Analisis variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di BEI

(1)

i

ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO

KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM

PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh :

NIM : 205081000176 HARIYADI

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

NIM: 205081000176 HARIYADI

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 196902032001121003 NIP : 19770122 2003 121 001 M. Arif Mufraini, Lc, M.si

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

Hari ini jumat, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi

ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

Penguji I Penguji II

M. Arif Mufraini, Lc, M.si

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Indo Yama, SE, MAB

Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(4)

iv

Hari ini Senin, Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Hariyadi NIM:205081000176 dengan judul Skripsi

ANALISIS VARIABEL MAKRO EKONOMI DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI ”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Suhendra, MM

Ketua Sekretaris

M. Arif Mufraini, Lc, M.si

Penguji Ahli


(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

1. Nama : Hariyadi

2. Tempat /Tanggal Lahir : Tangerang, 25 September 1987

3. Alamat : Jl. Karyawan 4 RT 01/01 KEL. Karang Timur KEC. Karang Tengah Ciledug Tangerang (15157)

4. Handphone : (021) 94521845

5. Agama : Islam

6. Kewarganegaraan : Indonesia

B. DATA PENDIDIKAN

1. Tahun 1993-1999 SDN Karang Tengah 8 Tangerang 2. Tahun 1999-2002 MTS Daar El-Qolam Tangerang 3. Tahun 2002-2005 SMA Budi Mulia Tangerang 4. Tahun 2005-2010 FEIS Manajemen UIN Jakarta

C. DATA PENGALAMAN KERJA

1. Tahun 2008 : Magang bagian Administrasi di Rs. Bhakti Asih Ciledug Tangerang selama 1 bulan 2. Tahun 2008 : Bagian Tata Usaha disekolah SDI Nur

Insan

3. Tahun 2009 : Bagian bidang keguruan disekolah SDI Nur Insan Ciledug Tangerang


(6)

vi ABSTRACT

This study aims to: 1) To analyze the effect of simultaneous and partially between macro economic variables and financial ratios of return of stocks listed on the Indonesia Stock Exchange 2) to analyze the independent variables which most influence on the dependent variable. This study uses multiple regression analysis of data used in this study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. This sample selection is all the companies listed in Indonesia Stock Exchange 45 LQ categories entering the period 2005-2008. Regression results found that variable inflation, SBI, Exchange Rate, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity significant effect on stock returns while partially found that the variable exchange rate, Real Interest Rate, Return On Asset and most influential independent variable is exchange rate, with a look at the greatest value of the beta coefficients between other independent variables. Keyword : Inflation, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitability, Leverage, Liquidity, Stock Return


(7)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisa pengaruh secara simultan dan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2) Menganalisa Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori LQ 45 periode 2005 – 2008. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Return Saham sedangkan secara parsial ditemukan bahwa variabel Kurs, Real Interest Rate, Return On Asset dan variabel independen yang paling berpengaruh adalah Kurs, dengan melihat nilai koefisien beta paling besar diantara variabel independen lainya.

Kata Kunci : Inflasi, SBI, Kurs, Real Interest Rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Return Saham


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkah ,taufik, dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada panutan umat, Rasulallah Muhammad SAW.

Perjalanan panjang penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi ini dihiasi dengan segala kekurangan dan kelemahan penulis, dan diwarnai dengan berbagai cobaan, tantangan, dan penuh perjuangan yang harus dihadapi. Karena itu skripsi ini tidak akan mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak, meskipun pada akhirnya dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan dan belum mencapai kata sempurna. Maka sudah seharusnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Mar’ali dan Ibunda Siti Aisah yang membesarkan dan mendidik serta senantiasa selalu percaya, mendoakan, memotivasi, mendukung dan memberikan seluruh kerja kerasnya untuk mewujudkan keinginan anak-anaknya dalam meraih cita-cita. ary sangat menyayangi dan mencintaimu ibu. 2. Kepada semua keluarga besar H. Caing (Alm) yang telah memberikan

dukungan baik materi, moral serta doa untuk tercapainya salah satu cita-cita yaitu mendapatkan gelar sarjana.

3. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr.Abdul Hamid,.Sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof,Dr.Ahmad Rodoni,MM selaku Pudek I dan dosen pembimbing I,yang senantiasa memberikan perhatian dan ilmunya dalam membimbing peneliti.

6. Bapak M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan motivasi serta ilmunya dalam membimbing peneliti.


(9)

ix

7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Khususnya jurusan manajemen yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

8. Mbak ani yang sudah melayani saya dan temen-teman dalam proses pendaftaran skripsi.

9. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial yang telah bekerja dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima ALLAH SWT.

