Analisis hasil petikan tanaman teh (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

i

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia
sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH,
PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

NOVIA SARI ANDRIYANI
A24060101

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ii

RINGKASAN
NOVIA SARI ANDRIYANI. Analisis Hasil Petikan Tanaman Teh (Camellia
sinensis (L) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah, Wonosobo,
Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai tanggal 1 Maret

hingga 3 Juli 2010 di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah. Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek
manajerial dan aspek teknis, serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam
pengelolaan perkebunan teh. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah
mempelajari aspek analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini adalah: (1) praktek
langsung dengan mengikuti kegiatan di lapangan; (2) mengumpulkan data primer
melalui pengamatan langsung, mencari informasi serta wawancara dengan
karyawan di lapangan; (3) mengumpulkan data sekunder melalui laporan tahunan,
arsip kebun, RKAP serta laporan penunjang lainnya; (4) melakukan studi pustaka.
Kegiatan teknis budidaya yang diikuti penulis pada saat berstatus sebagai
karyawan harian lepas, antara lain: pemeliharaan pembibitan, pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, pemetikan serta sekilas
tentang pengolahan hasil tanaman teh. Kegiatan pemeliharaan antara lain:
pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pembentukan bidang petik,
pemeliharaan saluran air dan lubang tadah, penggemburan tanah serta
pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan manajerial yang diikuti penulis yaitu
menjadi pendamping pembimbing pemetikan dan pemeliharaan, pendamping

kepala blok serta pendamping asisten kepala bagian kebun.
Pemetikan memerlukan pengawasan yang baik dan teliti, sebab kegiatan
pemetikan menentukan mutu serta produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan
pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah mengenai gilir petiknya masih sangat
bervariasi antara 12 – 17 hari, hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah

iii
termasuk dataran tinggi (> 1 200 m dpl). Tenaga pemetik di Unit Perkebunan
Bedakah masih kurang jika disesuaikan dengan kebutuhan untuk luas areal TM
304.12 ha.
Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk. Faktorfaktor yang mempengaruhi analisis hasil petikan adalah gilir petik, cara
pemetikan, tahun pangkas, hanca petik dan penanganan pucuk setelah pemetikan
serta pengangkutan pucuk ke pabrik. Pengamatan analisis petik dilakukan di
semua blok. Analisis petik yang dihasilkan oleh setiap blok di Unit Perkebunan
Bedakah berkisar antara 46 % - 68 %.
Gilir petik yang semakin pendek akan menghasilkan pucuk yang semakin
halus, begitu juga semakin lama umur pangkas maka pucuk pekonya semakin
sedikit, namun pucuk burungnya semakin banyak. Gilir petik panjang akan
menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang
menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah pemetikan dan

pengangkutan pucuk ke pabrik harus lebih diperhatikan lagi supaya pucuk tidak
sobek, terlipat serta rusak, sehingga hidak menyebabkan hasil dari analisis hasil
petikan menjadi rendah.
Pemetikan menggunakan gunting petik bila dibandingkan dengan pemetikan
secara manual tidak berbeda nyata pada hasil analisis petik untuk persentase
pucuk halus, pucuk medium dan pucuk kasar. Pemetikan dengan menggunakan
gunting petik memberikan pengaruh nyata yaitu persentase kerusakan pada pucuk
teh lebih besar daripada pemetikan secara manual.
Pengamatan analisis pucuk dilakukan di tiga blok sebagai contoh, yaitu dari
bulan Maret - Mei, hasilnya berkisar antara 47 % - 63 %. Blok yang memenuhi
syarat untuk pengolahan teh hitam adalah Blok Bismo dan Argopuro dengan
analisis pada bulan Mei sebesar 62.90 % dan 61.02 %.
Produktivitas tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah selalu meningkat
dari umur setelah pangkas pertama sampai dengan umur setelah pangkas keempat.
Produktivitas tertinggi dicapai pada umur setelah pangkas keempat, baik untuk
jenis tanaman asal biji maupun dari klonal, yakni sebesar 2 054 kg/ha untuk
tanaman asal biji dan 3 034 kg/ha untuk tanaman asal stek.

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis L(O)
Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

PT TAMBI WONOSOBO JAWA TENGAH
Plucking result analysis of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit
Perkebunan Bedakah PT Tambi, Wonosobo, Central Java
Novia Sari1 dan A. Pieter Lontoh2
1
2

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura

Abstract
The apprentice was conducted at Bedakah Estate, PT Tambi, Wonosobo,
Central Java from March until july 2010. The purpose of the apprentice is
plucking result analysis of tea. The assignment composed of several work, i.e,
did as field worker for two month, as assistant foreman for one month, as
assistant blok leaders for two week, and and assistant estate assistant for two
week. The general objective of the apprentice is to expand knowledge of
apprenticeship students about the technical and managerial aspects of the tea
plantations, get skills and work experience. The special aspect of the apprentice is

study the factor that influence about plucking result analysis of tea. Data
processing in use t-student test with standard 5 % for picking method of tea.
Plucking result analysis i.e., pick analysis and leaf analysis. Factors influencing
analysis excerpts are the result of shifts picking, plucking way, crop year, picking
and handling hanca shoots after picking and transport to the plant shoots.Pick
analysis in Bedakah already enough good and included medium plucking.
Picking with pick shears real influential to persentage leaf damage more than
better than manual plucking. Observation of leaf analysis was conducted three
month from march until may. The result show that just Bismo and Argopuro blok
that fill standard 55%. Highest productivity at Bedakah reachable at four years
after pruning for klonal and seedling that is 3 034 kg/ha and 2 054 kg/ha.

