Analisis pemetikan dan pengaruhnya terhadap mutu pucuk tanaman teh (Camellia sinensis (l.) O. Kuntze) di unit perkebunan tanjungsari, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

INDRIANI NOVITA PRATIWI
A24070131

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

INDRIANI NOVITA PRATIWI. Analisis Pemetikan dan Pengaruhnya terhadap
Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Unit Perkebunan
Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF
PIETER LONTOH).
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal 14 Februari
sampi 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo, Jawa

Tengah. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk memperluas pengetahuan
dan pengalaman mengenai aspek pemetikan daun teh serta menambah dan
mengembangkan keterampilan di lapangan dan membandingkan dengan teori yang telah
didapat di bangku kuliah. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari
aspek - aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis
pemetikan sehingga dihasilkan pucuk teh yang bermutu.
Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti
langsung segala kegiatan yang telah dijadwalkan oleh perusahaan, metode tidak
langsung dilakukan dengan mengambil data sekunder yang bersumber dari arsip
maupun laporan-laporan dari kantor.
Kegiatan langsung yang dilakukan penulis meliputi kegiatan yang bersifat teknis
maupun manajerial. Kegiatan yang bersifat teknis dilakukan selama satu bulan dengan
menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) diantaranya: pemeliharaan pembibitan,
pmeliharaan TBM dan TM serta pemetikan. Kegiatan yang bersifat manajerial meliputi
satu bulan menjadi pendamping mandor dan dua bulan menjadi pendamping kepala
blok. Selama menjadi pendamping mandor kegiatan yang dilakukan diantaranya
membantu mengawasi pekerja dan membuat laporan harian atau mingguan. Sedangkan
selama menjadi pendamping kepala blok kegiatan yang dilakukan diantaranya
membantu mengawasi mandor, membentu pembuatan laporan upah dan belajar

mengenai pembuatan RKAP.
Kegiatan pemetikan di UP (Unit Perkebunan) Tanjungsari menerapkan jenis
pemetikan medium dan memiliki gilir petik yang masih bervariasi antara 8 - 19 hari.

Jumlah tenaga pemetik yang dimiliki sudah mencukupi kebutuhan tenaga pemetik
bahkan cenderung berlebih. Kondisi tanaman di UP Tanjungsari sedang dalam kondisi
yang tidak sehat sehingga diadakan Program Recovery yang bertujuan untuk
menyehatkan tanaman kembali. Program Recovery ini berisi beberapa kegiatan yang
umumnya tidak dilakukan dalam budidaya tanaman teh, tetapi dilakukan di UP
Tanjungsari agar tanaman dapat sehat kembali.
Analisis pemetikan di UP Tanjungsari terdiri dari analisis petik yang dilakukan
oleh mandor di kebun dan analisis pucuk yang dilakukan di pabrik pengolahan. Rata rata dari analisis petik pada masing-masing blok selama bulan Maret-Mei 2011 adalah
44.41 % dan termasuk dalam petikan medium. Analisis pucuk untuk masing-masing
blok selama bulan Maret - Mei 2011 berkisar antara 33.89 % - 45.95 % untuk pucuk
memenuhi syarat olah (MS). Analisis pemetikan diantaranya dipengaruhi oleh gilir
petik, ketinggian tempat, tahun pangkas dan jenis klon.
Gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Semakin pendek
gilir petik maka hanca petik akan semakin luas. Hal ini karena semakin pendek gilir
petik maka pertumbuhan peko semakin banyak sehingga hanca petik juga semakin luas.
Ketersediaan pucuk ini harus diimbangi dengan penanganan yang tepat setelah

pemetikan agar mutu pucuk tetap terjaga dari saat pemetikan sampai pucuk sampai di
pabrik dan diolah. Ketersediaan pucuk juga mempengaruhi kapasitas pemetik, semakin
banyak ketersediaan pucuk maka kapasitas pemetik juga akan semakin besar. Ketepatan
kegiatan pemetikan harus didukung oleh sarana panen dan transportasi agar kegiatan
panen dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan perusahaan.
Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas adalah tahun pangkas.
Produktivitas berdasarkan tahun pangkas di UP Tanjungsari mencapai puncaknya pada
tahun pangkas ketiga yaitu rata-rata untuk ketiga blok adalah 2 562.68 kg/ha/th.
Produktivitas tanaman mulai menurun pada tahun pangkas keempat sehingga pada
tahun pangkas keempat tanaman perlu dipangkas untuk menaikkan produksi dan
produktivitasnya. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh kembali dan
mengahsilkan pucuk - pucuk baru yang berkualitas.

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

INDRIANI NOVITA PRATIWI
A24070131

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT
PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI,
WONOSOBO

Nama


: Indriani Novita Pratiwi

NIM

: A24070131

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS.
NIP. 19570711 198111 1 001

Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus : .....................................


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang propinsi Jawa Tengah pada tanggal 30 November
1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Endro
Pranoto dan Ibu Tri Setyo Nurhaeni.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 1 Pamotan pada tahun 1995 dan
lulus pada tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Pamotan dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Rembang dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Fakultas Pertanian
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama menempuh pendidikan di Institut
Pertanian Bogor penulis aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) sebagai
sekertaris. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan beberapa kegiatan, diantaranya SERI A,
Festival Tanaman, Agrosportment dan Seminar Pertanian Nasional.
Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah
Manajemen Air dan Hara Tanaman. Tahun 2010 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah
Kerja Profesi (KKP) di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes. Pada
tahun 2011 penulis melaksanakan kegiatan magang di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT

Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis
Pemetikan dan Pengaruhnya terhadap Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia
Sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tanjungsari, Wonosobo, Jawa
Tengah. Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu, Bapak dan Adik atas doa, perhatian, dukungan dan semangatnya yang
tidak pernah berhenti.
2. Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi atas segala
bimbingan dan masukannya selama ini. Bapak Ir. Supijatno, MSi selaku
dosen penguji dan Ibu Dr. Ani Kurniawati, SP., MSi selaku dosen wakil
urusan departemen. Bapak Dr. Ir. Herdhata Agusta selaku pembimbing
akademik.
3. Direksi PT Tambi, Bapak Dwi Sujarwo selaku Pimpinan Unit Perkebunan
Tanjungsari dan Bapak Yoyo selaku Kepala Kantor Induk Unit
Perkebunan Tambi. Bapak Muhni selaku Kepala Bagian Kebun Unit

Perkebunan Tanjungsari yang telah bersedia menjadi Pembimbing Lapang
penulis.
4. Pak Zunaidi, Pak Kholik, Pak Yani dan Pak Suradi selaku kepala blok
yang telah banyak memberikan pengalaman.
5. Ibu Wati dan segenap staf Kantor Kebun maupun Kantor Induk Unit
Perkebunan Tanjungsari. Keluarga Ibu Lis dan Pak Jaman serta
masyarakat implasmen atas segala keramahan dan keterbukaan hati
menerima penulis di Unit Perkebunan Tanjungsari.
6. Teman hati dan tempat berbagi, Bagus, Siska, Evi, Pipit, Marcha atas
semua dukuangan, doa, semangat dan kebahagiaan yang sudah dilewati
selama ini.
7. Teman berbagi selama 4 bulan, Qori serta teman seperjuangan Walad dan
Asim atas semangat dan dukungan yang selalu diberikan.

8. Teman - teman Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 atas
semangat dan dukunganya selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.

Bogor, September 2011


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

xii

PENDAHULUAN ...................................................................................................
Latar Belakang ..............................................................................................
Tujuan ............................................................................................................


1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
Botani Teh ......................................................................................................
Syarat Tumbuh ...............................................................................................
Pemetikan .......................................................................................................
Analisis Pemetikan .........................................................................................

3
3
3
4
6

METODE MAGANG .............................................................................................
Waktu dan Tempat .........................................................................................
Metode Pelaksanaan .......................................................................................

Pengamatan dan Pengumpulan Data ..............................................................
Pengolahan Data ............................................................................................

7
7
7
8
10

KEADAAN UMUM ...............................................................................................
Sejarah Kebun ................................................................................................
Letak Wilayah Administratif .........................................................................
Keadaan Iklim dan Tanah ..............................................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan...................................................................
Kedaan Tanaman, Produksi dan Pemasaran ..................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................
Program Recovery ..........................................................................................

11
11
12
12
13
13
15
17

PELAKSANAAN DI LAPANG .............................................................................
Aspek Teknis..................................................................................................
Aspek Manajerial ...........................................................................................

19
19
37

PEMBAHASAN......................................................................................................
Analisis Petik .................................................................................................
Analisis Pucuk................................................................................................
Gilir Petik dan Hanca Petik ............................................................................
Kapasitas Pemetik ..........................................................................................
Kebutuhan Tenaga Pemetik ...........................................................................

40
40
46
48
50
51

Halaman
Sarana Panen dan Transportasi ................................................................................
Produktivitas berdasarkan Umur Pangkas ...............................................................

53
55

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................
Kesimpulan ....................................................................................................
Saran...............................................................................................................

57
57
58

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

59

LAMPIRAN ............................................................................................................

61

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2011 ..................................

13

2.

Luas Areal dan Jenis Klon Tanaman Teh Tahun 2011 ......................

14

3.

Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Pucuk Basah dan Kering
Tahun 2006 - 2010 .............................................................................

15

4.

Tingkatan dan Jumlah Karyawan .......................................................

17

5.

Kebutuhan Pupuk Tunggal Tahun 2011 ............................................

24

6.

Dosis dan Jenis Herbisida ..................................................................

26

7.

Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret-Mei 2011 ................

40

8.

Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik ..............................................

42

9.

Analisis Petik Berdasarkan Dua Ketinggian ......................................

43

10. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas .......................................

44

11. Analisis Petik Berdasarkan Jenis Klon ..............................................

45

12. Analisis Pucuk Bulan Maret - Mei 2011............................................

47

13. Kapasitas Pemetik Bulan Maret – Mei 2011 .....................................

50

14. Kebutuhan Tenaga Pemetik (TP) UP Tanjungsari.............................

52

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Rumah Naungan.................................................................................

19

2.

Bedeng yang Masih Disungkup .........................................................

21

3.

Bedeng yang Telah Dibuka Sungkupnya ...........................................

21

4.

Kegiatan Pemupukan Tanah ..............................................................

23

5.

Alat-alat yang Digunakan dalam Pemupukan ....................................

24

6.

Gulma di Areal TM ............................................................................

26

7.

Daun yang Terkena Hama Penggulung Pucuk ..................................

28

8.

Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit ......................................

29

9.

Kegiatan Gacok di Areal TBM ..........................................................

30

10. Pucuk Peko.........................................................................................

32

11. Pucuk Burung.....................................................................................

32

12. Kegiatan Pemetikan Produksi ............................................................

33

13. Kegiatan Pemangkasan ......................................................................

36

14. Hasil Pangkasan Jambul ....................................................................

36

15. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas ............................

56

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas ...................

62

2.

Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor ........................

64

3.

Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Kepala Blok .................

66

4.

Peta Kebun Unit Perkebunan Tanjungsari .........................................

69

5.

Deskripsi Klon ...................................................................................

70

6.

Rencana dan Realisasi Produksi dan Produktivitas 2006 - 2010 .......

71

7.

Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah dan Kering Januari
- Mei 2011 ..........................................................................................

71

8.

