Studi pengelolaan pemetikan pucuk daun teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di unit perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo Jawa Tengah

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO
JAWA TENGAH

QORI LELYANA
A24070068

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

QORI LELYANA. Studi Pengelolaan Pemetikan Pucuk Daun Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tanjungsari,
PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, yang berlangsung selama empat bulan,
mulai 14 Februari-14 Juni 2011. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan

magang terbagi atas dua yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
Metode langsung dilakukan dengan bekerja secara aktif yaitu mengikuti kegiatan
yang bersifat teknis di lapangan maupun yang bersifat manajerial, melakukan
pengamatan di lapang dan berdiskusi dengan staf dan karyawan. Metode tidak
langsung dilakukan dalam pengumpulan data sekunder melalui laporan
manajemen (bulanan dan tahunan) dan arsip kebun.
Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan
pendamping kepala blok selama dua bulan. Pelaksanaan teknis lapang yang diikuti
meliputi pembibitan, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian gulma, gacok, pemeliharaan saluran air, dan pemetikan.
Pemetikan yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tanjungsari terdiri atas
pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pelaksanaan
pemetikan produksi di Unit Perkebunan Tanjungsari telah menggunakan gunting
petik sejak tahun 1995. Pemetikan produksi dipengaruhi oleh tinggi bidang petik
dan tebal daun pemeliharaan, karena kedua hal tersebut juga menentukan
ketersediaan pucuk yang ada dalam suatu perdu teh. Rata-rata tinggi bidang petik
di Unit Perkebunan Tanjungsari mengalami kenaikan dari tanaman tahun pangkas
I hingga III, kemudian mengalami penurunan pada tanaman tahun pangkas IV,
sedangkan rata-rata tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tanjungsari

adalah 29 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata diameter bidang
petik setelah dipangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu 124.20 cm. Dalam

hal jumlah tumbuhnya pucuk, maka jumlah pucuk tertinggi di Unit Perkebunan
Tanjungsari terjadi pada tanaman tahun pangkas I, sedangkan jumlah pucuk
terendah terjadi pada tanaman tahun pangkas IV. Hal ini terjadi semakin lama
umur tahun pangkas tanaman, maka pertumbuhan pucuk akan semakin lambat.
Gilir

petik di Unit Perkebunan Tanjungsari selama Maret-Mei 2011

mengalami beberapa pergeseran menjadi lebih panjang dari standar yang telah
ditetapkan. Pada blok yang letaknya paling tinggi, memiliki gilir petik paling
panjang yaitu mencapai 8-17 hari. Hanca petik yang paling besar dimiliki oleh
blok dengan gilir petik terpanjang. Hal ini disebabkan karena pengaruh jumlah
tenaga pemetik, pada blok kutilang memiliki jumlah tenaga pemetik yang paling
sedikit yaitu hanya 50 orang, sedangkan pada blok murai dan gelatik masingmasing jumlah tenaga pemetik yaitu 60 orang. Selain itu, luasan areal yang paling
luas menyebabkan Blok Kutilang (57.79 ha) menyebabkan memiliki hanca petik
terbesar dibandingkan dengan Blok Murai (53.12 ha) dan Blok Gelatik (54.19 ha).

Kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tanjungsari pada tahun
2011 sebesar 186 orang, sedangkan berdasarkan kondisi real di lapang terdapat
170 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga pemetik mencukupi
untuk kebutuhan berdasarkan rasio. Rata-rata kapasitas petik yang mampu dicapai
pada Unit Perkebunan Tanjungsari pada Februari hingga Mei 2011 hanya sebesar
33.53 kg/orang, nilai tersebut masih dibawah standar yang telah ditetapkan. Hal
tersebut terjadi terutama disebabkan oleh faktor kondisi kebun yang sedang tidak
sehat sehingga mempengaruhi keadaan pucuk di lapang. Nilai kapasitas petik
setiap pemetik yang rendah juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang
berlebih. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka kapasitas petik setiap
pemetik akan semakin sedikit.
Berdasarkan jumlah keseluruhan tenaga kerja di Unit Perkebunan
Tanjungsari yaitu 255 orang dengan luasan areal yang ada yaitu 165.10 ha, maka
didapatkan nilai ITK Unit Perkebunan Tanjungsari sebesar 1.54 orang/ha. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa ITK di Unit Perkebunan Tanjungsari telah mencapai
standar yang ada, karena standar ITK untuk perkebunan teh 1.5-2 orang/ha
(Iskandar,1988).

Unit Perkebunan Tanjungsari memiliki truk yang berjumlah tiga unit,
masing-masing satu unit untuk satu blok. Jumlah truk tersebut sangat cukup dalam

proses pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik, meskipun terkadang terjadi
penjejalan waring pucuk saat ditumpuk di dalam truk. Kapasitas angkut pucuk
yang optimal yaitu 2 500 kg dan maksimal 3 000 kg dan untuk waring angkut
memiliki kapasitas 25-30 kg. Berdasarkan hasil analisis petik yang dilakukan oleh
penulis selama Maret hingga Mei 2011, didapatkan rata-rata persentase untuk
pucuk halus 7.03%, pucuk medium 45.75%, pucuk kasar 30.28% dan pucuk
rusak 16.94%. Pada Unit Perkebunan Tanjungsari, persentase pucuk halus relatif
tinggi, karena toleransi terambilnya pucuk halus dalam petikan maksimal 5%, jika
lebih dari 5%, maka tenaga pemetik yang ada dinilai kurang terampil.
Analisis pucuk yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa
rata-rata pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) adalah 45.49% dan yang tidak
memenuhi syarat olah (TMS) adalah 54.01%. Nilai tersebut belum memenuhi
standar perusahaan yaitu minimal analisis pucuk 55% MS. Hal tersebut terjadi
karena banyaknya pucuk yang rusak akibat penggunaan gunting petik, gilir petik
yang terlalu panjang, serta adanya serangan hama dan penyakit.