Keywords: tea, plucking, analysis and productivity

iv

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis
(L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI,
WONOSOBO, JAWA TENGAH


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Novia Sari Andriyani
A24060101

PROGRAM STUDI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

v
Judul

: ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT
PERKEBUNAN

BEDAKAH,


PT

WONOSOBO, JAWA TENGAH.
Nama

: NOVIA SARI ANDRIYANI

NIM

: A24060101

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS
NIP 19570711. 198111. 1. 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP 19611101. 198703. 1. 003

Tanggal persetujuan :

TAMBI,

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal
21 November 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Agus Mulyanto, SE dan Ibu Ninik Haryanti, S.Sos.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di SD Negeri 9 Boyolali
dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
ke SMP 2 Boyolali dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke
SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali dan lulus pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Penulis pada tahun 2006
mengikuti (Unit Kegiatan Mahasiswa) UKM Bola Voli di IPB, juga aktif pada
Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Boyolali sebagai bendahara. Pada tahun
2007 penulis diterima di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 2008 penulis melaksanakan magang di Kebun Kurnia
Strawbery, Ciwidey, Bandung. Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan olahraga
voli ditingkat kampus, yaitu U-Cup dan OMI. Penulis melaksanakan kegiatan
kuliah kerja profesi (KKP) pada tahun 2009 di Desa Kertek, Kecamatan
Paguyangan, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 penulis
melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah.

vii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang
masih memberikan nikmatNya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi penulis, yaitu dengan judul “Analisis Hasil Petikan
Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L). O Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah,

PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada:
1. Ibu, Papa dan adik atas doa, perhatian dan dukungannya.
2.

Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh , MS selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.
Bapak Dr.Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen penguji dan Bapak Dr.
Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen wakil urusan departemen.

3. Direksi PT Tambi, Bapak Ir. Bagus Nugroho selaku Pimpinan Unit
Perkebunan Bedakah , Bapak Purwandi dan Bapak Sudiyono selaku
Asisten Kepala Bagian Kebun serta Bapak Meggie Satria HC, SE selaku
Asisten Kepala Bagian Kantor dan Bapak Sutikno selaku Kepala Bagian
Pabrik atas saran dan bimbingannya.
4. Teman seperjuangan selama magang Titis dan Bani, terimakasih atas
kebersamaannya selama 4 bulan ini. Sahabat setiaku Janiez (Adiz,
Trisna, Ntiz) dan teman- teman AGH 43 tercinta.
5. Pondok hijau tercinta (Meike, Eka, Neli, Vony, Cipta, Ika, Wida, Nina,
Melinda) thank’s you gays.

6. Teman hati tersayangku (D.A) terima kasih atas doa, bantuan, dukungan
serta perhatiannya selama ini.
Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Bogor, November 2010

Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

xii

PENDAHULUAN ...................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3

Ekofisiologi dan Botani Tanaman Teh .......................................
Pemetikan....................................................................................

3
4

METODE MAGANG ..............................................................................

7

Tempat dan Waktu......................................................................
Metode Pelaksanaan....................................................................
Pengumpulan dan Pengamatan Data...........................................
Analisis Data dan Informasi........................................................

7
7
8
10

KONDISI UMUM ...................................................................................

11

Sejarah Perkebunan.....................................................................
Letak Wilayah Administratif ......................................................
Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim ..........................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...............................................
Keadaan Tanaman dan Produksi.................................................
Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas..........................
Ketenagakerjaan..........................................................................

11
12
12
13
13
14
15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ..........................................

18

Aspek Teknis ..............................................................................
Aspek Manajerial ........................................................................

18
43

PEMBAHASAN ......................................................................................

46

Analisis Hasil Petikan .................................................................
Hanca Petik .................................................................................

46
52

ix
Kebutuhan Tenaga Pemetik ........................................................
Sarana Panen dan Transportasi ...................................................
Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas.....................

52
54
55

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

57

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

57
58

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

59

LAMPIRAN.............................................................................................

60

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Wilayah Administrasi Unit Perkebunan Bedakah ...................

12

2.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................

13

3.

Produksi dan Produktivitas Teh Basah - Kering .....................

14

4.

Tenaga Kerja Unit Perkebunan Bedakah.................................

16

5.

Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan
Hanca Petik Setiap Blok ................................................

33

Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Bedakah Bulan Januari
– Mei 2010. ....................................................................

36

7.

Analisis Pucuk Rata – Rata Bulan Maret – Mei 2010 .............

38

8.

Isi Polibag Masing-masing Mutu Teh UP Bedakah ................

42

9.

Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di UP Bedakah..........

47

10. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik ...................................

48

11. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan ...........................

49

12. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas ...........................

50

13. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah .........................

51

14. Kebutuhan Tenaga Pemetik Setiap Blok di UP Bedakah.......

53

6.

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b) .................

18

2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma
Kimia (b)..............................................................................

21

3. Pemupukan TM (a) dan Pemupukan TBM (b)...............................

23

4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b) ...................

25

5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b) ...................

29

6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b) ..................

31

8. Pelaksanaan Penimbangan (a) dan Pengangkutan Pucuk Teh (b)..

36

9. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas ........................

55

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

2.

Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian
Lepas di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah ...................................................

61

Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping
Pembimbing di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi,
Wonosobo, JawaTengah .....................................................

63

3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Blok
di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah.......................................................................
4.