Data Curah Hujan UP Tanjungsari Tahun 2001 - 2010 .....................

72

9.

Analisis Pucuk UP Tanjungsari Tahun 2010 .....................................

73

10. Analisis Pucuk UP Tanjungsari Bulan Januari - Mei 2011 ...............

73

11. Struktur Organisasi Unit Perkebunan Tanjungsari ............................

74

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara - negara Cina Selatan
(Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut
yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis (PPTK,
2006). Menurut Setyamidjaja (2000) tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684 berupa biji teh dari
Jepang. Biji teh ini dibawa oleh seorang warga Jerman bernama Andreas Cleyer
dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Sekarang teh telah banyak
dibudidayakan dalam bentuk perkebunan, baik yang dikelola oleh negara maupun
swasta.
Komoditas teh merupakan tanaman yang menyegarkan dan menyehatkan
sehingga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam perekonomian
Indonesia. Komoditas teh Indonesia sudah sangat terkenal dan memiliki
keunggulan dibandingkan produk serupa dari China, bahkan sumbangan devisa
dari ekspor teh nasional pada tahun 2010 mencapai USD 110 juta (Rp 1 trilyun)
per tahun (PTPN VIII, 2010). Peran lain dari subsektor perkebunan teh selain
menyumbang devisa bagi negara adalah penyediaan lapangan kerja bagi sebagian
penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan pada umumnya letak perkebunan teh
berada di pedesaan atau lebih tepatnya pegunungan. Menurut Direktorat Jenderal
Perkebunan (2007), diperkirakan perkebunan teh melibatkan kurang lebih 286 000
tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi di wilayah
tersebut.
Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2007 adalah 133 734 ha dengan
produksi 150 623 ton dan produktivitas sebesar 1 363 kg/ha/th. Volume ekspornya
mencapai 83 658 ton, sedangkan volume impornya mencapai 10 336 ton
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Pada tahun 2009 luas areal perkebunan
teh Indonesia mengalami penurunan menjadi 123 506 ha tetapi didukung dengan
kenaikan produksi menjadi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 432 kg/ha/th
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

2
 

Peningkatan produksi tanaman teh dapat dilakukan dengan teknik
budidaya yang baik dan benar agar diperoleh pucuk teh yang bermutu tinggi baik
secara kualitas maupun kuantitas. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam
pengolahan teh, baik teh hitam maupun teh hijau (PPTK, 2006). Mutu pucuk hasil
pemetikan, yaitu kehalusan dan keseragaman jenis pucuk dipengaruhi oleh
panjang daur pemetikan (Mahmud dan Sukasman, 1988). Kualitas pucuk juga
dapat ditingkatkan dengan memperhatikan cara dan jenis pemetikan serta
manajemen tenaga kerja.
Pemetikan sendiri merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang
masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan
berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu
pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu
diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan
dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus
disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Melalui sistem
pemetikan yang dilaksanakan, diharapkan dapat mempertahankan kualitas dan
kuantitas hasil panen (Setyamidjaja, 2000).

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai aspek pemetikan daun teh serta
menambah dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh di lapangan dan
membandingkannya dengan teori yang didapat di bangku kuliah.
Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek aspek pemetikan dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap analisis petik.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Teh
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk kedalam famili
Theaceae, kelas Dicotyledone dan genus Camellia (Eden, 1965). Tanaman teh
berasal dari daerah subtropis pada 250 LU - 350 LS dan 950 BT - 1050 BT yang
terletak diantara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara
(Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini akan tumbuh baik di daerah dataran tinggi
meskipun tidak menutup kemungkinan tanaman teh juga dapat tumbuh di dataran
rendah tetapi dengan mutu yang kurang baik.
Tanaman teh berbentuk pohon dan biasanya dipangkas ketika tingginya
mencapai 90 - 120 cm. Menurut Putri (2002) ketinggian tanaman teh berbeda beda, untuk teh Cina ketinggiannya dapat mencapai 2.75 m, sedangkan teh jenis
Assamica mencapai 6 - 8 m. Akar tanaman teh merupakan akar tunggang yang
panjang, daunnya berbentuk bulat telur terbalik dengan tepi yang bergerigi.

Syarat Tumbuh
Ketinggian optimum untuk tanaman teh adalah 700 - 1 200 m dpl,
sebagaimana yang terlihat di beberapa perkebunan teh di Jawa barat. Tanaman teh
yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 1 200 m dpl akan menghasilkan produksi
optimum setelah tanaman berumur 10 tahun (Fordham, 1977). Menurut Ghani
(2002) semakin tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi pula mutunya.
Lingkungan fisik yang baik diperlukan untuk pertumbuhan tanaman teh.
Kondisi iklim yang mendukung akan mempengaruhi mutu daun teh. Tanaman teh
memerlukan curah hujan tahunan sekitar 2 000 mm - 2 500 mm dan suhu harian
berkisar 130 C - 150 C. Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk siang hari tidak
kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992).
Kondisi tanah juga turut menentukan mutu daun teh. Tanah dengan
kedalaman olah tinggi, berdrainase baik serta kaya unsur hara sangat cocok untuk
areal perkebunan teh. Adisewojo (1982) menambahkan tanaman teh dapat tumbuh


 

pada berbagai jenis tanah di daerah pegunungan tinggi, tanah pegunungan tua,
tanah laterik merah dan merah tua yang terbentuk bukan dari endapan laut.

