Evaluasi dan Rancangan E-government Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di Perpustakaan Nasional RI.

EVALUASI DAN RANCANGAN EGOVERNMENT SISTEM
REPOSITORI PRODUK HUKUM SEBAGAI
IMPLEMENTASI FUNGSI DEPOSIT DI PERPUSTAKAAN
NASIONAL RI

IRHAMNI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Dan Rancangan
Egovernment Sistem Repositori Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi
Deposit Di Perpustakaan Nasional RI adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Irhamni
NIM G652110115

RINGKASAN
IRHAMNI. Evaluasi dan rancangan egovernment sistem repositori produk
hukum sebagai implementasi fungsi deposit di Perpustakaan Nasional RI
Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan JOKO SANTOSO.
Perkembangan teknologi informasi telah mengubah tatanan birokrasi
sehingga Pemerintah RI harus mengadopsi perkembangan teknologi informasi
melalui layanan berbasis e-government. Perpustakaan Nasional RI merupakan
lembaga pemerintah yang melaksanakan layanan publik informasi terbitan
pemerintah berdasarkan UU Deposit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
evaluasi dan melakukan perancangan sistem e-government melalui repositori
hukum peraturan perundang-undangan yang lebih terstruktur agar lebih mudah
ditemukan, lebih fleksibel dalam pencarian serta terintegrasi sehingga
termutakhirkan.

Metodologi penelitian ini adalah melakukan evaluasi dan perancangan
repositori produk hukum. Sampel diambil berdasarkan pada pemeringkatan egovernment Indonesia (PeGI) yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI tahun 2013 yang berpredikat baik. PeGI diperoleh 12 kementerian
10 lembaga non kementerian, 4 provinsi dan 8 kabupaten/kota. Penelitian ini
mengevaluasi komponen repositori yang terdiri atas komponen manajemen
repositori, komponen interoperabilitas serta komponen human computer interface
serta wvaluasi kepuasan pengguna berdasarkan pada QUIS (Questionnaire Of
User Interface Satisfaction) terhadap aspek usabilitas serta aspek layanan. Data
yang diperoleh diolah dalam bentuk sebaran frekuensi sebaran ketersediaan
komponen repositori dalam bentuk persentase dan sebaran rata-rata pada dimensi
usabilitas dan dimensi layanan. Pengembangan sistem dilakukan setelah evaluasi
sistem yang sedang berjalan Desain sistem baru dibuat berdasarkan rekomendasi
atas hasil evaluasi sistem yaitu membuat proses bisnis dan arsitektur sistem serta
tampilan user interface yang sesusai standar guna meningkatkan kepuasan
pengguna.
Hasil penelitian menyatakan bahwa portal e-government bidang repositori
produk hukum di Indonesia belum terstruktur, terintegrasi, serta fleksibel.
Pengujian menunjukkan belum terstrukturnya komponen manajemen repositori,
Pengujian aspek interoperabilitas menunjukkan penggunaan metadata standar
belum diterapkan, sementara itu pada ketidak fleksibelan terlihat pada komponen

human computer interaction khususnya dalam terlihat ketersediaan fasilitas
pencarian. Demikian pula pada aspek usabilitas dan layanan ditemukan masih ada
pengguna sistem masih belum puas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah portal e-government layanan terbitan
hukum belum efisien, efektif serta belum terintegrasi. Perancangan sistem
dilakukan dengan desain sistem yang sesuai standar melalui perancangan ulang
proses bisnis dan desain antar muka sistem.
Kata Kunci: Layanan e-government, layanan referensi terbitan hukum, terbitan
pemerintah, undang-undang deposit.

SUMMARY
IRHAMNI. Evaluation and e-government design of legal product repository
system as the implementation of deposit function at National Library of Indonesia.
Supervised by YANI NURHADRYANI and JOKO SANTOSO.
The development of information technology has changed the bureaucracy
order so Indonesian government has to adopt information technology
development through e-government-based service. National Library of Indonesia
is the government institution which provides public service on information of
government publication on legal matters based on Deposit Act. The purpose of
this research is to evaluate and to devise e-government system through a more

structured legal repository so that the information is easier to find, more flexible
in searching and integrated so that the information is always updated.
The methodology used in this research is by evaluating and devising legal
product repository. The sample is taken from Indonesian E-government Ranking
(PeGI) conducted by Ministry of Information and Communication of Indonesia in
2013. 12 ministries, 10 non-ministry institutions, 4 provinces and 8 regencies with
good credit are obtained from this ranking. This research is evaluating repository
component consisting of repository management component, interoperability
component and human computer interface component as well as user satisfaction
towards usability aspect and service aspect evaluation based on QUIS
(Questionnaire of User Interface Satisfaction). The data obtained is processed in
the form of frequency distribution, repository component availability distribution
in percentage and average distribution on usability and service dimension.
Development of this system is conducted after evaluating the ongoing system.
New system design is then created based on the recommendation of system
evaluation result that is by making business process and system architecture as
well as standardized user interface display in order to increase user satisfaction.
The result of this research is that e-government portal of legal product
repository in Indonesia is not yet structured, integrated as well as flexible. The test
indicates that repository management component is not structured. The test on

interoperability aspect shows that standard metadata usage is not applied yet, in
the meantime inflexibility is seen on human computer interaction component
especially on search facility availability. The same condition happens to usability
and service aspect.
The conclusion of this research is that e-government portal of legal
publication service is not yet efficient, effective and integrated. The design of this
system is operated with standardized system design through business process redesign and system interface design.
Keyword: e-government service, legal publication reference service, legal
publication, deposit act.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


EVALUASI DAN RANCANGAN EGOVERNMENT SISTEM
REPOSITORI PRODUK HUKUM SEBAGAI IMPLEMENTASI
FUNGSI DEPOSIT DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

IRHAMNI

Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar
Magister Profesional
Pada
Program Studi Magister Teknologi Untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar Komisi Pembimbing Pada Sidang Tugas Akhir : B. Mustafa,
M.Lib


 

Judul Penelitian : Evaluasi dan Rancangan E-government Sistem Repositori
Produk Hukum Sebagai Implementasi Fungsi Deposit Di
Perpustakaan Nasional RI.
Nama
: Irhamni
NIM
: G652110115
Program studi
: Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT
Ketua

