Desain dan Implementasi Prototipe Sistem Portal E-Government di Indonesia

(1)

SISTEM PORTAL

E-GOVERNMENT

DI INDONESIA

WAWAN WIRAATMAJA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Desain dan Implementasi Sistem Portal E-Government di Indonesia adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2006

Wawan Wiraatmaja NIM G651020194


(3)

WAWAN WIRAATMAJA. Desain dan Implementasi Sistem Portal E-Government di Indonesia. Dibimbing oleh PRAPTO TRI SUPRIYO dan KUDANG BORO SEMINAR.

Portal e-government merupakan sebuah website yang memberikan informasi dan akses yang terstruktur ke website-website lain sebagai salah satu cara terbaik untuk mendapatkan informasi pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan kita. Tesis ini dimaksudkan untuk mencoba memahami teori, konsep, dan model pengembangan portal e-government, sekaligus melihat perkembangan e-government di Indonesia. Di sini kemudian diberikan penjelasan mengapa sebuah portal e-government Indonesia diperlukan dalam pengembangan e-government.

Penelitian dilakukan dengan urutan melakukan studi pendalaman untuk memahami konsep e-government dan portal pemerintahan, melakukan kajian teoritis dengan melihat kondisi layanan pemerintahan, dan membuat implementasi sistem. Implementasi dilakukan dengan penerapan open source untuk memberikan solusi mudah, murah, dan menarik untuk mengembangkan sebuah portal e-government.

Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa esensi dari keberadaan e-government masih kurang dipahami oleh pemerintah daerah. Hal ini terbaca dalam implementasi situs-situs pemerintahan yang diamati dalam tesis ini dan bagaimana informasi serta layanan yang ada di dalamnya.

Sementara itu, disimpulkan bahwa proses pengembangan portal e-government merupakan satu kesatuan kerja berupa pengembangan konsep, sarana pendukung, pemahaman proses-proses pemerintahan yang ada, dan pengembangan arsitektur terpadu informasi dan layanan yang berlandaskan terciptanya tujuan akhir tata kepemerintahan yang transparan dan akuntabilitasnya terjaga.

Implementasi sistem yang dilakukan memperlihatkan bahwa model pengembangan dengan berbagai aplikasi open source dapat memberikan hasil ideal bila kerangka kerja yang diperlukan telah dipahami sehingga berbagai proses transformasi informasi dan layanan pemerintahan dapat dijalankan dengan baik.


(4)

SISTEM PORTAL

E-GOVERNMENT

DI INDONESIA

WAWAN WIRAATMAJA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(5)

E-Governmentdi Indonesia

Nama : Wawan Wiraatmaja

NRP : G651020194

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Komp Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sugi Guritman Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Pemilik Segala Kesempurnaan, atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2004 ini adalah e-government, yaitu masalah keterkaitan teknologi informasi dan kepemerintahan, dengan judul Desain dan Implementasi Sistem Portal E-Government di Indonesia.

Penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik berupa bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang diberikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini terutama kepada Bapak Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. dan Bapak Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Komp. selaku pembimbing. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada segenap staf pengajar program pascasarjana Ilmu Komputer IPB terutama Ibu Ir. Meutia Rachmananiah, M.Sc, dan Bapak Ir. Agus Buono, M.Si., M.Komp. yang telah banyak membantu dan berbagi ilmu pengetahuan serta kepada para karyawan di IPB atas berbagai bantuan yang telah diberikan.

Ucapan terima kasih dan ungkapan khusus untuk keluarga penulis yang sabar melihat proses yang dijalani. Untuk Dian Artaningrum, istri penulis, terima kasih atas kesabarannya. Tentu masih banyak teman-teman lain yang tidak dapat disebut satu persatu di sini. Terima kasih semua.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2006


(7)

Penulis merupakan produk campuran dari ayah berdarah Dayak (Bakumpai) dan ibu berdarah Jawa (Banyuwangi) yaitu pasangan Ir. H. Badaruddin dan Dra. H. Siti Katiyah. Dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1974 di Malang, Jawa Timur, penulis merupakan anak sulung dengan dua orang adik perempuan (Tia Rahmania dan Nisa Rahimia), yang dibesarkan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Saat ini penulis telah memiliki istri tercinta bernama Dian Artaningrum.

Tahun 1992 lulus dari SMA Negeri 1 Palangka Raya dan berkat karunia Allah SWT berhasil melewati seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) untuk masuk di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Iklim Yogyakarta yang menyenangkan dan beberapa kegiatan (di pers mahasiswa dan ikatan mahasiswa daerah) menyebabkan penulis menghabiskan seluruh jatah kuliah yang diperkenankan untuk lulus pada tahun 2002.

Reformasi dan merebaknya penggunaan Internet, menyebabkan penulis termasuk orang yang sangat tertarik dengan penggunaan teknologi komputer dan informasi, sebuah bidang yang juga dipelajari sebagai bagian dari ilmu keteknikan elektro di UGM. Termasuk di dalam kegiatan yang dilakukan adalah mencoba membuat beberapa situs di Internet untuk hobi dan komunitas (penulis mengelola situs komunitas warga Kalimantan Tengah, www.kalteng.net sejak tahun 2000). Ketertarikan ini menyebabkan penulis memutuskan untuk mencoba meneruskan di Program Studi Ilmu Komputer IPB yang baru membuka kelas pascasarjana.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga menyempatkan diri melakukan penetrasi di bidang pemanfaatan teknologi informasi untuk pemerintahan di Indonesia (termasuk mendirikan satu perusahaan untuk implementasi teknologi informasi, PT. Panca Karya Utama). Keterkaitan pada pembangunan daerah dan keinginan untuk dapat memberikan sebuah sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan pembangunan juga melandasi penelitian penulis yang melihat aspek implementasi teknologi informasi di kepemerintahan Indonesia.


(8)

Halaman

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… PENDAHULUAN Latar Belakang……… 1

Formulasi Permasalahan………. 2

Tujuan Penelitian……… 2

Ruang Lingkup………... 2

Manfaat Penelitian……….. 3

TINJAUAN PUSTAKA Definisi, Konsep, dan Riset E-Government……… 4

E-Government sebagai Revitalisasi Pemerintahan Konvensional…….. 7

Portal Pemerintahan……… 12

Open Source dan Inisiatif Teknologi……….. 20

Open Source untuk E-Government. ……….. 22

METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN Metodologi Penelitian……….… 27

Sistematika Penelitian dan Pembahasan……….… 28

Tahapan Proses Penelitian……….… 28

Pemodelan Sistem………..… 30

Kerangka Pemikiran Sistem……….. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan E-Government di Indonesia………. 32

Kondisi Umum Situs Pemerintahan Indonesia………. 35

Portal (Situs) Pemerintah Daerah di Indonesia……… 36

Portal Nasional Republik Indonesia: www.Indonesia.go.id………. 42

Portal Pemerintahan Negara Terdepan dalam Implementasi E-Government………... 46

Keragaman Pandang Teoritis dan Pragmatis dari E- Government……… 48

Konsep Ideal dan Gambaran Operasionalisasi Portal Pemerintahan…… 50

Infrastruktur Portal Pemerintahan……… 55

Infrastruktur Portal Pemerintahan……… 55

Kebutuhan Portal Pemerintahan……… 56

Desain Arsitektur Portal Pemerintahan….………. 62

Pengelolaan Informasi di dalam Portal Pemerintahan……….... 63

Layanan di dalam Portal Pemerintahan………. 65

Sistem Informasi Manajemen Satu Atap (SIMTAP) ……… 70 ix x xii 1 2 2 2 3 4 7 12 20 22 27 28 28 30 31 32 35 36 42 46 48 50 55 55 56 62 63 65 70


(9)

(Digital Signature) ……… 73 Metode Transaksi Keuangan secara Online……….. 75 Cyberlaw untuk Pemanfaatan Teknologi Informasi dan

Transaksi Elektronik……….. 76 Single Identity Number : Nomor Identitas Tunggal

Penduduk Indonesia……….. 80 Portal Kabupaten/Kota, Provinsi dan Negara……… 83 Pengembangan Portal Pemerintahan Indonesia dengan Open Source…. 85 Implementasi dan Integrasi Sistem Portal: Menggunakan CMS

Open Source sebagai Front End……….. 87 Penyiapan Sistem Portal secara Offline……… 90 Pengelolaan dan Akses Informasi dalam Sistem Portal

Berbasis PostNuke……… 93 Pengelolaan dan Akses Layanan dalam Sistem Portal

Berbasis PostNuke……… 97 Testing dan Evaluasi Sistem Portal……….. 101 Implikasi Portal Pemerintahan (dan E-Government) bagi Manajemen

Pemerintahan di Indonesia……… 101

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan……… 104 Saran………..

DAFTAR PUSTAKA………. 106

DAFTAR ISTILAH……….……….. 111

LAMPIRAN……….………. 114 73 75

76

80 83 85

87 90

93

97 101

101

104 104

106

111


(10)

Halaman

1 Tahapan proses penelitian……….… 28

2 Kondisi situs pemerintahan daerah diamati bulan Juni-Desember 2005 37

3 Ringkasan kebutuhan portal e-government………... 61

4 Fitur dan kebutuhan sistem PostNuke……….. 89


(11)

Halaman

10

14

15

17

30

39

41

42

43

45

47

52

53

54

57

58

59

60 1 Organisasi sebagai suatu sistem (Suradinata 1994)……….

2 Arsitektur untuk eGOV online one-stop government portal (Wimmer 2001)……….

3 Pandangan logis dari arsitektur sistem eGOV (Tambouris et al. 2001b)………

4 Gambaran solusi fungsional bisnis pengantar layanan e-government (Accenture 2003)………

5 Bagan alir proses penelitian………

6 Distribusi sistem yang digunakan dalam situs pemerintahan

daerah………...

7 Situs Pemerintah Kabupaten Takalar, www.takalar.go.id (akses bulan Juni 2005)……….

8 Gambar tampilan awal (homepage) Portal Nasional Republik

Indonesia, www.Indonesia.go.id (akses bulan Juli 2005)……….

9 Gambar tampilan setelah homepage Portal Nasional Republik

Indonesia, www.Indonesia.go.id (akses bulan Juli 2005)……….