Abstract
The intership was conducted from February 14th until June 14 th at Tanjungsari
Plantation, PT Tambi, Wonosobo, Central Java. The purpose of the intership is to find
out and analyze about plucking management bud of tea. During the intership

activities, there was several work, i.e., conduct field work and assist the foreman each
for a month, and assist the block leader for two month. The plucking management bud
of tea leaf is an important effort to increase bud production and the quality of tea. The
primary data were founded by direct methode, it includes the following activities in
this plantation, observation in the field, and discuss with the employees and staffs in
the office or in the field. The secondary data were founded by indirect methode, include
by monthly or yearly management report. The result of the intership, plucking
management bud of tea in Tanjungsari Plantation, PT Tambi, Wonosobo, Central
Java was good enough, it was characterized by several indicator, such as the leaf
thickness of preservation and pluck section surface, even tough the plantation was not
in a good condition. The increased in supervision for all activities in the field is really
important, especially on plucking management bud of tea, because it will determine the
production and productivity of wet or dry bud of tea.

Keyword: bud of tea, plucking management sprout of tea leaf, bud production, and
quality of tea

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO,

JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Qori Lelyana
A24070068

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK

DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. KUNTZE) DI
UNIT


PERKEBUNAN

TANJUNGSARI,

TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama

: Qori Lelyana

NIM

: A24070068
Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi
NIP 19610621 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

PT

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1989. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari Bapak Warimin dan Ibu Ramadhaniarsih.
Tingkat pendidikan yang pernah dijalani yaitu pada tahun 1994-1995 di Taman
Kanak-kanak Nusa Indah, lalu meneruskan di SDN 011 Pejaten Timur dan lulus
pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 227 Jakarta dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMAN 38 Jakarta dan
sekaligus diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan seminar,

seperti Seminar Pertanian Nasional 2009 dan beberapa kali juga mengikuti
kepanitiaan, seperti MPD AGH 2009 dan Agricultural Career Seminar. Penulis
juga mendapatkan Beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) sejak tahun
2010. Penulis melaksanakan kegiatan KKP selama dua bulan di Desa Pucang
Luwuk, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada bulan Juni hingga Agustus
2010. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit
Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo sebagai bahan penyelesaian
skripsi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat.
rahmat dan hidayah-Nya kegiatan magang ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini yang berjudul “Studi Pengelolaan Pemetikan Pucuk Daun Teh
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan Tanjungsari,
PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”, disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir.


Supijatno,

MSi

sebagai

Dosen

Pembimbing

Skripsi

dan

Dr. Ir. Adiwirman, MS yang telah memberikan bimbingan, pengarahan
serta saran selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama masa studi.
3. Dr. Ir. Sandra A. Azis, MS dan Ir. Sofyan Zaman, MP sebagai dosen
penguji.

4. Ayah Ibu tercinta dan adikku tersayang atas segala doa, kasih sayang,
dukungan dan nasihat yang sangat berarti bagi penulis.
5. Bapak Muhni sebagai Pembimbing Lapang (Kepala Subbagian Kebun)
selama magang yang telah membimbing dan mengajari banyak hal selama
kegiatan magang di Unit Perkebunan Tanjungsari.
6. Bapak Dwi Sujarwo selaku Pimpinan Perusahaan Unit Perkebunan
Tanjungsari, Bapak Slamet Sukoyo selaku Kepala Subbagian Kantor,
Bapak Fauzi selaku Sub Bagian Verifikasi serta seluruh staf Kantor Induk
Unit Perkebunan Tanjungsari (Bapak Sugeng, Bapak Ngusman, Bapak
Suratman, Bapak Amanat, Ibu Sri Sumarlyn).
7. Bapak Muhyani selaku Koordinator Proteksi Tanaman, Bapak Zunaedi
selaku Kepala Blok Kutilang, Bapak Suradi selaku Kepala Blok Murai,
Bapak Mukholik selaku Kepala Blok Gelatik, Bapak Zaman selaku

Koordinator Tim Monitoring, serta para mandor yang telah banyak
membantu dalam kegiatan di kebun.
8. Keluarga Ibu Sri Sumarlyn (Bu Liz) yang telah menerima penulis dengan
baik selama kegiatan magang.
9. Ibu Watini selaku bagian Administrasi Kantor Kebun dan Bapak Tio dari
pihak Agrowisata Tanjungsari.
10. Martini, Ami, Ira, Ima, Mba Novi, Anggianing, Mba Fikrin, Mba Nandya,
Anton, Alfia, Amin, Romy, Esta, Mas Hao dan rekan-rekan Agronomi
Hortikultura Angkatan 44 atas kebersamaannya selama ini.
11. Danisha, Intan, Dwina, Devi atas dukungannya selama ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
semua kalangan dalam mendapatkan informasi tentang pengelolaan
pemetikan teh.

Bogor, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xv

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
Botani Tanaman Teh ..........................................................................
Macam Pemetikan ..............................................................................
Jenis Petikan.......................................................................................
Daur Petik ..........................................................................................
Hanca Petik ........................................................................................
Tinggi Bidang Petik ...........................................................................
Tebal Daun Pemeliharaan ..................................................................

3
3
5
6
7
8
8
9

METODE MAGANG ...............................................................................
Tempat dan Waktu .............................................................................
Metode Pelaksanaan ...........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data ..................................................
Analisis Data dan Informasi ...............................................................

10
10
10
11
14

KONDISI UMUM PERKEBUNAN ........................................................
Sejarah Perkebunan Tambi ................................................................
Letak Wilayah Administratif .............................................................
Keadaan Iklim dan Tanah ..................................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ......................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi ........................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ..........................................