Dr Joko Santoso, MHum
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Informasi Untuk
Perpustakaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Aziz Kustiyo, SSi, MKom

Dr Ir Dahrul Syah MScAgr

Tanggal Ujian: 14 Februari 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah egovernment di perpustakaan, dengan judul Evaluasi dan rancangan e-government
sistem repositori produk hukum sebagai implementasi fungsi deposit di
Perpustakaan Nasional RI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yani Nurhadryani, MT dan
Bapak Dr. Joko Santoso, M.Hum selaku komisi pembimbing, serta Bapak Aziz
Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku kepala program studi MTP. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak B.Mustafa,M.Lib selaku penguji
luar komisi dan Seluruh Pimpinan dan Staf di lingkungan Biro Hukum dan
Perencanaan Perpustakaan Nasional RI yang telah memberikan dukungan dalam
melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada rekanrekan MTP 2011 dan MTP 2012, Bapak Ficky Suherman dan rekan-rekan lain
yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu atas doa dan dukungannya. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta, Nurseha dan putra-putri
tercinta, ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala pengorbanan, doa dan kasih
sayangnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Irhamni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

1.  PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian









2.  TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Depositori Perpustakaan
Dokumen Hukum
E-government dan Perpustakaan
Sistem Repositori







3.  METODE

11 

4.  HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sistem Repositori
Perancangan Sistem Repositori Produk hukum

13 
13 
25 

5.  SIMPULAN DAN SARAN

41 

DAFTAR PUSTAKA

43 

LAMPIRAN

46 

RIWAYAT HIDUP

54 

vi

DAFTAR TABEL
1. Lembaga penghasil produk hukum pemerintah di Indonesia ....................... 2 
2. Jumlah sampel repositori hukum ................................................................ 11 
3. Karakteristik 10 Responden ........................................................................ 13 
4. Ketersediaan statistik koleksi...................................................................... 15 
5. Ketersediaan fitur pengunduhan file ........................................................... 15 
6. Ketersediaan hyperlink ke informasi lain ................................................... 16 
7. Ketersediaan fitur customer relationship management .............................. 17 
8. Ketersediaan metadata ................................................................................ 17 
9. Penggunaan metadata terstruktur ................................................................ 18 
10. Hasil uji skenario melalui merambang informasi ....................................... 19 
11. Ketersediaan fitur pencarian sederhana ..................................................... 20 
12. Ketersediaan fitur advance search .............................................................. 20 
13. Ketersediaan kosa kata terkendali............................................................... 21 
14. Tingkat kepuasan terhadap interface dan penggunaan simbol ................... 22 
15. Kepuasan penggunaan warna dan huruf ..................................................... 22 
16. Kepuasan terhadap background, kecepatan ................................................ 23 
17. Evaluasi Dimensi Interaksi Layanan .......................................................... 24 
18. Perbandingan antara sistem lama dan sistem baru yang akan
diusulkan ..................................................................................................... 25 
19. Kebutuhan Fungsi Sistem ........................................................................... 27 

DAFTAR GAMBAR
1. Stakeholder repositori hukum ....................................................................... 28 
2. Proses Bisnis Repositori Hukum .................................................................. 29 
3.Arsitektur sistem repositori hukum................................................................ 30 
4. Prosedur pencarian dokumen hukum melalui pencarian sederhana ............. 31 
5. Prosedur pencarian dokumen hukum melalui pencarian tingkat lanjut ........ 31 
6. Prosedur pencarian melalui indeks kosa kata terkendali .............................. 32 
7. Entity relational design ................................................................................. 33 
8.Arsitektur pemanen metadata ........................................................................ 34 
9. Alur Konversi Metadata................................................................................ 35 
10. Pencarian sederhana repositori hukum ...................................................... 36 
11.Halaman pencarian tingkat lanjut repositori hukum. ................................... 36 
12. Halaman pencarian melalui indeks kosa kata terkendali produk
hukum ......................................................................................................... 37 
13 tampilan antarmuka hasil pencarian repositori hukum. ............................... 37 
14. Halaman akuisisi data ................................................................................. 38 
15. Halaman penyuntingan data........................................................................ 38 
16. Modul CRM repositori hukum ................................................................... 39 
17.Halaman laporan statistik koleksi ................................................................ 39 
18.Halaman laporan customer relationship management................................. 40 

1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Reformasi birokrasi merupakan salah satu program unggulan pemerintah.
Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan perubahan menuju birokrasi
yang efektif dan efisien, serta tata pemerintahan yang baik (good governance).
Good governance mengutamakan prinsip akuntabel, tanggung jawab, keterbukaan,
keadilan, serta etika. Salah satu tugas reformasi birokrasi adalah menciptakan
pelayanan publik yang prima baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu
terobosan yang dilakukan dalam program reformasi birokrasi adalah
pembangunan sistem dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan
konsep baru yang disebut e-government. World Bank memberikan definisi untuk
istilah e-government yaitu penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan
pemerintahan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis
dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain (Wiraatmadja, 2006). Sedangkan
konsep lain memberikan pengertian bahwa e-government adalah penyederhanaan
praktik pemerintahan dengan mempergunakan teknologi informasi dan
komunikasi (Wimmer, 2001). Pengertian tersebut dibagi lagi menjadi dua bidang
antara lain online sevices yang merupakan cara pemerintah menjalankan
fungsinya ke luar, baik itu masyarakat maupun kepada pelaku bisnis secara
berkesinambungan. Tetapi, yang terpenting adalah pemerintah menawarkan
pelayanan yang lebih sederhana dan mudah kepada pihak terkait. Bidang kedua
adalah government operations yang merupakan kegiatan dalam internal
pemerintah, lebih khusus lagi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pegawai
pemerintah seperti electronic procurement, manajemen dokumen berbasiskan web,
formulir elektronik dan hal-hal lain yang dapat disederhanakan dengan
penggunaan internet.
Tugas e-government adalah menyebarluaskan informasi sebagai upaya
untuk menciptakan kepastian mengenai apa yang dilakukan pemerintah. Indonesia
sebagai negara besar secara geografis dan demografis menganut konsep
desentralisasi kekuasaan dengan membagi pemerintahan di tingkat pusat dan
daerah yang berfungsi melayani kepentingan setiap warga negaranya. Salah satu
layanan pemerintah bagi rakyat Indonesia adalah layanan perpustakaan. Layanan
perpustakaan di Indonesia dijalankan oleh Perpustakaan Nasional RI di pusat dan
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah di pemerintah daerah (Perpusnas,
2009). Sebagai bentuk layanan pemerintah, perpustakaan juga termasuk dalam
agenda pengembangan e-goverment di Indonesia. Perpustakaan digital sebagai
salah satu elemen merupakan bentuk layanan e-government, untuk itu
pelaksanaannya di Indonesia menjadi bagian penting dari program pemerintah
dalam layanan publik.
Layanan e-government di bidang perpustakaan dilakukan dengan
membangun Perpustakaan Digital Nasional (e-library). Hal ini sejalan dengan
inisiatif pembangunan World Digital Library (WDL) yang dibahas dalam
UNESCO Experts Meeting on the World Digital Library pada tanggal 1 Desembar
2005. Inisiatif tersebut kemudian diadopsi ke dalam Undang-undang No. 43