10 Gambar tampilan Portal Nasional Republik Indonesia:

www.portal.lin.go.id (akses bulan Juli 2005)………

11 Portal e-government Amerika Serikat, www.firstgov.gov (akses bulan Juli 2005)………..

12 Operasional sistem untuk pengunjung………

13 Operasional sistem untuk kantor………

14 Operasional sistem untuk administrator……….

15 Diagram Konteks Portal + E-Gov………...

16 DFD level-1 untuk sistem portal pemerintahan………...

17 DFD level-2 untuk manajemen informasi portal pemerintahan………..


(12)

66

67

68

69

69

77

85

91

92

97

99

100 20 Proses pelayanan KTP konvensional………

21 Proses pelayanan KTP dengan sistem informasi di kelurahan.……….

22 Proses pelayanan KTP full online……….………

23 Proses pelayanan ijin reklame konvensional………

24 Proses pelayanan ijin reklame online………

25 Mekanisme verifikasi pembayaran online………

26 Konsolidasi informasi dan layanan portal pemerintahan

Indonesia………

27 Tampilan awal PostNuke bila telah berhasil diinstall……….

28 Tampilan PostNuke dengan template ill……….

29 Tampilan halaman pencarian PhpDig dimodifikasi………

30 Tampilan modul seminar: (a) informasi, (b) tiket online………


(13)

Halaman

1 Daftar situs negara-negara yang disurvei dalam West (2002)………… 115

2 Lampiran 2 Daftar Peraturan Perundang-undangan Pemerintah Republik Indonesia yang berpengaruh dalam perkembangan e-government

Indonesia... 121

3 Tabel hasil pengamatan situs-situs pemerintahan di Indonesia

(Juni-Desember 2005)... 122

4 Daftar lengkap kondisi situs pemerintahan di Indonesia……….. 158

5 Informasi yang terdapat di dalam laporan gubernur/bupati/walikota


(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi (TI), terutama Internet, yang sangat pesat mengakibatkan suatu pemerintahan harus dapat beradaptasi dan memanfaatkannya dengan baik. Pemerintah yang menerapkan berbagai aspek TI dalam melaksanakan fungsi-fungsinya disebut pemerintah yang berbasis elektronik (electronic-government, e-government). Banyak negara mulai mencoba mengadaptasi perkembangan Internet dengan mengimplementasikan sistem yang diyakininya merupakan bentuk dari e-government. E-government diyakini merupakan perbatasan baru yang harus dijelajahi termasuk di dalamnya menggunakan Internet setelah era komersialisasinya (dotcom).

E-government memungkinkan dilakukannya transaksi yang berhubungan dengan sistem pemerintahan setiap saat darimana pun seseorang berada. Sementara penduduk mendapatkan informasi dan melakukan aktivitas yang proaktif, orang-orang di dalam pemerintahan bekerja dengan antusias menggunakan TI, menghasilkan sesuatu yang berbeda, menjawab pertanyaan dengan cepat, menggunakan jaringan untuk melayani publik. Sementara itu institusi swasta menikmati interaksi yang cepat dan mudah sehingga meningkatkan perhatian publik.

Pengembangan e-government dimaksudkan sebagai salah satu metode untuk memaksimalkan efisiensi bisnis pemerintahan dan mengefektifkan bagian yang berhubungan dengan penyaluran layanan (services) kepada publik, penyebaran informasi (information dissemination), dan mengurangi biaya cetak (publishing) dengan membuat versi elektronik dari dokumen-dokumen yang tersedia sehingga memungkinkan penghematan biaya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membangun portal pemerintahan.

Memang, perkembangan e-government di Indonesia sendiri belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyak kendala yang muncul mulai dari


(15)

ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas, kondisi sosial politik, sampai dengan keberadaan aplikasi sistem informasi yang spesifik yang dapat digunakan. Selain itu harus diakui bahwa keberadaan berbagai peraturan, petunjuk dan informasi mengenai e-government masih belum tersedia dengan memadai. Walau demikian, keberadaan suatu portal e-government Indonesia tetap diperlukan agar dapat memberikan bantuan untuk mencari informasi dan layanan pemerintahan di Indonesia dengan lebih terintegrasi.

1.2 Formulasi Permasalahan

E-government di Indonesia sepertinya berjalan sekehendak hati para pengambil kebijakan. Hampir tidak ada panduan yang jelas mengenai apa dan bagaimana e-government itu sebaiknya dan seharusnya dijalankan. Banyak yang menterjemahkan e-government menjadi sekadar sistem informasi (information system) atau sistem database tanpa melihat makna dibalik keberadaan sistem e-government yang sebenarnya. Sementara itu kajian dan implementasi yang dilakukan dalam pelaksanaan e-government masih lebih menekankan sisi praktis dengan referensi yang tidak kuat dalam evaluasi dan pengembangannya (termasuk dalam hal inovasi sistem). Padahal e-government sendiri harus dilihat tidak hanya sebagai sebuah sistem tapi juga keberadaannya dari sisi falsafah "kepemerintahan" (governmentship) sehingga diperlukan kajian yang sifatnya teoritis dan konseptual dalam hal ilmu pemerintahan (governmental studies).

1.3 Tujuan Penelitian

Melakukan kajian teoritis dan konseptual dalam desain portal e-government dan membangun prototipe implementasinya untuk kasus di Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian dilakukan untuk e-government di Indonesia, salah satunya dengan melihat kuantitas dan kualitas portal pemerintahan yang telah ada.

2. Fokus pembahasan pada aspek-aspek studi pemerintahan (governmental studies) dalam basis teknologi informasi dan komunikasi.


(16)

3. Implementasi dilakukan dengan melihat skala kebutuhan pengguna dan sistem berbasiskan open source.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan landasan pokok dengan kaidah ilmu pemerintahan (governmental studies) dalam merancang dan mengimplementasikan konsep portal e-government di Indonesia.

2. Memberikan landasan konseptual dan kerangka kerja untuk pengembangan government Indonesia dan menjadikan acuan evaluasi implementasi e-government yang telah ada.

3. Pengembangan komunitas berbasis pengetahuan dan berbasis informasi untuk mempercepat akselerasi perkembangan e-government.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Konsep, dan Riset E-Government

Terjadinya revolusi digital terutama dengan keberadaan Internet yang perkembangannya sangat pesat mengakibatkan suatu pemerintahan harus dapat beradaptasi dengan baik. Pemerintah yang beradaptasi dengan baik dan menerapkan berbagai aspek teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan

fungsi-fungsinya disebut pemerintah yang berbasis elektronik (electronic-government,

e-government).

Berbagai definisi e-government dikeluarkan oleh berbagai lembaga dan

institusi pemerintahan. Salah satu pernyataan yang cukup baik untuk

mendefinisikan e-government dikeluarkan oleh World Bank (2001):

E-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the (1) ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can serve a variety of different ends: (2) better delivery of government services to citizens, improved interactions with business and industry, (3) citizen empowerment through access to information, or more (4) efficient government management. The resulting benefits can be less corruption, increased transparency, greater convenience, revenue growth, and/or cost reductions.

Keempat poin di atas memerlukan kajian teoritis tentang tata

pemerintahan. Sementara itu hasil yang diharapkan dari e-government dinyatakan

dalam kalimat terakhir, "The resulting benefits…", diartikan "Keuntungan yang didapat adalah menjadi berkurangnya korupsi, meningkatkan transparansi, kemudahan yang semakin bertambah, peningkatan pendapatan, dan/atau mengurangi ongkos".

Beberapa definisi lain, dengan sudut pandang dan kepentingan yang

berbeda-beda dinyatakan di dalam Tambouris et al. (2001) mulai dari “e-business


(18)

memanfaatkan teknologi, atau usaha pemenuhan kebutuhan dengan memanfaatkan Internet.

Sementara itu, terkait dengan administrasi publik, Perserikatan

Bangsa-Bangs (PBB) mendefinisikan e-government sebagai: memanfaatkan internet dan

world-wide-web untuk mengirimkan informasi dan layanan pemerintahan kepada masyarakat (UN-DPEPA 2002). Dari definisi tersebut terlihat bahwa e-government terkait tidak hanya masalah informasi pemerintahan saja tetapi juga berkaitan dengan tata pemerintahan yang berhubungan dengan layanan (pelayanan) kepada masyarakat.

Di sini terlihat bahwa interpretasi tentang e-government menjadi luas dan

menyebar (Wimmer 2001). Di satu sisi e-government dapat dilihat sebagai suatu

visi dan disiplin pengarah untuk seluruh sektor administrasi dan pemerintahan.

Sementara itu, ketika melaksanakan proyek-proyek e-government, harus dilihat

keberadaan dua wilayah: e-government dalam skala besar dan dalam skala kecil.

Untuk yang pertama, e-government adalah seluruh kegiatan pemerintahan dan

adminstrasi termasuk e-democracy, e-voting, e-administration, e-assistance, e-justice, bahkan e-healthcare atau e-education. Sementara dalam skala kecil, e-government adalah implementasi proses administrasi lokal dalam domain e-administration.

Beberapa harapan yang muncul dari revolusi digital adalah potensinya

untuk menguatkan demokrasi dan membuat pemerintah lebih responsif terhadap kebutuhan penduduk. E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mentransformasi pemerintahan menjadi lebih mudah diakses, efektif dan akuntabilitasnya terjaga (CDT 2005).

Dinyatakan juga bahwa e-government bukan sekadar masalah memberikan

komputer kepada petugas pemerintahan atau mengotomatisasi praktek-praktek terdahulu. Walaupun memang kedua hal tersebut dapat memberikan tingkat efektivitas yang lebih besar dalam pemerintahan dan mempromosikan partisipasi masyarakat. Memfokuskan hanya kepada solusi teknologi tidak akan mengubah mental dari birokrat yang akan melihat masyarakat hanya sebagai pengguna jasa

pemerintahan dan tidak sebagai anggota pembuat keputusan. Di sini,


(19)

dengan mengembangkan transparansi, menghilangkan jarak dan berbagai perbedaan, dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses politik yang berpengaruh pada kehidupan mereka.

Disadari bahwa e-government harus dilihat sebagai satu kesatuan

terintegrasi dari keinginan politik, prosedur organisasi, isi informasi, dan

teknologi komunikasi dan informasi (Gouscos et al. 2001). Diakui juga bahwa

keberadaan e-government ini memang masih pada tahap perkembangan awal

sehingga diperlukan suatu kerangka kerja (framework) yang memperlihatkan

bagaimana peran pemerintah dan hubungannya dengan aktor lain dalam pembangunan. Beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam

mengimplementasikan e-government ini coba dijawab dalam WGEGDW (2002).

Beberapa riset lebih jauh lagi mencoba memberikan masukan untuk

kegiatan e-government dengan mencari tahu apa yang diinginkan masyarakat

dari e-government seperti yang dilakukan di Amerika Serikat (Cook 2000). Hal

ini dilakukan karena disadari bahwa e-government, pada intinya, adalah

bagaimana mengubah cara orang dan kalangan bisnis berinteraksi dengan pemerintahan. Dengan demikian, menjadi sesuatu yang sangat masuk akal untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat, diharapkan, tidak diinginkan, dan hal-hal yang dikhawatirkan. Dari studi-studi tersebut diharapkan bila diperlukan akan ada perubahan pada aturan tata pemerintahan yang selama ini berlaku dengan mengadopsi keinginan masyarakat. Walau memang disadari bahwa proses

ini tidak bisa diartikan bahwa konsep dan implementasi e-government diserahkan

sepenuhnya pada pandangan masyarakat karena diperlukan sebuah tolak ukur bersama dari sisi aturan, proses dan hasil akhir.