15
15
16
17
17
18
23

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................
Aspek Teknis......................................................................................
Pembibitan ......................................................................................
Pemupukan .....................................................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit .................................................
Pengendalian Gulma .......................................................................
Gacok ..............................................................................................
Pemeliharaan Saluran Air ...............................................................
Pemangkasan ..................................................................................
Pemetikan .......................................................................................
Aspek Manajerial ...............................................................................
Pendamping Mandor .......................................................................

26
26
26
28
31
34
36
37
38
40
53
53

Halaman
Pendamping Kepala Blok................................................................

55

PEMBAHASAN .......................................................................................
Tinggi Bidang Petik ...........................................................................
Tebal Daun Pemeliharaan ..................................................................
Persentase Potensi Tumbuh Pucuk ....................................................
Diameter Bidang Petik .......................................................................
Gilir Petik ...........................................................................................
Hanca Petik ........................................................................................
Jumlah Tenaga Petik ..........................................................................
Kapasitas Petik ...................................................................................
Analisis Petik dan Analisis Pucuk .....................................................
Produktivitas Berdasarkan Tahun Pangkas ........................................

56
56
59
62
65
66
68
69
69
71
74

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran...................................................................................................

77
77
78

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

79

LAMPIRAN ..............................................................................................

81

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Halaman
Rincian Luas Areal dan Tata Guna Lahan Unit Perkebunan
Tanjungsari pada Tahun 2011 .......................................................

18

Luasan Areal untuk Masing-masing Jenis Tanaman Teh di
Unit Perkebunan Tanjungsari................................................ ........

19

Produksi dan Produktivitas Pucuk Teh di Unit Perkebunan
Tanjungsari pada Tahun 2006-2010 .............................................

21

Produktivitas Pucuk Kering Berdasarkan Tahun Pangkas
di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2010 .......................

21

Kebutuhan Pupuk Tunggal Tahap I pada Tahun 2011 di
Unit Perkebunan Tanjungsari .......................................................

29

Rata-rata Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun
Pemeliharaan Tanaman Teh
di
Unit Perkebunan
Tanjungsari Berdasarkan Tahun Pangkas ..................................

42

Perbandingan Gilir Petik antara Pengamatan dengan Standar
pada Masing-masing Blok di Unit Perkebunan Tanjungsari
pada Bulan Maret -Mei 2011 ........................................................

43

Persentase Potensi Pucuk Perdu Tanaman Teh di Unit
Perkebunan Tanjungsari dengan Diameter Bidang Petik 75
cm.................................... ..............................................................

44

Hanca Petik pada Masing-masing Blok di Unit Perkebunan
Tanjungsari pada Bulan Maret-Mei 2011 .....................................

45

10. Kapasitas Petik di Unit Perkebunan Tanjungsari pada
Bulan Januari-Mei 2011 ................................................................

45

11. Kapasitas Petik Berdasarkan Usia .................................................

46

12. Kapasitas Petik Berdasarkan Lama Kerja .....................................

46

13. Kapasitas Petik Berdasarkan Pendidikan ......................................

46

14. Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja antara Pengamatan
dengan Perhitungan Berdasarkan Rasio ........................................

47

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Halaman
15. Hasil Analisis Petik pada Beberapa Blok di Unit
Perkebunan Tanjungsari ................................................................

51

16. Hasil Analisis Pucuk Berdasarkan Tahun Pangkas pada
Beberapa Blok di Unit Perkebunan Tanjungsari ...........................

52

17. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun
Pangkas I dengan Beberapa Standar Kebun ..................................

57

18. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun
Pangkas II dengan Beberapa Standar Kebun ................................

58

19. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun
Pangkas III dengan Beberapa Standar Kebun ...............................

58

20. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun
Pangkas IV dengan Beberapa Standar Kebun ...............................

58

21. Perbandingan Rata-rata Hasil Tebal Daun Pemeliharaan
dengan Beberapa Standar Kebun ..................................................

61

22. Rata-rata Diameter Bidang Petik Berdasarkan Umur
Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari .....................................

66

23. Realisasi Pucuk per Hari di Unit Perkebunan Tanjungsari
pada Bulan Januari-Mei 2011 ......................................................

73

DAFTAR GAMBAR

Nomor
1.

Halaman
Pola Produksi Pucuk Basah per Bulan pada Tahun 2011 di
Unit Perkebunan Tanjungsari .......................................................

22

2.

Penyungkupan Bedengan dan Kondisi Rumah Pembibitan ..........

26

3.

Kegiatan Pemupukan Melalui Tanah ............................................

30

4.

Kegiatan Pemupukan Melalui Daun. .............................................

31

5.

Serangan Hama Empoasca sp. pada Daun Teh....................... ......

32

6.

Serangan Ulat Penggulung Pucuk dan Ulat Penggulung Daun .....

32

7.

Penyakit Cacar Daun pada Tanaman Teh......................................

33

8.

Pengendalian Gulma secara Kimia pada Area TM .......................

36

9.

Kegiatan Gacok pada Areal TBM I ...............................................

37

10. Kegiatan Pemeliharaan Saluran Air ..............................................

38

11. Kegiatan Pemangkasan ..................................................................

39

12. Kondisi Tanaman setelah Pemangkasan........................................

40

13. Pemetikan dengan Menggunakan Gunting Petik...........................

41

14. Pucuk yang tidak normal “Ceker Ayam” ......................................

50

15. Rata-rata Tinggi Bidang Petik Berdasarkan Tahun Pangkas di
Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2011............................

56

16. Rata-rata Tebal Daun Pemeliharaan Berdasarkan Tahun
Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2011..........

61

17. Hubungan antara Tahun Pangkas dengan Potensi Tumbuh
Pucuk .............................................................................................