10.Eko aryanto, Nova Herdiansyah my best Friends,,,ya walaupun suka nyebelin dan ngutang sih,,,,,,!

11.Dian maulana yang sudah membimbing saya dari bab 1 – bab 3, Thanks y,,,, 12.Sepupu ku Muink, Tri makasih atas modem Gratisnya.

13.Kepada wanita dihatiku yang selalu mendukung dan mendoakan ku.

14.Semua teman – teman manajemen B dan manajemen keuangan tahun 2005. Kalian semua teman terbaik yang bisa aku dapatkan.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya semoga Allah SWT membalas budi baik semua serta skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi semuanya.Amin ya Robbal’alamin.

Jakarta, September 2010


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... . ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... . iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Ilmu Ekonomi ... ... 8

B. Pengertian Efek dan Bursa Efek ... ... 8

C. Inflasi ... 8

1. Pengertian Inflasi ... 9

2. Komponen Inflasi ... 11

3. Timbulnya Inflasi ... ... 12


(11)

xi

D. Nilai Tukar (Kurs) ... 15

1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah... 15

2. Penentuan Nilai Tukar ... 16

3. Sistem Kurs Mata Uang ... 16

E. Tingkat Suku Bunga ... .... 19

F. SBI ... 20

1. Pengertian SBI ... 20

2. Tujuan penerbit SBI... 20

3. Dasar Hukum SBI ... 21

4. Karakteristik ... 21

G. Rasio Keuangan ... 22

1. Pengertian Rasio Keuangan ... 22

H. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 23

1. Rasio Profitabilitas ... 23

2.Rasio Leverage ... 25

3. Rasio Likuiditas ... 26

I. Return Saham ... 27

J. Indeks LQ 45 ... 29

K. Penelitian Terdahulu ... 30

L. Kerangka Pemikian ... 33


(12)

xii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

B. Metode Penentuan Sampel ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 38

D. Metode Analisis Data ... 39

E. Variabel penelitian...……….. ... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan ... 50

B. Sejarah Objek Penelitian ... 63

C.Hasil dan Pembahasan ... 64

D. Interprestasi ... 82

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

C. Implikasi ... 86


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 32

4.1 Daftar Perusahaan yang menjadi Objek Peneliti 64 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas 74

4.3 Hasil pengujian Auto Korelasi 75

4.4 Hasil Pengujian Uji t 77

4.5 Hasil Pengujian Uji F 79

4.6 Hasil Pengujian Adj R Square 80


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 34

4.1 Struktur Pasar modal Indonesia 54

4.2 Grafik Kurs 65

4.3 Grafik Real Interest Rate 66

4.4 Grafik Return On Asset 67

4.5 Grafik Debt To Equity Ratio 69

4.6 Grafik Current Ratio 70

4.7 Grafik Return Saham 71

4.8 Grafik Normalitas Data 73


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Objek Penelitian 91 2 Perhitungan Data Mentah 92 3 Hasil Uji Regresi Berganda Dengan SPSS 16.0 98


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan pasar keuangan (financial market) dimana diperjual belikan sekuritas atau instrumen surat berharga yang memiliki sifat jangka panjang (Husnan, 1997). Di Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan sejarah panjang pasar modal Indonesia. BEJ didirikan pada tahun 1912 oleh pemerintah kolonial Belanda, kemudian terhenti oleh adanya invasi Jepang 1942, dan baru aktif kembali 10 Agustus 1977 dengan dibentuknya Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) oleh Pemerintah. Swastanisasi dilakukan pada saat pasar modal Indonesia mengalami bullish pada tahun 1990.

Penurunan indeks yang sangat tajam di BEJ terjadi antara tahun 1981 sampai dengan 1986, yang disebabkan pemerintah melakukan devaluasi mata uang rupiah terhadap dolar pada tahun 1984. Selanjutnya indeks kembali turun antara tahun 1990 sampai dengan 1992, yang disebabkan oleh pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat (tight money policy) pada tahun 1991. Dan terakhir tahun 1996 sampai dengan 1997, yang disebabkan oleh krisis moneter.

Hal tersebut diatas menggambarkan bahwa perubahan kondisi makro ekonomi dicerminkan pada indeks pasar saham di BEJ. Sehingga anggapan bahwa variabel-variabel makro ekonomi merupakan variabel yang dapat


(17)

2 menggerakkan harga saham adalah suatu teori yang dapat diterima secara umum (Maysami and Sim Koh, 2000).

Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk mengkaji hubungan variabel-variabel makro ekonomi terhadap pasar modal suatu negara. Salah satu teori yang sering dipergunakan adalah konsep Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikembangkan oleh Ross (1976). Konsep APT ini merupakan konsep model keseimbangan yang mempergunakan hukum satu harga (the law of one price), dimana dua kesempatan investasi yang identik sama tidak bisa dijual dengan harga yang berbeda (Elton et. al., 1995).