Banyak negara mulai mencoba mengadaptasi perkembangan Internet

dengan mengimplementasikan sistem yang diyakininya merupakan bentuk dari

e-government. Amerika Serikat, salah satu negara paling maju dalam pemanfaatan

TI, bahkan menganggap bahwa e-government merupakan perbatasan berikutnya

(next frontier) yang harus dijelajahi dalam menggunakan Internet dan memiliki potensi terbesar untuk merevolusi penyelenggaraan pemerintahan dan merevitalisasi demokrasi (CEG 2000). Kemudian untuk lebih mengarahkan dan mengintegrasikan berbagai sistem informasi dan layanan pemerintahan


(20)

pendukung e-government serta mengidentifikasi prioritas tindakan yang dapat menciptakan peningkatan strategis di pemerintahan dan mengatur transformasi

pemerintah sesuai kebutuhan penduduk, dibentuk Satuan Kerja (Task Force)

E-Government pada tahun 2001 (OMB 2002).

2.2 E-Government sebagai Revitalisasi Pemerintahan Konvensional

Ndraha (2002) menjelaskan asal kata pemerintahan. Pengganti kata benda

pemerintah dan pemerintahan di dalam kamus adalah government. Kata kerjanya

dalam bahasa Inggris adalah govern (memerintah) yang berasal dari kata Latin

gubernare atau bahasa Gerika (Greek atau Yunani) kybernan, artinya mengemudikan (sebuah kapal). Jadi ”memerintah” di sini berarti mengemudikan. Kata benda lain sebagai turunan dari kata kerja govern adalah governance (Latin

gubernantia), menunjukkan metode atau sistem pengemudian atau manajemen organisasi.

Kata kerja govern digunakan di lapangan politik, kata bendanya menjadi

government. Governance lebih sebagai gejala sosial, sedangkan government, gejala politik. Dewasa ini ada kecenderungan untuk mengembalikan makna

pemerintahan dari government ke governance (yang lebih luas),

sekurang-kurangnya menghidupkan kembali konsep governance disamping government.

Misalnya melalui konsep good governance. Secara umum, government identik

dengan governance.

Pemerintahan dalam perspektif ilmu pemerintahan di dalam Ndraha (2002) didefinisikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan manusia sebagai konsumer (pengguna produk-produk pemerintahan) terhadap pelayanan publik dan

pelayanan civil. Badan yang berfungsi sebagai pengelola pemerintahan disebut

pemerintah. Di sini terjadi hubungan-pemerintahan yaitu hubungan antara pemerintah dan yang-diperintah (konsumer dalam hal ini rakyat atau masyarakat). Hubungan yang terjadi bersifat horisontal yang memungkinkan adanya kontrol politik atau kekuasaan karena keberadaan pemerintah dan yang-diperintah

(masyarakat) yang sebenarnya adalah satu kesatuan. Suatu saat sebagai sovereign

(pemegang sovereignity atau kedaulatan atas, pemilik) negara,rakyat berada di


(21)

sejajar dan berada pada posisi tawar (bargaining position) dengan negara. Sementara pada posisi lain, sebagai warga negara, sebagai pembayar pajak, ia tunduk pada (berada di bawah) negara. Di sinilah menyebabkan diperlukannya suatu ilmu tata kenegaraan dan kepemerintahan yang bisa memberikan dasar yang kuat untuk memahami proses-proses yang terjadi.

Sementara itu dalam perspektif administrasi negara/publik sebagai bagian dari ilmu politik, pemerintahan adalah keseluruhan kerja yang dilakukan pemerintah sebagai organisasi atau badan yang dibentuk dan diserahi tugas atau kuasa (sehingga pemerintah disebut juga penguasa negara) untuk melaksanakan tujuan didirikannya suatu negara dan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan negara (Salam 2002). Tujuan utama negara sendiri bersifat abstrak-idiil, namun dapat dinyatakan secara umum adalah memajukan kesejahteraan rakyatnya, melindungi rakyatnya, dan mencukupi kepentingan-kepentingan rakyatnya yang lain. Tujuan negara sering disinonimkan dengan fungsi negara. Tetapi dalam ilmu administrasi negara yang diperhatikan adalah fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan negara1.

Salah satu fungsi yang dijalankan pemerintah adalah sebagai agent of

development, pelaksana pembangunan. Definisi pembangunan dinyatakan Suradinata (1994), sebagai suatu usaha atau rangkaian kegiatan dalam pertumbuhan dan perubahan yang berencana, dilaksanakan secara bertahap dan sadar atas suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan suatu bangsa terutama meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan administrasi negara.

Dalam ilmu administrasi (negara) seperti dalam Sugandha (1989), Suradinata (1994), dan Handayani (1996) dijelaskan tentang suatu sistem yang kompleks yang mengatur jalannya pemerintahan dan pembangunan yang disebut birokrasi. Birokrasi tumbuh karena kebutuhan proses kegiatan organisasi dan lingkungan, serta merupakan alat paling efisien untuk organisasi besar dan kompleks. Tetapi disadari bahwa keberadaan birokrasi yang semakin besar, urusan yang berbelit-belit, dan ketidakjelasan tugas dan wewenang menyebabkan


(22)

birokrasi dapat menjadi ”mesin” yang ditakuti masyarakat. Di sini masyarakat

dapat menjadi apatis dan tingkat partisipasinya2 dalam pembangunan menurun.

Dalam suatu negara dengan kekuatan politik dan organisasi massa yang kurang mampu menjalankan fungsi-fungsinya, maka apabila tidak ditunjang oleh proses pengambilan keputusan dan pengontrolan pelaksanaan keputusan yang baik, kekuasaan birokrasi itu akan semakin besar. Semakin besar kekuasaan birokrasi, aparat birokrasi mungkin dapat leluasa mengendalikan lingkungan luar birokrasi sesuai dengan persepsi yang dimiliki dan mengokohkan kedudukannya dalam tatanan organisasi pemerintahan. Secara teoritis, keadaan ini mencerminkan kegagalan untuk mewujudkan ide demokrasi dan menutup keterbukaannya kepada masyarakat.

Birokrasi sebagai suatu sistem organisasi pemerintahan memiliki berbagai sub-sistem yang saling berkaitan, saling mendukung dan menentukan, sehingga dapat membentuk suatu totalitas komponen yang terpadu dalam suatu sistem tersebut. Suradinata (1994) menyatakan bahwa pemahaman tentang birokrasi sebagai organisasi, mempunyai implikasi yang lebih luas daripada cakupan birokrasi secara normal. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem dimana masukannya berupa sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber lainnya. Informasi dapat dijadikan dasar untuk rencana kegiatan atau tujuan. Dalam proses organisasi itu melibatkan aspek manusia, sarana dan prasarana, koordinasi, pengawasan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Aspek-aspek tersebut merupakan sub sistem, yang dapat dibagi lagi menjadi sub-sub sistem yang keseluruhannya merupakan sistem organisasi.

Proses organisasi yang merupakan sistem deterministik memiliki sub sistem dan interrelasi yang menunjukkan perilaku yang dapat diramalkan sehingga selanjutnya ditransformasi pada keluaran sebagai hasil yang diharapkan berupa benda atau jasa. Dalam sistem ini, keluaran dikembalikan sebagai masukan untuk umpan balik untuk mendapatkan proses yang lebih baik. Gambaran pemodelan sistem untuk sebuah organisasi diperlihatkan pada Gambar 1.

1 Tujuan negara dan fungsi negara dari berbagai pandangan dapat dilihat di Salam 2002,

sementara tugas pemerintah sekaligus fungsi negara dapat dilihat di Sabeni & Gozali 1993.


(23)

Lingkungan masyarakat dan alam

keluaran proses

masukan

Sumber daya dan informasi

ORGANISASI

- manusia

- sarana dan

prasarana

- kekuasaan - koordinasi - pengawasan

- kebijaksana an

Hasil yang diharapkan: Jasa dan barang

Umpan balik

Lingkungan dalam organisasi

Gambar 1 Pemodelan proses sebagai sebuah sistem untuk sebuah organisasi (Suradinata 1994).

Dalam proses organisasi terdapat pengaruh lingkungan yang selalu harus diperhitungkan. Pengaruh ini acapkali berhubungan dengan pekerjaan dalam proses organisasi. Jadi, selain pengaruh dalam organisasi terdapat pengaruh lain yaitu lingkungan masyarakat dan alam. Di dalam sistem administrasi/birokrasi negara diperjelas bahwa masukan untuk proses politik adalah: 1) (informasi) kebutuhan masyarakat dan negara, 2) sumber daya manusia dan alam, dan 3) peran serta masyarakat. Sementara hasil dari proses atau keluaran adalah pengambilan keputusan dan kebijaksanaan pembangunan.

Di sinilah kata kunci informasi dan peran serta masyarakat berpengaruh dalam mengembangkan administrasi/birokrasi negara yang efektif dan efisien dan proses pengambilan keputusan yang lebih baik (lihat Osborne 1996). Siagian (2003) menyatakan pentingnya peranan informasi dalam kehidupan modern dewasa ini sehingga masyarakat yang mengolah informasi secara ”tradisional” – dalam arti tidak menggunakan sarana bermuatan teknologi tinggi – disebut


(24)

masyarakat prainformasional3 untuk kata lain masyarakat yang belum maju. Sebaliknya masyarakat yang mengolah berbagai komponen penanganan informasi dengan memanfaatkan kemajuan dan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat informasional. Hal yang sama dapat dinyatakan untuk pemerintahan informasional.

Beberapa ciri masyarakat informasional yang cukup penting adalah jumlah informasi yang melimpah, transmisi informasi yang cepat, lingkup informasi yang luas, biaya pengadaan murah, mobilitas informasi, jangkauan informasi terbuka, cara penyampaian informasi lewat banyak media, unit penanganan informasi terutama menggunakan mesin, dan akses informasi yang luas.

Pertanyaan yang lebih muncul, apakah masyarakat (dan juga

pemerintahan) yang informasional berarti telah menerapkan e-government?

Bila konsep e-government seperti yang dinyatakan pada awal bab ini

kemudian diikuti sebagai acuan, maka harus dilihat dulu bagaimana proses pengolahan informasi tersebut berpengaruh dalam kinerja pemerintahan serta mengubah proses layanan kepada masyarakat. Bila proses informasional tadi hanya bersifat otomatisasi proses-proses di dalam pemerintahan tetapi tidak memberikan transparansi pada proses administrasi negara dan tidak membuat

masyarakat lebih terlibat dalam proses pemerintahan, maka e-government tidak

terlaksana.