2
Tahun 2007 tentang perpustakaan yang menyatakan bahwa salah satu tugas
Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai pusat deposit dan jejaring perpustakaan
di Indonesia guna memberikan akses informasi kepada seluruh masyarakat
(Perpusnas, 2007). Tujuan utama dibentuknya Perpustakaan Digital Nasional
adalah mewujudkan koleksi nasional yang dapat diakses secara cepat, akurat, dan
merata oleh seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu unsur penting perpustakaan adalah bahan perpustakaan
(resource) yang dalam perpustakaan konvensional tersebut bersifat multiple media
atau terdiri dari berbagai media, seperti berupa buku, bahan kartografis, berkas
komputer, gambar/grafis kit, bentuk mikro, gambar hidup, memorabilia, rekaman
suara, rekaman video, film, manuskrip, peta, buku langka, notasi musik, bahan
tercetak, foto, gambar arsitektur, dan bahan lainnya. Namun dalam perpustakaan
digital, bahan perpustakaan tersebut berbentuk multimedia dan sumber daya
metadata, serta aneka situs di internet dalam bentuk e-journal, dokumen digital
yang bersifat terbuka (open access), e-books, e-newspapers, dan tesis serta
disertasi yang dikemas dalam bentuk yang kemudian disebut sebagai e-resources.
E-resources yang dikembangkan Perpustakaan Nasional RI adalah terbitan
pemerintah yang juga merupakan salah satu objek UU No.4 Tahun 1990 tentang
wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam atau UU Deposit (Perpusnas,
1990) Salah satu terbitan pemerintah yang dikelola adalah produk hukum. Produk
hukum berupa peraturan-peraturan tersebut dihasilkan oleh lembaga Negara yang
berada di Republik Indonesia. Saat ini terdapat 687 lembaga emerintah yang
tersebar dari tingkat pusat sampai dengan kabupaten/kota (KemenPAN-RB, 2013)
dengan perincian sebagai berikut sebagai berikut:
Tabel 1. Lembaga penghasil produk hukum pemerintah di Indonesia
No. Jenis lembaga
1 Lembaga Negara
2 Kementerian
3 Lembaga Setingkat Menteri
4 Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK)
5 Lembaga Non Struktural
6 Lembaga Penyiaran Publik
7 Provinsi
8 Kabupaten
9 Kota
JUMLAH

Jumlah Produk Hukum
7
UU/Kepres/Perpres/Fatwa
MA/KepMK
34
UU/Kepmen/Permen
4
UU/Kepka/Perka
28
UU/Kepka/Perka
88
2
33
398
93
687

Perka
Perka
Perda/Kepgub
Perda/Kepbup
Perda/Kepwalkot

Tabel 1 memperlihatkan bahwa di masa yang akan datang produk hukum
akan semakin bertambah, baik yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga legislatif,
judisial, maupun eksekutif. Program legislasi nasional yang dicanangkan oleh
DPR RI menyatakan bahwa tahun 2014 dikeluarkan 66 undang-undang baru
(DPR-RI, 2014), dengan jumlah lembaga pemerintah RI yang berjumlah 687
lembaga maka bisa dibayangkan banyaknya aturan turunan dari UU tersebut. Hal
ini akan menimbulkan masalah baru antara lain penyimpanan, perluasan melalui