Dengan menggunakan APT, Chen et. al. (1986) membuktikan bahwa variabel-variabel makro ekonomi memiliki pengaruh yang sistematik terhadap tingkat kembalian (return) pasar saham. Kekuatan ekonomi mempengaruhi tingkat diskonto (discount rate), kemampuan perusahaan untuk menggerakkan aliran kas (cash flow), dan pembayaran dividen dimasa yang akan datang (future dividen payouts). Mekanisme seperti ini menunjukkan bahwa variable-variabel makro ekonomi merupakan faktor yang krusial di pasar ekuitas (Maysami and Sim Koh, 2000).

Adapun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.


(18)

3 Tingkat probabilitas perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari beberapa aspek, yaitu berdasarkan ROS (Return On Sales), EPS (Earning Per Share), ROA ( Return On Asset) maupun ROE (Return on Equity).

Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya tercantum dalam laporan keuangan, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau tidak.

Untuk dapat mengukur kinerja perusahaan diperlukan alat pembanding dan rasio dalam industri sebagai keseluruhan yang sejenis, dimana perusahaan menjadi anggotanya yang dapat digunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio perusahaan, salah satu rasio yang biasa digunakan adalah ROA (Return On Asset). ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada.

Dalam konteks manajemen investasi, return atau tingkat keuntungan merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan kedua return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor dimasa mendatang. (Abdul Halim, 2003)

Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada


(19)

4 umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.

Dalam penelitiannya, Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005), Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham.

Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006), menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. IG.K.A. ULUPUI (2007), meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.

Ana Oktaviana (2007), Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode


(20)

2003-5 2005. Chairul Nazwar (2008), Menganalisis Pengaruh Variabel Makro ekonomi Terhadap Return Saham Syariah Di Indonesia pada periode 2000-2006. Penelitian ini menunjukan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia. Sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh negatif dansignifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.

Yogi Permana (2009), Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat bunga SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel variabel bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009), bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dimana masih menunjukkan hasil yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut . Oleh karena itu, dalam skripsi peneliti mengambil judul Analisis Variabel Makro Ekonomi dan Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ 45 di BEI Pada Periode 2005 - 2008”


(21)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham ?

3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham.

2. Menganalisis pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel makro ekonomi dan rasio keuangan terhadap return saham.

3. Menganalisis Variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai wahana pengaplikasikan ilmu yang telah peneliti peroleh di bangku kuliah sekaligus sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri.


(22)

7 2. Bagi Pengguna

Memberikan masukan kepada berbagai pihak mengenai penerapan inflasi, kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas sebagai alat Pengukuran kinerja suatu perusahaan.

3. Bagi Perusahaan

Memberikan masukan atau pertimbangan kepada manajemen perusahaan indeks LQ45 yang go public di Bursa Efek Indonesia mengenai penggunaan inflasi, kurs rupiah, SBI, Real Interest rate, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas dan pengaruhnya terhadap return saham dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan.


(23)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ilmu ekonomi

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Menurut objek yang dipelajari, ilmu ekonomi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro memfokuskan pembahasannya pada perilaku individual dari pelaku ekonomi, sedangkan ekonomi makro memfokuskan pembahasannya pada gejala-gejala perekonomian secara keseluruhan, secara totalitas, atau gejala umumnya. (Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld, 2003)

Contoh dari ekonomi mikro adalah perilaku individual dari suatu perusahaan dalam menetapkan berapa banyak barang yang akan dibeli, jika harga barang tersebut mengalami kenaikan atau penurunan, bagaimana meningkatkan jumlah produksinya, seberapa tinggi harga barang akan dijual agar perusahaan memperoleh laba maksimum, dan sebagainya. Sedangkan contoh dari ekonomi makro adalah membahas pertumbuhan ekonomi dan gejala-gejalanya seperti inflasi, SBI, kurs yang akan dibahas oleh peneliti, sebagai berikut ini :

B. Pengertian Efek dan Bursa Efek

Menurut undang RI No.8 tahun 1995 (Widjaja dan Ernawati, 2002: 2) “Efek diartikan sebagai surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti


(24)

9 hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”.

Agar efek-efek tersebut dapat diperjulbelikan maka diperlukan suatu wadah atau tempat berlangsungnya transaksi tersebut yang dikenal dengan bursa efek. Menurut undang-undang RI No. 8 Tahun 1995 yang terdapat dalam jurnal Widjaja dan Ernawati (2002: 2) yang dimaksud dengan Bursa Efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek”.

