Banyak lagi butir-butir yang terdapat dalam kumpulan ini yang mempunyai kesamaan dengan UU Nomor 12 tahun 1995 yang tak dapat peneliti tulis dalam tesis
ini, karena penelitian ini hanya terfokus kepada hak asasi manusia yang berhubungan dengan narapidana berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
____________________________
75
Pasal 47 ayat 3 UU RI No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
76
Goran Melander, dkk., ed, Op. cit, hal. 557
77
4. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik International
Covenant On Civil And Political Rights.
Pasal 14 ayat 1 huruf C dan F Undang-Undang RI No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Kovenan ini ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal16 Desember 1966. Prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa, mengakui bahwa martabat yang melekat dan hak yang sama dan tidak terpisahkan dari seluruh umat manusia merupakan landasan dari kebebasan, keadilan
dan perdamain di dunia.
78
Kovenan ini mengakui bahwa cita-cita manusia yang bebas untuk menikmati kebebasan sipil dan politik dan kebebasan dari ketakutan dan kemelaratan, hanya
dapat dicapai apabila diciptakan kondisi yang didalamnya setiap orang dapat menikmati hak sipil dan juga hak ekonomi, sosial dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan pada masyarakat dimana dia berada, berkewajiban untuk mengupayakan kemajuan dan
penaatan dari pihak yang diakui dalam kovenan ini. Kovenan ini terdiri dari 6 bagian dan 53 pasal, diantara pasal-pasalnya juga
melindungi hak-hak orang yang sedang dirampas kemerdekaannya oleh putusan
79
____________________________
78
Lihat Reselusi Majelis Umum 2200 A XXI tanggal 16 Desember 1966; PBB, Treaty Series, vol. 999, No. 1-14668 dan 1059, No. A-14668 corrigendum. Kovenan diberlakukan pada
tanggal 23 Maret 1976. Pada tahun 1966, Majelis Umum juga menetapkan Protokol Opsional Pertama pada Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik diberlakukan sejak tahun 1976 dan pada
tahun 1989, Protokol Opsional Kedua diberlakukan sejak tahun 1991.
79
Pengadilan, diantaranya :
Goran Melander, dkk., ed, Op. cit, hal. 23
80
Pasal 4 ; “setiap orang yang dijatuhi hukuman mati harus mempunyai hak untuk memohon pengampunan, atau pengurangan hukuman, amnesti. Pengampunan
atau pengurangan hukuman mati dapat diberikan dalam semua kasus”. bagian III;
Pasal 5; “Hukuman mati tidak boleh dijatuhkan atas kejahatan yang dilakukan dibawah usia Delapan belas tahun, dan tidak boleh dilaksanakan terhadap
perempuan hamil”. Pasal 10; “Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan
secara manusiawi dan dengan menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia”.
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Instrumen Hukum Internasional Tentang Hak Asasi Manusia Bagi Narapidana.
Instrumen hukum internasional mengenai standar bagi perlakuan dan pelayanan terhadap narapidana tidaklah dimaksudkan untuk menggambarkan secara
rinci suatu sistem atau model lembaga-lembaga pidana. Peraturan-peraturan itu hanya berdasarkan konsensus umum mengenai pemikiran masa kini dan unsur-unsur
penting dari sistem-sistem yang paling memadai saat ini, untuk dapat dinyatakan dapat diterima secara umum apa yang dianggap baik sebagai asas dan praktek dalam
perlakuan terhadap narapidana.
81 ____________________________________________
80
lihat Bagian III, Pasal 4,5 dan 10, Kovenan Internasional Tentang Hak Sipil dan Politik.seseorang.
81
Tidak semua aturan itu mampu diterapkan pada semua tempat dan waktu, disebabkan karena sangat beragamnya kondisi-kondisi hukum, sosial, ekonomi dan
geograpi dunia, meskipun demikian, diharapkan aturan-aturan itu dapat bermanfaat untuk merangsang suatu usaha guna mengatasi kesulitan-kesulitan praktis dalam
pengelolaan lembaga pemasyarakatan.