3
alih media atau penciptaan dokumen baru yang mengakibatkan sulitnya
menemukan kembali informasi hukum tersebut sehingga dapat dibayangkan
betapa sulitnya akses di masa yang akan datang dalam mencari dan menemukan
kembali dokumen hukum (Priyono, 2008). Perkembangan media yang pesat
menuju ke era digital telah menciptakan masalah tersendiri dalam menangani
pengumpulan, pelestarian dan pengarsipan dokumen pemerintah di semua tingkat
pemerintahan. Perkembangan tersebut adalah kenyataan, dan akan terus memaksa
pemerintah untuk memecahkan masalah seperti distribusi dan pengarsipan.
Masalah baru muncul ketika lembaga-lembaga membuat dan mempublikasikan
dokumen digital pada tingkat pusat dan daerah dan menciptakan masalah baru
yaitu sulitnya aksesibilitas, pelestarian, dan pengarsipan publikasi lembaga.
(Kasianovitz, 2003)
Tahun 2005 Perpustakaan Nasional RI membuat satu halaman web khusus
mengenai produk hukum RI di bawah direktori kebijakan pemerintah. Namun saat
ini Perpustakaan Nasional RI telah melakukan perubahan sistem repositori
layanan otomasi terbitan pemerintah produk hukum, dan menyediakan akses
terhadap produk hukum dan perundang-undangan. Sistem tersebut merupakan
salah satu layanan e-government yang bertujuan sebagai pelayanan publik
Perpustakaan Nasional RI dalam penyediaan informasi hukum. Sistem yang ada
saat ini belum maksimal karena tidak tersusun sesuai kategori standar tata
perundang-undangan di Indonesia. Hal ini akan menyulitkan pengguna dalam
menelusur produk hukum yang dikehendaki. Sistem tersebut kurang fleksibel
karena tidak menyajikan informasi yang berkaitan dengan subjek yang dicari
pengguna dan sistem tersebut masih berdiri sendiri atau tidak terintegrasi dengan
seluruh kementerian dan lembaga serta provinsi di Indonesia yang sudah
mempunyai repositori hukum atau mempunyai produk hukum yang diterbitkan di
masing-masing instansi.
Sejak tahun 1990 Perpustakaan Nasional RI telah diamanatkan sebagai
perpustakaan yang mempunyai fungsi deposit melalui Undang-undang No. 4
Tahun 1990 tentang wajib serah karya cetak dan karya rekam dan diperkuat
melalui Undang-undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Undangundang tersebut menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI adalah lembaga
yang bertanggung jawab untuk menerima materi perpustakaan yang diterbitkan
oleh penerbit swasta maupun lembaga pemerintah. Perpustakaan Nasional RI
sebagai perpustakaan deposit atau penyimpanan, perlu membuat suatu sistem
yang sesuai standar guna memudahkan suatu lembaga pemerintahan dalam
menyebarkan dan menyimpan terbitan yang mereka miliki (Perpustakaan
Nasional, 2007). Salah satunya adalah sistem informasi terbitan pemerintah
melalui program penyimpanan elektronik yang menawarkan akses ke publikasi
elektronik pemerintah berbasis lokasi, yang dikenal sebagai layanan informasi
global lokasi terbitan pemerintah (Hartman, 2000). Produk hukum dalam
perspektif UU Deposit adalah semua produk hukum yang diterbitkan di Indonesia
baik di dalam maupun di luar negeri tentang Indonesia. Jenis dokumen hukum di
Indonesia terdiri atas undang-undang dasar 1945, ketetapan MPR, Undangundang (UU), peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang (PERPU),
peraturan pemerintah (PP), peraturan presiden (Perpres) dan, peraturan-peraturan
pelaksanaan lainnya (Kepmen, Permen, Perda, dsb) (Perpustakaan Nasional,
1991). Jenis produk hukum luar negeri meliputi undang-undang, ketetapan

4
pemerintah, traktat, keputusan pengadilan atau badan-badan arbritasi, produk
hukum suatu negara, keputusan atau ketetapan-ketetapan organ-organ/lembaga
internasional (Starke, 2006). Untuk itu sumber terbitan pemerintah dalam produk
hukum dan perundang-undangan memerlukan sumber daya yang tersusun dan
terintegrasi. Dengan demikian perlu ada satu sistem Informasi dokumen dan
produk hukum secara digital yang langsung terlihat dan dapat digunakan secara
online.
Perumusan Masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengevaluasi
repositori hukum pada lembaga pemerintah dan melakukan perancangan portal
e-government dalam bentuk repositori terbitan hukum yang lebih fleksibel dalam
pencarian, terintegrasi dengan penyedia terbitan hukum di Indonesia, dan mudah
dikelola sebagai implementasi fungsi di Perpustakaan Nasional RI.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah melakukan evaluasi repositori hukum pada
lembaga pemerintah di Indonesia dan membuat rancangan portal e-government
sistem repositori produk hukum yang lebih terstruktur, terintegrasi, serta fleksibel
sebagai implementasi fungsi deposit di Perpustakaan Nasional RI.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah terukurnya kualitas portal web e-government
berupa sistem repositori layanan terbitan pemerintah produk hukum dan peraturan
perundang-undangan Indonesia serta terancangnya sebuah sistem yang
terorganisisasi dan terintegrasi dengan kementerian/lembaga serta pemerintah
daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada Direktorat Deposit Bahan
Pustaka Perpustakaan Nasional RI sebagai unit kerja pelaksana undang-undang
No.4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup pada evaluasi sistem
layanan repositori terbitan pemerintah yang dibatasi pada produk hukum pada
lembaga pemerintah di tingkat kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki predikat e-government baik melalui
penilaian Kementerian Komunikasi dan Informasi RI dan perancangan sistem
repositori produk hukum yang dilakukan di Direktorat Deposit Bahan Pustaka
Perpustakaan Nasional RI sebagai implementasi fungsi deposit.

5

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Depositori Perpustakaan
Fungsi depositori atau fungsi peyimpanan pada Perpustakaan Nasional RI
ditetapkan oleh Undang-undang No.4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya
Cetak Dan Karya Rekam disahkan pada tanggal 9 Agustus 1990. Undang-undang
ini dibentuk dalam rangka melestarikan hasil budaya bangsa yang disalurkan
melalui karya cetak dan karya rekam. Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun 1991
tentang pelaksanaan undang-undang no.4 tahun 1990 dan PP No. 23 tahun 1999
tentang pelaksanaan serah simpan dan pengelolaan karya rekam film cerita atau
film dokumenter untuk menunjang undang-undang ini.
Tujuan diterbitkannya Undang-Undang nomor 4 tahun 1990 seperti
terlihat dalam pasal 5 adalah mewujudkan koleksi nasional dan melestarikannya
sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan bangsa. Sesuai dengan
penjabarkan pada Undang-undang No. 4 Tahun 1990 pelaksanaan serah simpan
karya cetak dan karya rekam di Indonesia adalah untuk pelestarian koleksi
nasional, melengkapi koleksi nasional, sebagai penyedia sarana belajar, penelitian
dan informasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan bangsa, sebagai penyedia sarana
penyusunan bibliografi nasional dan berbagai bibliografi subyek ilmu
pengetahuan.
Dokumen Hukum
Produk hukum merupakan dokumen yang mengandung informasi hukum
yang memiliki fitur khusus karena mempunyai tujuan yang berbeda dan
kebutuhan intrinsik, biasanya diwakili oleh undang-undang, kasus, doktrin dan
interpretasi undang-undang dan kasus (Perugnelli, 2005). Produk hukum terdiri
atas beberapa jenis, yang bertujuan untuk mengatur masyarakat dan
menyelenggarakan kesejahteraan umum seluruh rakyat. Berdasarkan hal itulah
maka pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan negara yang biasanya
disebut Peraturan Perundangan. Semua Peraturan Perundangan yang dikeluarkan
pemerintah harus berdasarkan dan/atau melaksanakan undang-undang dasar dari
negara tersebut. Dengan demikian semua peraturan perundangan Republik
Indonesia dikeluarkan harus berdasarkan dan/atau melaksanakan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 (UUD 1945). Adapun bentuk-bentuk dan tata urutan Peraturan
Perundangan pada Republik Indonesia sekarang ini berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-undang (UU);
4. Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang (PERPU);
5. Peraturan Pemerintah (PP);
6. Peraturan Presiden (Perpres);
7. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya;