Pemetikan
Pemetikan merupakan cara pengambilan hasil tanaman teh berupa pucuk
daun yang dilakukan secara teratur dan terus menerus sesuai dengan persyaratan
dalam pengolahan teh. Pemetikan berfungsi membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000).
Teknik pemetikan teh yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau
tidaknya produksi teh (Anggorowati, 2008).
Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang
diterapkan oleh perkebunan teh. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam
pemetikan adalah gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jarak waktu antara
satu

pemetikan

dengan

pemetikan

selanjutnya

yang

dipengaruhi

oleh

pertumbuhan tunas dan kecepatan pertumbuhan pucuk. Hanca petik adalah luas
areal pemetikan yang harus diselesaikan oleh pemetik dalam satu hari (Qibtiyah,
2009).
Menurut Adisewojo (1982), pemetikan teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu
pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan
jendangan dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, dengan tujuan
membentuk bidang petik. Setelah tiga sampai lima kali pemetikan jendangan,
selanjutnya dapat dilakukan pemetikan produksi. Pemetikan produksi bertujuan
untuk mendapatkan pucuk untuk pengolahan serta membentuk kondisi tanaman
agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Sedangkan pemetikan gendesan
merupakan pemetikan pucuk daun teh yang dilakukan beberapa bulan sebelum
tanaman dipangkas dengan tujuan mengurangi kehilangan produksi akibat
pemangkasan.
Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa selain jenis pemetikan, ada
beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemetikan tanaman teh,
diantaranya :


 

1. Jenis petikan
Jenis petikan merupakan jenis/macam pucuk yang dihasilkan dalam
pelaksanaan pemetikan. Ada tiga jenis petikan yang umum dikenal, yaitu :
a. Petikan halus, merupakan pucuk yang yang dihasilkan dari pucuk peko
(p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda
(m). Rumus petiknya p+1 atau b+1m.
b. Petikan medium, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko
dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu,
dua, atau tiga daun muda. Rumus petiknya p+2, p+3m, b+1m, b+2m,
b+3m.
c. Petikan kasar, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko
dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa
daun tua (t). Rumus petiknya p+4 atau lebih, b+(1+4)t.
2. Giliran petik
Gilir atau daur petik adalah selang atau jangka waktu antara satu
pemetikan dengan pemetikan lainnya yang dihitung dalam hari. Faktor faktor yang mempengaruhi gilir petik diantaranya :
a. Umur pangkas, semakin tua umur pangkas maka makin panjang daur
petiknya.
b. Iklim, gilir petik pada musim kemarau lebih panjang daripada musim
hujan.
c. Elevasi, makin tinggi ketinggian suatu kebun dari permukaan laut,
makin panjang gilir petiknya.
d. Kesehatan

tanaman,

makin

sehat

tanaman,

makin

cepat

pertumbuhannya.
3. Hanca petik
Hanca petik ataupun areal petik adalah luas areal pemetikan yang harus
selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari.


 

4. Tenaga pemetik
Jumlah tenaga pemetik (TP) dapat dihitung dengan rumus :
pucuk
produksi
ha x rendemen
th
x
pemetik
kapasitas
HKE /th
ha

A %

dengan A merupakan persentase absensi pemetik dalam satu tahun.

Analisis Pemetikan
Kegiatan analisis pemetikan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
kegiatan pemetikan yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan
suatu perusahaan atau belum. Ada dua macam analisis pemetikan yaitu analisis
petik dan analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Petik
Analisis petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan pada jenis pucuk atau
rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan
dalam persen. Kegunaan analisis petik adalah untuk menilai kondisi tanaman,
menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur maupun cara pemetikan, serta
menilai keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Pucuk
Analisis pucuk merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan
pada bagian muda dan tua serta bagian yang rusak yang dinyatakan dalam persen.
Pucuk yang rusak yaitu pucuk yang sobek, terlipat maupun terperam. Tujuan
analisis pucuk adalah untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan
harga pucuk serta memperkirakan mutu teh jadi yang dihasilkan (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk juga dapat digunakan untuk menentukan
premi yang diterima pemetik apabila persentase pucuk yang memenuhi syarat
olah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan.

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari tanggal 14
Februari sampai tanggal 14 Juni 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari, PT.
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT. Tanjungsari,
Wonosobo, Jawa Tengah dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Penulis melaksanakan metode langsung dengan
mengikuti semua kegiatan teknis di kebun meliputi pembibitan, pemeliharaan TM
maupun TBM, pemetikan, administrasi serta manajerial. Metode tidak langsung
dilaksanakan dengan mengambil data sekunder dari arsip - arsip serta laporan laporan yang ada di perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan penulis dimulai secara bertahap yang diawali
dengan menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan. Selama
menjadi KHL, penulis melakukan semua kegiatan di bawah pimpinan mandor
meliputi pembibitan sampai pemetikan sesuai dengan kegiatan yang telah
dijadwalkan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL dapat
dilihat pada Lampiran 1. Satu bulan berikutnya penulis bekerja sebagai
pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi pekerjaan
karyawan setiap hari serta mencatat prestasi kerja karyawan pada setiap aspek
pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Dua bulan terakhir di perusahaan, penulis bekerja sebagai pendamping
kepala blok/afdeling. Pendamping kepala blok/afdeling bertugas membantu
mengawasi dan mengontrol mandor dan karyawan. Kegiatan lain yang dilakukan
penulis ketika menjadi pendamping kepala blok/afdeling diantaranya membantu
pembuatan laporan upah karyawan serta membantu admisitrasi kantor kebun yang
berkaitan dengan prestasi karyawan. Selama menjadi pendamping kepala