Peter Bachr dkk., ed, Instrumen Internasional Pokok-pokok Hak Asasi Manusia, Loc.cit
Instrumen hukum internassional dimaksudkan tidak untuk menghalangi aturan ataupun pemikiran-pemikiran serta praktek-praktek perlakuan terhadap narapidana
yang ada di suatu negara tertentu termasuk di Indonesia. Namun demikian, dalam aturan ini terdapat banyak hal yang bisa dijadikan acuan bagi pelaksanaan perlakuan
terhadap narapidana yang sesuai dengan sistem hukum, ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan instrument hukum internasional tersebut, petugas pemasyarakatan sebagai aparatur fungsional penegak hukum harus patuh dan turut
serta dalam pelaksanaan peraturan perlindunan hak asasi manusia. Tugas yang diemban petugas pemasyarakatan sangat erat dengan nilai kemanusiaan, seperti
tuntutan standar aturan internasional dan aturan nasional
C. Perangkat Hukum Nasional Tentang Hak Asasi Manusia Bagi Narapidana 1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Istilah HAM di Indonesia relatif masih baru, akan tetapi konsep HAM telah ada sejak lama yang diterapkan oleh masyarakat adat, seperti yang terdapat dalam
Lontara Wasiat lama Bugis pada abad XV disebutkan adanya hak untuk hidup, hak untuk bebas, hak bersama dan independensi hakim.
82
Demikian juga dengan masyarakat Jawa telah dikenal hak untuk berpindah ke daerah lain, hak untuk
memperotes kebijakan pejabat yang lebih tinggi nggogol.
83
UUD tahun 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia, dirancang pada tahun 1945, ketika merancangnya telah terjadi pertentangan antara Soekarno dan
kawan-kawan sebagai pendiri Negara dengan M. Yamin dan kawan-kawan sebagai perancang konstitusi, tentang perlu tidaknya HAM dimasukkan ke dalam UUD.
Soepomo dalam pandangannya mengatakan bahwa HAM sangat identik dengan ideologi liberal-individual sehingga tidak cocok dengan bangsa Indonesia. Sebaliknya
menurut M. Yamin tidak ada alasan untuk menolak memasukkan HAM dalam UUD. Akhirnya disepakati untuk dimasukkannya beberapa prinsip HAM ke dalam UUD
Universitas Sumatera Utara
yang sedang dirancang tersebut, sebagaimana yang diatur dalam beberapa pasal UUD tahun 1945.
84
Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949 sampai 1950 juga mencantumkan HAM yang disebut dengan sebutan Hak-Hak Dasar Warga Negara,
kemudian pada Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 sampai 1959 disebut dengan sebutan Hak-Hak kebebasan Dasar Manusia, lalu setelah kembali kepada
UUD tahun 1945 pada tahun 1959, maka UUD tahun 1945 yang telah diamandemen menyebutkan dengan tegas tentang HAM yaitu pada Bab X A, pasal 28 huruf A
____________________________________________ 82
Jelly Leviza, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Hukum Indonesia, Bahan kuliah Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU tahun 2011.
83
Ibid.
84
sampai J, yang mengatur tentang hak untuk hidup, hak untuk melakukan perkawinanberkeluarga, hak untuk mengembangkan diri, hak untuk memperoleh
jaminan hukum yang adil, hak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan, hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, hak atas status
Ibid
kewarganegaraan, hak kebebasan memeluk agama, hak untuk berserikat, hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk memperoleh perlindungan dirikeluargaharta, hak
untuk bebas dari penyiksaan, hak untuk kesejahteraan, hak atas jaminan sosial, hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan diskriminatif, hak identitas
budayamasyarakat tradisional yang dihormati selaras dengan perkembangan zaman, dan lain-lain. Selain dari hak-hak tersebut diatas diwajibkan pula untuk menghormati
hak asasi manusia orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
Universitas Sumatera Utara
bernegara serta wajib tunduk kepada pembatasan yang telah ditetapkan oleh undang- undang yang bertujuan untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain.
85
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP.