Analisis Perbandingan Kualitas Dan Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Dan Konvensional Sebelum Dan Setelah Subprime Mortgage Jatuh.

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS DAN TINGKAT

PENGHAPUSAN PEMBIAYAAN

BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

SEBELUM DAN SETELAH

SUBPRIME MORTGAGE

JATUH

SITI HAURA TETTET FITRIJANTI

ABSTRACT

The aim of this research is comparison of the financing quality and its write-off level between shariah banking and conventional banking, before and after Subprime Mortgage fall. The method of this research is descriptive comparative analysis under quantitative research paradigm. Sampels are thoses of shariah banks that had been operating before 2003, and those of conventional banks which are listed in Indonesia Stock Exchange, 2003-2008. The comparison test of two sample groups are between independent & paired sample groups. The results indicate that the financing quality and its associated write-off level of shariah banks after subprime mortgage fall are higher than before; comparison of quality of financing and bad debt write-off rate of conventional banks after subprime mortgage fall are lower than before; and there are no statistically significant difference on financing quality and bad debt write-off between shariah banks and conventional banks, before and after subprime mortgage fall.

Key words: financing quality, write-off level, shariah banks, conventional banks, subprime mortgage

1.

PENDAHULUAN

Dampak jatuhnya subprime mortgage bukan hanya terjadi pada perbankan di Amerika Serikat, tapi juga di Australia, India, Cina dan negara-negara lainnya. Semua efek domino menyebar ke berbagai belahan negara di dunia, yang akhirnya mengakibatkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. (Roll C 2008). Perbankan Indonesia terkena dampak tidak langsung krisis subprime mortgage ini. Harga saham sektor perbankan Indonesia sempat


(2)

jatuh. Jika dilihat dari segi kualitas pembiayaan, pada perbankan di Indonesia, efek domino dari krisis Amerika ini secara umum telah mengakibatkan terjadinya kenaikan pada Non Performing Loans (NPL) perbankan. Begitu juga, tingkat penghapusan pembiayaan pada perbankan di Indonesia secara umum mengalami kenaikan.

2.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Kegiatan Perbankan di Indonesia secara hukum diatur oleh UU RI No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998. Sedangkan untuk perbankan syariah secara hukum diatur dalam UU No. 21 tahun 2008. Bank konvensional memilki fungsi sebagai financial intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, sementara bank syariah memiliki fungsi sebagai manajer investasi, investor, jasa keuangan dan sosial.

Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Bank Islam dikembangkan atas dasar bahwa tidak diperbolehkannya pemisahan antara masalah-masalah duniawi dan agama. Karena Islam bersifat komprehensif, mencangkup semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, pendidikan ataupun militer, maka kepatuhan terhadap syariah merupakan dasar bagi semua aspek kehidupan. Dasar ini tidak hanya mencakup ibadah saja, tetapi juga mencakup aktivitas muamalah, salah satunya adalah pada transaksi bisnis yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Salah satu aspeknya adalah pelarangan riba dan persepsi mengenai uang sebagai alat tukar dan sarana untuk membayar kewajiban keuangan, bukan komoditas.

Perbedaan yang paling utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa dari dana yang dititipkan. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank konvensional menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. Sedangkan berdasarkan prinsip syariah sistem bunga tidak diperbolehkan dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak tersebut, karena termasuk riba, dan riba hukumnya haram. Oleh karena itu, penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan pada bank syariah didasarkan pada prinsip bagi


(3)

hasil dan risiko (profit and loss sharing), jual beli, atau prinsip syariah lainnya. (Luqman 2007; Ibnu; Muhammad 2007)

Pada umumnya aktivitas usaha bank syariah dan bank konvensional dapat digolongkan menjadi tiga aktivitas, yaitu penghimpunan dana, penyaluran dana, dan pemberian jasa. Aktivitas penghimpunan dana dan aktivitas penyaluran dana merupakan aktivitas pokok bank yang masing-masing dapat dilihat pada sisi pasiva neraca bank dan pada sisi aktiva neraca bank. Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang dimaksud dengan pembiayaan adalahpenyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi

hasil.”