Sebaliknya bila kita lihat bahwa e-government merupakan suatu proses

antara, maka proses ini harus didahului oleh sebuah proses pemerintahan informasional. Di sini, karena syarat penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi adalah syarat utama terciptanya suatu e-government, maka proses

informasional mutlak harus terjadi lebih dulu.

Dalam (OMB 2002) dinyatakan bahwa e-government memberikan banyak

kesempatan untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masyarakat. Masyarakat seharusnya bisa memperoleh layanan atau informasi tertentu dalam waktu menit atau jam, berbanding standar saat ini dalam hari atau minggu. Masyarakat, kelompok bisnis dan aparat pemerintah lokal atau nasional seharusnya dapat

3 Seperti kata prasejarah yang digunakan untuk menyatakan suatu masa yang tidak


(25)

mengisi berbagai laporan-laporan tanpa harus menyewa akuntan atau pengacara. Pegawai pemerintahan sendiri seharusnya juga dapat mengerjakan pekerjaannya lebih mudah, efisien dan efektif seperti rekan-rekannya di dunia komersil.

Sementara itu Adam et al. (2004) dalam laporan pembentukan divisi

e-government di State of New Jersey (Amerika Serikat) menyatakan bahwa tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mendefinisikan ulang cara bagaimana pemerintah, masyarakat, dan kalangan bisnis bertukar informasi, barang, dan layanan dengan

menggeser (shifting) paradigma layanan pemerintahan di New Jersey dari sistem

yang membutuhkan banyak pekerja (labour-intensive) dan pengiriman berfokus

pada institusi (agency-focused delivery) menjadi sistem yang sifatnya tanpa

perantara (immediacy) dan terpadu (cohesiveness) tanpa batasan waktu dan jarak. Salah satu bagian integral dari inisiatif ini adalah mengembangkan sebuah portal

e-government yang berpusat pada manusia (human-centered) yang efektif dan efisien untuk mendukung perusahaan skala kecil dan menengah di New Jersey sehingga membantu perkembangan bisnis baru dan memfasilitasi hubungan interaktif jangka panjang yang efektif di antara bisnis-bisnis ini.

2.3 Portal Pemerintahan

Istilah portal yang umum kita kenal merujuk kepada palang pintu perintang jalan atau pembatas kendaraan sehingga hanya kendaraan dengan tinggi atau ukuran tertentu saja yang dapat melewati jalan tersebut. Di dunia Internet, portal malah berarti sebaliknya sebagai jalan masuk atau pintu gerbang menuju ke berbagai lokasi informasi yang jumlahnya sangat banyak. Portal kemudian

menjadi supersitus tempat orang bisa mengelola informasi yang unmanageable,

karena begitu luasnya lautan informasi.

Webopedia4, situs ensiklopedia di Internet, mendefinisikan portal (Web)

sebagai situs Web yang menawarkan resource (sumber daya) dan jasa yang luas

seperti e-mail, forum, search engine, direktori dan mal online. Dengan bahasa

yang sedikit berbeda, Wikipedia5, situs ensiklopedia lain, menyatakan portal

(Web) adalah situs di World Wide Web yang secara umum menyediakan

menyatakan terjadinya suatu peristiwa sejarah.


(26)

kemampuan personalisasi untuk pengunjungnya. Web portal didesain untuk

menggunakan aplikasi terdistribusi, beberapa jenis middleware dan hardware

yang berbeda untuk memberikan layanan untuk sejumlah sumber yang berbeda.

Bila search engine (dan direktori) hanya menawarkan jasa pencarian

informasi dengan membuat suatu sistem pencarian yang memungkinkan diklasifikasikannya informasi-informasi tersebut berdasar kesamaan dan

kekhususannya, maka portal menambahkannya dengan content (isi), shopping

service, dan aplikasi perangkat lunak seperti e-mail, kalender serta perbankan. Beberapa portal malah membuat layanan yang lebih spesifik untuk komunitas tertentu seperti portal khusus untuk wanita, olahraga, wisata, dan sebagainya.

Beberapa portal yang paling sukses di dunia adalah Yahoo, AOL,

Microsoft, dan Netscape. Kebanyakan portal tersebut bermula dari sebuah search

engine yang mengumpulkan berbagai alamat situs-situs dan kemudian mengelompokkannya, sehingga berguna bagi mereka yang membutuhkan informasi tertentu. Berdasarkan sifat ini, portal dapat dilihat juga sebagai sebuah direktori karena mengklasifikasikan informasi-informasi yang ada berdasarkan topik tertentu (Barforoush et al. 2002).

Portal merupakan produk global di Internet, dan masih tersedia banyak celah dan peluang untuk membuat portal-portal yang lebih lokal dan memiliki

kekhususan untuk bidang tertentu. Bahkan portal atau search engine yang besar

pun dapat menjadi tidak efektif, ketika kita menginginkan informasi yang spesifik, justru karena terlalu banyaknya informasi yang dapat disediakannya (Beal 2004 dan Mills 2004).

Di sinilah kemudian muncul kebutuhan untuk portal yang bersifat khusus atau spesifik. Portal jenis ini biasanya melakukan pencarian informasi di web dengan suatu metode yang terfokus. Sebagai suatu portal, suatu situs harus dapat menampilkan berbagai informasi atau layanan yang ditujukan untuk maksud

tertentu misalnya wisata, informasi buku, atau portal game. Di sini selain

keberadaan informasi spesifik sesuai dengan tema portal, pengunjung harus dimungkinkan melakukan interaksi termasuk melakukan pembelian peralatan atau memesan tiket perjalanan bila disediakan oleh portal tersebut.


(27)

Portal pemerintahan termasuk salah satu jenis portal khusus. Portal ini

merupakan titik akses tunggal terstruktur untuk informasi dan layanan yang

disediakan oleh badan atau institusi pemerintahan lewat website masing-masing.

Portal pemerintahan seharusnya merupakan cara termudah untuk mendapatkan informasi dan layanan pemerintahan dari satu tempat, tanpa harus mengetahui

bagaimana pemerintah (government) terstruktur dan situs mana yang harus

digunakan (lihat Tambouris et al. 2001).

Wimmer 2001 memberikan sebuah gambaran arsitektur dari eGOV, sebuah proyek yang didanai oleh European Community yang dimulai pada Juni 2001, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Keterangan: SCE = Service Creation Environment GovML Filter

INTERNET

SCE

UMTS Network INTERNET

Data W

Local SR

Public Authority

GovML Filter

SCE

Data W

Local SR

Public Authority GovML Filter

SCE

Data W

Local SR

Central Government Portal

GovML

GovML GovML

GovML USER

USER

USER

SR = Service Repository

GovML = Government Markup Language

Gambar 2 Arsitektur untuk eGOV online one-stop government portal


(28)

Beberapa tujuan teknis pengembangan eGOV termasuk spesifikasi dan pengembangan:

(1) generasi berikutnya dari online one-stop governmental portal dan arsitektur

jaringan pendukungnya. Fitur portal termasuk di dalamnya akses lewat berbagai peralatan termasuk WAP, personalisasi, kustomisasi, multi-lingual, dukungan untuk layanan push dan penanda digital, dll.

(2) service repository (SR), sebagai suatu peningkatan dari data/information repository, adalah sumber data yang mengandung interpretasi dari layanan online dalam terminologi data dan informasi (disesuaikan dengan kejadian

nyata dan proses pemerintahan yang sesuai), sementara service creation

environment (SCE) adalah framework (koleksi dari tool-tool) yang berfungsi sebagai front end dari SR.

(3) sebuah Governmental Mark-up Language menjadi perekat portal dan seluruh

pelaksana kegiatan publik. Diimplementasikan sebagai sebuah pengembangan dari XML yang menjadi standar terbuka untuk pertukaran data dan informasi secara horisontal (antar badan dalam satu pemerintahan lokal) dan vertikal (seperti kota dan provinsi)

Untuk pandangan secara logis dari arsitektur sistem eGOV dinyatakan

dalam Tambouris et al. 2001b seperti pada Gambar 3.

eGOV Portal

Databases for service metadata and schema

Service Repository

Service Interface Service Interface Service Interface

Service management Content management

Database for content metadata

Service Interface

Content management content combining

Logical view of system architecture

N etw ork architecture

e

G

O

V

P

l

a

t

f

o

r

m

G ovM L vocabulary

W SD L

U R I

Services


(29)

Sementara definisi, petunjuk, dan standar untuk portal pemerintahan coba ditetapkan kalangan pemerintahan atau institusi terkait, sejumlah perusahaan

mencoba memberikan solusi riil berdasarkan platform yang mereka tetapkan.

Solusi diberikan berdasar kemampuan teknologi yang memang dikembangkan dan telah ada sebagai kekuatan dari perusahaan-perusahaan tersebut selama ini. Dalam Accenture 2003, diberikan solusi platform yang dikembangkan perusahaan konsultan ini bekerja sama dengan Microsoft dan Intel (Gambar 4). Pendekatan pada sistem yang ditawarkan tetap berdasarkan pola pikir bahwa portal pemerintahan harus memberikan satu titik tunggal ke seluruh layanan pemerintahan sehingga memudahkan akses oleh masyarakat.

Secara teknis diberikan beberapa elemen dasar dari infrastruktur portal yaitu:

- e-mail: memberikan setiap pengguna portal sebuah account pribadi untuk berhubungan dengan administrasi secara pribadi.

- Manajemen komunitas: memberikan content dan aplikasi (chat) untuk

masyarakat dengan kebutuhan dan preferensi yang sama, mempromosikan komunikasi di antara masyarakat secara global atau yang mempunyai minat sama.

- Personalisasi: mengatur dan melacak setiap pengguna portal dan preferensinya, seperti juga perlakuan khusus yang diberikan untuk setiap pengguna.

- Pencarian (search): memberikan sebuah search engine untuk layanan-layanan

lain agar dapat memfasilitasi tranparansi pada organisasi pemerintahan publik. - Kolaborasi: memberikan cara untuk mengembangkan dan berbagi ide dan

fungsi pada departemen-departemen atau badan-badan yang berbeda, seperti juga di antara pengguna portal.


(30)

Gambar 4 Gambaran solusi fungsional bisnis pengantar layanan

e-government (Accenture 2003).

Portal access channel, ditampilkan di homepage, adalah titik masuk utama. Portal harus mampu diakses dengan menggunakan berbagai saluran berbeda sehingga diperlukan sebuah infrastruktur bersama, mampu untuk mengirimkan layanan dan memberikan isi portal sesuai dengan saluran akses.

