoregressive
Lag, yaitu sebagai berikut:
= + (
– – (
)+∑
+∑
+
Atau dengan mensubstitusi it = it – it-1 dan membentuk persamaan,
+∑
+∑
+
Pada persamaan di atas,
menunjukkan elastisitas interaksi jangka pendek
dimana k merefleksikan kepatuhan dari suku bunga retail. Berdasarkan persamaan
di atas maka koefisien jangka panjang market-to-retail pass-through dapat
dikalkulasikan sebagai berikut:

13

=





Pada persamaan di atas harus memenuhi beberapa persyaratan karena
haruslah bernilai positif (Weth 2002) dalam Utari (2014) persyaratan tersebut
diantaranya adalah:

>0
yang menunjukkan dampak kumulatif kontemporer suku bunga pasar uang terhadap
suku bunga retail adalah positif, dan