64

18. Produktivitas Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas
di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2010.......................

75

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1.

Halaman
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian
Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah...............................................................

82

Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping
Mandor di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah ...............................................................

85

Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping
Kepala Blok di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah...............................................................

87

4.

Peta Lokasi Unit Perkebunan Tanjungsari Tahun 2011...............

90

5.

Kondisi Curah Hujan di Unit Perkebunan Tanjungsari
Tahun 2001-2010 ..........................................................................

91

6.

Deskripsi Teh Varietas MPS 7 (Gambung 7)................................

92

7.

Rencana dan Realisasi Produksi Basah Unit Perkebunan
Tanjungsari pada Tahun 2010 ......................................................

94

Realisasi Produksi Unit Perkebunan Tanjungsari pada
Bulan Januari-Mei 2011....................................................... .........

93

Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tanjungsari, PT
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah ..................................................

94

2.

3.

8.

9.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh merupakan tanaman berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga
Camellia dengan nama spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze dan berasal dari
daerah pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand, dan Vietnam. Dalam
spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yaitu var sinensis,
var assamica dan var cambodiensis. Dewasa ini, di Indonesia 99% pertanaman teh
dilakukan dengan menggunakan teh dengan var assamica (Setyamidjaja, 2000).
Hal ini disebabkan var assamica lebih cocok ditanam di daerah tropis, serta
memiliki hasil produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik.
Teh juga merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting di
Indonesia, baik untuk produksi dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa
kandungan di dalam daun teh seperti tanin, katekin, kafein, minyak atsiri, serta
flavonoid. Masing-masing kandungan tersebut memiliki manfaat, yaitu kafein dan
minyak atsiri yang menimbulkan rasa nikmat dan aroma yang sedap, tanin dan
katekin mampu mencegah atau membantu penyembuhan penyakit yang ringan
hingga berat seperti influenza dan kanker, serta sebagai penambah daya tahan
tubuh, flavonoid salah satu golongan polifenol yang mampu meredam radikal
bebas dan antioksidan (Bambang, 1994).
Pengusahaan teh di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat (PR),
perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Estimasi
luasan areal pengusahaan teh pada tahun 2011 di Indonesia secara keseluruhan
yaitu 123 554 ha dengan rincian yaitu 56 529 ha (45.75%) untuk perkebunan
rakyat, 38 920 ha (31.50%) untuk perkebunan besar negara, dan 28 105 ha
(22.75%) untuk perkebunan besar swasta. (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
Dalam dunia perdagangan, teh memiliki kontribusi yang penting
khususnya sebagai sumber devisa non migas yang mampu menambah pemasukan
kas negara. Tetapi saat ini, produksi teh di Indonesia sedang mengalami
penurunan, terlihat dari data tahun 2009,

produksi teh total dapat mencapai

156 901 ton dengan luasan areal 123 506 ha menghasilkan produktivitas

2

sebesar 1 270.4 kg/ha/tahun, sedangkan tahun 2010 produksi teh total hanya
mencapai 150 342 ton dengan luasan areal 124 573 ha yang menghasilkan
produktivitas sebesar 1 206.9 kg/ha/tahun. Volume ekspor teh Indonesia pada
tahun 2009 sebesar 92 305 ton dengan nilai ekspor mencapai US $ 171 628 000
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
Menurut FAO (2011), pada tahun 2008 Indonesia menduduki peringkat
ketujuh sebagai produsen teh terbesar di dunia setelah China, India, Kenya, Sri
Lanka, Turki, dan Vietnam. Peningkatan hasil produksi dan kualitas teh dapat
dilakukan melalui suatu perencanaan kerja dari mulai penanaman hingga
pemanenan yang harus dilakukan secara terpadu. Salah satu aspek penting yang
mempengaruhi kualitas teh adalah pemetikan. Pemetikan merupakan pemungutan
hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi
pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi
secara berkesinambungan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Studi pengelolaan pemetikan perlu dilakukan atas dasar permasalahan
yang terjadi di perkebunan, seperti kapasitas pemetik, jumlah tenaga pemetik,
sistem transportasi pucuk dan cara penanganannya, serta dalam rangka
meningkatkan keterampilan dalam teknik pemetikan. Hal ini disebabkan kapasitas
pemetik di beberapa perkebunan seperti pada Unit Perkebunan Tambi dan
Perkebunan Jolotigo yang masih dibawah standar. Dalam hal sistem trasportasi
pucuk, terjadi kekurangan sarana pengangkutan, terlihat dengan adanya penjejalan
pucuk. Melalui “Studi Pengelolaan Pemetikan Pucuk Daun Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) Di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah”, diharapkan mampu mengidentifikasi dan memberikan pemecahan
tentang permasalahan yang ada dan meningkatkan keterampilan dalam teknik
pemetikan.
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk melatih keterampilan
penulis melalui proses kegiatan kerja secara nyata di suatu perusahaan tertentu.
Tujuan khusus magang ini adalah untuk mempelajari aspek pengelolaan
pemetikan di perkebunan teh yang berguna untuk memberikan solusi terhadap
masalah pengelolaan pemetikan yang terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh
Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu
tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah
pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand, dan Vietnam. Tanaman teh
merupakan tanaman berbentuk pohon, tingginya mencapai belasan meter.
Tanaman teh tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian antara
400 s/d 1 200 m di atas permukaan laut dengan suhu antara 13o-25oC. Semakin
tinggi daerah penanaman teh, maka semakin tinggi mutu teh yang dihasilkan
(Siswoputranto, 1978). Hal ini berkaitan dengan metabolisme primer dan
sekunder yang terjadi, karena di dataran tinggi memiliki intensitas cahaya yang
rendah, yang mengakibatkan proses metabolisme lebih cenderung ke arah
metabolisme sekunder (pertumbuhan pucuk) dibandingkan metabolisme primer
(fotosintesis).
Tanaman teh tumbuh baik pada kondisi tanah vulkanik muda dengan
drainase yang baik dan tanah yang masam (pH 4.5-5.5). Ketinggian tanaman
dapat mencapai 2.75 m untuk teh cina, sedangkan untuk teh jenis Assamica dapat
mencapai 6-8 m. Tanaman teh berakar tunggang menyebar secara merata baik
vertikal maupun horizontal. Selain itu, teh juga memiliki akar cabang yang tidak
terlalu panjang. Tumbuhnya akar pada tanaman teh sangat dipengaruhi oleh
pendeknya jarak tanaman dan tinggi pangkasan. Teh mempunyai bentuk daun
yang beraneka ragam tergantung pada varietasnya. Daun teh berupa daun tunggal
yang berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berwarna hijau, dan tepinya
bergerigi. Daun teh bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan
berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000).
Teh memiliki bunga yang muncul di ketiak daun, di cabang-cabang dan
ujung daun, bunganya tunggal dan ada yang tersusun dari rangkaian terkecil.
Bunga teh berbentuk bulat, berwarna putih dan dilapisi lilin, yang terdiri atas
putik, bakal buah, petal berjumlah 4-6, dan benang sari berjumlah 100-300. Buah
teh termasuk bunga sempurna yang mempunyai putik (calyx) dengan mahkota