8
 

blok/afdeling, penulis tidak hanya melakukan aspek teknis di kebun, tetapi juga
mempelajari aspek manajerial di kantor kebun. Kegiatan yang dilakukan selama
menjadi pendamping kepala blok/afdeling dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan yang dilakukan untuk aspek khusus dalam kegiatan magang
ini adalah pemetikan daun teh secara langsung di lapangan. Pengumpulan data
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan pengamatan atau mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara
dengan pekerja, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan - laporan dan
arsip perusahaan. Data sekunder yang diambil dari perusahaan diantaranya data
mengenai luas areal perusahaan, topografi, curah hujan lima tahun terakhir,
produksi dan produktivitas lima tahun terakhir, serta standar perusahaan dan hal hal lain yang berhubungan dengan aspek khusus yang akan diamati. Pengamatan
dilakukan pada tiap blok berdasarkan tahun pangkas sesuai dengan data - data
primer yang dibutuhkan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing tahun
pangkas. Peubah - peubah yang diamati meliputi:
1. Analisis petik
Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau
rumus petik. Masing - masing pemetik diambil segenggam pucuknya
untuk kemudian dicampur dan diambil sebanyak 200 gr dan dipisahkan
sesuai rumus petiknya, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam persen.
Analisis petik dilakukan dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan
berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis
klon. Jenis petikan terbagi menjadi :
• Petikan halus

: p+1, p+2m

• Petikan medium

: p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m

• Petikan kasar

: p+4 atau lebih, b+(1 – 4t)

• Petikan rusak

: pucuk yang tidak terpetik sempurna atau
terkena hama penyakit

9
 

2. Analisis pucuk
Analisis pucuk dilakukan sendiri oleh penulis di kebun dikarenakan UP
Tanjungsari tidak memiliki pabrik pengolahan. Analisis pucuk dilakukan
dengan memisahkan pucuk berdasarkan bagian muda dan tua yang
dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
yang sama seperti pengambilan sampel untuk analisis petik. Setelah
dilakukan analisis petik kemudian dilakukan analisis pucuk. Analisis
pucuk di UP Tanjungsari meliputi :
• Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3,b+1m, b+2m, b+3m
• Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1 – 5)t
3. Gilir petik dan hanca petik
Gilir petik merupakan waktu dilaksanakannya pemetikan, dari satu
pemetikan ke pemetikan selanjutnya. Hanca petik merupakan luas areal
yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari. Pengamatan gilir
petik dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan
dilakukan pada masing - masing blok, pengamatan hanca petik dihitung
berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan
pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan hanca petik menggunakan
rumus :
Luas areal petik/hari

= luas areal yang dipetik
gilir petik

Hanca seorang pemetik

= luas areal petik/hari x jumlah patok/ha
jumlah pemetik

4. Kapasitas petik
Kapasitas petik adalah kapasitas pemetik per hari dalam satu kemandoran.
Kapasitas petik diamati selama tiga bulan dari bulan Maret - Mei 2011.
5. Kebutuhan tenaga petik (TP)
Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga
pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga
petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu :

10
 

Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100+absensi) %
Kapasitas pemetik x HKE/th
6. Sarana panen dan transpotasi
Sarana panen dan transportasi diamati langsung sesuai dengan kondisi di
kebun.
7. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas
Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas didapat dari arsip atau
laporan tahunan perusahaan.

Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan analisis
deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk
melihat hasil pengamatan primer dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan
maupun standar baku yang berlaku pada pemetikan teh. Analisis deskripstif
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t student pada taraf nyata 5 %,
rata-rata dan persentase.
t–student =

dengan Sp =

keterangan:
= rata – rata pengamatan 1 dan 2
= ragam contoh 1 dan 2
= jumlah pengamatan 1 dan 2
Sp

= simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila

thitung < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas
(n1 + n2 – 2) (Walpole, 1990).

KEADAAN UMUM

Sejarah Kebun
PT Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintah Hindia Belanda
yang pada tahun 1856 disewakan kepada pengusaha swasta dari Belanda yang
bernama D. Nander Ships dan W. D. Jong. Pada tahun 1880-an, PT Tambi dibeli
oleh Mr. M.P. Van Den Berg, A.W. Holle dan Ed. Jacobson yang kemudian
secara bersama-sama mendirikan Bagelan Thee en Kina Maatschappi (BTKM) di
Wonosobo. Kepengurusan dan pengelolaankebun tersebut kemudian diserahkan
kepada Firma Jhon Peet and Co yang berkedudukan di Jakarta.
Pada saat awal kedatangan bangsa Jepang, kebun Tanjungsari digunakan
sebagai penjara bagi orang Jepang. Kemudian setelah Indonesia merdeka PT
Tambi (kebun Bedakah, Tambi dan Tanjungsari) diambil alih oleh pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah koordinasi Pusat Perkebunan
Negara (PPN) yang berpusat di Surakarta. Kantor perkebunan Bedakah dan
Tanjungsari pada saat itu dipusatkan di Magelang.
Berdasarkan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada November
1949 maka UP Bedakah, Tambi dan Tanjungsari dikembalikan kepada pemilik
semula yaitu BTKM. BTKM tidak segera mengelola ketiga kebun tersebut,
sehingga para mantan pegawai PPN membentuk kantor bersama yang dinamakan
Perkebunan Gunung pada tanggal 21 Mei 1951. Akhirnya pada tanggal 17 Mei
1954 BTKM menjual ketiga perkebunan tersebut dan berdirilah PT NV ex PPN
Sindoro Sumbing.
Pada tahun 1957 tercapai kesepakatan antara Pemerintah Daerah
Wonosobo dengan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing, yaitu dengan membagi
kepemilikan modal masing - masing 50 % untuk Pemerintah Daerah Wonosobo
dan 50 % untuk PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Berdasarkan kesepakatan ini
dibentuklah perusahaan baru dengan nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi
atau disingkat PT NV Tambi dengan akte Notaris Raden Sujadi di Magelang pada
tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman pada
tanggal 10 April No. 5/30/25 yang kemudian diterbitkan pada lembaran berita
Negara nomor 63 tanggal 12 Agustus 1960.