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat. Proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik, serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Pada bank syariah proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sehat, tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.

Sama halnya dengan kualitas kredit pada perbankan konvensional, kualitas pembiayaan pada bank syariah juga digolongkan menjadi 5 golongan yaitu, lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. (Sofyan dkk 2004; Muhammad 2007). Kualitas semua bentuk penanaman dana (aktiva produktif, dalam hal ini adalah kredit atau pembiayaan) tersebut menjadi standar pengukuran kinerja baik pada bank konvensional maupun pada bank syariah. Pada bank konvensional, untuk menjaga kinerja yang baik dalam hal pengalokasian kredit, maka


(4)

kualitas dari kredit tersebut harus dijaga. Hal tersebut tercermin dalam analisis kredit yang dilakukan oleh bank konvensional sebelum memberikan kredit kepada debitur. Salah satunya adalah dengan memperhatikan prinsip 5 C (Character, Capacity, Collateral, Condition, Capital). Sama halnya pada bank syariah, untuk menjaga kinerja yang baik dan pengembangan usaha yang senantiasa sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah, maka kualitas aktiva produktif, dalam hal ini adalah pembiayaan perlu dijaga. Salah satu cara menjaga kualitas aktiva produktif (pembiayaan) adalah dengan menerapkan kebijakan alokasi dana baik menurut sektor ekonomi, sektor industri, maupun wilayah pemasaran. (Luqman 2007).

Bisnis perbankan pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari risiko kegagalan. Risiko yang timbul dari usaha pemberian kredit berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau pembiayaan, atau dengan kata lain disebut kredit bermasalah. Risiko kredit atau pembiayaan tidak dapat dihindari, karena tanpa risiko tidak akan ada pendapatan. Dalam PSAK No. 31 disebutkan bahwa kredit bermasalah pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.

Non Performing Loan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Dengan kata lain, pengertian non performing loan mencakup keseluruhan kualitas kredit yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Oleh karena itu, guna menutup risiko kemungkinan kerugian akibat pembiayaan bermasalah tersebut, bank konvensional maupun bank syariah wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutup resiko kemungkinan kerugian.

Proses imbas krisis subprime mortgage ke perekonomian Indonesia diantaranya melalui penarikan dana dalam valas khususnya USD oleh para lembaga keuangan kreditor dan investor di Amerika Serikat, yang dilakukan diantaranya dengan mencairkan dana yang telah ditempatkan pada bank-bank di Indonesia dan langsung dalam USD. Untuk lebih jelasnya di bawah ini bisa dilihat perkembangan BI rate dari Desember 2005 s/d Desember 2008 :


(5)

Gambar 1. BI rate

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk mengimbangi melemahnya nilai tukar rupiah yang terjadi, maka BI rate dinaikan.

Jika dilihat dari segi kualitas pembiayaan, pada perbankan di Indonesia baik yang berdasarkan prinsip syariah maupun konvensional, efek domino dari krisis Amerika ini telah mengakibatkan terjadinya kenaikan pada Non Performing Loans (NPL) perbankan yaitu tepatnya pada semester II tahun 2008, yakni pada pertengahan semester II tahun 2008 ketika lembaga keuangan terbesar dan tertua di Amerika, Lehman Brothers, telah jatuh (bangkrut). Begitu juga dengan tingkat penghapusan pembiayaan pada perbankan di Indonesia, tepatnya semester II tahun 2008, menunjukkan adanya kenaikan tingkat penghapusan pembiayaan. Semua efek domino tersebut merupakan salah satu cermin dari adanya pertumbuhan ekonomi Amerika yang melambat, yang pada akhirnya menyebar ke berbagai negara di dunia, dan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. (Abida 2008; Merza; Daniri 2009).