4

(sepal) berjumlah 5-7. Tetapi, pada perkebunan teh jarang sekali terlihat bunga teh
karena sering dipangkas.

Pemetikan Teh
Pengambilan hasil tanaman teh berupa pucuk dan daun muda yang sudah
memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan (Suwardi,
1999). Pemetikan juga merupakan pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas
teh beserta daun yang masih muda, untuk diolah menjadi produk teh kering yang
merupkan komoditi perdagangan (Setyamidjaja, 2000). Menurut Pusat Penelitian
Teh dan Kina (2006), pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh
yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Definisi lain dari pemetikan adalah
kegiatan pemungutan hasil berupa pucuk yang dilakukan secara teratur dan terusmenerus yang bertujuan untuk memperoleh hasil berupa tunas dan daun muda
sebanyak-banyaknya sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh.
Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem
petikan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Ghani (2002) menyatakan
bahwa strategi dasar pemetikan teh adalah menghasilkan pucuk dengan mutu
standar sebanyak-banyaknya secara berkesinambungan. Mutu standar teh sangat
bergantung pada jenis petikan, dengan jenis petikan yang pas atau sesuai maka
akan mendapatkan mutu teh yang tinggi. Jenis petikan yang menghasilkan mutu
teh yang tinggi adalah petikan halus dan medium. Tetapi, sebagian besar
perkebunan teh menerapkan jenis petikan medium karena tidak hanya
memperhitungkan mutu tetapi juga hasil produksi yang ingin dicapai. Pemetikan
dilakukan sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu
berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Pusat Penelitian Teh dan Kina,
2006). Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan optimum
atau tidaknya produksi teh. Pemetikan yang berlebihan, kurang baik karena akan
menyebabkan tanaman ada dalam kondisi tertekan. Teknik pemetikan yang efektif
dilakukan sesuai atau memenuhi standar analisis pucuk yang ditetapkan, yaitu
pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS).
Menurut Tobroni et al (1985) dan Fernando (1977), pemetikan sangat
berpengaruh dan memiliki hubungan yang sangat penting terhadap hasil produksi

5

dan mutu teh jadi. Pemetikan pucuk yang terlalu muda akan menghasilkan mutu
pucuk yang baik, tetapi hasilnya sedikit (Suwardi, 1999). Sebaliknya, jika banyak
memetik pucuk yang tua, hasilnya akan banyak tetapi mutu pucuk rendah.
Peningkatan kualitas teh dapat dilakukan dengan melakukan suatu teknik
pemetikan yang sesuai dengan standar analisis pucuk yang telah ditetapkan oleh
perkebunan. Tujuannya adalah untuk memperkirakan persentase mutu teh yang
akan dihasilkan dari pucuk yang dihasilkan. Selain itu, kualitas teh tidak hanya
dipengaruhi oleh mesin, peralatan yang baik, ataupun teknik pengolahannya,
tetapi juga pada jenis dan cara pemetikan. Proses pemetikan berpengaruh pada
kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu jadi teh. Pemetikan banyak
dilakukan oleh tenaga manusia yang sebagian besar tenaga wanita karena
pemetikan teh umumnya dilakukan secara teliti.
Macam Pemetikan
Pemetikan terbagi atas tiga macam, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan
produksi, dan pemetikan gendesan (Setyamidjaja, 2000). Pemetikan jendangan
adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas
untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata, dengan ketebalan lapisan
daun pemeliharaan yang cukup agar tanaman memilki potensi produksi yang
tinggi. Pemetikan jendangan ini dimulai jika 60% dari luas areal pertumbuhan
telah memenuhi syarat untuk dijendang yaitu kondisi pucuk sudah melebihi
15-20 cm dari luka pangkasan. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006),
tinggi bidang petikan jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi
rendahnya pangkasan. Semakin tinggi bidang pangkasan, maka tinggi bidang
petikan jendangan semakin kecil, hal ini akan mempermudah dalam melakukan
pemetikan. Tetapi sebaliknya, semakin rendah bidang pangkasan, maka tinggi
bidang petikan jendangan semakin tinggi dan hal ini juga akan memudahkan
dalam melakukan pemetikan karena tinggi bidang pangkasan yang rendah.
Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan
dengan pemetikan produksi.
Pemetikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan setelah
pemetikan