Vertical services adalah substansi dan nilai utama dari portal, dan merujuk kepada siklus hidup masyarakat dan bisnis. Fokus paling sederhana adalah berorientasi pada fungsi-fungsi tiap departemen, badan, administrasi lokal, dan

layanan yang disediakan pihak ketiga. Model vertical services ini bagaimana pun

tidak merefleksikan kemauan dan kebutuhan publik. Fungsi-fungsi ini kemudian harus dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan publik, seperti merencanakan bisnis baru atau mempunyai anak. Walaupun pada kebanyakan layanan, transaksi

terjadi di sistem back office, hal ini tetap harus berjalan dalam cara yang

memudahkan masyarakat.

Fungsi dan layanan umum digunakan secara berulang dalam solusi yang ada sehingga memberikan kemudahan bagi pengguna. Contohnya dalam proses "pembayaran", dapat digunakan lebih dari satu layanan. Sementara itu, beberapa layanan umum dapat diserahkan pemrosesannya pada pihak ketiga seperti proses "pembayaran" pada institusi perbankan, sehingga memungkinkan pemerintah


(31)

memfokuskan pada tanggung jawab utama, mendukung layanan dan meningkatkannya.

Beberapa fungsi lain seperti integrator beroperasi untuk menangani proses

pertukaran informasi, dokumen dan pesan di antara layanan portal dan sistem-sistem antara institusi. Sementara itu transactional system adalah basis mendasar dari platform, karena proses administrasi dan operasional setiap layanan dijalankan di sini.

Solusi di atas merupakan solusi yang rumit dan kompleks yang membutuhkan kesatuan pada sistem fungsional sebuah pemerintahan dengan pembiayaan yang tinggi dari sisi sistem (perangkat keras dan lunak) dan proses

berjalan. Solusi ini telah dijalankan di Open Administration of Catalunya,

Spanyol, dan merupakan salah satu proyek transformasi terbesar berbasiskan TI terkini. Proses ini melibatkan 6 juta pengguna sistem, 5000 layanan dihasilkan (informasi, interaksi, transaksi), 500 badan pemerintahan, 2000 pegawai pemerintahan, 50 back-office terintegrasi.

Klasifikasi informasi dan layanan dalam sebuah portal pemerintahan biasanya tersusun berdasar jenis atau tipe sektor, contohnya, kesehatan, pendidikan, industri. Beberapa juga diorganisasikan berdasar tipe layanan, sebagai contoh masalah registrasi dan lisensi (surat ijin), atau pemesanan. Portal juga

harus memiliki kemampuan pencarian dan link untuk informasi dan layanan

online maupun offline untuk badan-badan pemerintahan.

Kemudahan pencarian informasi juga harus menjadi perhatian tersendiri dimana diperlukan suatu sistem klasifikasi yang konsisten dari setiap informasi yang disediakan setiap badan. Hasil dari sistem ini adalah sebuah katalog terintegrasi dari informasi yang dapat diperoleh di Internet. Contohnya, bila kita menginginkan informasi tentang “perijinan”, maka portal dapat memberikan pilihan seperti perijinan perdagangan (usaha), perijinan bangunan (IMB), atau perijinan kendaraan (SIM atau STNK).

Selain hal tersebut, perbedaan dalam mendeskripsikan suatu hal yang sama antar lembaga pemerintahan dan antara pemerintah dan pengguna harus juga

dapat ditangani oleh portal e-government. Hal ini terjadi mengingat berbagai hal


(32)

administrasi dan kebutuhan masyarakat sering menyebabkan diperlukannya interaksi dengan lebih dari satu lembaga pemerintahan yang berwenang.

Untuk layanan online sendiri, West (2002) mendefinisikan suatu fitur

sebagai layanan online bila seluruh transaksi dapat dijalankan secara online. Bila masyarakat harus mencetak formulir terlebih dahulu dan mengirimkannya ke suatu kantor untuk mendapatkan layanan, hal ini tidak dinyatakan sebagai layanan (online) karena tidak dapat dieksekusi secara online. Basis data yang datanya

dapat ditelusuri (searchable database) dinyatakan sebagai sebuah layanan hanya

jika di dalamnya termasuk mengakses informasi yang menghasilkan tanggapan

layanan pemerintahan yang spesifik. Layanan (online) yang paling sering ditemui

adalah memesan publikasi, diikuti dengan pemesanan wisata, pencarian dan aplikasi pekerjaan, aplikasi paspor, dan perpanjangan surat ijin kendaraan. Dari penelitian yang dilakukan dengan mengunjungi berbagai situs di seluruh dunia,

hanya sekitar 12 persen yang memberikan layanan yang dijalankan secara online,

meningkat 8 persen dari tahun 20016.

Bila proses eksekusi secara online dapat dijalankan, layanan akan

memberikan keuntungan bagi pemerintah dan konstituennya. Dalam jangka panjang, layanan sejenis ini mempunyai potensi untuk mengurangi biaya pemrosesan dan membuat layanan lebih luas terakses untuk masyarakat umum, karena tidak perlu lagi mendatangi, menulis, atau menghubungi suatu kantor

untuk meminta suatu layanan. Semakin banyak layanan tersedia online,

e-government akan mengubah hubungan antara pemerintah dan masyarakat.

Kebutuhan akan terpadunya pemberian informasi dan layanan

e-government coba dipenuhi dengan memberikan satu pintu gerbang aplikasi yang diterapkan beberapa negara. Di bulan September 2000, Amerika Serikat meluncurkan “FirstGov”, sebuah portal web yang mengkonsolidasikan akses ke 27 juta halaman web pemerintahan federal dari sekitar 20.000 situs-situs web pemerintah. Portal ini didesain untuk memudahkan akses informasi dan layanan dari pemerintah, tanpa perlu mengetahui badan-badan pemerintahan yang terlibat.

Diadakannya satu gerbang informasi pemerintahan ini dilakukan oleh tim terpadu yang dikoordinasikan langsung di bawah suatu unit kerja khusus yang


(33)

bertanggung jawab langsung kepada Presiden Amerika Serikat (waktu itu Bill Clinton). Isu Internet pun (lebih spesifik lagi masalah akses broadband atau akses pita lebar) juga sempat menjadi salah satu tema dalam kampanye kepresidenan di Amerika Serikat tahun 2004 lalu.

2.4 Open Source untuk Inisiatif Teknologi

Masalah lisensi merupakan hal utama yang menjadi perhatian bagi banyak negara/pemerintahan untuk mengkampanyekan penggunaan program-program

open source. Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang sudah diakui secara internasional menyebabkan banyak negara harus lebih memperhatikan masalah penggunaan program-program berlisensi (dengan kata lain harus membayar) bila tidak ingin disisihkan dari pergaulan global. Walaupun pemakai program tanpa lisensi ini didominasi terutama oleh masyarakat kebanyakan, tetapi merebaknya penggunaan program aplikasi tanpa lisensi ini dianggap sebagai satu bukti kekurang tegasan pemerintahan dalam menangani kasus pembajakan perangkat lunak.

Perangkat lunak open source (open source software) dan/atau perangkat

lunak bebas (free software), adalah program-program yang lisensinya memberi

pengguna suatu kebebasan untuk menjalankan program untuk segala macam kepentingan, untuk mempelajarinya dan memodifikasi program, dan untuk mendistribusi ulang kopi atau bahan asli atau program modifikasi tanpa harus membayar royalti kepada pengembang sebelumnya (Wheeler 2003).

Dua hal ini - open source software dan free software - sebenarnya merujuk kepada dua hal yang berbeda dalam filosofi dan ditangani oleh dua entitas yang

berbeda tetapi dapat dikatakan berada dalam kubu yang sama. “Open source

software” menekankan kepada keuntungan teknis dari perangkat lunak tersebut (seperti reliabilitas dan keamanan yang lebih baik) ditangani oleh Open Source Initiative yang dibentuk tahun 19987. Sementara itu, terminologi “free software” yang lebih dulu muncul menekankan kepada kebebasan dari kontrol oleh orang


(34)

lain dan/atau karena masalah isu etika, ditangani oleh Free Software Foundation yang didirikan oleh Richard Stallman tahun 19858.

Dalam konteks yang umum, kedua terminologi ini dianggap sebagai satu

hal yang sama (Gacek et al. 2002). Lisensi OSS/FS yang paling terkenal adalah

General Public License (GPL); Seluruh perangkat lunak yang disebarkan dengan

GPL adalah OSS/FS, tetapi tidak semua OSS/FS menggunakan GPL9.

Open Source hampir tidak dapat dipisahkan dari Internet. Hal ini terjadi

karena dengan open source-lah Internet dapat berkembang dan Internet-lah

medium utama publikasi dan saluran kolaborasi kegiatan pengembangan open

source saat ini. Saat ini dua situs utama untuk pegembangan aplikasi-aplikasi berbasis open source adalah www.sourceforge.net dan www.freshmeat.com.

Salah satu aplikasi yang menghidupkan Internet adalah perangkat lunak

Web Server. Di sini aplikasi open source Apache menjadi tulang punggung utama

sistem Internet dengan menjadi Web Server terbanyak10 dipakai di Internet.

Aplikasi Web Server Apache juga berjalan terutama pada sistem operasi open

source Linux, walau banyak juga sistem Windows yang dapat menjalankannya dengan baik.

Sementara itu aplikasi database terbanyak dimanfaatkan untuk

menciptakan sistem informasi situs dinamis adalah MySQL mengalahkan sistem database dari Oracle dan Microsoft. Memang dalam aplikasi perusahaan besar masih banyak mengandalkan sistem basis data yang mahal dari Oracle, SAP, Microsoft, tetapi kecenderungannya juga semakin mengecil. Untuk web hosting, MySQL yang digunakan bersama-sama dengan Linux dan Apache terbukti

menjadi pilihan terbaik saat ini. Perbandingan antara program open source dan

program non open source serta perkembangannya dapat dilihat di Wheeler (2003).

Memang dari sisi biaya dan manajemen, pengembangan aplikasi open

source dapat dinyatakan sebagai generasi berikutnya dari proses pengembangan produk baru karena merupakan bentuk proses yang berbeda dari bentuk

8 Lihat http://www.fsf.org/philosophy/free-sw.html.

9 Lisensi dan batasan open source dapat dilihat di www.opensource.org, sementara untuk

free software di www.fsf.org.

10 Menurut Netcraft Survey, market share dari Apache adalah 67,83% pada Januari 2004,

dan merupakan pemimpin pasar sejak 1996. Market share dari kompetitor terdekatnya, Microsoft IIS, kurang dari 30%.


(35)

konvensional seperti dinyatakan Siedlock (2002). Pengembangan produk open source dapat dinyatakan sebagai proses bisnis terdesentralisasi, paralel, dengan biaya pengembangan dan koordinasi sangat rendah, dengan pembentukan pengetahuan yang luas, berbagi, dan tersebar dengan proses pembelajaran paralel.