64

Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala
Bagian Kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah ....................................................

65

5.

Peta Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010................................

66

6.

Data Curah Hujan dan Hari Hujan Unit Perkebunan Bedakah
Tahun 2000 – 2009 .............................................................

67

7.

Struktur Organisasi Unit Perkebunan Bedakah Tahun 2010........

68

8.

Dosis Pupuk pada TM per Aplikasi .............................................

69

9.

Dosis Pupuk pada TBM per Aplikasi...........................................

69

10. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik.........................................

70

11. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik.........................................

70

12. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan.................................

71

13. Analisis Petik berdasarkan Tahun Pangkas..................................

71

14. Komposisi Analisis Pucuk............................................................

72

15. Produktivitas Berdasarkan Umur Pangkas pada Tanaman
Seedling dan Klonal ............................................................

72

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) adalah salah satu komoditi
perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Peran
komoditas teh di Indonesia bukan hanya sebagai sumber devisa negara semata,
melainkan juga sebagai penyerap banyak tenaga kerja. Produksi teh Indonesia
memenuhi sekitar 5.8 % kebutuhan dunia. Indonesia menduduki posisi keenam
dunia sebagai produsen teh curah setelah Vietnam, India, Cina, Srilanka dan
Kenya (Asosiasi Teh Indonesia, 2010).
Penghasil teh terbesar di Indonesia adalah daerah Jawa Barat. Propinsi ini
menghasilkan 70% dari total produksi teh nasional. Sumatera dan Jawa Tengah
merupakan propinsi lain yang juga penghasil teh terbesar. Luas areal produktif
perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 133 734 ha dengan produksi
150 623 ton. Volume ekspor dan impornya pada tahun 2007 mencapai 83 658 ton
dan 10 366 ton. Produktivitas teh pada tahun 2007 sebesar 1 363 kg/ha/tahun.
Luas areal perkebunan teh tahun 2009 menurun menjadi 127 411 ha dengan total
produksi 151 250 ton dan produktivitasnya sebesar 1 432 kg/ha/tahun (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2009).
Industri teh nasional masih menghadapi banyak kendala antara lain:
produktivitas kebun teh yang relatif rendah, luas areal perkebunan teh yang
cenderung menurun setiap tahunnya, banyak mutu teh yang belum memenuhi
standar internasional, peremajaan tanaman teh yang lambat serta mesin-mesin
pengolahan yang kurang mengarah pada kebutuhan dan permintaan pasar yang
berubah secara dinamis dan cepat.
Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) upaya untuk meningkatkan kembali
produktivitas teh nasional adalah dengan optimalisasi produktivitas kebun yang
telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di
bawah standar yang seharusnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006)
menambahkan yaitu dengan memperbaiki teknologi pengelolaan kebun yang

2
terkendali, pengusahaan bahan tanaman yang tinggi produktivitas dan kualitas
produksinya serta aplikasi teknologi yang lebih maju. Peningkatan efisiensi biaya
juga perlu dilakukan, supaya tercapai kondisi kelestarian kebun menuju usaha
perkebunan teh yang menguntungkan, berdampak positif terhadap lingkungan
sosial dan lingkungan ekologi.
Pucuk teh merupakan bahan baku pengolahan teh yang harus diusahakan
dan dijaga agar bermutu baik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teh yang
bermutu tinggi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Produksi pucuk yang
maksimum tidak hanya ditentukan oleh kerataan bidang petik, tetapi lebih
dipengaruhi oleh sistem petikannya. Faktor yang menentukan kualitas produk teh
dalam sistem pemetikan adalah gilir/siklus petik dan kehalusan pucuk yang
dipetik. Gilir petik semakin pendek, maka akan menghasilkan mutu produk teh
yang semakin tinggi (Sukasman, 1985). Mutu pucuk sangat berpengaruh terhadap
kualitas produk teh, semakin muda pucuk yang dipetik maka semakin tinggi
potensi kualitas yang didapatkan (Sumantri, 1990).

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek
manajerial dan aspek teknis serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam
pengelolaan perkebunan teh.
Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek
analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ekofisiologi dan Botani Tanaman Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tanaman
subtropis yang berasal dari pegunungan Assam, China, Burma, Thailand dan
Vietnam. Tanaman teh tidak terdapat di setiap daerah. Di Indonesia tanaman teh
tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 400 m -1 200 meter di atas
permukaan laut. Teh tidak tahan terhadap kekeringan yang lama, karenanya teh
terpusat di daerah bagian barat Indonesia antara 2 500 mm per tahun sampai 3 500
mm per tahun merata sepanjang tahun (Spillane, 1992).
Teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan
cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Daunnya berwarna hijau tua dan
agak bergerigi, ukuran panjangnya bisa mencapai tinggi hingga 10 - 15 cm.
Bunganya berbentuk bulat, berwarna keputih-putihan menyerupai bunga yasmin
dan dilapisi lilin. Buah teh termasuk buah kotak yang umumnya terdiri atas tiga
butir biji. Biji tanaman teh mengandung minyak dengan kadar yang tinggi , yaitu
20 % berat biji (Spillane, 1992).
Tanaman teh mempunyai dua fase pertumbuhan pucuk pada masa
pertumbuhannya, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut
berselang-seling pertumbuhannya. Ritme pertumbuhan tersebut yang dinamakan
flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif / aktif dan periode dorman
(periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Lama masa flushing ke flushing
berikutnya ± 35 hari . Lamanya stadium peko dan burung untuk tanaman yang
satu tidak sama dengan tanaman lainnya, bahkan masa bertunas dalam satu
tanaman pun berbeda (Setyamidjaja, 2000).
Periode istirahat dan aktif berhubungan erat dengan keadaan hara tanaman
secara keseluruhan maupun setiap tunas secara individual. Semakin baik keadaan
hara tanaman, maka periode aktif makin lama. Begitu pula sebaliknya, semakin
buruk keadaan hara tanaman, maka periode dorman makin lama.