jendangan

sampai

menjelang

pemetikan

gendesan

dengan

memperhatikan kesehatan tanaman. Pemetikan produksi juga dilakukan secara

6

teratur dan mengutamakan kerataan bidang petik, artinya apabila bidang petik
sudah terbentuk rata baik dalam barisan maupun antar barisan dan pada bidang
petik telah tumbuh banyak tunas muda (Suwardi, 1999). Dalam petikan produksi,
pucuk yang dipanen adalah pucuk yang telah manjing (pas untuk dipetik) dan
berada di atas bidang petikan, pucuk yang berada di bawah bidang petik tidak
dipetik dan ketebalan daun pemeliharaan antara 20-30 cm. Tujuan dari pemetikan
produksi ini adalah untuk mencapai hasil (produksi) yang sebanyak-banyaknya.
Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan segera (seminggu)
menjelang pemangkasan dengan cara dipetik habis semua pucuk yang layak, tanpa
memperhatikan bagian pucuk yang ditinggalkan pada perdu dan hanya dilakukan
sekali. Tujuan dari pemetikan gendesan ini adalah memanfaatkan tunas-tunas dan
daun-daun muda yang ada pada perdu, yang jika tidak dipetik akan terbuang
dengan dilaksanakannya pemangkasan. Pemetikan gendesan dilakukan seminggu
sebelum pemangkasan dimulai (Setyamidjaja, 2000).
Jenis Petikan
Pelaksanaan pemetikan produksi di suatu areal perkebunan menggunakan
jenis petikan tertentu yang sesuai dengan kebijakan di perkebunan teh yang
bersangkutan dan sesuai dengan jenis petikan. Definisi dari jenis petikan adalah
macam pucuk yang dihasilkan dari pemetikan. Jenis petikan yang ada pemetikan
produksi ada tiga, yaitu petikan halus, petikan medium serta petikan kasar. Dalam
rangka menghasilkan mutu teh perlu dilakukan petikan halus, yaitu pucuk yang
dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun (p+1), atau pucuk burung
(b) dengan satu daun yang muda (m) dengan rumus b+1m. Petikan medium yaitu
pemetikan halus dan ditambah satu daun di bawahnya atau pucuk yang dihasilkan
terdiri dari pucuk peko dengan dua daun (p+2) serta pucuk burung dengan dua
atau tiga muda (b+2m, b+3m).
Ada juga perusahaan yang melakukan pemetikan medium dengan
pemetikan halus dan ditambah satu daun di bawahnya. Petikan kasar yaitu
memetik pucuk daun (peko) dengan tiga atau lebih daun di bawahnya, termasuk
batangnya. Petikan kasar sering dilakukan di beberapa perkebunan rakyat
(Siswoputranto, 1978). Petikan kasar yaitu pucuk yang dihasilkan terdiri dari
pucuk peko dengan tiga daun (p+3) atau lebih, dan pucuk burung dengan

7

beberapa daun tua, dengan rumus b+(1-4t). Umumnya, jenis petikan yang
dikehendaki adalah jenis petikan medium.
Dalam jenis petikan yang telah diuraikan, terdapat istilah-istilah pucuk
yang dipetik, yaitu pucuk peko dan pucuk burung. Pucuk peko adalah pucuk yang
sedang berada pada periode tumbuh aktif yang ditandai dengan bentukan daun
yang menggulung, sedangkan pucuk burung adalah pucuk yang mengalami masa
dorman. Periode istirahat dan tumbuh aktif dari pucuk harus berselang-seling.
Selain itu, memiliki hubungan yang erat pada pertumbuhan tanaman teh, jika
kondisi tanaman sehat dan kebutuhan akan unsur hara cukup maka periode aktif
akan semakin lama. Sebaliknya, pada kondisi yang tidak sehat dan kekurangan
unsur hara maka periode dorman akan semakin lama. Munculnya pucuk burung
dapat digunakan sebagai indikasi menurunnya kesehatan tanaman (Gustiya,
2005).
Daur Petik
Daur petik merupakan salah satu aspek pemetikan yang menentukan hasil
dan mutu pucuk serta potensi kualitas hasil teh jadi (Restiandi D. dan Sudradjat,
1998). Menurut Tobroni dan Adimulya (1997), daur petikan merupakan jangka
waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari.
Daur petik disebut juga siklus atau gilir petik, dipengaruhi oleh umur pangkas,
ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Berdasarkan ketinggian, gilir
petik dibagi menjadi dua yaitu dataran tinggi dengan gilir petik 10-12 hari dan
dataran rendah dengan gilir petik 9-10 hari.
Daur petik sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk.
Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim,
ketinggian tempat, umur pangkas, dan kesehatan tanaman. Tanaman yang berada
pada dataran tinggi, pada waktu musim kemarau, umur pangkas yang tua serta
keadaan tanaman yang kurang sehat maka pertumbuhan pucuk lambat sehingga
gilir petiknya panjang. Selain itu, Suwardi (1999) menyatakan daur petik yang
tepat akan menghasilkan mutu pucuk yang bermutu tinggi. Menurut Anggorowati
(2008), gilir petik yang diterapkan di Kebun Kemuning, Karanganyar, sudah
sesuai dengan standar yaitu 10-12 hari.

8

Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari.
Hanca petik dari tiap blok berbeda-beda, hal ini bergantung pada pengaturan
mandor panen pada blok tersebut. Hanca petik ditentukan berdasarkan luas areal
dan gilir petik. Pengaturan dan pelaksanaannya juga bergantung pada kondisi
kebun. Kebun dengan topografi bergelombang dan berlereng curam biasanya
mempunyai hanca petik yang lebih sempit. Hanca petik setiap pemetik
berdasarkan jenis petikan akan berbeda-beda.
Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), hanca petik memiliki
hubungan yang negatif dengan gilir petik dan dengan jumlah

tenaga petik.