6
Tata urutan (hierarchie) peraturan perundangan tersebut tidak dapat
diubah atau dipertukarkan tingkat kedudukannya, oleh karena tata urutan
peraturan perundangan disusun berdasarkan tinggi rendahnya badan penyusun
peraturan perundangan dan menunjukkan kepada tinggi rendahnya tingkat
kedudukan masing masing peraturan negara tersebut (Kemhukham, 2011). Tata
urutan peraturan perundangan dimaksudkan, bahwa peraturan perundangan yang
lebih rendah tingkat kedudukannya tidak boleh bertentangan isinya dengan
peraturan perundangan lain yang lebih tinggi tingkat kedudukannya, misalnya
undang-undang tidak boleh bertentangan isinya dengan Ketetapan MPR. Produk
hukum saat ini bukan hanya ketetapan di atas namun juga berupa buku tentang
hukum dan peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, dokumen
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, jurnal produk hukum, serta analisis
dokumen hukum yang berlaku di indonesia. Terkait penelitian ini terbitan hukum
merupakan seluruh dokumen yang mengandung aturan-aturan dan kesepakatankesepakan yang dibuat antara negara dengan negara, negara dengan masyarakat
serta negara dengan lembaga korporasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam
hal ini Indonesia, yang terbit di Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri
tentang Indonesia.
E-government dan Perpustakaan 
Terjadinya revolusi digital, terutama dengan keberadaan Internet yang
perkembangannya sangat pesat, mengakibatkan suatu pemerintahan harus dapat
beradaptasi dengan baik. Pemerintah yang beradaptasi dengan baik dan
menerapkan berbagai aspek teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan
fungsi- fungsinya disebut pemerintah yang berbasis elektronik (electronicgovernment, e- government). E-government adalah sebuah model interaksi
pemerintah, rakyat, dan lembaga korporasi, yang dalam interaksi satu sama lain
menggunakan alat bantu teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa e-government mempunyai banyak fungsi, antara lain
fungsi informatif (data kependudukan, data kepemilikan) fungsi transaksional
(pembayaran retribusi dan pajak), dan fungsi repositori yang merupakan fungsi
penyimpanan data yang lebih pada aspek preservasi dan kurasi data.
Model e-government yang diterapkan di negara-negara luar menggunakan
model empat tahapan perkembangan e-government dalam perencanaan jangka
panjang. Perkembangan e-government di Indonesia, tahapan e-government
digambarkan dalam empat tahapan yaitu:
1. Fase pertama, fase penampilan website (web presence) yaitu, informasi
dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam website pemerintah.
2. Fase kedua, interaksi yaitu informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,
seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website
pemerintah.
3. Fase ketiga, transaksi yaitu, Aplikasi/formulir untuk transaksi bagi
masyarakat untuk melakukan transaksi secara online mulai diterapkan.
4. Fase Keempat, fase transformasi yaitu, pelayanan pemerintah meningkat
secara terintegrasi, tidak hanya menghubungkan pemerintah dengan
masyarakat tetapi juga dengan organisasi lain yang terkait, antara

7
lain pemerintah ke pemerintah, sektor nonpemerintah, serta sektor swasta
(Wiraatmadja, 2006).
Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pembina seluruh jenis
perpustakaan telah merumuskan Grand Design Perpustakaan Digital Nasional
(2010-2014) yang juga sebagai panduan penerapan e-government bidang
perpustakaan
1. Fase pertama, otomasi layanan. Fase ini merupakan fase di mana semua
layanan telah terotomasi seperti peminjaman buku, pendaftaran anggota
serta layanan lain perpustakaan pada fase ini layanan masih mengharuskan
pemustaka datang ke perpustakaan.
2. Fase kedua, interaksi. Fase ini perpustakaan mulai melakukan interaksi
melalui dunia maya/web hal ini ditandai dengan penerapan aplikasi
berbasis web, seperti WEBPAC (Webbase Public Access catalogue)
perpanjangan peminjaman buku dan manajemen anggota melalui web.
3. Fase ketiga, transaksi. Fase ini merupakan fase dimana perpustakaan telah
mampu melakukan transaksi melalui internet seperti peminjaman koleksi
tertentu melalui internet contohnya adalah layanan ISBN/KDT Online,
layanan e-resources.
4. Fase keempat, Integrasi. Fase ini merupakan di mana perpustakaan telah
terintegrasi dengan lembaga sejenis lainnya baik dalam penyediaan
informasi koleksi ataupun transfer data lainnya contohnya adalah Katalog
Induk Bersama dan sistem repositori yang terintegrasi dengan lembaga
lain (Perpusnas, 2009).
Sistem Repositori
Sistem Repositori (SR) dalam konteks e-government merupakan suatu
peningkatan dari data/information repository, adalah sumber data yang
mengandung interpretasi dari layanan online dalam terminologi data dan
informasi (disesuaikan dengan kejadian nyata dan proses pemerintahan yang
sesuai), sementara service creation environment (SCE) adalah framework
(koleksi dari modul-modul) yang berfungsi sebagai front end dari SR (Wimmer,
2001).
Repositori terdiri atas beberapa komponen. Komponen pertama adalah
manajemen pengelolaan baik sistem maupun konten/isi dari sistem repositori.
Komponen kedua adalah komponen interoperabilitas yang merupakan komponen
komunikasi data sehingga repositori mampu melakukan pertukaran data melalui
metadata dan protokol dalam suatu pusat data. Komponen ketiga adalah human
computer interaction yang merupakan penghubung antara sistem dengan
pengguna (OCLC, 2007). Selain itu repositori juga perlu dilengkapi dengan
komponen pendukung yaitu komponen dimensi usability dan komponen dimensi
pelayanan yang baik agar repositori mampu memberikan kepuasan dan layanan
yang baik bagi pengguna.
Komponen Manajemen repositori
Manajemen repositori merupakan suatu cara dalam mengelola suatu pusat
penyimpanan data (CCSDS, 2011). Ada beberapa aspek dalam manajemen, yaitu
aspek manajemen administrasi sistem, aspek manajemen pengumpulan data, dan