4
Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
tanaman adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup,
tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5 - 6.0. Di
Indonesia jenis tanah utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanah
Andosol

(di Pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik

(Sumatera).

Pemetikan
Pemetikan merupakan suatu cara pengambilan daun yang dilakukan secara
terus menerus berupa daun yang masih muda dan tunas yang sesuai dengan
persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku.
Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000).
Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat
fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting bagi kehidupan atau
pertumbuhan tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%,
semakin kasar pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya
(Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada
pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu
(lapisan daun pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi
(fotosintesis).
Ketebalan daun pemeliharaan yang efektif melakukan fotosintesis 4 - 5 lapis
dengan ketebalan 15 - 20 cm. Lebih tebal atau lebih tipis dari angka tersebut hasil
fotosintesis tidak optimal, akibatnya pertumbuhan pucuk terhambat dan produksi
menurun. Apabila terlalu tipis maka pemetikan harus dinaikkan satu daun atau
meninggalkan satu daun di atas kepel (k+1). Kalau terlalu tebal pemetikan harus
menurunkan daun di atas kepel (k+0) secara terus-menerus dan dilakukan selama

5
enam bulan atau lebih sampai daun pemeliharaan menjadi ideal (15 – 20 cm),
sebab daun teh akan gugur setelah daun berumur enam bulan (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Daun pemeliharaan yang terlalu tebal lebih dari lima lapis daun (>20 cm)
maka lapisan daun yang keenam dan seterusnya akan menjadi beban, karena
daun-daun ini tidak lagi dapat melakukan fotosintesis bahkan hanya dapat
menggunakan hasil fotosintesisnya untuk respirasi. Akibatnya hasil untuk
fotosintat untuk pertumbuhan pucuk atau tunas berkurang berarti produksi juga
akan berkurang. Sebaliknya apabila daun pemeliharaan terlalu tipis kurang dari
empat lapis daun, maka proses fotosintesis akan berkurang dan pertumbuhan
pucuk atau tunas juga berkurang, yang berarti produksi pucuk juga berkurang
(Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemetikan harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena akan
menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu
pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama, yang dinyatakan
dalam hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan
pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain yaitu umur pangkas, iklim, ketinggian tempat dan keadaan
tanam (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Hanca petik adalah luas areal yang pemetikannya harus diselesaikan dalam
satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan
keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen.
Hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, luas areal blok kebun
dan daur petik. Semakin pendek gilir petik maka semakin luas hanca petiknya
(Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Analisis Hasil Petikan
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik.
Kualitas teh jadi sangat ditentukan oleh kualitas pucuk hasil olahan. Pucuk teh
tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum teh diolah yang akan menentukan

6
kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis
hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik,
dan (2) analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Analisis petik. Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan
pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah
dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik
adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan
pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petik dan
keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang
didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu,
pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen.
Tujuan dilaksanakanya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan
diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh
rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan
dihasilkan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Kualitas pucuk segar sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, iklim, tinggi
tempat, dan cara bercocok tanam. Kualitas produk teh yang baik akan diperoleh
dari daun muda/ pucuk yang mengandung senyawa polifenol, cafein dan aktivitas
enzim yang tinggi (Suryatmo, 1984). Zat kimia terutama berperan dalam kualitas
teh adalah senyawa polifenol golongan catechin. Zat ini terdapat dalam jumlah
besar pada bagian pucuk yang muda, dan semakin kecil jumlahnya dengan makin
tuanya daun. Kualitas teh ditentukan dari pucuk hingga daun ketiga saja, semakin
ke atas maka hasil olahan teh akan semakin baik. Pucuk teh tersebut dapat
menghasilkan teh dengan kualitas nomor satu dan memiliki nilai jual yang tinggi
(Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Sasaran angka analisis pucuk adalah 70% atau lebih merupakan bagian yang
muda dengan kerusakan pucuk kurang dari 10%, sehingga diharapkan dapat
dihasilkan teh dengan produk yang bermutu tinggi (Setyamidjaja, 2000).

7

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT. Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 1 Maret hingga 3 Juli 2010.

Metode Pelaksanaan
Penulis bekerja secara langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama dua bulan, pendamping pembimbing (pemetikan dan pemeliharaan)
selama satu bulan, pendamping kepala blok selama dua minggu dan pendamping
asisten kepala bagian kebun selama dua minggu.
Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi KHL meliputi kegiatan
pemetikan, pembentukan bidang petik, pengendalian gulma, pemupukan,
pemangkasan, gosok lumut, porokan, pengendalian hama dan

penyakit serta

pemeliharaan saluran air dan pembuatan lubang tadah.
Pekerjaan yang dilakukan penulis pada saat berstatus sebagai pendamping
pembimbing adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi: pengawasan KHL,
menghitung prestasi kerja KHL dan membantu mengerjakan laporan kerja harian.
Kegiatan sebagai pendamping kepala blok dan asisten kepala bagian kebun
yaitu membantu mengawasi dan mengontrol pembimbing pemetikan dan
pemeliharaan serta karyawan, membantu membuat laporan bulanan, mempelajari
pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu
pembuatan rencana anggaran bulanan (RAB) serta mempelajari manajerial tingkat
kebun dan membuat jurnal harian. Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan
penulis dapat dilihat di jurnal harian pada Lampiran 1 – 4.