Di sini open source menjadi cara yang sangat efektif untuk mengembangkan

aplikasi sistem.

Beberapa masalah hukum yang berkaitan dengan OSS/FS menjadi perhatian Fitzgerald & Basset (2003). Scacchi (2002) memberikan ulasan singkat mengenai implikasi secara sosial, teknologi dan kebijakan publik dalam hal

pengembangan perangkat lunak open source. Sementara itu, Osorio (2002)

menganalisa penyebab pembajakan perangkat lunak dan efeknya terhadap pasar perangkat lunak di 66 negara memperlihatkan bahwa kebutuhan perangkat lunak lokal merupakan salah satu penyebab pembajakan. Dari sini dapat diambil

kesimpulan bahwa perangkat lunak open source yang dapat dimodifikasi dan

dilokalisasi hampir bisa dipastikan akan mengurangi pembajakan.

Di banyak negara maju, inisiatif penggunaan program-program open

source dihitung secara jelas dapat mengurangi secara signifikan biaya yang dibutuhkan untuk implementasi sistem terkomputerisasi. Keterpaduan dalam

proyek open source dan penghargaan yang besar terhadap sistem lisensi

memungkinkan dihitungnya biaya keseluruhan secara terintegrasi. Hal ini terlihat seperti di Amerika Serikat yang bahkan menyarankan pengembangan program

open source untuk high end computing (PITAC 2000). Laporan dari E-cology

Corporation (2003) mengenai open source di Kanada juga memberikan dukungan

dalam menggunakan open source di pemerintahan sebagai bagian dari

penghematan biaya. Fitzgerald & Kenny (2003) memperlihatkan bahwa

implementasi open source di rumah sakit Beamount, Irlandia, memberikan total

cost of ownership (TCO) yang diperkirakan 20 kali lebih rendah dari sistem tertutup (non open source).

2.5 Open Source untuk E-Government

Memang open source tetap harus mendapatkan momentumnya sendiri


(36)

open source tetap harus memberikan efek yang lebih dibandingkan perangkat lunak komersil terutama untuk pasar yang besar. Hal yang sama harus berlaku

juga untuk aplikasi yang dikembangkan bagi inisatif e-government.

Hal yang berbeda dengan jelas ditemui di dalam pemanfaatan open source

di Indonesia. Belum ada studi yang jelas bagaimana perilaku pengguna sistem lisensi. Di sisi lain, ketidakjelasan penghargaan bagi para pengembang perangkat lunak menyebabkan perkembangan yang lambat dalam industri yang mengandalkan kemampuan intelektual ini di Indonesia.

Perhitungan sederhana sebenarnya dapat dilakukan untuk memperlihatkan

adanya pengurangan biaya bila memanfaatkan aplikasi open source. Sebagai

contoh pemanfaatan dalam aplikasi standar sistem informasi, satu provinsi/kabupaten/kota daerah otonom memiliki 20 kantor satuan kerja (dinas/badan/lembaga), dengan masing-masing kantor memiliki 10 unit komputer, maka dengan menggunakan program Microsoft Windows XP home edition

seharga sekitar 1,85 juta rupiah (198 US$11, dengan 1 US$= Rp. 9500,-),

dibutuhkan anggaran 10 x 20 x 1,85 juta = 370 juta rupiah.

Kemudian masing-masing unit masih harus dilengkapi dengan program

office, menggunakan Microsoft Office 2000 seharga 3,44 juta (362 US$12, dengan 1 US$= Rp. 9500,-), sehingga diperlukan tambahan 10 x 20 x 3,44 juta = 688 juta

rupiah. Jumlah keseluruhan, untuk sistem operasi dan office di

provinsi/kota/kabupaten kira-kira diperlukan 1.058 juta rupiah.

Bila jumlah ini hanya untuk satu kabupaten, dan ada 440 kabupaten serta 33 provinsi (termasuk Provinsi Sulawesi Barat yang baru dibentuk), maka total biaya yang harus dikeluarkan negara adalah sekitar (1.058 juta x 472 =) 500.434 juta rupiah (sekitar 500 miliar atau setengah triliun). Jumlah ini tidak sedikit dan belum dihitung jumlah komputer lain yang dipakai di tingkat kecamatan atau desa. Dari hitung-hitungan ini saja jelas sebuah proyek open source untuk aplikasi standar komputer di pemerintahan harus dikembangkan dan dipastikan akan dapat

mengurangi biaya yang dikeluarkan13. Tentunya ketika dikembangkan,

11 Bhinneka.com, 24/4/2005. 12 Bhinneka.com, 24/4/2005.

13 Perhatian pada pengembangan sistem operasi dan office open source untuk


(37)

dimodifikasi sesuai karakter pengguna di Indonesia, harus dipastikan juga aplikasi tersebut diterima oleh instansi pemerintahan target pengguna.

Penggandaan dan pengiriman CD aplikasi dapat dipastikan tidak akan sebesar biaya lisensi. Bila diperlukan 2 CD untuk berbagai aplikasi lengkap sehingga satu daerah otonom diperlukan 40 CD, dan biaya satu CD 5 ribu rupiah diperlukan biaya penggandaan total 200 ribu rupiah. Pengiriman paket ke daerah tujuan rata-rata 50 ribu rupiah, total biaya per provinsi/kabupaten/kota adalah 250 ribu rupiah. Biaya keseluruhan untuk penggandaan dan pengiriman hanya (250 ribu x 473 =) 118,250 juta rupiah.

Jumlah ini masih sangat kecil dibanding nilai lisensi yang harus dibayar

bila menggunakan program non-open source. Untuk pengembangan aplikasi open

source sistem operasi dan office, tentu dibutuhkan biaya. Bila diambil nilainya 1% saja dari biaya lisensi seperti hitungan awal, didapat nilai 5 miliar rupiah. Jumlah ini lebih dari cukup untuk membentuk satu unit kerja dengan tugas memodifikasi

aplikasi open source yang sesuai termasuk mendistribusikannya. Berbagai

lembaga atau universitas pasti tidak menolak bila diberi dana ini untuk membentuk tim dengan tugas tersebut14.

Perhitungan di atas masih belum menambahkan digunakannya sistem

server database yang saat ini merupakan kebutuhan de facto dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dengan semakin banyaknya data tersimpan

dan beragamnya kebutuhan pengelolaan data. Dengan kebutuhan sistem

akuntansi dan pengelolaan berbagai informasi, dibutuhkan server database yang

andal. Bila menggunakan server SQL Server 7 dari Microsof, diperlukan biaya lisensi mencapai 15 juta per 5 pengguna. Kenyataan membuktikan banyak sistem informasi yang digunakan di dalam pemerintahan di Indonesia menggunakan

sistem server ini tanpa membayar lisensi yang sesuai. Padahal open source pun

Office berbasis Koffice oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(www.bppt.go.id). Sayang, inisiatif ini tidak dipromosikan secara lebih luas sehingga gemanya kurang terdengar. Selain itu, penyebaran aplikasi juga lebih mengandalkan pada inisiatif pengguna lewat pengambilan di Internet sehingga mengurangi minat untuk memanfaatkannya.

14 Penulis sangat menyarankan digunakannya sistem kemitraan dengan lembaga riset

seperti di universitas atau institut untuk memberikan hasil yang sesuai harapan karena inisiatif ini bila dikerjakan oleh aparat pemerintahan kemungkinan dapat mengurangi


(38)

telah menyediakan alternatif dengan MySQL dan PostgreSQL yang memiliki kemampuan setara.

Pengembangan portal pemerintahan juga mendapatkan momentumnya

dengan aplikasi open source. Di awal kemunculan situs-situs pemerintahan (baik

pemerintah daerah atau pemerintah pusat), sering muncul berita bagaimana proyek pembuatan situs tersebut adalah proyek yang berbiaya besar. Di sebuah kabupaten di Yogyakarta, situs daerah pernah dihargai mencapai 2 miliar rupiah.

Isinya dibuat dengan program HTML biasa, tanpa database, sementara isi situs

hanya hal-hal yang umum saja. Isi situs seperti memindahkan isi brosur daerah ke

Internet. Hal yang sama banyak terjadi di beberapa daerah lain15. Dalam

proyek-proyek ini, porsi pembiayaan terbesar yang biasanya ditawarkan kontraktor adalah dalam hal pembuatan sistem situs yang sepertinya menjadi sesuatu hal yang sangat sulit.

Pada saat yang bersamaan, di Internet bermunculan aplikasi open source

content management system (CMS)16 yang dimaksudkan untuk memudahkan

seseorang membuat situs, dan meng-update isinya karena menggunakan database

sebagai back end-nya. PHP-Nuke dan fork-nya PostNuke merupakan salah satu

dari CMS yang paling banyak dipakai. Dengan CMS ini, memungkinkan updating

situs dilakukan secara online dan lebih mudah, sesuatu hal yang berbeda bila situs dikembangkan dengan HTML biasa. Keberadaan CMS-CMS ini benar-benar sangat terasa manfaatnya dari segi efektivitas dan efisiensi pengembangan situs karena tampilan, isi dan sistem yang canggih dapat dihasilkan dalam waktu singkat dan dengan biaya minimal17.

sumber daya yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas umum pemerintahan selain masalah kompetensi keilmuan.

15 Sayang tidak ada dokumentasi yang cukup valid untuk melihat penyimpangan

proyek-proyek teknologi informasi terutama yang terkait dengan e-government seperti pembuatan situs. Salah satu alasan adalah tidak terbukanya nilai biaya proyek (walaupun sebenarnya APBD merupakan dokumen publik) dan sedikitnya kalangan profesional teknologi informasi memberi perhatian pada pengembangan-pengembangan sistem informasi pemerintahan terutama yang dilaksanakan di daerah.

16 Daftar CMS open source dapat dilihat di www.opensourcecms.com

17 Keberadaan dan kemudahan pemanfaatan aplikasi seperti PostNuke ini pun ternyata

pernah dimanfaatkan untuk mengajukan biaya implementasi yang tinggi, seperti yang terjadi di salah satu kabupaten di Sumatera (www.mentawaionline.com) dengan anggaran mencapai miliaran rupiah. Hal ini bisa terjadi salah satunya jelas karena tidak ada


(39)

Pemanfaatan CMS memungkinkan pemerintahan melakukan langkah awal

dari proyek e-government yaitu publishing informasi pemerintahan yang

disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya manusia yang dimiliki. Porsi biaya sistem situs di sini menjadi minimal dan dapat dialokasikan ke pencarian informasi dan pembelajaran operator termasuk melakukan pembaharuan isi. Biaya sebesar 50-100 juta menjadi sangat rasional sudah termasuk biaya untuk pencarian informasi dan proses pembelajaran tersebut.