8
aspek manajemen diseminasi data. Aspek manajemen adminsitrasi sistem idealnya
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
• Penyimpanan data yang terdistribusi dari lokasi tunggal;
• Akses kontrol atas pasokan data terpusat;
• Adanya prosedur pemeriksaan dan pengolahan data sesuai dengan
kriteria standar;
• Adanya layanan dukungan data sehingga data bisa diolah kembali.
• Adanya informasi pengambilan dan penggunaan data.
• Adanya akses feedback pengguna terhadap repositori (De Robbio,
2014)
Komponen manajemen repositori berkaitan erat dengan dengan akses dan
kontrol terhadap repositori yang meliputi akses terhadap informasi statistik
koleksi, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang telah diunduh,
penyediaan link ke informasi terkait hasil pencarian, akses terhadap feedback
informasi yang dibutuhkan.
Komponen Interoperabilitas
Interoperabilitas merupakan kerangka kerja (framework) umum terhadap
akses informasi dan integrasi di antara repositori digital. Salah satu usaha untuk
melakukan interoperabilitas adalah menggunakan standar yang sama, di antaranya
adalah pemilihan standar metadata dan protokol. National Research Council USA
tentang Government Data Center banyak membahas tentang komponen metadata
dan protokol dalam suatu pusat data pemerintahan National Research Council
USA memberikan beberapa rekomendasi mengenai metadata dan protokol yang
standar untuk interoperabilitas yang salah satu rekomendasinya adalah MARC dan
Dublincore (National Research Council, 2003).
Machine Readable Cataloging (MARC) adalah standar untuk komunikasi
data katalog di dunia perpustakaan dan informasi. Pada dasarnya, MARC adalah
format data (atau lebih tepatnya: sekumpulan format data) yang memungkinkan
pertukaran data katalog atau data lainnya yang terkait antarsistem-sistem
perpustakaan yang memakai komputer (Pendit 2008).
Dublin Core Metadata Element Set (DCMES) yaitu standar metadata yang
sekarang dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Dublin Core merupakan
hasil dari lokakarya yang diselenggarakan oleh Online Computer Library Center
(OCLC) di kota Dublin, Ohio tahun 1995 yang dibentuk karena dipengaruhi oleh
adanya rasa kurang puas dengan standar lama seperti misalnya MARC. MARC
dianggap terlampau sulit (hanya dimengerti dan bisa diterapkan oleh pustakawan)
dan kurang bisa digunakan untuk web resources. Untuk menangani banjir web
resources diperlukan cara dan format yang lebih sederhana (Pendit 2008).
Isu-isu dalam interoperabilitas adalah level atau tingkatan interoperabilitas
yaitu compatibility, De FactoStandard, dan Interoperability. Compatibility atau
kompatibilitas merupakan level terendah dari interoperabilitas menekankan
sebuah sistem atau perangkat kompatibel yang dapat disesuaikan dengan
perangkat atau sistem yang lain. Jadi intinya bahwa kedua sistem yang berbeda itu
dapat ‘disatukan’ dalam satu buah ‘sistem’ walaupun masing-masing tetap
mempunyai fungsi yang berbeda. Sedangkan De Facto Standard berarti bahwa
beberapa sistem atau perangkat dapat berhubungan dengan sebuah sistem dengan
standar sistem atau aplikasi tertentu. Pada tingkat interoperabiltas setiap sistem

9
dan atau perangkat yang berbeda dapat saling berhubungan, berkomunikasi dan
bertukar informasi satu dengan lainnya dengan menggunakan sebuah aplikasi
standar sebagai penghubung (Surachman, 2011).
Uraian tinjauan teori di atas memberikan gambaran mengenai jenis
komponen interoperabilitas repositori produk hukum nasional yang diharapkan
bisa berada pada level interopreability pada aspek technichal interoperability
dengan memilili aspek teknis yang sama yaitu metadata dan protokol serta
semantic interoperability yaitu standar penggunaan istilah dalam pengindeksan
dan temu kembali.
Komponen Human Computer Interaction
Human Computer Interaction (HCI) bertujuan mengembangkan hubungan
yang baik antara manusia dan mesin serta membantu meningkatkan efisiensi tugas
yang melibatkan mereka. Tujuan utama HCI adalah pengembangan kemampuan
manusia untuk menggunakan mesin dan merancang dan membangun antarmuka,
serta optimalisasi pelaksanaan tugas oleh manusia dan mesin guna komunikasi
yang lebih baik antara manusia dan mesin (Junianto, 2004).
Dalam repositori HCI lebih banyak berperan sebagai sarana temu kembali
informasi. ISO 8777 tentang information and documentation command for
interactive text searching mengatur mengenai tampilan dalam prosedur pencarian
yang menentukan temu kembali informasi. Standar tersebut harus mencakup
penggunaan boolean operator, khususnya dalam pencarian kompleks dan
penggunaan indeks, khususnya indeks kosa kata terkendali dalam repositori (ISO
Secretariat, 1993). Penggunaan indeks memungkinkan pencarian dokumen yang
lebih spesifik dan mampu berfungsi sebagai alat untuk mencari informasi
sehingga pengguna bisa langsung menelusur melalui subjek peraturan perundangundangan, ataupun melalui pembuat peraturan.
Komponen usabilitas repositori
Saat ini desain dari platform layanan repositori yang terbuka menjadi
layanan informasi publik yang terbuka luas untuk masyarakat. Platform tersebut
harus menyediakan keterbukaan dan interoperabilitas yang berkaitan dengan
hubungan antarjaringan yang berbeda, integrasi penyedia konten eksternal dan
otoritas publik yang menyediakan layanan serta harus lebih mempertimbangkan
keberagaman karakteristik perangkat mobile (Olmstead, 2008).
Tahun 1994 Slaughter, Harper & Norman melakukan penelitian dengan
menggunakan QUIS (Questionnaire Of User Interface Satisfaction) yaitu alat
evaluasi yang diterima dengan baik untuk kepuasan interaksi pengguna. Peran
utamanya adalah sebagai pedoman daftar semua faktor yang perlu
dipertimbangkan ketika merancang antarmuka pengguna. QUIS secara khusus
dirancang untuk menentukan kepuasan pengguna dengan perangkat lunak
komputer dan interface. QUIS telah diperluas dengan pertanyaan yang telah
disempurnakan dengan validasi baru untuk menangkap teknologi baru dan fitur
yang digunakan para pengembang sistem. Saat ini Quis terdiri dari 12 bagian
yang berisi 125 pertanyaan skala Likert, 12 pertanyaan respon terbuka, dan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu pengguna
dengan sistem saat ini atau yang serupa (Blasko-Drabik, 2011)