Perbedaan yang paling utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa dari dana yang dititipkan. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank konvensional menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak. Sedangkan berdasarkan prinsip syariah, sistem bunga tidak diperbolehkan dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak tersebut, karena termasuk riba, dan riba hukumnya haram. Oleh karena itu, penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan pada bank syariah didasarkan pada prinsip bagi

Des-05

Des-06

Des-07 Okt Des-08

0 2 4 6 8 10 12 14

BI Rate

6-Des-05 6-Sep-05 9-Jan-06 7-Mar-06 6-Jun-06 5-Sep-06 7-Des-06 4-Jan-07 6-Mar-07 7-Jun-07 6-Sep-07 6-Des-07 8-Jan-08 6-Mar-08 5-Jun-08 4-Sep-08 7-0kt-08 6-Nov-08


(6)

hasil dan risiko (profit and loss sharing), jual beli, atau prinsip syariah lainnya(Sofyan dkk, 2004). Adapun perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat terlihat pada tabel di berikut :

Tabel 1. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

No. Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian tanpa berdasarkan kepada untung/rugi.

Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu perjanjian dengan berdasarkan kepada untung/rugi.

2. Jumlah persen bunga

berdasarkan jumlah uang (modal) yang ada.

Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah

keuntungan yang telah dicapai.

3. Pembayaran bunga tetap

seperti perjanjian tanpa diambil pertimbangan apakah proyek yang dilaksanakan pihak kedua untung atau rugi.

Bagi hasil tergantung pada hasil proyek. Jika proyek tidak mendapat keuntungan atau mengalami kerugian, maka resikonya ditanggung kedua belah pihak.

4. Jumlah pembayaran bunga

tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda.

Jumlah pemberian hasil keuntungan meningkat sesuai dengan peningkatan

keuntungan yang didapat.

5. Pengambilan/pembayaran

bunga adalah haram.

Penerimaan/pembagian keuntungan adalah halal

Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat. Proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik, serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Pada bank syariah proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sehat, tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.


(7)

Mengingat terdapat beberapa perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah, dan penelitian ini hendak mempelajari mengenai bank konvensional dan bank syariah menghadapi krisis keuangan global, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagaimana berikut ini:

Ha1a : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan kualitas pembiayaan pada bank syariah

dan bank konvensional sebelum subprime mortgage jatuh.

Ha1b : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penghapusan pembiayaan pada

bank syariah dan bank konvensional sebelum subprime mortgage jatuh.

Ha2a : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan kualitas pembiayaan pada bank syariah

dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh.

Ha2b : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penghapusan pembiayaan pada

bank syariah dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh.

Ha3a : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan kualitas pembiayaan pada bank syariah

sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh.

Ha3b : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penghapusan pembiayaan pada

bank syariah sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh.

Ha4a : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan kualitas pembiayaan pada bank

konvensional sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh.

Ha4b : μ1 ≠ μ2 atau terdapat perbedaan yang signifikan atas tingkat penghapusan pembiayaan

pada bank konvensional sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh.

Hipotesis bersifat 2 (dua) arah, mengingat pada prakteknya di lapangan masih terdapat kendala penerapan prinsip perbankan syariah secara optimal.

3.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif. Penulis mengumpulkan data kredit dan pembiayaan bank konvensional dan bank syariah yang terdapat dalam laporan keuangan bank konvensional dan bank syariah selama 4 (empa) tahun yakni


(8)

laporan keuangan periode tahun 2005-2006 untuk masa sebelum subprime mortgage jatuh dan laporan keuangan periode tahun 2007-2008 untuk masa setelah subprime mortgage jatuh.

Analisa yang digunakan adalah analisa kuantitatif dengan statistik parametrik, yaitu dengan menggunakan uji selisih rata-rata. Uji selisih rata-rata (Uji T/Uji dua beda) digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara variabel-variabel yang diteliti pada saat sebelum subprime mortgage jatuh dan pada saat setelah subprime mortgage jatuh.