8
Pengumpulan dan Pengamatan Data
Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang
ini dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode
langsung diperoleh dengan cara mengumpulkan data primer, sedangkan metode
tidak langsung dengan mengumpulkan data sekunder.
Data primer merupakan informasi yang diterima langsung melalui
pengamatan, wawancara dan diskusi dengan staf dan karyawan perkebunan.
Aspek khusus yang diamati selama kegiatan magang adalah analisis hasil petikan
tanaman teh. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan cara mengamati aspek-aspek
yang mempengaruhi kualitas pucuk setelah pemetikan. Variabel-variabel yang
diamati selama kegiatan magang meliputi:
1. Analisis petik
Mengambil contoh pucuk kurang lebih satu genggam (± 5 g) dari semua
waring pemetik dan dicampur secara merata, kemudian diambil sebanyak
1 kg. Dari contoh pucuk tersebut diambil lagi sebanyak 200 g, kemudian
dipisah-pisahkan berdasarkan rangkaian pucuk /rumus petik yang
diperoleh (petikan halus: p+1, dan p+2m; petikan medium: p+2, p+3m,
p+3, b+1m, b+2m dan b+3m; petikan kasar: p+4 atau lebih dan b+(1-4)t,
kemudian masing-masing kelompok pucuk ditimbang dan dihitung
persentasenya terhadap berat total kelompok pucuk tersebut. Pengamatan
analisis petik dilakukan di semua blok.
2. Analisis pucuk:
Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat
(MS) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat (TMS). Adapun caranya
adalah dengan mengambil contoh pada 10 tempat secara acak dengan cara
tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk (Withering Through),
kemudian pucuk diangkat dari bawah ke atas. Pucuk yang diangkat tadi
kemudian dicampur secara merata di tampan, kemudian diambil sebanyak
200 g pucuk untuk di analisis. Sampel yang telah diambil kemudian
dipisah-pisahkan berdasarkan pucuk yang Memenuhi Syarat/MS (p+1,

9
p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m) dan pucuk yang Tidak
Memenuhi Syarat/TMS (p+4, b+1t, b+2t, b+3t, lembaran dan tangkai).
Setelah itu ditimbang berdasarkan bagian pucuk MS dan TMS, dan
dihitung dalam persen. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg
pucuk (setiap 500 kg pucuk, I sampel = 200 g). Pengamatan analisis pucuk
dilakukan di Blok Bismo, Argopuro dan Mandala.
3. Gilir petik dan hanca petik
Gilir petik adalah selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan
berikutnya pada blok yang sama, dihitung dalam hari. Gilir petik yang
diamati adalah gilir petik panjang atau pendek yang diaplikasikan di unit
Perkebunan Bedakah, dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara dengan pembimbing pemetikan. Hanca petik adalah luas areal
yang dipetik oleh pemetik dalam satu hari.
4. Kebutuhan tenaga pemetik
Jumlah tenaga petik (TP) yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus:
TP (orang) =

produksi pucuk/ha/tahun x (100 + A) %
kapasitas petik/HK/hari x HK satu tahun

Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah
pemetik riil yang ada di kebun.
5. Sarana panen dan transportasi
Mengamati proses penanganan pucuk teh secara langsung dari awal
penimbangan setelah pemetikan dan pengangkutan hasil petikan sampai ke
pabrik.
6. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas
Merupakan data sekunder dengan melihat produktivitas kelompok
tanaman berdasarkan umur pangkasnya yaitu 1 - 4 tahun setelah pangkas.
Data sekunder diperoleh dari arsip kebun yang meliputi data kondisi kebun
meliputi luas areal manajemen, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi
tanaman, produksi dan produktivitas 10 tahun terakhir, data curah hujan 10 tahun
terakhir, standar dan target kebun serta organisasi dan manajemen.

10
Analisis Data dan Informasi
Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis, baik secara
analisis diskriptif kualitatif maupun analisis deskriptif kuantitatif. Analisis
deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data dari kantor, kebun, pabrik serta
pengamatan tanaman di lapang, kemudian dibandingkan dengan norma baku yang
berlaku di perkebunan. Analisis deskriptif kuantitatif diamati menggunakan
rataan, persentase, dan uji t - student dengan taraf nyata 5 % yang dilakukan
pada variabel cara pemetikan. Adapun rumus t – student yang digunakan yaitu :

t-student =

x̅ -x̅
1 1
Sp²
n + n2

dengan

Sp=

n1 -1 S21 + n2 - 1 S22
n1 + n2 - 2

Keterangan :
x̄ , x̄

= rata-rata pengamatan 1 & 2

S²,S ²

= ragam contoh 1 & 2

n ,n

= ragam pengamatan 1 & 2

Sp

= simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila t
t

t

dan tidak berbeda nyata apabila

diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan derajat

11

KONDISI UMUM

Sejarah Perkebunan
PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak
dibidang industri teh. Tahun 1865 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo
disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij (UP Tanjungsari) dan Tuan W .D .Jong
(UP Tambi dan Bedakah), kemudian dibeli oleh Tuan Mr. M. P Van Den Berg,
A.W. Holle dan Ed Yacobson yang kemudian mendirikan Bagelen Thee En Kina
Maatschappij.
Tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan perusahaan dikuasai oleh
Jepang. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan diambil
alih oleh Pemerintahan Republik. Tahun 1950, perusahaan diserahkan kembali
oleh pemerintahan Indonesia kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee En Kina
Maatschappij. Kemudian para eks Pegawai PPN membentuk kantor bersama yang
diberi nama Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1952, berdasarkan
keputusan Gubernur No. AGR 36/1951/16/11/24 dan tanggal 28 Agustus 1952
Residen Kedu No. 10/AGS/6/1026 yang kemudian pada tanggal 29 April 1954 di
Jakarta dilakukan penyerahan.
Tahun 1957 diadakan pertemuan antara Eks PPN Sindoro Sumbing dengan
pemerintahan Daerah Wonosobo, yang akhirnya diperoleh kesepakatan untuk
mengelola perusahaan dengan membentuk perusahaan baru. Perusahaan baru ini
modalnya 50 % dari pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo dan 50 % dari PT
NV Eks Sindoro Sumbing. Perusahaan baru ini kemudian diberi nama NV Tambi
dengan akta notaris Raden Sujadi di Magelang pada tanggal 13 Agustus 1957 dan
mendapat pengesahan menteri kehakiman tanggal 10 April 1958 No. JA
5/3/30/25. Selanjutnya sampai sekarang (Tahun 2010) PT NV Ex PPN Sindoro
Sumbing dengan pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo sebagai pemegang
saham dari PT Tambi. PT NV Tambi memiliki 3 Unit Perkebunan dan 1 Unit
kantor direksi dengan lokasi dan kondisi yang berbeda. Unit Perkebunan tersebut
adalah Unit Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari.

12
Letak Wilayah Administratif
PT Tambi khususnya Unit Perkebunan Bedakah berlokasi di lereng gunung
Sindoro, yaitu 42 km sebelah selatan dataran tinggi Dieng, tepatnya di Desa
Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Perkebunan ini terletak
pada ketinggian 1 250 – 1 900 meter dpl dengan topografi berbukit-bukit. Peta
Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 5. Daerah administratif
Unit Perkebunan Bedakah baik kebun, kantor induk maupun pabrik pengolahan
terletak di 4 desa yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Wilayah Administrasi Unit Perkebunan Bedakah
Kelurahan
Tlogomulyo
Candiasan
Damar Kasihan
Sojopuro

Unit Kerja
Blok Bismo, Pabrik Pengolahan Teh Hitam, Kantor Induk
Blok Rinjani
Blok Argopuro, Blok Mandala dan Blok Muria
Blok Kembang

Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)

Kondisi Tanah, Topografi dan Iklim
Jenis tanah di Unit Perkebunan Bedakah pada umumnya adalah andosol dan
regosol. Tanah andosol berwarna kekuning-kuningan dengan tekstur geluh dan
berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai daya mengikat air
yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah diolah,
permeabilitas (peresapan) tinggi dengan pH 4.5 – 6.5 (Vademicum).
Curah hujan tahunan di Unit Perkebuan Bedakah selama lima tahun terakhir
(2005-2009) berkisar 2 372 mm – 4 971 mm dengan rata-rata per tahun 3 378 mm
dan hari hujan berkisar 110 hari – 182 hari dengan rata-rata 139 hari hujan per
tahun. Rata-rata bulan kering 2.7 bulan dan rata-rata bulan basah 8.5 bulan,
sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidt-Ferguson adalah
B. Suhu di Unit Perkebunan Bedakah adalah 18 ºC - 20 ºC dengan kelembaban
udara berkisar 87-93 %. Data curah hujan dari tahun 2005 – 2009 dapat dilihat
pada Lampiran 6.

13
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal Unit Perkebunan Bedakah secara keseluruhan berdasarkan
rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2010 adalah 355.27 ha
dengan luas tanaman menghasilkan 304.12 ha dan luas tanaman belum
menghasilkan 19.30 ha serta replanting seluas 8.44 ha. Luas areal dan tata guna
lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Uraian
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Belum Menghasilkan
Replanting
Kebun Perbanyakan
Pembibitan
Lapangan
Tanaman Acasia
Jalan
Pabrik dan Gudang
Kantor
Emplasemen
Curah atau Alur
Total luas lahan

Luas Areal (ha)
304.12
19.30
8.44
0.64
0.47
2.84
0.50
8.47
0.72
0.03
6.97
2.77
355.27

Sumber: Diolah dari RKAP Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah merupakan tanaman yang berasal
dari klonal dan seedling. Bahan tanam tersebut antara lain: klon TRI 2024, TRI
2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Kiara, Cin 143, MPS, PS dan
seedling. Klon Gambung merupakan klon yang paling banyak ditanam di Unit
Perkebunan Bedakah.
Tahun tanam di Unit

Perkebunan Bedakah bervariasi dari tahun

1925 - 2010. Jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm x 75 cm. Unit
Perkebunan Bedakah termasuk kebun dataran tinggi (high land tea plantation),

14
populasi untuk setiap klon rata-rata 10 000 pohon/ha, sedangkan populasi untuk
seedling rata-rata 7 000 – 8 000 pohon/ha.
Produksi pucuk basah Unit Perkebunan Bedakah rata-rata selama kurun
waktu sepuluh tahun (2000 - 2009) mencapai 3 048 260 kg dengan produksi teh
kering 616 670 kg dan produktivitasnya 2 272 kg teh kering/ha/tahun. Produksi
teh yang dihasilkan sekitar 70 % - 80 % dipasarkan ke beberapa negara
diantaranya adalah India, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Srilanka dan
negara-negara Timur Tengah. Produksi dan produktivitas tanaman teh yang dapat
dicapai dari tahun 2000 - 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Teh Basah - Kering
Tahun