Semakin besar hanca petik, maka gilir petik semakin pendek dan begitu juga
sebaliknya. Semakin banyak jumlah tenaga kerja maka hanca petik semakin kecil.
Berbeda halnya dengan luas areal dan kondisi pucuk, semakin baik kondisi pucuk
dan luasan areal yang luas, maka semakin besar hanca petiknya. Gustiya (2005)
menyatakan bahwa pada Perkebunan Jolotigo, PTPN IX di Pekalongan rata-rata
hanca petik sebesar 2.26 patok/hari, sedangkan menurut Anggorowati (2008) pada
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning di Karanganyar rata-rata hanca petikan
produksi sebesar 0.75 patok/HOK.

Tinggi Bidang Petik
Tinggi bidang petik merupakan salah satu hal yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar
antara 10-15 cm dan pertumbuhan tanaman teh secara alami dapat mencapai
12-15 m. Hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam pemetikan, maka untuk
memudahkan pemetikan dilakukan pemangkasan setiap empat tahun sekali (Pusat
Penelitian Teh dan Kina, 2006). Ketinggian bidang petik yang ideal untuk
pemetikan adalah sekitar 110-120 cm.
Qibtiyah (2009) menjelaskan bahwa di Unit Perkebunan Tambi, semakin
lama umur pangkas teh maka bidang petik akan semakin tinggi dan rata-rata
tinggi bidang petik yang diperoleh masih di bawah ketentuan. Salah satu blok di
Unit Perkebunan Tambi yaitu blok tanah hijau memiliki tinggi bidang petik yang
telah melebihi 100 cm sehingga menyulitkan kegiatan pemetikan.

9

Tebal Daun Pemeliharaan
Tebal daun pemeliharaan merupakan suatu kondisi dimana daun-daun teh
yang tertinggal pada perdu yang sengaja dipelihara untuk bahan kegiatan produksi
teh dan biasanya memiliki ketebalan dari pertumbuhan daun terbawah sampai
permukaan bidang petik. Tebalnya daun pemeliharaan ini sangat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan tunas baru pada tanaman teh. Menurut Pusat Penelitian
Teh dan Kina (2006), tebal daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm,
lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan tunas akan
terhambat. Tebal daun pemeliharaan ini perlu dipertahankan agar tanaman tetap
ada dalam kondisi pertumbuhan yang sehat.
Menurut Qibtiyah (2009), pada tiap Blok di Unit Perkebunan Tambi
terdapat adanya hubungan antara umur tanaman setelah pangkas dengan tebal
daun pemeliharaan. Pada Blok Pemandangan dan Tanah Hijau terlihat bahwa
semakin lama (semakin tua) umur pangkas maka daun pemeliharaan akan
semakin tebal. Tetapi, keadaan berbeda terlihat pada Blok Taman dan Panama,
pada kedua blok ini tanaman pada umur pangkas ke-IV memiliki tebal daun
pemeliharaan yang tipis jika dibandingkan dengan tanaman pada umur
pangkas ke-II dan ke-III. Tipisnya daun pemeliharaan di kedua Blok tersebut,
disebabkan oleh cara pemetikan yang dilakukan oleh para pemetik yang terkait
dengan keterampilan pemetik yang masih rendah.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Unit Perkebunan Tanjungsari,
PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, yang berlangsung selama empat bulan mulai
14 Februari sampai 14 Juni 2011.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang terbagi atas dua yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan
bekerja secara aktif yaitu mengikuti kegiatan yang bersifat teknis di lapangan
maupun yang bersifat manajerial, serta melakukan pengamatan terhadap peubah
yang telah ditentukan selama kegiatan magang. Kegiatan yang bersifat teknis di
lapangan meliputi pembibitan, pengendalian gulma, pemeliharaan tanaman,
pemberantasan hama dan penyakit, pemupukan, serta pemetikan. Metode tidak
langsung dilakukan dalam pengumpulan data sekunder melalui laporan
manajemen (bulanan maupun tahunan) dan arsip kebun.
Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan (Lampiran 1), pendamping mandor selama satu bulan
(Lampiran 2), dan pendamping kepala blok selama dua bulan (Lampiran 3). Pada
pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan pertama, penulis
diberikan kesempatan untuk melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan,
pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian

hama dan penyakit, serta

pemetikan. Selain itu, juga dilakukan pencatatan teknis kegiatan yang dilakukan,
prestasi kerja mahasiswa, dan prestasi kerja karyawan kebun.
Pada bulan kedua, penulis diberi tanggung jawab sebagai pendamping
mandor dan melaksanakan tugas yang menyangkut aspek manajerial, seperti :
membagi, mengarahkan, memotivasi dan mengawasi tugas tenaga kerja selama
kegiatan di lapang, mengorganisir tenaga kerja pada setiap kegiatan, membantu
dalam pencatatan jumlah tenaga kerja dan biaya operasional pada setiap kegiatan,
mengamati kehidupan sosial tenaga kerja (usia, pendidikan).

11

Pada bulan ketiga dan keempat penulis bertanggung jawab sebagai
pendamping kepala blok. Kegiatan yang dilakukan antara lain menganalisis
kegiatan di lapangan, membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja serta
membuat jurnal harian di tingkat blok. Selain itu, wawancara juga dilakukan
dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan magang, seperti mandor
lapangan, kepala blok dan pegawai perusahaan lainnya.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada kegiatan magang dilakukan dengan dua metode
langsung maupun tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan
data primer dengan bekerja secara aktif dan pengamatan di lapang, diskusi,
wawancara dengan staf dan karyawan kebun yang berhubungan dengan aspek
pemetikan.