10
Pertanyaan dari QUIS antara adalah aspek usability dan aspek interaksi
layanan dari aspek usabilitas diambil 7 (tujuh) pertanyaan yaitu interface muka,
penggunaan simbol, penggunaan warna, penggunaan huruf, kekontrasan
background, kecepatan tampilan halaman, alamat repositori mudah diingat.
Sementara itu untuk aspek interaksi layanan terdiri atas pertanyaan mengenai
kualitas informasi repositori, kenyamanan repositori dan kemudahan feedback.

11

3.

METODE
Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah repositori hukum pada kementerian,
lembaga pemerintah nonkementerian, provinsi dan kabupaten/kota. Sampel
diambil berdasarkan pada pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) yang
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tahun 2013. PeGI
melakukan sejumlah evaluasi terhadap penerapan e-government di Indonesia
dengan melihat aspek perencanaan, kebijakan, infrastruktur, sumber daya manusia,
dan aplikasi. Tahun 2013 diperoleh sebanyak 34 lembaga di tingkat kementerian,
LPNK, provinsi, dan kabupaten/kota yang berperingkat baik. Hasil PeGI
kemudian disaring kembali dengan melihat lembaga mana yang sudah mempunyai
repositori terbitan hukum sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 dibawah:
Tabel 2. Kondisi existing system repositori hukum
No.

1
2
3
4

Lembaga Pemerintah

Kementerian
Lembaga Pemerintah
Non Kementerian
Provinsi
Kabupaten/Kota
Jumlah

Jumlah
Lembaga
Pemerintah

Keterangan

Repositori
tidak aktif

Jumlah
sampel

34
28

E-gov
predikat
Baik
12
14

0
4

12
10

34
491
587

7
9
42

3
1
8

4
8
34

Survei dilaksanakan dengan melibatkan 10 responden dengan latar
belakang praktisi perpustakaan hukum, praktisi komputer dan masyarakat umum.
Setiap responden diminta penilaiannya terhadap sampel penelitian melalui
kuesioner yang telah disediakan sebagaimana terdapat dalam lampiran. Perbedaan
pada latar belakang responden perlu dilakukan agar penilaian tetap objektif
terhadap sampel. Penambahan jumlah penguji lebih dari sepuluh tidak
memberikan kontribusi lebih banyak dalam mengevaluasi suatu sistem, bahkan 5
(lima) orang penguji sudah cukup untuk melakukan penilaian terhadap suatu
sistem (Nielsen, 2000).
Evaluasi Sistem Repositori Produk hukum
Penelitian ini mengevaluasi komponen repositori hukum berdasarkan
rekomendasi Center For Research Libraries yang dikeluarkan pada tahun 2007,
dan evaluasi standar komponen repositori hukum untuk mengevaluasi kepuasan
pengguna berdasarkan pada QUIS (Questionnaire Of User Interface Satisfaction)
yang merupakan alat bantu pengukuran terhadap kualitas suatu website. Evaluasi
sistem repositori hukum dilakukan dengan cara sebagai berikut:

12
a. Evaluasi komponen manajemen repositori dilakukan melalui informasi
statistik, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang telah di
unduh apakah langsung bisa digunakan, apakah portal menyediakan
tautan ke informasi terkait? dan apakah pengguna bisa melakukan
feedback dengan melalukan request informasi yang dibutuhkan?.
b. Evaluasi komponen human computer interaction, dilakukan dengan
pengujian human computer interaction melalui sejumlah skenario untuk
menilai interface temu kembali informasi. Pada skenario ini responden
diberikan sejumlah tugas yaitu melakukan pencarian produk hukum
dengan cara merambang melalui pencarian sederhana, pencarian kompleks,
indeks, tajuk subjek, dan titik temu lainnya.
c. Evaluasi komponen interoperabilitas dilakukan dengan menguji metadata
yang digunakan apakah memungkinkan melakukan interoperabilitas
metadata berdasarkan National Research Council USA tentang
Government Data Center. Terdapat 2 (dua) tugas, dalam evaluasi ini yaitu
mencari metadata terstruktur yaitu MARC21 atau Dublin Core.
d. Evaluasi kualitas dimensi usabilitas repositori hukum melalui penilaian
terhadap interface halaman muka, penggunaan simbol, penggunaan warna,
penggunaan huruf, kekontrasan background, kecepatan tampilan halaman,
alamat web yang mudah diingat.
e. Evaluasi dimensi interaksi layanan repositori terdiri atas penilaian
terhadap reputasi website, keamanan website, dan kemudahan feedback.
(Khoo,2011)
Pengolahan Data
Data diolah dalam bentuk sebaran frekuensi sebaran ketersediaan
komponen repositori dalam bentuk persentase dan sebaran rata-rata pada dimensi
usabilitas dan dimensi layanan. Setelah data diinterpretasi maka dilakukan analisis
kebutuhan sistem melalui perbandingan antara sistem yang saat ini berjalan
dengan sistem yang akan dirancang.
Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem dilakukan setelah evaluasi sistem yang sedang
berjalan Desain sistem baru dibuat berdasarkan rekomendasi atas hasil evaluasi
sistem yaitu membuat proses bisnis dan arsitektur sistem serta tampilan user
interface yang sesusai standar guna meningkatkan kepuasan pengguna.