Melangkah lebih jauh lagi dalam implementasi e-government yang

memungkinkan integrasi layanan dalam sebuah sistem situs, banyak hal yang

dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi open source. Mengembangkan

sebuah open source dengan inisiatif terintegrasi dipimpin oleh sebuah badan

pemerintahan dapat memastikan biaya pengembangan aplikasi yang lebih murah. Di sini, pengembangan bersama-sama memastikan bahwa aplikasi yang dibentuk akan dikembangkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan sudut pandang pemerintah, sudut pandang masyarakat, dan sudut pandang pelaku bisnis terkait. Hal yang berbeda ditemui bila sebuah aplikasi dikembangkan oleh perusahaan

tertentu yang akan menghasilkan aplikasi non-open source.

Selain itu masalah keamanan dapat ditangani bersama-sama karena source

code dari sistem yang tersedia bebas memungkinkan pengguna melakukan uji

implementasi dan audit teknologi serta menemukan bug-bug yang mungkin ada.

Standar keamanan sejenis akan memastikan penanganan masalah yang berhubungan dengan isi dan sistem akan lebih mudah dilakukan. Untuk masalah keamanan ini, bahkan sebuah institusi sekelas Departemen Pertahanan Amerika

Serikat (U.S. Department of Defense) yang terkenal atas standar keamanan yang

tinggi merekomendasikan banyak perangkat lunak free dan open source seperti

dapat dibaca dalam MITRE 2003.

informasi yang cukup yang diterima oleh aparat pemerintahan terkait mengenai keberadaan sistem gratis yang memiliki kemampuan luar biasa ini.


(40)

METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Mengingat masih barunya tema e-government ini di dunia pemerintahan dan dunia penelitian terutama di Indonesia, maka proses awal penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan informasi dan studi literatur mengenai e-government. Informasi dikumpulkan secara online dan

offline. Informasi online didapatkan dengan mencari jurnal atau penelitian-penelitian sejenis di Internet. Informasi offline dikumpulkan dari beberapa majalah dan buku yang membahas mengenai e-government. Institusi sumber utama informasi perkembangan e-government Indonesia adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Lembaga Informasi Nasional (LIN).

Pada saat bersamaan, dikumpulkan berbagai informasi yang terkait dengan pengimplementasian e-government di beberapa institusi pemerintahan di Indonesia. Dilakukan analisa terhadap implementasi e-government dengan melihat beberapa situs pemerintahan di Indonesia. Informasi yang berhubungan dengan TI dan Internet di Indonesia didapatkan dari beberapa institusi terkait. Data-data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dikompilasi untuk mendapatkan gambaran perkembangan kemajuan e-government di Indonesia.

Penelitian juga dilakukan untuk mencari solusi yang terbaik dari sistem portal yang akan dikembangkan dengan melihat ke beberapa komunitas open source. Di sini akan dilakukan pemetaan kebutuhan (requirements) untuk sebuah pintu gerbang tunggal e-government Indonesia.

Setelah skala kebutuhan dan tingkat kemajuan pengembangan e-government dapat dipetakan, maka penelitian melangkah lebih jauh dengan mencoba menetapkan solusi terbaik untuk implementasi portal e-government di Indonesia. Di sini fokus dari implementasi adalah memanfaatkan kemajuan perkembangan aplikasi-aplikasi yang berbasiskan open source. Tentunya sebelum menetapkan suatu aplikasi yang sesuai dengan tahapan tertentu implementasi


(41)

e-government, telah dilakukan suatu perbandingan kemampuan teknologi di antara sistem-sistem open source yang tersedia.

3.2 Sistematika Penelitian dan Pembahasan

Secara umum penelitian dan pembahasan akan terbagi dalam tiga bagian besar, (1) bagian yang berhubungan dengan pengamatan kondisi saat ini, (2) bagian yang berhubungan dengan solusi dengan memberikan analisa kebutuhan, konsep dan desain sistem, dan (3) bagian yang berhubungan dengan implementasi sistem (termasuk testing dan evaluasi sistem). Bagian yang berhubungan dengan pengamatan kondisi e-government Indonesia akan memfokuskan pada keberadaan portal pemerintahan saat ini. Bagian solusi berbicara tentang kebutuhan dan fungsi sistem portal. Bagian terakhir mencoba memberikan sebuah contoh implementasi dan penerapan konsep ke dalam sistem portal di Internet.

3.3 Tahapan Proses Penelitian

Penelitian dilakukan bertahap dengan studi literatur dilakukan secara intensif melihat perkembangan penelitian e-government, open source, dan masalah temu kembali informasi. Kebutuhan sistem ditentukan dengan meneliti terlebih dulu kuantitas dan kualitas informasi dan layanan dari situs-situs pemerintahan di Indonesia. Studi yang sifatnya simulatif dan implementatif kemudian dilaksananakan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan aplikasi e-government dalam institusi pemerintahan di Indonesia.

Tabel 1 Tahapan proses penelitian

Persiapan - Pengumpulan materi dan bahan

- Penyusunan proposal

- Pengumpulan data awal penelitian

Studi pustaka, online dan offline


(42)

Pelaksanaan Penelitian awal dan kajian teoritis

* diagnosa masalah dan penentuan tujuan

* penentuan kebutuhan penelitian * kajian e-government dengan dasar ilmu pemerintahan (governmental studies) * pendefinisian model

Online dan offline

Studi intensif

* mereview perkembangan (portal)

e-government Indonesia * studi tentang open source

* studi tentang teknologi portal

Online

Studi implementatif

* pemetaan kebutuhan portal e-government dan kesesuaian solusi

open source

* penentuan solusi aplikasi open source untuk implementasi portal

Online dan offline

Pengembangan prototipe

* penentuan kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak

* pengembangan prototipe

Offline

Pengujian

* pengujian sistem dan evaluasi * demonstrasi

Online

Penyelesaian - Penyusunan laporan


(43)

Proses penelitian di atas digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 5.

Gambar 5 Diagram alir proses penelitian.

MULAI

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PENYELESAIAN

- Pengumpulan materi & bahan - Penyusunan proposal

- Pengumpulan data awal penelitian

Proposal disetujui?

PENELITIAN AWAL

* diagnosa masalah dan penentuan tujuan * penentuan tujuan penelitian

* pendefinisan model

STUDI INTENSIF

* mereview perkembangan (portal) e-gov Indonesia

* studi open source * studi teknologi portal

STUDI IMPLEMENTATIF

* pemetaan kebutuhan portal e-gov dan kesesuaian solusi open source * penentuan solusi aplikasi open source

PEMBUATAN PROTOTIPE * penentuan kebutuhan h/w & s/w * pengembangan prototipe

Prototipe offline berjalan

baik?

Tidak

PENGUJIAN ONLINE * pengujian sistem & evaluasi * demonstrasi

PENYELESAIAN * penyusunan laporan * dokumentasi

SELESAI

Ya

Ya

3.4 Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem portal akan dilakukan setelah didapatkan tingkat kebutuhan sistem portal pemerintahan. Di sini pengembangan sistem akan dibagi dalam dua tahapan utama. Tahapan pertama adalah pengembangan content management system untuk antarmuka portal. Tahapan kedua adalah integrasi dan


(44)

implementasi sistem informasi, layanan dan bagian lain yang diperlukan untuk sebuah portal pemerintahan ke dalam sistem portal yang dibentuk.

3.5 Kerangka Pemikiran Sistem

Dalam tahapan implementasi sistem, akan coba diberikan suatu bentuk ideal dari sistem portal pemerintahan dengan melihat skala kebutuhan dari sebuah administrasi pemerintahan. Tingkatan pemerintahan yang diberikan adalah portal provinsi untuk konsolidasi informasi pemerintahan kabupaten/kota dimana administrasi dan layanan yang berhubungan langsung dengan masyarakat banyak terjadi di tingkatan otonom ini sesuai dengan UU no. 22/1998 tentang otonomi daerah yang memberikan penekanan pada provinsi/kabupaten/kota.

Dari sisi isi portal, dua hal penting harus tercakup di dalamnya yaitu informasi dan layanan sebagai syarat interaksi dengan pengguna sistem. Kondisi ideal diberikan dimana akses Internet dianggap sudah memungkinkan terjadinya koneksi atau layanan online tanpa hambatan dari setiap sudut wilayah pemerintahan provinsi/kabupaten/kota.


(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan E-Government di Indonesia

Dinamika pemerintahan di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan e-government Indonesia. Proses politik dan ekonomi kenegaraan memperlihatkan hubungan yang erat antara kemauan dalam bentuk konsep dan implementasi di lapangan.

Perkembangan pemerintahan (daerah) yang lebih otonom, termasuk dengan adanya reformasi yang dimulai pada tahun 1998 (saat yang hampir sama dengan merebaknya penggunaan Internet di Indonesia), dengan dikeluarkannya UU no. 22/1999 (yang kemudian diperbaharui dengan UU no. 32/2004) menyebabkan terjadinya perubahan dalam kewenangan pemerintahan yang ditangani oleh pemerintah pusat dan kewenangan yang ditangani oleh pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota). Dalam hal ini terjadi perpindahan kewenangan yang sangat besar sehingga memberikan kekuasaan lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur jalannya pemerintahan daerah.

Hal ini kemudian berpengaruh pada proses politik dan ekonomi pembangunan daerah. Juga dalam hal implementasi konsep dan rencana-rencana yang dikeluarkan oleh pemerintahan pusat. Konsep atau rencana-rencana yang dikeluarkan oleh badan atau lembaga kenegaraan di tingkat pusat (apalagi yang tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap karena tidak termasuk dalam peraturan perundang-undangan), dapat dengan mudah diabaikan oleh pemerintah di daerah bila dianggap tidak sejalan dengan visi pembangunan di daerah atau bila dianggap tidak memberikan keuntungan segera.

Istilah instansi vertikal dan instansi horisontal menjadi kabur karena kewenangan yang besar pada eksekutif pimpinan daerah (gubernur/walikota/bupati). Beberapa kasus yang sering dijadikan contoh terutama terkait dengan kewenangan pengelolaan sumber daya alam seperti hutan dan pertambangan karena menyangkut besaran penerimaan daerah. Selain itu


(46)

orientasi pada kegiatan yang bersifat proyek menimbulkan masalah dalam hal pendanaan yang tidak transparan serta koordinasi antar instansi di dalam satu pemerintah daerah dan koordinasi dengan instansi di tingkat yang lebih tinggi.

Termasuk di dalam hal ini adalah pengembangan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi untuk e-government daerah. Padahal, ketersediaan berbagai perangkat ini merupakan syarat utama yang harus diciptakan untuk mencapai pendekatan layanan yang berorientasi pada masyarakat karena otonomi mengharapkan adanya penguatan layanan dengan penekanan pada pemerintah daerah.