Luas TM
(ha)

Produksi Basah
(kg)

Produksi kering
(kg)

Produktivitas
(kg/ha/th)

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

272.84
277.19
266.49
288.62
294.83
289.07
295.01
303.99
308.23
303.05

2 608 356
2 738 394
2 906 362
3 065 151
2 963 078
3 155 144
2 874 009
3 383 313
3 578 799
3 210 000

557 667
592 315
633 296
663 605
636 469
685 611
631 312
731 933
774 606
702 430

2 021
2 137
2 367
2 300
2 159
2 372
2 140
2 395
2 513
2 319

Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah (2010)

Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas
Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur
wewenang dan kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang menjadi
tujuan dari perusahaan dapat dicapai. Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh
seorang pemimpin unit perkebunan yang diangkat oleh Direksi PT Tambi.
Pemimpin Unit Perkebunan Bedakah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari
dibantu oleh Asisten Kepala Bagian Kebun, Asisten Kepala Bagian Kantor, dan
Kepala Bagian Pabrik. Struktur organisasi PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah

15
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi dengan penetapan sistem
organisasi yang disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Struktur
organisasi Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tugas seorang pimpinan unit perkebunan adalah memimpin, merencanakan,
mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai
pimpinan umum perkebunan serta dalam pengelolaan kebun, operasi pabrik,
kantor dan kegiatan perkebunan lainnya dan bertanggung jawab langsung
terhadap Direktur. Pimpinan Unit Perkebunan membawahi secara langsung kepala
bagian kebun, kepala bagian kantor dan kepala bagian pabrik.
Tugas dari asisten kepala bagian kebun adalah memimpin, merencanakan,
mengatur dan mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan bagian kebun
termasuk dalam pengelolaan kebun, lahan dan aministrasi sesuai dengan
kebijakan direksi sehingga kualitas dan kuantitas dapat tercapai. .
Asisten Kepala bagian kantor bertugas dan bertanggung jawab

kepada

pemimpin Unit Perkebunan Bedakah dalam memimpin, merencanakan, mengatur,
dan mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian kantor
termasuk dalam pengelolaan keuangan, laporan bulanan dan tahunan, pembukuan,
pengarsipan, sumberdaya manusia serta pengelolaan kebun dan hasil perkebunan.
Tugas kepala bagian pabrik adalah memimpin, merencanakan, mengatur dan
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik termasuk
kegiatan pengelolaan hasil kebun, pengolahan dan produksi, pemeliharaan
infrastruktur pabrik dan kegiatan pabrik lainnya.

Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan I, karyawan
II (A,B,C,D) dan karyawan tetap/lepas. Karyawan I terdiri atas pemimpin unit
perkebunan, bagian kantor, bagian kebun, bagian pabrik dan sebagian kepala blok.
Karyawan II terdiri atas karyawan pelaksana, karyawan tetap dan karyawan
lepas/borongan. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh pemimpin
unit perkebunan yang disetujui oleh direksi. Karyawan lepas adalah karyawan

16
yang tidak terkait dengan perusahaan, pekerjaannya adalah sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Kondisi tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tenaga Kerja Unit Perkebunan Bedakah
No

Uraian

Tenaga Kerja
L

P

1

1

Karyawan I

10

2

Karyawan II D

19

3

Karyawan II C

4

Tingkat Pendidikan



S2 S1 D3
Jamsostek

SMA

SMP

SD

TTSD



11

1

3

0

7

0

0

0

11

1

20

0

0

0

4

6

10

0

20

9

0

9

0

0

0

7

1

1

0

9

Karyawan II B

17

3

20

0

0

0

3

6

11

0

20

5

Karyawan II A

31

7

38

0

0

0

4

6

22

6

38

6

Petik

0

194

194

0

0

0

0

0

173

21

194

7

Pemeliharaan

34

2

36

0

0

0

5

4

25

2

36

8

Kantor/Pabrik

20

2

22

0

0

0

5

2

15

0

22

Jumlah

140

210

350
1
3
0
Non Jamsostek

35

25

257

29

350

9

Petik

4

0

4

0

0

0

0

0

2

2

4

10

Pemeliharaan

0

2

2

0

0

0

0

0

0

2

2

11

Kantor/Pabrik

2

2

4

0

0

0

3

1

0

0

4

Jumlah

6

4

10

0

0

0

3

1

2

4

10

Total
146
214
360 1
3
0
38
26
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah (Bulan Maret, 2010)

259

33

360

Sistem pengupahan untuk karyawan I dan karyawan II di Unit Perkebunan
Bedakah ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah disesuaikan dengan jabatan
masing-masing dan disesuaikan dengan besarnya upah minimum regional (UMR)
yang berlaku. Karyawan harian lepas besarnya upah berdasarkan prestasi kerja
yang diperoleh. Pembagian upah untuk karyawan I dilakukan setiap satu bulan
sekali pada tanggal 1, karyawan II dilakukan setiap satu bulan sekali pada tanggal
3, sedangkan untuk karyawan harian lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu
pada tanggal 3, 13 dan 23.
Unit Perkebunan Bedakah menyediakan banyak fasilitas-fasilitas untuk
karyawan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain: perumahan, tempat ibadah,