Populasi dari penelitian ini adalah bank konvensional yang listing di Bursa Efek Indonesia dan bank syariah yang sudah beroperasi minimal sebelum tahun 2005. Sampel penelitian adalah bank yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Dengan metode ini, sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan yang ditentukan:

1. Bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, dipilih 9 bank yang memiliki total aset terbesar dan tidak memiliki unit usaha syariah.

2. Bank syariah sudah beroperasi minimal sebelum tahun 2005.

3. Bank syariah mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

Tabel 2 Daftar Sampel

No. Nama Bank

1. PT. Bank Mandiri Tbk.

2. PT. Bank BCA Tbk.

3. PT. Pan Indonesia Bank Tbk.

4. PT. Bank NISP Tbk.

5. PT. Bank Bumi Putera Indonesia Tbk. 6.

7.

PT. Mayapada Internasional Tbk. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 8.

9. 10. 11.

PT. Bank Kesawan Tbk. PT. Bank Swadesi Tbk. PT. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Syariah Mandiri


(9)

Periode pengamatan yang digunakan adalah periode sebelum dan setelah subprime mortage jatuh. Periode tersebut berlangsung selama dua tahun sebelum dan dua tahun setelah subprime mortgage jatuh. Rentang periode pengamatan yang dipilih tersebut dianggap cukup mewakili untuk mengamati reaksi perbankan Indonesia terhadap peristiwa jatuhnya subprime mortgage.

Penulis menggunakan metode statistik parametrik. Metode statistik parametrik adalah metode yang menetapkan syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang menjadi sampel penelitiannya. Pemilihan uji statistik untuk masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan kualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional sebelum

subprime mortgage jatuh : independent test

2. Terdapat perbedaan kualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh : independent test

3. Terdapat perbedaan tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional sebelum subprime mortgage jatuh : independent test

4. Terdapat perbedaan tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh : independent test

5. Terdapat perbedaan kualitas pembiayaan bank syariah sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh : paired sample test

6. Terdapat perbedaan tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh : paired sample tes

7. Terdapat perbedaan kualitas pembiayaan bank konvensional sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh: paired sample test

8. Terdapat perbedaan tingkat penghapusan pembiayaan bank konvensional sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh : paired sample test

Paired sample test digunakan mengingat sample untuk pengujian 5-8 adalah sampel berpasangan, yakni dalam penelitian ini adalah bank yang sama untuk pengujian sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh. Uji normalitas yang digunakan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan Kolmogorov-Smirov test.


(10)

4. HASIL UJI HIPOTESIS

X1 X2 X1

RATA-RATA

X2

RATA-RATA

SIGN. VALUE

ARTINYA

Kualitas Pembiayaan Bank

Syariah Sebelum

Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

0.024975 0.03886667 0.593 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Kualitas Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.027875 0.02665556 0.940 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

0.00425 0.00758778 0.647 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.011775 0.00859056 0.736 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Kualitas Pembiayaan Bank

Syariah Sebelum

Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.024975 0.027875 .268 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan

Pembiayaan Bank Syariah

Sebelum Subprime

Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.00425 0.011775 .329 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.03886667 0.02665556 .050 1. Rata-rata X1 >

rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.00758778 0.00859056 .601 1. Rata-rata X1 <

rata-rata X2


(11)

5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tabel matrik maka diperoleh hasil bahwa rata-ratakualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional sebelum subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan. Begitu pula dengan rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sama halnya dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional, baik sebelum subprime mortgage jatuh maupun setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara keduanya.

Rata-rata kualitas pembiayaan pada bank syariah setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan terjadi peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage jatuh. Begitu juga dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah mengalami peningkatan setelah subprime mortgage jatuh. Berbeda dengan bank syariah, rata-rata kualitas pembiayaan dan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank konvensional mengalami penurunan setelah subprime mortgage.

Rata-rata kualitas pembiayaanbank syariah dan bank konvensional baik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, salah satu penyebabnya diduga adalah baik bank syariah maupun bank konvensional menyalurkan pembiayaannya pada perusahaan/sektor yang memiliki performa bagus, sehingga walaupun rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah lebih baik daripada rata-rata-rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Kemungkinan kedua adalah karena adanya tingkat inflasi yang tinggi pada periode setelah subprime mortgage jatuh yang menyebabkan kenaikan BI rate, sehingga menyebabkan bank-bank konvensional menaikkan suku bunganya sangat tinggi, sedangkan bank-bank syariah tidak bisa mengikuti kenaikan BI rate tersebut, karena pada bank syariah tidak ada bunga. Efek domino dari subprime mortgage jatuh yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang dibiayai oleh bank syariah menyebabkan terjadinya kenaikan rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah pada periode setelah subprime mortgage jatuh. Hal tersebut menyebabkan pembiayaan perbankan syariah tidak kompetitif bersaing dengan bank konvensional dan mengakibatkan adanya perbedaan yang secara statistik tidak signifikan antara kualitas pembiayaan bank syariah dan


(12)

bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh. Rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah dan bank konvensional tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik pada saat sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh. Setelah subprime mortgage jatuh, rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah mengalami kenaikan dan rata-rata-rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank konvensional mengalami penurunan. Hal tersebut diduga karena efek domino dari kenaikan rata kualitas pembiayaan pada bank syariah dan penurunan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank konvensional setelah subprime mortgage. Artinya ketika rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah naik, berarti penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) semakin besar, sehingga secara otomatis akan menaikkan potensi bank syariah untuk melakukan penghapusan pembiayaan. Begitu juga sebaliknya, ketika rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional mengalami penurunan, berarti penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) semakin kecil, sehingga secara otomatis akan menurunkan potensi bank syariah untuk melakukan penghapusan pembiayaan. Kenaikan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank syariah dan penurunan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank konvensional, yang berbanding lurus dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada kedua bank tersebut, mengakibatkan tidak terdapatnya perbedaan yang secara statistik signifikan pada rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional, baik sebelum subprime mortgage jatuh maupun setelah subprime mortgage jatuh.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah dan bank konvensional, baik dengan menggunakan independent test maupun paired sample test, tidak menunjukkan perbedaan yang secara statistik signifikan pada sebelum maupun setelah subprime mortgage. Perbankan di Indonesia secara keseluruhan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah, berdasarkan kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaannya, tidak terkena dampak yang signifikan oleh jatuhnya subprime mortgage di Amerika Serikat yang menyebabkan krisis finansial global. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan Indonesia memiliki kinerja yang bagus dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi.


(13)

6.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah dengan rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional baik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh.

2. Tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan di bank syariah dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank konvensionalbaik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh.

3. Rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah setelah subprime mortgage jatuh mengalami peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage. Rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah setelah subprime mortgage jatuh mengalami peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage. Namun, baik rata-rata kualitas pembiayaan maupun rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh pada bank syariah menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan.

4. Rata-rata kualitas pembiayaan dan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank konvensional mengalami penurunan setelah subprime mortgage jatuh dibandingkan sebelum subprime mortgage jatuh. Namun, baik rata-rata kualitas pembiayaan maupun rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh pada bank konvensional menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan.

7. SARAN

a. Mengingat besarnya kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaaan merupakan salah satu indikator dalam penilaian kinerja suatu perbankan, dan pada penelitian ini kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaan tidak mengalami kenaikan ataupun


(14)

penurunan secara signifikan, baik pada perbankan syariah maupun perbankan konvensional, maka perbankan Indonesia harus optimis bahwa perkembangan perbankan Indonesia untuk masa yang akan datang, khususnya perbankan syariah dapat lebih baik lagi dan fenomena ini dapat menjadi motivasi untuk tetap bertahan dengan kinerja yang baik dalam menghadapi krisis-krisis yang dapat terjadi lagi di masa yang akan datang.

b. Bagi penelitian selanjutnya penulis menyarankan agar:

a. Mencari variabel lain sebagai indikator perbandingan penilaian kinerja antara bank syariah dan bank konvensional.

b. Variabel penelitian dapat lebih di-spesifikkan, sebagai contoh pembiayaan konsumtif saja, dan sampel penelitian bank syariah agar diperbanyak sehingga diharapkan lebih dapat mencerminkan masing-masing entitas yang diperbandingkan.

8. DAFTAR PUSTAKA

Abida Muttaqiena. 2008. Analisa Krisis Subprime Mortgage. Di akses pada tanggal 5/5/2009 jam 16.00

Daniri. 2009. Tantangan dan Prospek Perbankan Nasional di Tengah Krisis. Republika. Di akses pada tanggal 11/10/2009 jam 15.50.

Ibnu Anwaruddin. Memahami Perbedaan Prinsip Antara Bank Syariah dengan Bank

Konvensional. Nuansa Persada Online. Di akses pada tanggal 15/4/2009 jam 13.23. Luqman, H2O. 2007. Aktiva Produktif Bank Syariah. Embun Ekonomi Syariah. Di akses pada

tanggal 11/3/2009 jam 14.20.

Merza Gamal. Krisis Keuangan Global dan Dilema Kredit Konsumtif. Di akses pada tanggal 4/3/2009 jam 09.45.

Muhammad Syafi’i Antonio. 2007. Aspek Akuntansi dalam Perbankan Islam. Jakarta: Tazkia Cendikia.


(15)

Sofyan Syafri Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf. 2004. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Revisi. Jakarta: LPFE Usakti.

Roll C. 2008 . Pengaruh Krisis AS Terhadap Perbankan Indonesia. Roll News. Di akses pada tanggal 4/3/2009 jam 09.46.

...2007. Perbankan Indonesia Tidak Terkena Dampak Langsung Krisis Subprime Mortgage.. //http;//Vibiznews.com//. Di akses pada tanggal 5/5/2009 jam 16.01.


(1)

4. HASIL UJI HIPOTESIS

X1 X2 X1

RATA-RATA

X2

RATA-RATA

SIGN. VALUE

ARTINYA

Kualitas Pembiayaan Bank Syariah Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

0.024975 0.03886667 0.593 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima. Kualitas Pembiayaan Bank

Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.027875 0.02665556 0.940 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima. Tingkat Penghapusan

Pembiayaan Bank Syariah Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

0.00425 0.00758778 0.647 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.011775 0.00859056 0.736 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima.

Kualitas Pembiayaan Bank Syariah Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.024975 0.027875 .268 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima. Tingkat Penghapusan

Pembiayaan Bank Syariah Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Syariah Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.00425 0.011775 .329 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2

2. H0 diterima.

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Kualitas Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.03886667 0.02665556 .050 1. Rata-rata X1 > rata-rata X2

2. H0 diterima.

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Sebelum Subprime Mortgage Jatuh

Tingkat Penghapusan Pembiayaan Bank Konvensional Setelah Subprime Mortgage Jatuh

0.00758778 0.00859056 .601 1. Rata-rata X1 < rata-rata X2


(2)

5. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tabel matrik maka diperoleh hasil bahwa rata-ratakualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional sebelum subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan. Begitu pula dengan rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah dan bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sama halnya dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional, baik sebelum subprime mortgage

jatuh maupun setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara keduanya.

Rata-rata kualitas pembiayaan pada bank syariah setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan terjadi peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage jatuh. Begitu juga dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah mengalami peningkatan setelah subprime mortgage jatuh. Berbeda dengan bank syariah, rata-rata kualitas pembiayaan dan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank konvensional mengalami penurunan setelah subprime mortgage.