Indeks harga saham merupakan indicator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indicator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah 13 saham.

C. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar


(25)

10 dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga urnum".

Menurut Winardi dan Setiawan (2006), definisi inflasi adalah sebagai suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah barang serta jasa yang ditawarkan atau karena kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional dan terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.

Inflasi di definisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (prosentase kenaikan harga) berbeda dari suatu periode keperiode lainnya, dan berbeda pula dari suatu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah suatu


(26)

11 kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terud menerus. (Sadono Sukirno : 2004 : 15)

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini memperlihatkan bagai mana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat yang dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih dari pada jumlah barang yang tersedia (apabila timbul “inflation gap”). Selama inflation gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi akan berkelanjutan.

2. Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)

1. Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.

2. Bersifat umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik. 3. Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.


(27)

12 3. Timbulnya Inflasi

a.

Timbulnya inflasi dapat dilihat dari :

1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun Berdasarkan keparahan inflasi

2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun 3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun

4) Hiperinflasi di atas 100% setahun b.

1) inflasi yang berasal dari dalam negeri ( Berdasarkan timbulnya inflasi

domestic inflation

inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.

),

2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation

terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang

)

c. 1)

Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan: Tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank


(28)

13 2) Desakan biaya (cost push inflation

Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran, naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi

)

3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya.

4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.

4. Cara Mengatasi Inflasi

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.

Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi: a. Kebijakan Moneter

Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:


(29)

14 1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.

2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI

3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang

4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit

5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1

b. Kebijakan Fiskal

Dapat dilakukan dengan cara:

1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah

3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.


(30)

15 c. Kebijakan Non Moneter

Dapat dilakukan melalui:

1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.

2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.

3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang- barang tertentu.

D. Nilai Tukar (Kurs)

1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).


(31)

16 2. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

a. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

b. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. c. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

3. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :


(32)

17 1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama


(33)

18 sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.

Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.


(34)

19 E. Tingkat suku bunga

Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam.

Menurut Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.


(35)

20 Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya.

F. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan


(36)

21 nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

b. Denominasi dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar.

c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai =

360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]

e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai


(37)

22 f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar

15%.

g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

G. Rasio Keuangan

1. Rasio Keuangan dan Manfaatnya

Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al., 2002). Ada empat kategori rasio yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek dari hubungan risiko dan return (White et al., 2002), yaitu sebagai berikut.

(1) Analisis likuiditas: mengukur kecukupan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan kas dalam jangka pendek.

(2) Analisis solvency dan long term debt (leverage): menelaah struktur modal perusahaan, termasuk sumber dana jangka panjang dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban investasi dan utang jangka panjang.

(3) Analisis aktivitas: mengevaluasi revenue dan output yang dihasilkan oleh aset perusahaan.

(4) Analisis profitabilitas: mengukur earnings (laba) perusahaan relatif terhadap revenue (sales) dan modal yang diinvestasikan.


(38)

23 Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda.

H. Jenis – Jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton, Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.

Menurut Ghost, et al., (2000). Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total asset. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan


(39)

24 dengan profitabilitas rendah. Karena itu profitabilitas akan berhubungan negative dengan leverage perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba (Martono dan Agus, 2007).

Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik dan semakin meningkat kemakmuran perusahaan. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada perusahaan yang profitabilitasnya rendah. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Brigham dan Houston (2001) yang dikutip oleh Andy Oky (2004) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relaltif kecil.

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan khususnya penelitian empiris yang dilakukan oleh Khrisnan (1996), Badhuri (2002), dan Moh’d (1998) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana asing (hutang) sehingga semakin rendah pula rasio struktur modalnya.

Hal ini disebabkan pada saat perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi akan membayar hutang sehingga tingkat leverage menjadi


(40)

25 rendah serta lebih menyukai menggunakan keuntungan tadi (pendanaan internal) untuk kegiatan investasinya sesuai dengan POT. Hasil pengujian ini sama dengan pengujian yang dilakukan oleh Wessel (1988), Kester (1986) dan Fama & French (2000)

2. Rasio Leverage

Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan menggunakan utang dalam membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi:

a. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.

b. Dengan penggunaan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan akan meningkat.

c. Dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan kendali perusahaan.

Para investor maupun kreditor akan mendapatkan manfaat sepanjang laba atas hutang perusahaan melebihi biaya bunga dan apabila terjadi kenaikan pada nilai pasar sekuritas (Saharul dan Nizar, 2000) dalam Kesumawati (2003 33). Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan,


(41)

26 semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton, Adam & Hardwick, 1998 dalam Herwidi 2005: 28). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibanya.

Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

Menurut Elisa Tjondro (2007) struktur modal adalah gabungan hutang jangka panjang (long-term debt ) dan modal (equity). Menurut ghosh et.al. (2000) struktur modal adalah perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets). Menurut westo & Copeland (2001: 19) struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiyaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.

3. Rasio Likuiditas

Apabila likuiditas menunjukan nilai yang tinggi maka obligasi dimungkinkan masuk pada peringkat invesment grade, karena dengan aktiva lancar yang lebih tinggi dari hutang lancar perusahaan mempunyai


(42)

27 perisai untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada investor tepat pada waktunya. Kondisis tersebut akan memudahkan perusahaan untuk menarik investor untuk melakukan investasi pada perusahaanya.

Tingkat likuiditas antara perusahaan satu dengan yang lain berbeda-beda. Investor menilai suatu perusahaan salah satunya dengan menggunakan rasio likuiditas yang angka-angkanya dapat diperoleh melalui laporan neraca perusahaan. Semakin tinggi nilai rasionya maka perusahaan akan semakin diminati oleh investor.

Prastowo dan Julianti (2002:78) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Menurut Riyanto (2001:24) masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

I. Return Saham

Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung


(43)

28 berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.

Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11).

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000).

Komponen return meliputi:

1. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.


(44)

29 2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan.(Abdul Halim,2003)

J. Indeks LQ 45

Indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar saham tersebut.

Kriteria pemilihan saham untuk indeks LQ45 adalah sebagai berikut: ( Farid & Siswanto, 1998 )

1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular ( rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata-rata kapitalisasi pasar selama12 bulan terakhir )

3. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.


(45)

30 K. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.

1. Roohi Ahmed and Khalid Mustafa (2005)

Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham. 2. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006)

Menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5% (p < 0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

3. IG.K.A. ULUPUI (2007)

IG.K.A. ULUPUI (1999 – 2005) meneliti bahwa Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi.

4. Ana Oktaviana (2007)

Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Hal ini


(46)

31 ditunjukkan dari besarnya nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (50,286 > 3,285) dan signifikansi sebesar 0,000.

5. Chairul Nazwar (2008)

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia.sedangkan Suku bunga SBI berpengaruh negatif dansignifikan terhadap Return Saham Syariah di Indonesia.

6. Yogi Permana (2009)

Berdasarkan pengujian secara bersama-sama, diketahui bahwa ketujuh variabel bebas (EPS, PER, BVS, PBV, ROE, tingkat bunga SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel variabel bebas yaitu hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, pada perusahaan-perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka (2009)

Bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.

Berdasarkan uraian di atas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1.


(47)

32 Tabel 2.1.

Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO JUDUL

PENELITIAN PENELITI DAN TAHUN MODEL PENELITI DAN SAMPEL HASIL PENELITIAN

1 REAL STOCK RETURNS

AND INFLATION IN PAKISTAN

Roohi Ahmed and Khalid Mustafa, 2005

Regresi berganda, data inflasi, stock prices index, and GNP 1972-2002 di International Financial Statistics (IFS)

Hubungan antara inflasi dan return saham kembali nyata (yang diteliti oleh fama) dan pertumbuhan yang tak terduga dan inflasi yang tidak diharapkan adalah negatif dan signifikan terhadap return saham

2 PENGARUH EVA DAN

RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006 Regresi berganda, Perusahaan manufaktur yang telah go public, tercatat sebagai emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting).

menunjukkan bahwa

earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikan 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

3 ANALISIS PENGARUH

RASIO LIKUIDITAS,

LEVERAGE, AKTIVITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP RETURN

SAHAM

Igka ulupui, 2007

Regresi berganda. Perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industry barang konsumsi DI BEI 1999-2005

Bahwa variable current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode kedepan.

4 ANALISIS PENGARUH

NILAI TUKAR RUPIAH /US$ DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA

Ana Ocktavia. 2007.

Regresi berganda, IHSG yang terdaftar di BEI 2003-2005 dengan sampling jenuh atau sampel sensus

Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003 2005.

5 ANALISIS PENGARUH

VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM

SYARIAH DI INDONESIA

Chairul Nazwar, 2008

Analisis regresi data panel yang akan

dilakukan dalam studi ini adalah dengan

menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square), Data Saham Syariah diperoleh dari (JII)

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan tehadap Return Saham Syariah di Indonesia

6 PENGARUH

FUNDAMENTAL KEUANGAN, TINGKAT BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP

Yogi permana, 2009

Regresi berganda, perusahaan semen yang terdaftar di BEI

Secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.