12
 

Seiring dengan perkembangannya, maka perusahaan membangun tiga
pabrik pengolahan teh yaitu UP Bedakah, UP Tambi dan UP Tanjungsari. Sejak
tahun 1991, UP Tanjungsari hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan teh
basah atau pergudangan pucuk daun teh. Pengolahan pucuk yang dihasilkan UP
Tanjungsari diolah pada UP Tambi. Pada bulan Mei 2010 kepemilikan modal PT
Tambi berpindah dari PT NV ex PPN Sindoro Sumbing ke PT Indo Global
dengan 50 % modal lainnya masih dikelola oleh Pemerintah Daerah Wonosobo.

Letak Wilayah Administratif
Unit Perkebunan Tanjungsari merupakan salah satu Unit Perkebunan yang
dikelola oleh PT Tambi. Unit Perkebunan Tanjungsari terletak di lereng Gunung
Sumbing dan berjarak 14 km dari kota Wonosobo ke sebelah tenggara. Secara
administratif UP Tanjungsari terletak di Kecamatan Sapuran dan Kecamatan
Kalikajar dengan kantor UP Tanjungsari yang terletak di Desa Sedayu,
Kecamatan Sapuran, Wonosobo.
Batas administratif dari UP Tanjungsari adalah sebelah utara berbatasan
dengan Desa Sedayu, Kedalon, Karangduwur dan Purwojiwo. Sebelah barat
berbatasan dengan Desa Sedayu dan Jolontoro. Sebelah timur berbatasan dengan
Desa Ngadisalam, Purwojiwo dan Tempuran Timur. Sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Jolontoro, Ngadisalam dan Sapuran.
UP Tanjungsari terdiri dari tiga blok yang letaknya saling berdekatan satu
sama lain (Lampiran 4). Ketiga blok tersebut adalah :


Blok Kutilang, dengan ketinggian 800 - 1040 m dpl



Blok Murai, dengan ketinggian 780 - 800 m dpl



Blok Gelatik , dengan ketinggian 700 - 780 m dpl

Keadaan Iklim dan Tanah
Rata-rata curah hujan di Unit Perkebunan Tanjungsari selama sepuluh
tahun terakhir (2001 - 2010) adalah 4 050.7 mm per tahun dengan kisaran curah
hujan 2 951 mm - 5 762 mm per tahun. Jumlah hari basah rata - rata dalam

13
 

sepuluh tahun terakhir adalah 163.6 hari per tahun. Berdasarkan data curah hujan
UP Tanjungsari selama sepuluh tahun terakhir, kondisi iklim di UP Tanjungsari
menurut Schmidt Ferguson termasuk dalam tipe iklim B (Lampiran 8). Jenis tanah
di UP Tanjungsari adalah tanah latosol atau tanah dengan syarat olah. Jenis tanah
ini menyebabkan kondisi tanaman UP Tanjungsari berbeda dengan kondisi
tanaman di UP lain yang memiliki jenis tanah andosol.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal UP Tanjungsari secara keseluruhan adalah 208.07 ha dengan
teh sebagai komoditi tunggal. Luas areal untuk tanaman menghasilkan yaitu
161.30 ha, sedangkan luas areal untuk tanaman belum menghasilkan yaitu 16.88
ha. Selain untuk areal TBM dan TM luas UP Tanjungsari juga mencakup areal
replanting yaitu 14.94 ha dan areal pembibitan dengan luas 0.80 ha. Luas areal
dan tata guna lahan secara keseluruhan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tahun 2011
No

Penggunaan Lahan

Luas Areal (ha)

1

Tanaman teh

2

Pembibitan

0.80

3

Emplasmen/kantor

2.78

4

Agrowisata

3.33

5

Jalan besar

4.37

6

Lapangan

1.10

7

Kebun perbanyakan

1.57

8

Kebun buah

1.00

Jumlah

193.12

208.07

Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari

Keadaan Tanaman, Produksi dan Pemasaran
Tanaman teh yang terdapat di UP Tanjungsari merupakan tanaman yang
berasal dari stek (klonal) dan seedling. Perbandingan luas areal untuk bahan

14
 

tanam stek dan seedling adalah 85.8 % dari luas keseluruhan kebun untuk bahan
tanam klon dan 14.2 % dari luas keseluruhan kebun untuk bahan tanam seedling.
Klon yang terdapat di UP Tanjungsari adalah TRI 2024, TRI 2025, Gambung 7,
RB (Ranca Bolang) 3, CIN 143, TB (Tambi) Merah dan PS (Pasir Sarongge).
Klon yang paling banyak ditanam adalah TRI 2024 sebanyak 50.08 % dari total
luas UP Tanjungsari, sedangkan klon unggulan adalah Gambung 7 (Lampiran 5).
Jarak tanam untuk tanaman teh di UP Tanjungsari adalah 120 cm x 75 cm
dengan populasi tanaman 10 000 tanaman/ha untuk tanaman klonal dan 3500
tanaman/ha untuk seedling. Sebaran jenis bahan tanaman teh (klon/seedling) yang
terdapat di UP Tanjungsari pada masing - masing blok dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Jenis Klon Tanaman Teh Tahun 2011
Jenis Klon
No

Blok

Luas

1 Kutilang

TRI TRI
CIN
TB
GB 7 RB 3 Seedling
PS
2024 2025
143 Merah
……………………………(ha)……………………………………..
65.55 23.35 0.64 24.93
0.22
16.34
0.00
0.07 0.00