13

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sistem Repositori 

Tujuan dari investigasi sistem adalah melihat kualitas portal repositori
hukum dengan menggali sebanyak informasi pada portal repositori hukum
lembaga negara. Investigasi sistem dibagi atas (3) tiga bagian. Bagian pertama
adalah hasil analisis karakteristik responden, bagian kedua adalah penilaian atas
komponen repositori digital, dan bagian ketiga adalah perancangan sistem
repositori hukum.
Analisa Bagian I : Karakteristik Responden
Bagian pertama kuesioner penelitian ini adalah data mengenai responden
yang berpartisipasi dalam penilaian repositori hukum kementerian/lembaga,
provinsi, kabupaten/kota. Berikut ini adalah tabel yang berisi karakteristik
responden yang dihimpun dari kuesioner yang diisi oleh para responden yang
mengikuti penelitian ini.
Tabel 3. Karakteristik 10 Responden
No.
1.

Profil
Jenis Kelamin

Uraian
Laki-Laki
Perempuan

Jumlah
5 Orang
5 Orang

2.

Pekerjaan

Praktisi Hukum
Praktisi IT
Masyarakat Umum

3 Orang
3 Orang
4 Orang

3.

Asal Akses Internet

Kantor, Rumah, warnet
Kantor, Rumah

6 Orang
4 Orang

4.

Lama Akses

< 2 Jam
2 s.d 5 jam/hari
5 s.d 8 jam/hari
> 8 jam/hari

0
2 Orang
1 Orang
7 Orang

5.

Gadget yang digunakan

Laptop-smartphone
Laptop,Tablet, smartphone
PC, Laptop, Tablet,
smartphone

4 Orang
4 Orang

6.

Latar belakang dan sarana Social Media (FB, Twitter,
yang digunakan di internet
Path, dll)
Korespondensi (forum
online, mailing list dll)
Mencari informasi
(repositori, database , online
jurnal, dll)

2 Orang
4 Orang
3 Orang

3 Orang

14

7.

Tingkat pengetahuan akan Tahu
situs
Tidak
kementerian/lembaga/provinsi

10 Orang
0 Orang

8.

Asal pengetahuan mengenai Search engine, TV Radio,
situs kementerian/ lembaga/ Koran/Majalah
provinsi/Kabupaten/Kota
Search engine
Koran/Majalah
TV/Radio
Billboard/spanduk

4 Orang
3 Orang
2 Orang
1 Orang

9.

Responden
yang
pernah Pernah
mengakses repositori produk Tidak
hukum kementerian/ lembaga/
provinsi/Kabupaten/Kota

10 Orang
0 Orang

10.

Terakhir mengakses
pemerintahan

1 Orang
3 Orang
4 Orang
2 Orang

situs < 2 Minggu yang lalu
2–4 Minggu yang lalu
1 – 2 Bulan yang lalu
> 2 Bulan yang lalu

Analisa Bagian II: Penilaian Atas Komponen Repositori Digital.
Bagian kedua kuesioner penelitian ini adalah data mengenai penilaian
responden terhadap komponen repositori hukum pada lembaga pemerintah dengan
hasil sebagai berikut:
a. Pengujian Komponen Manajemen Repositori.
Pengujian komponen manajemen repositori berkaitan erat dengan
dengan akses dan kontrol terhadap repositori yang meliputi akses terhadap
informasi statistik koleksi, kemudahan pengunduhan file, penggunaan file yang
telah diunduh, penyediaan tautan ke informasi terkait hasil pencarian, dan
akses terhadap feedback informasi yang dibutuhkan. Hasil yang diperoleh
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Pengujian statistik koleksi.
Pada bagian ini responden diminta untuk melihat bagaimana fitur
statistik koleksi, apakah itu mengenai jumlah pembaca dan pengunduh
serta informasi lainnya tentang tingkat keterpakaian suatu produk hukum.
Pada tabel 4 menunjukan bahwa penggunaan fitur ketersediaan informasi
statistik pada repositori terbitan hukum pada lembaga di kabupaten tidak
ada sama sekali informasi, sementara di tingkat lembaga provinsi
sebanyak 75% telah menyediakan fasilitas tersebut, sementara untuk
lembaga pemerintah nonkementerian hanya sebanyak 27% dan di
kementerian hanya sebanyak 34 %, yang berarti secara rata-rata tingkat
ketersediaan fitur informasi statistik koleksi hanya sebesar 29 %.

15
Haltersebut menunjukkan bahwa fitur ini masih belum banyak digunakan
oleh repositori hukum pemerintah.
Tabel 4. Ketersediaan statistik koleksi
Lembaga Pemerintah

Jumlah
Sampel

Kementerian
LPNK
Provinsi
Kabupaten/Kota
Jumlah/Rata-rata

12
10
4
8
34

Ketersediaan Statistik
Tersedia
(%)
34
27
75
0
29

Tidak Tersedia
(%)
66
73
25
100
71

Statistik web merupakan suatu fitur yang mungkin tidak wajib ada
dalam sebuah web/repositori namun kehadirannya berguna sekali untuk
mengetahui seberapa popular sebuah website, seberapa banyak orang yang
berkunjung setiap bulan, dan berapa bandwidth yang dibutuhkan. Statistik
dalam repositori merupakan bagian dari e-government, adalah bukti
laporan mengenai akuntabilitas dan kinerja sebuah lembaga dalam
penyebaran informasi yang dihasilkan oleh suatu institusi (De Robbio,
2014).


Pengujian pengunduhan informasi.
Pada bagian ini responden diminta untuk melihat apakah informasi
yang di dapat dari repositori produk hukum bisa diunduh dan bisa
langsung digunakan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Ketersediaan fitur pengunduhan file
Lembaga
Pemerintah
Kementerian
LPNK
Provinsi
Kabupaten/Kota
Jumlah/Rata-rata

Jumlah
Sampel
12
10
4
8
34

Pengunduhan file
Tersedia
(%)
88
100
100
100
96

Tidak Tersedia
(%)
12
0
0
0
4

Pada tabel 5 diperlihatkan sebanyak rata-rata 96% lembaga mulai
dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kementerian di pusat
mempunyai fitur pengunduhan dokumen langsung. Hal ini berarti bahwa
semua produk hukum yang ada di indonesia bisa langsung diunduh dan
digunakan oleh pengguna dan berarti fi