(48)

33

PERGERAKAN HARGA SAHAM

7 THE EFFECT OF

FINANCIAL RATIOS, FIRM SIZE, AND CASH FLOW FROM OPERATING ACTIVITIES IN THE INTERIM REPORT TO THE STOCK RETURN Dwi Martani, Mulyono,Rahf iani Khairurizka, 2009 Regresi, Perusahaan manufaktur Data diperoleh dari Indonesia DirectoryJSX Statistik Pasar Modal, dan Real Time Investor

bahwa rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi activities altogether affect market adjusted return and abnormal return. Kegiatan sama sekali mempengaruhi disesuaikan kembali pasar dan abnormal return.

Sumber : data sekunder yang telah di olah.

L. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) variabel makro ekonomi dan 3 (tiga) rasio keuangan yang diduga berpengaruh terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun variabel makro ekonomi yang di teliti adalah Inflasi, SBI, Kurs, dan Real Interest Rate. Sedangkan, rasio keuangan yang diteliti adalah Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas yang diprediksikan berpengaruh terhadap Return Saham.

Berdasarkan uraian diatas, hubungan masing-masing variabel independen yang berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut :


(49)

34 Gambar 2.1.

Kerangka Penelitian

BEI

Perusahaan LQ 45

Variabel indivenden :

1. Makro ekonomi a. Kurs (nilai tukar) b. Real Interest Rate 2. Rasio Keuangan

a. Profitabilitas b. Leverage c. likuditas

Variabel dependent : Return Saham

Metode regresi berganda

Uji asumsi klasik

Metode regresi berganda

Uji signifikan


(50)

35 M. Hipotesis

a. H0 : b1

H

= 0 Kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

1 : b1

b. H

≠ 0 Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

0 : b2

H

= 0 Real Interest Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

1 : b2

c. H

≠ 0 Real Interest Rate mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

0 : b3

H

= 0 Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

1 : b3

d. H

≠ 0 Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

return saham 0 : b4

H

= 0 Leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

1 : b4

e. H

≠ 0 Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

0 : b5

H

= 0 Likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham

1 : b5 ≠ 0 Likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham


(51)

36 f. H0 : b1, b2, b3, b4, b5

H

= 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, likuiditas tidak terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham

1 : b1, b2, b3, b4, b5≠ 0 Kurs, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, likuiditas terdapat pengaruh secara simultan terhadap return saham.


(52)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 dan terdaftar diBursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Dengan mengacu pada tujuan penelitian maka variabel yang diteliti adalah return saham dan variabel-variabel yang mempengaruhi adalah makro ekonomi yaitu inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate dan variabel keuangan yang diukur dengan, profitabilitas, leverage, likuiditas.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari populasi disebut sampel (cuplikan). Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja, yaitu:

1. Terbatasnya dana yang tersedia.

2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian

3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti menjadi cacat atau rusak.

4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen. 5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.


(53)

38 Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.

2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar. 3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa.

4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar.

5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain. 6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic, Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan


(54)

39 Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.

Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari :

1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode 2005 sampai 2008.

3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2005 sampai 2008.

4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2005 sampai 2008.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas terhadap variabel dependen yaitu return saham. Langkah – langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah :

1. Perhitungan analisis regresi dan korelasi

Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap inflasi, kurs, SBI, Real Interest Rate, profitabilitas, leverage, dan likuiditas dan pengaruhnya terhadap return saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara


(55)

40 ke enam variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang banyak, maka penulis menggunakan komputer, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid daripada dihitung secara manual. Pengujian terhadap analisis regresi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen.

Y : Return a : konstanta X1

X

: Kurs 2

X

: Real Interest Rate 3

X

: Profitabilitas 4

X

: Leverage 5

ε

: Likuiditas i

2. Uji t

: Standar error

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) Perumusan Hipotesis

Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.


(56)

41

Ha : βj

b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%

= 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.

d) Pengambilan keputusan. 3. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) Pengujian Hipotesis

Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%

c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikan : Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.


(57)

42 4. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik , maka penelitian ini akan melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan uji heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi klasik :

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2002:74), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan variabel independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal atau kah tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

1) Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

2) Uji statistik

Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik


(58)

43 sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual.

b. Uji Multikoliniaritas

Uji tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) lainnya (Sudarmanto, 2005). Dalam analisis regresi ganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) di antara variabel – variabel independen.

Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah (Ghozali)

1) Mempunyai nilai VIF < 10,


(59)

44 c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan dipengaruhi oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk mengetahui apakah dalam model persamaan regresi terdapat autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin - Watson (uji D-W) dengan ketentuan (Jogiyanto, 2003) :

1) Jika angka D-W di antara 1.55 – 2.46, berarti model persamaan regresi bebas dari autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari standar error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya sehingga tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi


(60)

45 tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1978). Ada beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan melihat residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank Spearman, uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan.

Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot persamaan regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) : 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari dua.

E. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor.


(61)

46 Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.

a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

Return Saham sebagai variabel dependen, dapat dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya.

Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut :

1) Menghitung keuntungan yang diharapkan

Dimana :

Ri = Tingkat keuntungan saham i P

t-1 = Harga saham awal periode t+1 Pt = Harga saham akhir periode

atau akhir pariode

2) Menghitung rata-rata return saham

Keuntungan saham dapat dicari dengan menghitung mean dari keuntungan saham setiap periode.

Pt – Pt-1

Ri = X 100 % Pt-1


(62)

47 n = banyaknya data observasi

Ri = Return Saham i

b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: 1) Inflasi

Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan perhitungan inflasi bulanan.

2) Nilai Tukar Rupiah/US$

Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2004 - Desember 2008.

3) Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2004 - Desember 2008.


(63)

48 Dengan mengunakan Suku bunga real, suku bunga real adalah Tingkat bunga yang telah disesuaikan untuk menghilangkan dampak inflasi untuk mencerminkan biaya riil dana kepada peminjam, dan hasil nyata untuk pemberi pinjaman Tingkat bunga riil investasi saham akan dihitung sebagai jumlah. Oleh yang tingkat bunga nominal lebih tinggi dari pada tingkat inflasi.

Real Suku Bunga = Suku Bunga Nominal - Inflasi

5) Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on asset

6) Rasio Leverage

Rasio Leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi penggunaan utang membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil asset di danai dengan hutang dan semakin kecil resiko kegagalan perusahaan.

Earning After Tax Return On Asset =


(64)

49 Menurut Burton, Adam & Hardwick, (1998 dalam Purnomo 2005: 28) semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar resiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Rasio keuangan aspek leverage dapat diukur dengan formulasi debt to equity ratio (DER).

7) Rasio Likuiditas

Likuiditas suatu perusahan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio keuangan aspek profitabilitas dapat diukur dengan formulasi current ratio (CURRENT).

Total Hutang Debt to equity =

Ekuitas Pemegang Saham

Aktiva Lancar Current Ratio =


(65)

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(66)

51 a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di

Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang DuniaI c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(67)

52 j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.


(1)

92

Tabel DER (DEBT TO EQUITY RATIO)

EMITEN 2005

2006

2007

2008 EMITEN

AALI

0,19

0,24

0,28

0,23

AALI

ANTM

1,11

0,70

0,37

0,26

ANTM

ASII

1,11

1,41

1,17

1,21

ASII

BLTA

2,94

1,62

5,23

3,24

BLTA

BNBR

0,57

0,71

1,48

1,86

BNBR

BRPT

1,17

0,64

0,57

1,22

BRPT

BUMI

7,84

5,95

1,26

2,02

BUMI

INCO

0,27

0,26

0,36

0,21

INCO

INDF

2,33

2,13

2,62

3,11

INDF

INKP

1,57

1,84

1,82

1,78

INKP

INTP

0,87

0,59

0,44

0,33

INTP

ISAT

1,28

1,24

1,72

1,95

ISAT

KLBF

0,76

0,36

0,33

0,38

KLBF

LSIP

1,31

1,22

0,70

0,54

LSIP

MEDC

1,72

2,21

2,85

1,68

MEDC

PTBA

0,38

0,35

0,40

0,51

PTBA

SMGR

0,61

0,35

0,27

0,30

SMGR

TLKM

1,40

1,39

1,16

1,38

TLKM

TINS

0,79

1,06

0,50

0,51

TINS

UNVR

0,76

0,95

0,98

1,10

UNVR

UNTR

1,58

1,44

1,26

1,05

UNTR


(2)

93

Tabel CURRENT RATIO

EMITEN

2005

2006

2007

2008

EMITEN

AALI

169,63 87,33 160,30 194,42

AALI

ANTM

267,83 281,27 447,41 801,65

ANTM

ASII

110,74 78,38

91,24 132,17

ASII

BLTA

146,05 153,33 69,72

71,41

BLTA

BNBR

146,74 193,96 125,11 54,30

BNBR

BRPT

117,51 105,22 202,30 220,61

BRPT

BUMI

84,65 133,48 141,75 117,21

BUMI

INCO

364,53 459,87 252,82 489,08

INCO

INDF

146,66 118,88 92,10

89,77

INDF

INKP

282,24 170,25 128,06 120,49

INKP

INTP

251,89 214,45 296,02 178,57

INTP

ISAT

138,58 83,28

92,59

90,49

ISAT

KLBF

404,51 504,17 498,26 333,35

KLBF

LSIP

49,27

56,81 120,69 170,06

LSIP

MEDC

197,39 225,96 196,83 222,50

MEDC

PTBA

451,14 544,05 443,21 365,74

PTBA

SMGR

174,73 284,45 364,34 338,58

SMGR

TLKM

76,26

67,79

77,28

54,16

TLKM

TINS

182,86 158,01 290,52 262,41

TINS

UNVR

135,22 126,59 110,98 100,39

UNVR

UNTR

156,45 134,11 133,94 163,62

UNTR


(3)