17
pelayanan kesehatan, koperasi karyawan, tempat bermain musik, tempat olah
raga, jamsostek, pakaian kerja, bonus, tunjangan cuti, tunjangan hari raya (THR),
listrik, kendaraan bermotor, gratifikasi dan rekreasi. Pada pelayanan kesehatan,
perusahaan menyediakan fasilitas Balai Pengobatan yang dilayani oleh dokter
perusahaan setiap dua kali seminggu pada hari Senin dan Kamis. Karyawan yang
memperoleh fasilitas kesehatan adalah karyawan I, II beserta keluarganya
maksimum tiga anak dan untuk karyawan lepas borong dan pensiunan hanya bagi
yang bersangkutan.
Perusahaan juga memberikan cuti terhadap karyawan, yaitu cuti sebanyak
14 hari kerja setiap tahun. Setiap satu tahun sekali, perusahaan memberikan satu
stel pakaian kerja. Kegiatan rekreasi dilakukan satu tahun sekali untuk semua
karyawan harian tetap. Khusus untuk anak sekolah, perusahaan menyediakan
sarana transportasi antar jemput dengan menggunakan truk dan biaya sekolah
sampai dengan perguruan tinggi.

18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan sangat penting bagi budidaya tanaman, sebab pembibitan
merupakan tahap awal dari budidaya. Pengadaan bahan tanam untuk pembibitan
teh dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Unit Perkebunan
Bedakah memiliki suatu lokasi pembibitan yang terletak di Blok Bismo dengan
luasan 0.47 ha. Bahan stek yang digunakaan adalah stek satu buku atau single
node cutting dapat dilihat pada Gambar 1, yang diambil dari klon Gambung 3, 4
dan 7 serta telah memenuhi syarat sebagai tanaman induk yaitu kurang lebih
berumur 6 - 10 tahun. Pemilihan stek diambil dari tanaman induk yang telah
cukup umur, yakni kurang lebih 4 - 5 bulan setelah pangkas.
Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu (keteb dan rigen) dengan
tinggi 2 m dan jarak antar tiangnya 3 m x 3.5 m, dengan arah gawangan
menghadap timur – barat dapat dilihat pada Gambar 1. Bedengan dibuat dengan
ukuran panjang 16 m – 20 m dan lebar 1 m. Antar bedengan satu dengan
bedengan yang lain dibuat jalan dengan lebar 0.8 m. Bedengan ditutup dengan
menggunakan sungkup plastik transparan dengan tinggi 60 cm, dan panjang
plastik sungkup disesuaikan dengan panjang bedengan. Intensitas cahaya yang
masuk dalam rumah pembibitan sekitar 25 %, dan kelembaban ± 80 %.

(a)

Gambar 1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b)

(b)

19
Media yang digunakan untuk pengisian polibag yakni menggunakan tanah.
Tanah untuk polibag merupakan campuran dari tanah lapisan atas (top soil) dan
tanah lapisan bawah (sub soil). Bahan yang digunkan untuk campuran top soil
adalah setiap 1m³ tanah dicampur dengan 1 000 g tawas, 1 250 g SP-36, 250 g
Kiserit, 500 g KCl, 300 g Dithane-45 dan 200 g Basamid, setelah itu ditimbun
selama 20 hari baru dimasukkan ke dalam polibag. Bahan yang digunakan untuk
campuran sub soil yaitu 300 g Dithane-45, 1 000 g tawas dan 200 g basamid.
Media yang telah siap kemudian di masukkan ke polibag.
Polibag yang sudah siap kemudian ditata di bedengan yang sebelumnya
dilapisi dengan rerumputan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban
tanah dan agar subur. Sebelum sungkup ditutup, terlebih dahulu polibag disiram
dengan air bersih serta disemprot menggunakan Dithane-45 dengan konsentrasi
0.1%, baru sungkup ditutup selama 10 - 15 hari.
Stek yang akan ditanam dipotong-potong sehingga hanya memiliki 1 daun
dengan panjang ruas dibawah daun kurang lebih 2.5 cm dengan kemiringan 45º,
serta daun dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Hasil potongan stek kemudian
dimasukkan ke dalam larutan Dithane 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air kurang
lebih 5 menit, dan daun condong ke atas tidak saling menutupi satu sama lainnya.
Bahan stek ditanam di polibag dengan posisi bakal tunas menghadap pada
satu arah, sehingga bakal tunas tidak saling menutupi serta mengarah pada cahaya
matahari. Setelah penanaman stek selesai, kemudian polibag disiram air bersih
dengan tujuan untuk membersihkan tanah yang melekat di daun dan juga untuk
menambah kelembaban tanah, setelah itu disemprot dengan Lanate 2 g/l air yang
berfungsi untuk memberantas hama ulat dan kutu, kemudian sungkup ditutup
dengan plastik baru selama 3.5 – 4 bulan.
Pembukaan sungkup dilakukan setelah stek berumur 4 bulan. Sungkup tidak
langsung dibuka semua melainkan harus secara bertahap. Tahap pertama dibuka
¼ bagian dari pukul 07.00 – 09.00 selama 20 hari. Tahap selanjutnya sungkup
dibuka ½ bagian dari pukul 07.00 – 10.00 selama 20 hari, serta dibuka semua dari
pukul 07.00 – 11.00 selama 20 hari.

20
Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap naungan
pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 – 7 bulan. Seleksi bibit pertama
dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman, kesehatan tanaman dan
jumlah daun. Seleksi bibit terdiri dari tiga kelas ya