2 Murai

65.26 44.17

0.00 14.16

0.80

5.89

0.12

0.00 0.12

3 Gelatik

66.28 31.19

0.00 29.13

0.00

5.76

0.12

0.08 0.00

Jumlah

197.09 98.71

0.64 68.22

1.02

27.99

0.24

0.15 0.12

Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari

Produktivitas pucuk tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir di UP
Tanjungsari dicapai pada tahun 2008, yaitu produktivitas pucuk basah yang
mencapai 11 576 kg/ha dan produktivitas pucuk kering sebesar 2 472 kg/ha.
Rencana dan realisasi produksi dan produktivitas tahun 2006 - 2010 dapat dilihat
pada Lampiran 6. dan rencana dan realisasi produksi pucuk basah dan kering
bulan Maret – Mei 2011 dapat dilihat pada Lampiran 7. Luas areal, produksi
pucuk basah dan pucuk kering di UP Tanjungsari dari tahun 2006 sampai 2010
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata – rata
produktivitas teh kering di UP Tanjungsari dari tahun 2006 – 2010 tergolong
tinggi yaitu 2 279 kg/ha lebih tinggi dari produktivitas teh pada perkebunan milik
negara yang hanya mencapai 1 432 kg/ha pada tahun 2009.

15
 

Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Pucuk Basah dan Kering
Tahun 2006 - 2010
Tahun

Luas TM

…(ha)…
2006
197.11
2007
197.11
2008
197.11
2009
197.11
2010
179.39
Rata - rata

Produksi
Pucuk Basah
……(kg)…..
1 841 527
2 179 072
2 281 931
2 051 817
1 920 638
2 054 997

Produktivitas
Teh Basah
..(kg/ha/th)..
9 342
11 055
11 576
10 409
10 706
10 618

Produksi Teh
Kering
…..(kg)…..
395 719
467 999
487 392
441 746
412 937
441 158

Produktivitas
Teh Kering
..(kg/ha/th)..
2 007
2 374
2 474
2 241
2 301
2 279

Sumber : Arsip Kantor Kebun UP Tanjungsari

Produk teh yang dihasilkan oleh UP Tanjungsari adalah teh hitam, tetapi
pengolahan teh tidak dilakukan di UP Tanjungsari, melainkan di UP Tambi.
Pemasaran teh hitam PT Tambi dilakukan baik untuk skala lokal maupun
internasional. Pemasaran skala lokal produk teh hitam PT Tambi hanya dilakukan
untuk daerah Wonosobo dan sekitarnya dan dipasarkan dalam bentuk daunt eh
kering dan teh celup. Pemasaran skala internasional dilakukan dengan ekspor ke
berbagai Negara yaitu Amerika, Arab Saudi, Rusia, Belanda, India dan Jepang.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Unit Perkebunan Tanjungsari dipimpin oleh seorang pemimpin UP yang
bertanggungjawab secara langsung kepada direksi PT Tambi (Lampiran 11).
Tugas dari seorang pemimpin UP adalah memimpin, merencanakan, mengatur,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas karyawan UP. Selain
bertanggungjawab kepada direksi, dalam pelaksanaan tugasnya seorang pemimpin
UP juga membawahi secara langsung kepala bagian kantor dan kepala bagian
kebun.
Bagian kantor dipimpin oleh seorang kepala sub bagian (Kasubag) kantor
yang bertugas mencatat administrasi kantor maupun kebun di dalam pembukuan
keuangan. Kasubag kantor membawahi bendahara, bagian pembukuan dan bagian
administrasi lainnya.

16
 

Bagian kebun dipimpin oleh seorang kepala bagian kebun yang bertugas
memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi segala
kegiatan di kebun. Kepala bagian kebun membawahi kepala blok , kepala proteksi
tanaman dan bagian administrasi kebun. Kepala blok membawahi pembimbing
(mandor) petik, pemeliharaan dan pembibitan. Kepala proteksi tanaman bertugas
merencanakan dan mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
proreksi tanaman. Bagian administrasi kebun bertugas mengerjakan laporan laporan yang masuk dari pembimbing petik, pemeliharan dan pembibitan.
Selain bagian kantor dan bagian kebun, di UP Tanjungsari terdapat juga
kepala seksi keamanan yang bertugas mengatur pelaksanaan tugas - tugas
pengamanan di lingkungan perkebunan. Terdapat juga kepala seksi workshop pool
yang bertugas mengawasi pelaksanaan teknis mesin, listrik dan mengkoordinasi
transportasi dalam rangka kegiatan bagian kantor maupun bagian kebun.
Selanjutnya terdapat kepala seksi tata lingkungan di UP Tanjungsari yang
bertugas menjaga dan memelihara lingkungan di UP Tanjungsari.
Karyawan yang terdapat di UP Tanjungsari seluruhnya berjumlah 255
orang. Karyawan - karyawan tersebut terbagi atas tiga tingkatan yaitu karyawan I,
karyawan II dan karyawan borong tetap. Karyawan I merupakan karyawan yang
oleh perusahaan ditetapkan menjadi karyawan I berdasarkan Surat Keputusan
yang dikeluarkan dari perusahaan. Karyawan II adalah karyawan yang oleh
perusahaan ditetapkan menjadi karyawan II berdasarkan masa kerja dan prestasi
tertentu dibidangnya. Karyawan II statusnya berada di bawah karyawan I dengan
gaji yang dibayar tiap bulan dan terdiri atas karyawan II A, II B, II C, II D dan II
E. Karyawan borong tetap adalah karyawan yang upahnya dibayarkan menurut
hasil kerja yang telah dilakukan. Selain ketiga tingkatan karyawan di atas, di UP
Tanjungsari terdapat juga karyawan lepas yaitu karyawan yang jumlahnya tidak
tetap sesuai dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja dalam suatu kegiatan yang
dilakukan. Tingkatan dan jumlah karyawan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada
Tabel 4.