Sebagai landasan pengembangan e-government di Indonesia telah dikeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government. Sementara itu instansi terkait yang aktif dalam pengembangan e-government adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo17, sekarang telah berubah menjadi Departemen Komunikasi dan Informasi), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Informasi Nasional (LIN), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan PT. Telkom.

Kominfo terlihat aktif dengan mengeluarkan 16 kebijakan operasional seperti panduan infrastruktur portal, panduan manajemen dokumen elektronik, panduan situs pemda, termasuk cetak biru aplikasi untuk pemda, serta pembangunan kunci e-procurement18 (sistem manajemen pengadaan atau

17

Terkait perubahan politik negara dan kebijakan di masa lalu, terjadi ketidak jelasan fungsi lembaga, wewenang dan tanggung jawabnya. Contoh paling jelas terkait dengan teknologi informasi (termasuk pengembangan e-government Indonesia) adalah keberadaan Kominfo. Kementerian yang telah ada sejak jaman Presiden Abdurrahman Wahid ini pada awalnya diposisikan sebagai lembaga negara non teknis yang berkutat dengan pengembangan komunikasi dan informasi. Tetapi, hal ini ternyata dianggap kurang karena tidak adanya fungsi kontrol atau pengawasan yang dimiliki lembaga ini sehingga kemudian ditingkatkan menjadi departemen. Keberadaan Inpres No. 3/2003 ini selain memperkuat legitimasi Kominfo sebagai koordinator dalam lini ICT secara nasional juga memberikan keleluasaan bagi Kominfo untuk melakukan koordinasi lintas sektoral yang sebenarnya amat sulit di negeri ini.

18 Peraturan mengenai e-procurement (direncanakan dalam bentuk Keputusan Presiden) menjadi sangat penting dalam hal penciptaan proses pemerintahan yang bersih karena selama ini salah satu peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme adalah karena tidak transparannya proses pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah. Sayangnya, rancangan undang-undang yang diharapkan menjadi salah satu payungnya yaitu RUU


(1)

2 Mamasa (Kab.)

3 Mamuju (Kab.) www.mamuju.go.id SITUS MATI 4 Mamuju Utara (Kab.)

5 Polewali Mandar (Kab.)

XXX MALUKU UTARA www.maluku-utara.go.id,

www.budpar-malut.go.id

PHP XXX XXX informasi umum, dikelola oleh

BAPPEDA

1 Ternate (Kota) www.kota-ternate.go.id SITUS MATI 2 Halmahera Slt (Kab.)

3 Halmahera Sula (Kab.) 4 Halmahera Tgh (Kab.) 5 Halmahera Timur (Kab.) 6 Halmahera Utara (Kab.) 7 Maluku Utara (Kab.)

8 Tidore (Kota)

XXXI MALUKU www.malukuprov.go.id www.maluku.go.id PHP (MAMBO) xxx xxx malukuprov.go.id dikelola

dinas informasi dan komunikasi sementara maluku.go.id dikelola KPDE. data masih ada banyak yang belum lengkap, informasi umum, tidak ada informasi perijinan, data2 kabupaten tidak lengkap

1 Ambon (Kota) www.ambon.go.id SITUS MATI

2 Buru (Kab.)

3 Maluku Tengah (Kab.) 4 Maluku Tenggara (Kab.) 5 Maluku Tenggara Barat

(Kab.)


(2)

7 Seram Bg. Barat (Kab.) 8 Seram Bg. Timur (Kab.)

XXXII PAPUA www.irianjaya.go.id

www.papua.go.id www.bandiklatpapua.go.id, www.dprdpapua.go.id

ASP html harian tersedia informasi pelayanan umum tp hanya menunjukkan dimana bisa mendapat layanan

grafis bagus, menggunakan metode subdomain untuk informasi spesifik lain, tapi data tidak lengkap... ada english version, ada informasi pariwisata lengkap... SITUS DPRD dan BANDIKLAT tidak aktif

www.irja.go.id SITUS MATI

1 Asmat (Kab.)

2 Biak Numfor (Kab.) www.infobiaknumfor.com www.biak.go.id PHP (CMS) harian tapi tidak teratur informasi layanan umum sangat lengkap, ada galeri foto, kotak pesan dan forum

infobiaknumfor.com tidak aktif, informasi daerah, pemerintahan dan lain-lain sangat lengkap, grafis sangat menarik, menggunakan metode subdomain untuk portal wisata dan portal perikanan. BAGUS SEKALI...

3 Boven Digul (Kab.)

4 Jayapura (Kota) www.jayapura.go.id SITUS MATI

5 Jayapura (Kab.) www.jayapura.wasantara.ne t.id

SITUS MATI

6 Jayawijaya (Kab.)

7 Keerom (Kab.)

8 Mappi (Kab.)

9 Merauke (Kab.) www.merauke.go.id HTML Update terakhir 2/2004 XXX Informasi umum pemerintahan potensi dan peluang investasi dasar, diklaim akan disajikan dalam 5 bahasa (yang sudah adalah inggris dan indonesia) 10 Mimika (Kab.) www.mimika.go.id PHP (CMS) harian tapi tidak teratur Ada alamat telpon di

seluruh timika (kecamatan/wilayah)

Informasi hanya tentang sejarah, dan profil..., ada galeri foto, disiapkan forum


(3)

11 Nabire (Kab.) www.nabire.go.id SITUS MATI

12 Paniai (Kab.)

13 Pegunungan B (Kab.)

14 Puncak Jaya (Kab.)

15 Sarmi (Kab.)

16 Supiori (kab.)

17 Tolikara (Kab.)

18 Waropen (Kab.)

19 Yahukimo (Kab.)

20 Yapen Waropen (Kab.) www.yapenwaropen.go.id HTML xxx xxx informasi umum, usaha,

XXXIII IRIAN JAYA BARAT XXX

1 Fak-Fak (Kab.)

2 Kaimana (Kab.)

3 Manokwari (Kab.) www.manokwari.go.id HTML xxx xxx grafis kurang, berita tahun 2002-2003!, ada link inggris info cukup mulai pemerintahan, wilayah, kondisi, tapi tidak uptodate

4 Sorong (Kota)

5 Sorong (Kab.) www.sorong.go.id SITUS MATI 6 Sorong Selatan (Kab.)

7 Raja Ampat (Kab.)

8 Teluk Bintuni (Kab.)

9 Teluk Wondama (Kab.) www.telukwondama.go.id HTML xxx xxx informasi dasar dan pokok daerah, link2 ada yang belum aktif, link inggris (?) tidak aktif


(4)

Lampiran 4 Daftar lengkap kondisi situs pemerintahan di Indonesia

No Nama Provinsi Jumlah

kabupaten/kota

tidak memiliki nama domain

ada nama domain, tapi tidak aktif

nama domain aktif

1 ACEH 21 13 2 6

2 SUMUT 25 6 6 13

3 SUMBAR* 19 5 4 10

4 JAMBI 10 2 1 7

5 RIAU 11 1 3 7

6 KEPRI* 6 2 0 4

7 SUMSEL 14 4 3 7

8 BABEL 7 4 0 3

9 BENGKULU 9 6 1 2

10 LAMPUNG 10 2 2 6

11 BANTEN 6 0 2 4

12 JAKARTA 6 0 6 0

13 JABAR 25 0 4 21

14 JATENG 35 1 7 27

15 DIY 5 0 1 4

16 JATIM 38 1 7 30

17 KALBAR 12 1 4 7

18 KALTENG 14 6 1 7

19 KALSEL 13 3 4 6

20 KALTIM 13 0 2 11

21 BALI 9 1 2 6

22 NTB 9 3 3 3

23 NTT 16 7 2 7

24 SULUT 8 2 6 0

25 GORONTALO 5 2 2 1

26 SULTENG 10 4 4 2

27 SULTRA* 10 7 0 3

28 SULSEL 24 6 8 10

29 SULBAR** 5 3 1 1

30 MALUT 8 7 1 0

31 MALUKU 8 7 1 0

32 PAPUA 20 13 3 4

33 IRJABAR ** 9 6 1 2

TOTAL 440 125 94 221

Keterangan:

*: Provinsi yang memiliki nama domain tapi tidak aktif **: Provinsi yang tidak memiliki nama domain


(5)

Lampiran 5 Informasi yang terdapat di dalam laporan gubernur/bupati/walikota berdasar PP no. 56/2001

Salah satu proses pelaporan informasi pembangunan resmi yang dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah pelaporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati dan Walikota setiap tahun dan pada akhir masa jabatan. Sesuai dengan PP nomor 56/2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa Laporan Gubernur, Bupati dan Walikota meliputi pelaksanaan desentralisasi, tugas pembantuan serta kebijakan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan.

Laporan umum dari Bupati atau Walikota memuat: 1. penyelenggaraan koordinasi pemerintahan;

2. kebijakan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan penciptaan dan

pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban umum;

3. fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku;

4. penyelenggaraan fasilitasi Kerjasama Daerah dan penyelesaian perselisihan Daerah;

5. pembinaan Wilayah, yang meliputi pengelolaan batas Daerah, kependudukan, catatan sipil, kehidupan bermasyarakat, pemberdayaan masyarakat, peningkatan peran serta dan prakarsa masyarakat, kerukunan Daerah, dan pelaksanaan pola hubungan kerja antar lembaga pemerintahan di semua tingkatan, dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 serta sosialisasi kebijakan-kebijakan nasional di Daerah;

6. pemberian fasilitasi penyelenggaraan tugas dan fungsi unit-unit kerja pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

7. kebijakan dan pelaksanaan pemberian pelayanan kepada masyarakat baik kualitasnya maupun kuantitasnya;

8. penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas suatu instansi.

Sementara itu bila dibagi dalam bidang-bidang informasi laporan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka desentralisasi meliputi bidang : 1. penataan ruang;

2. pertanian, peternakan dan perikanan; 3. kelautan;

4. energi dan sumber daya mineral; 5. kehutanan dan perkebunan; 6. perindustrian dan perdagangan; 7. perkoperasian;

8. penanaman modal; 9. kepariwisataan; 10. ketenagakerjaan; 11. kesehatan;


(6)

13. sosial; 14. pertanahan; 15. permukiman; 16. pekerjaan umum; 17. perhubungan; 18. lingkungan hidup; 19. olahraga;

20. penerangan umum; 21. keuangan Daerah;

22. administrasi kepegawaian; 23. pengelolaan asset/barang Daerah.

Laporan penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya menggambarkan hal-hal sebagai berikut :

1. dasar hukum;

2. kebijakan umum Pemerintah Daerah;

3. rencana kegiatan/progam kerja dalam rangka pelaksanaan; 4. sasaran yang ditetapkan;

5. uraian pelaksanaan; 6. hasil yang telah dicapai;

7. dampak dari pelaksanaan kebijakan;

8. hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan; 9. jumlah dan sumber dana yang dipergunakan.