Rata-rata kualitas pembiayaanbank syariah dan bank konvensional baik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, salah satu penyebabnya diduga adalah baik bank syariah maupun bank konvensional menyalurkan pembiayaannya pada perusahaan/sektor yang memiliki performa bagus, sehingga walaupun rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah lebih baik daripada rata-rata-rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Kemungkinan kedua adalah karena adanya tingkat inflasi yang tinggi pada periode setelah

subprime mortgage jatuh yang menyebabkan kenaikan BI rate, sehingga menyebabkan bank-bank konvensional menaikkan suku bunganya sangat tinggi, sedangkan bank-bank syariah tidak bisa mengikuti kenaikan BI rate tersebut, karena pada bank syariah tidak ada bunga. Efek domino dari subprime mortgage jatuh yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang dibiayai oleh bank syariah menyebabkan terjadinya kenaikan rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah pada periode setelah subprime mortgage jatuh. Hal tersebut menyebabkan pembiayaan perbankan syariah tidak kompetitif bersaing dengan bank konvensional dan mengakibatkan adanya perbedaan yang secara statistik tidak signifikan antara kualitas pembiayaan bank syariah dan


(3)

bank konvensional setelah subprime mortgage jatuh. Rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah dan bank konvensional tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik pada saat sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh. Setelah subprime mortgage jatuh, rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah mengalami kenaikan dan rata-rata-rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank konvensional mengalami penurunan. Hal tersebut diduga karena efek domino dari kenaikan rata kualitas pembiayaan pada bank syariah dan penurunan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank konvensional setelah subprime mortgage. Artinya ketika rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah naik, berarti penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) semakin besar, sehingga secara otomatis akan menaikkan potensi bank syariah untuk melakukan penghapusan pembiayaan. Begitu juga sebaliknya, ketika rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional mengalami penurunan, berarti penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) semakin kecil, sehingga secara otomatis akan menurunkan potensi bank syariah untuk melakukan penghapusan pembiayaan. Kenaikan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank syariah dan penurunan rata-rata kualitas pembiayaan pada bank konvensional, yang berbanding lurus dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada kedua bank tersebut, mengakibatkan tidak terdapatnya perbedaan yang secara statistik signifikan pada rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah dan bank konvensional, baik sebelum subprime mortgage

jatuh maupun setelah subprime mortgage jatuh.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaan pada bank syariah dan bank konvensional, baik dengan menggunakan independent test maupun

paired sample test, tidak menunjukkan perbedaan yang secara statistik signifikan pada sebelum maupun setelah subprime mortgage. Perbankan di Indonesia secara keseluruhan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah, berdasarkan kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaannya, tidak terkena dampak yang signifikan oleh jatuhnya subprime mortgage di Amerika Serikat yang menyebabkan krisis finansial global. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan Indonesia memiliki kinerja yang bagus dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi.


(4)

6.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah dengan rata-rata kualitas pembiayaan bank konvensional baik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh.

2. Tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan di bank syariah dengan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank konvensionalbaik sebelum maupun setelah subprime mortgage jatuh.

3. Rata-rata kualitas pembiayaan bank syariah setelah subprime mortgage jatuh mengalami peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage. Rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan bank syariah setelah subprime mortgage jatuh mengalami peningkatan dibandingkan sebelum subprime mortgage. Namun, baik rata-rata kualitas pembiayaan maupun rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan sebelum dan setelah subprime mortgage

jatuh pada bank syariah menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan.

4. Rata-rata kualitas pembiayaan dan rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan pada bank konvensional mengalami penurunan setelah subprime mortgage jatuh dibandingkan sebelum

subprime mortgage jatuh. Namun, baik rata-rata kualitas pembiayaan maupun rata-rata tingkat penghapusan pembiayaan sebelum dan setelah subprime mortgage jatuh pada bank konvensional menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan.