17
 

Tabel 4. Tingkatan dan Jumlah Karyawan
Tingkatan Karyawan
Karyawan I
Karyawan II
Karyawan II A
Karyawan II B
Karyawan II C
Karyawan II D
Karyawan II E
Karyawan Borong Tetap
Pemeliharaan
Petikan
Jumlah Total

Jumlah
9
10
11
5
17
1
56
146
255

Sumber : Arsip Kantor Induk UP Tanjungsari Tahun 2011

Setiap karyawan di UP Tanjungsari mendapat fasilitas - fasilitas
diantaranya gaji, bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan cuti, asuransi
keselamatan kerja, pendidikan, perumahan dan rekreasi. Karyawan yang telah
berumur 55 tahun atau masa kerjanya lebih dari 20 tahun di UP Tanjungsari dapat
mengajukan pensiun kepada perusahaan.

Program Recovery
Produktivitas tinggi merupakan tujuan utama dari PT Tambi, termasuk UP
Tanjungsari. Produktivitas yang tinggi tidak akan tercapai apabila kondisi
tanaman sedang tidak sehat seperti yang terjadi pada UP Tanjungsari. Kondisi
tanaman yang tidak sehat diantaranya ditunjukkan dengan gejala serangan cacar
daun teh atau blister blight yang cukup tinggi sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman serta tebal daun pemeliharaan yang kecil. Hal
ini menyebabkan produksi tanaman menurun sehingga diperlukan tindakan untuk
memperbaiki kondisi tanaman agar dapat berproduksi secara optimal. Salah satu
tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanaman agar produksi dapat
meningkat adalah melalui Program Recovery, yaitu program perbaikan kesehatan
tanaman agar nantinya produksi kembali naik sesuai dengan apa yang telah
ditargetkan perusahaan.

18
 

Program

Recovery

berisi

perlakuan

-

perlakuan

tertentu

yang

direkomendasikan oleh Tim Konsultan dari Gambung sebagai tim yang dipercaya
menangani Program Recovery. Alasan utama perlu diadakannya Program
Recovery adalah kondisi tanaman yang sebagian besar tidak sehat, baik terserang
penyakit maupun hama tanaman yang mengakibatkan produktivitas turun. Adanya
Program Recovery ini diharapkan dapat menyehatkan kembali tanaman sehingga
produktivitasnya kembali naik. Program Recovery hanya dilaksanakan pada
nomor - nomor kebun yang kondisinya dinilai tidak sehat, pada nomor kebun yang
kondisi tanamannya sehat kegiatan pemeliharaan maupun pemetikan dilakukan
sebagaimana biasa.
Perlakuan - perlakuan yang diberikan pada tanaman selama Program
Recovery diantaranya gabar dan skipping. Gabar yaitu membiarkan pucuk tidak
dipetik selama 2 - 3 kali siklus petik yang sudah ditetapkan. Skipping yaitu cara
pemetikan yang bertujuan untuk meratakan bidang petik agar pertumbuhan pucuk
dalam dapat lebih cepat dan serempak.
Program Recovery mulai dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai
waktu yang tidak ditentukan yaitu ketika tanaman dinilai sudah dalam kondisi
yang baik. Dampak bagi perusahaan dengan adanya Program Recovery dapat
dilihat pada kapasitas pemetik yang terus meningkat dari bulan Maret – Mei 2011.
Hal ini menunjukkan kondisi tanaman mulai membaik yang ditandai dengan
peningkatan kapasitas pemetik yang berarti peningkatan produksi.
Program Recovery tidak selalu menunjukkan dampak yang baik bagi
perusahaan maupun karyawan. Adanya tindakan gabar menyebabkan pergeseran
gilir petik, sehingga dalam beberapa hari pemetik tidak dapat melakukan kegiatan
pemetikan yang berakibat berkurangnya pendapatan (upah). UP Tanjungsari
masih akan melanjutkan Program Recovery setidaknya sampai satu tahun ke
depan dengan tetap melakukan evaluasi demi mencapai target produksi yang telah
ditetapkan.

PELAKSANAAN DI LAPANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh.
Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan.
Areal pembibitan di Unit Perkebunan Tanjungsari terletak pada blok Gelatik
nomor kebun 16 dengan luas 5 500 m2. Tanaman teh yang ditanam di areal
pembibitan semuanya berasal dari bahan stek, dengan klon Gambung 7. Bahan
stek berasal dari pohon induk yang ada di areal pembibitan. Tanaman yang akan
dijadikan bahan dipotong (cutting) menggunakan cutter. Satu minggu sebelum di
cutting, dilakukan tiping atau membuang pucuk dari tanaman induk agar daun
lebih kaku, lebuh cepat bertunas dan lebih hijau. Bahan stek dipotong sepanjang 4
cm dan apabila daun terlalu lebar, dapat dipotong. Sebelum ditanam, bahan stek
dicelupkan (deeping) terlebih dahulu ke dalam larutan Atonik dengan dosis 1 ml/l
air dan larutan Dithane dengan dosis 1 g/ml.
Pada areal pembibitan terdapat 188 bedeng yang sebagian besar
merupakan bedeng untuk tanaman teh, sedangkan sisanya merupakan bedeng
untuk tanaman pelindung teh yaitu tanaman Saman atau Samanea saman. Jarak
antar bedeng adalah 60 cm dengan lebar masing - masing bedeng 1 m. Pembibitan
pada tanaman teh dilakukan dalam sebuah rumah naungan. Bagian atas dari
rumah naungan berupa rigen atau anyaman bambu dengan tiang penyangga dari
bambu. Keadaan rumah naungan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rumah Naungan

20
 

Media tanam terdiri dari tanah top soil dan sub soil yang masing-masing
telah diayak sebelumnya. Setelah tanah diayak, lapisan top soil dicampur dengan
Rock fosfat sebanyak 1.2 kg/m2, KCl 0.5 kg/m2, Kiseri