Analisis

terhadap

faktor-faktor

yang

diamati

dan

diduga

mempengaruhi proses pemetikan yang terjadi di lapangan serta kendala-kendala
yang dihadapi oleh pihak kebun terutama dalam hal pengelolaan pemetikan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan metode tidak langsung yaitu
diperoleh dari laporan manajemen (bulanan dan tahunan), arsip di kantor induk
dan pihak-pihak yang terkait, serta melalui studi pustaka. Data-data sekunder
meliputi letak geografis dan topografi, kondisi tanah dan iklim, curah hujan, luas
areal dan tataguna lahan, kapasitas pemetik, ketenagakerjaan, rencana dan
realisasi produksi basah dan kering pada tahun terakhir, produktivitas teh kering
lima tahun terakhir berdasarkan tahun setelah pangkas dan struktur organisasi.
Studi pustaka meliputi buku teks, jurnal ilmiah, laporan manajemen kebun dan
sumber literatur lainnya diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh.
Analisis selanjutnya dilakukan dengan membandingkan antara data primer (hasil
pengamatan) dengan standar yang berlaku.
Peubah-peubah yang diamati selama kegiatan magang dengan aspek
pemetikan (pemetikan produksi), yaitu:
1. Tinggi Bidang Petik
Tinggi bidang petik diukur dari permukaan tanah sampai permukaan bidang
petik. Pengukuran tinggi bidang petik diamati dengan mengambil 20 tanaman
contoh yang dipilih acak dan menyebar, dan dilakukan terhadap tanaman yang

12

mewaliki umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas. Frekuensi pengamatan
dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing tahun pangkas di tiap blok.
2. Diameter Bidang Petik
Diameter bidang petik diukur dengan mengukur dua sisi yang berbeda yang
paling terluar lalu dirata-rata, sehingga hasil yang didapat lebih valid.
Pengukuran diameter bidang petik dilakukan dengan mengambil 20 tanaman
contoh dipilih acak dan meyebar, dan dilakukan terhadap tanaman yang
mewaliki umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas. Frekuensi pengamatan
dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing tahun pangkas di tiap blok.
3. Tebal Daun Pemeliharaan
Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan daun terbawah
sampai permukaan bidang petik. Pengukuran tebal daun pemeliharaan
dilakukan dengan mengambil 20 tanaman contoh dipilih acak dan meyebar,
dan dilakukan terhadap tanaman yang mewaliki umur I, II, III dan IV tahun
setelah pangkas. Frekuensi pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali pada
masing - masing tahun pangkas di tiap blok.
4. Persentase Potensi Tumbuh Pucuk
Jumlah pucuk peko dan pucuk burung dihitung dengan menggunakan lingkaran
bambu yang berdiameter 75 cm yang diletakkan pada bidang pengamatan, lalu
hitung jumlah pucuk peko dan burung yang ada di dalam bambu tersebut.
Persentase didapatkan dengan cara membagi masing-masing jumlah jenis
pucuk dengan jumlah keseluruhan pucuk yang ada. Sampel yang diambil untuk
pengamatan ini yaitu 20 tanaman contoh dipilih acak dan menyebar, dan
dilakukan terhadap tanaman yang mewaliki umur I, II, III dan IV tahun setelah
pangkas.

Frekuensi

pengamatan

dilakukan

sebanyak

3

kali

pada

masing-masing tahun pangkas di tiap blok.
5. Gilir Petik
Data diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara
dengan mandor petik, kepala blok maupun kepala subbagian kebun.

13

6. Hanca Petik
Hanca petik diperoleh dari pengamatan langsung dan data kemandoran pada
blok yang diamati, diperoleh dengan rumus :
Hanca petik = luas areal yang dipetik/hari x jumlah patok/ha
Jumlah tenaga pemetik
7. Jumlah Tenaga Pemetik
Tenaga pemetik (TP) dihitung secara langsung (riil) di lapang dari salah satu
kemandoran yang dipilih dan dari laporan jumlah tenaga pemetik dari kantor.
8. Analisis Petik dan Analisis Pucuk
Analisis petik dan pucuk dilakukan dengan cara mengambil pucuk masingmasing satu genggam dari semua pemetik, campur secara merata, dan dari
sampel tersebut diambil sebanyak 200 gram. Dalam analisis petik, pucuk
tersebut dicampur secara merata, lalu dipisahkan berdasarkan rumus petiknya
(petikan halus : p+1, p+2, dan b+1; petikan medium : p+3, b+2, dan b+3;
petikan kasar : p+4 atau lebih, b+4 atau lebih; pucuk rusak : lembaran) guna
mengetahui persentase masing-masing jenis pucuk, sedangkan analisis pucuk
dilakukan dengan dengan memisahkan pucuk yang memenuhi syarat olah (MS)
yaitu p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m dan tidak
memenuhi syarat olah (TMS) yaitu p+4, b+4m, b+1t, b+2t, b+3t, b+4t,
lembaran, dan tangkai tua, kemudian ditimbang guna mengetahui persentase
masing-masing jenis pucuk. Angka persentase (%) jenis pucuk baik analisis
petik maupun pucuk diperoleh dengan membandingkan berat masing-masing
kelompok pucuk yang bersangkutan dengan bobot total sampel. Kegiatan
analisis petik dan pucuk dilakukan pada tanaman yang mewakili umur tanaman
tahun pangkas I, II, III dan IV pada masing-masing blok.
9. Kapasitas Petik
Kapasitas petik diamati berdasarkan umur, pendidikan, serta pengalaman kerja
(lama kerja) selama lima hari berturut-turut dari salah satu kemandoran yang
dipilih di lapangan pada masing-masing blok. Selain itu, data juga diperoleh
dari laporan produksi (data sekunder).

14
10. Sarana Transportasi Pucuk
Proses pengangkutan pucuk diamati dengan melihat jenis angkutan yang
digunakan, jumlah unit kendaraan, dan kapasitas angkut.
Analisis