94

Tabel RETURN SAHAM

EMITEN

2005

2006

2007

2008

EMITEN

AALI

0,0451

0,0851

0,0763 (0,0501)

AALI

ANTM

0,0675

0,0787

0,0330 (0,1008)

ANTM

ASII

0,0096

0,0417

0,0525 (0,0608)

ASII

BLTA

0,0379

0,0482

0,0425 (0,0963)

BLTA

BNBR

0,3342

0,0292

0,0593 (0,0938)

BNBR

BRPT

0,0890

0,0252

0,1918 (0,0737)

BRPT

BUMI

0,0004

0,0167

0,1783 (0,1132)

BUMI

INCO

0,0139

0,0755

0,1093 (0,1699)

INCO

INDF

0,0205

0,0397

0,0597 (0,0661)

INDF

INKP

0,0125 (0,0095) (0,0052) 0,0612

INKP

INTP

0,0093

0,0456

0,0342 (0,0304)

INTP

ISAT

0,0006

0,0208

0,0233 (0,0285)

ISAT

KLBF

0,0539

0,0226

0,0070 (0,0810)

KLBF

LSIP

0,0672

0,0769

0,0481 (0,0708)

LSIP

MEDC

0,0480

0,0084

0,0350 (0,0614)

MEDC

PTBA

0,0240

0,2059

0,2655 (0,0189)

PTBA

SMGR

0,0018

0,0654 (0,8457) (0,0177)

SMGR

TLKM

0,0192

0,0477

0,0027 (0,0254)

TLKM

TINS

0,1439

0,0516

0,1819 (0,1247)

TINS

UNVR

0,0248

0,0400

0,0043

0,0123

UNVR

UNTR

0,0460

0,0511

0,0474 (0,0312)

UNTR


(4)

95

LAMPIRAN 3

Uji Regresi Linier Berganda

RETURN

SAHAM KURS

REAL IN RATE RETURN ON ASSET DEBT TO EQUITY RATIO CURRENT RATIO Pearson Correlation RETURN SAHAM 1.000 .567 .504 .234 -.105 .008

KURS .567 1.000 .397 -.147 .036 -.016

REAL IN RATE .504 .397 1.000 -.094 .048 .022

RETURN ON ASSET .234 -.147 -.094 1.000 -.497 .209 DEBT TO EQUITY RATIO -.105 .036 .048 -.497 1.000 -.622

CURRENT RATIO .008 -.016 .022 .209 -.622 1.000

Sig. (1-tailed) RETURN SAHAM . .000 .000 .016 .172 .473

KURS .000 . .000 .091 .373 .444

REAL IN RATE .000 .000 . .196 .333 .420

RETURN ON ASSET .016 .091 .196 . .000 .028

DEBT TO EQUITY RATIO .172 .373 .333 .000 . .000

CURRENT RATIO .473 .444 .420 .028 .000 .

N RETURN SAHAM 84 84 84 84 84 84

KURS 84 84 84 84 84 84

REAL IN RATE 84 84 84 84 84 84

RETURN ON ASSET 84 84 84 84 84 84

DEBT TO EQUITY RATIO 84 84 84 84 84 84

CURRENT RATIO 84 84 84 84 84 84

b. Dependent Variable: RETURN (Y)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .727a .529 .499 17.272118 1.733

a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO


(5)

96

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 26105.068 5 5221.014 17.501 .000a

Residual 23269.432 78 298.326 Total 49374.500 83

a. Predictors: (Constant), CURRENT RATIO, KURS, RETURN ON ASSET, REAL IN RATE, DEBT TO EQUITY RATIO

b. Dependent Variable: RETURN SAHAM

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.818 11.342 .425 .672

KURS .490 .088 .479 5.600 .000 .827 1.208

REAL IN RATE .360 .088 .349 4.108 .000 .837 1.194 RETURN ON ASSET .346 .092 .346 3.782 .000 .720 1.389 DEBT TO EQUITY RATIO -.011 .113 .011 .099 .921 .470 2.127 CURRENT RATIO .072 .101 .072 .719 .475 .597 1.674 a. Dependent Variable: RETURN SAHAM


(6)