7. SARAN

a. Mengingat besarnya kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaaan merupakan salah satu indikator dalam penilaian kinerja suatu perbankan, dan pada penelitian ini kualitas pembiayaan dan tingkat penghapusan pembiayaan tidak mengalami kenaikan ataupun


(5)

penurunan secara signifikan, baik pada perbankan syariah maupun perbankan konvensional, maka perbankan Indonesia harus optimis bahwa perkembangan perbankan Indonesia untuk masa yang akan datang, khususnya perbankan syariah dapat lebih baik lagi dan fenomena ini dapat menjadi motivasi untuk tetap bertahan dengan kinerja yang baik dalam menghadapi krisis-krisis yang dapat terjadi lagi di masa yang akan datang.

b. Bagi penelitian selanjutnya penulis menyarankan agar:

a. Mencari variabel lain sebagai indikator perbandingan penilaian kinerja antara bank syariah dan bank konvensional.

b. Variabel penelitian dapat lebih di-spesifikkan, sebagai contoh pembiayaan konsumtif saja, dan sampel penelitian bank syariah agar diperbanyak sehingga diharapkan lebih dapat mencerminkan masing-masing entitas yang diperbandingkan.

8. DAFTAR PUSTAKA

Abida Muttaqiena. 2008. Analisa Krisis Subprime Mortgage. Di akses pada tanggal 5/5/2009 jam 16.00

Daniri. 2009. Tantangan dan Prospek Perbankan Nasional di Tengah Krisis. Republika. Di akses pada tanggal 11/10/2009 jam 15.50.

Ibnu Anwaruddin. Memahami Perbedaan Prinsip Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Nuansa Persada Online. Di akses pada tanggal 15/4/2009 jam 13.23. Luqman, H2O. 2007. Aktiva Produktif Bank Syariah. Embun Ekonomi Syariah. Di akses pada

tanggal 11/3/2009 jam 14.20.

Merza Gamal. Krisis Keuangan Global dan Dilema Kredit Konsumtif. Di akses pada tanggal 4/3/2009 jam 09.45.

Muhammad Syafi’i Antonio. 2007. Aspek Akuntansi dalam Perbankan Islam. Jakarta: Tazkia Cendikia.


(6)

Sofyan Syafri Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf. 2004. Akuntansi Perbankan Syariah,

Edisi Revisi. Jakarta: LPFE Usakti.

Roll C. 2008 . Pengaruh Krisis AS Terhadap Perbankan Indonesia. Roll News. Di akses pada tanggal 4/3/2009 jam 09.46.

...2007. Perbankan Indonesia Tidak Terkena Dampak Langsung Krisis Subprime Mortgage..

//http;//Vibiznews.com//. Di akses pada tanggal 5/5/2009 jam 16.01.


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

21 184 80

Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

2 44 92

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

44 256 120

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL SEBELUM DAN SETELAH KRISIS GLOBAL

0 7 5

Kajian Empiris Interest Rate Pass-Through Sebelum Dan Setelah Subprime Mortgage: Pengalaman 41 Negara Di Dunia

1 7 64

ANALISIS PERBANDINGAN PRINSIP, SISTEM DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK Analisis Perbandingan Prinsip, Sistem Dan Prosedur Pembiayaan Antara Bank Konvensional Dengan Bank Syariah (Studi Kasus BRI & BRI Syariah Daerah Surakarta)

0 3 15

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KREDIT MACET BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK Analisis Perbandingan Antara Tingkat Kredit Macet Bank Konvensional Dan Pembiayaan Bermasalah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mega Dan Bank Mega Syaria

0 2 16

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Antara Tingkat Kredit Macet Bank Konvensional Dan Pembiayaan Bermasalah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mega Dan Bank Mega Syariah).

0 3 8

NASKAH PUBLIKASI Analisis Perbandingan Antara Tingkat Kredit Macet Bank Konvensional Dan Pembiayaan Bermasalah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mega Dan Bank Mega Syariah).

0 2 12

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH

0 0 10