Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah
i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TAMBI, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
LAILA RAHMADONA
A24080017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT
TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan
Tambi,
PT Tambi, Wonosobo, Central Java
Laila Rahmadona1), Ade Wachjar2)
1) Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
2) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
Abstract
The objectives were to improve the understanding, to analyze tea management
aspect which is related to tea plucking, and to improve the technical skills of tea
plantation. This field practice was conducted on February 2012 to May 2012 at Unit
Perkebunan Tambi, PT Tambi which is located in Wonosobo, Central Java. The
major purpose on tea management is to study of truly tea plucking management.
Plucking tea management is influenced by growth of tea pecco, hight of pluck area,
and thick of maintenance leaf. The growth of tea pecco and hight of pluck area have
a certain relation with plucking capacity, and thick of maintenance leaf. A good
supervision will improve skill of plucker and produce peccos which match with
standard of tea management.
Keywords : tea, pecco, plucking
ii
RINGKASAN
LAILA RAHMADONA. Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
(Dibimbing oleh ADE WACHJAR).
Tujuan magang secara umum adalah menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai budidaya tanaman teh pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.
Selain itu kegiatan magang juga bertujuan mempelajari pengelolaan pemetikan teh
yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas teh yang lebih baik. Magang
dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama
tiga bulan mulai bulan Februari 2012 hingga Mei 2012. Selain itu, penulis juga
mempelajari berbagai aspek yang berhubungan dengan pemetikan yang baik berupa
siklus petik, hanca petik, kebutuhan tenaga kerja dan mencoba mencari solusi atas
setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Pengamatan terhadap berbagai aspek pemetikan meliputi siklus petik, hanca
petik, kebutuhan tenaga kerja, mencoba mempelajari dan mencari solusi atas setiap
permasalahan yang dihadapi di lapangan. Selain itu penulis juga melakukan
pengamatan terhadap potensi pucuk, tinggi bidang petik, ketebalan daun
pemeliharaan, hanca petik, kapasitas pemetik, analisis petik, analisis pucuk, dan
sistem transportasi pucuk. Data hasil pengamatan di uji dengan menggunakan uji
t-student dan standar deviasi.
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah praktik kerja
langsung di lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan yang disusun penulis dan
perusahaan. Kegiatan yang dilakukan meliputi sebagai karyawan harian lepas (KHL)
selama tiga minggu dengan melakukan kegiatan pemetikan produksi, pemangkasan,
pembibitan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit. Pendamping
mandor selama tiga minggu dengan melakukan pengawasan terhadap KHL dan rapat
koordinasi. Asisten kasubag kebun selama enam minggu dengan melakukan
pengawasan terhadap laporan kebun, pengawasan mandor di lapangan, dan
ii
iii
pembinaan KHL. Semua rincian kegiatan yang dilakukan selama magang telah
dicatat di dalam jurnal harian. Selain praktik kerja langsung penulis juga telah
melakukan studi pustaka kebun seperti laporan manajemen kebun.
Pemetikan di Unit Perkebunan (UP) Tambi dilaksanakan setiap hari kecuali hari
Minggu oleh tenaga kerja petik. Standar pucuk yang diolah di UP Tambi adalah
pucuk petikan medium dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m.
Siklus petik di Blok Taman, Panama, Tanah Hijau rata-rata menerapkan siklus petik
selama 15-20 hari, sedangkan Blok Pemandangan memiliki siklus petik 20-25 hari.
Dengan siklus petik yang tetap tersebut UP Tambi dapat menghasilkan pucuk yang
sesuai standar pengolahan yaitu pucuk medium. Pemetikan produksi di UP Tambi
dilakukan menggunakan gunting dan mesin petik tipe GT 120.
Perbedaan bahan tanam klon/seedling menunjukkan perbedaan besarnya
simpangan pada setiap bahan tanam. Cara pemetikan yang berbeda berpengaruh
terhadap persentase pucuk peko. Penggunaan gunting petik menghasilkan kondisi
pucuk yang lebih baik daripada mesin petik.
Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan (UP) Tambi berkisar 68.9 - 97.7 cm
dengan tebal daun pemeliharaan berkisar 14.5 - 33 cm. UP Tambi saat ini memiliki
kebijakan tersendiri untuk ketebalan daun pemeliharaan, yaitu 25 - 35 cm.
Tenaga kerja pemetik yang tersedia di UP Tambi berjumlah 178 orang,
sedangkan kebutuhan tenaga kerja pemetik berdasarkan rasio tenaga pemetik adalah
sebanyak 190 orang. Hanca petik per pemetik saat ini adalah 0.07 ha/HOK dengan
rata-rata kapasitas pemetik sebanyak 60.40 kg/orang.
Analisis petik di UP Tambi manghasilkan rata-rata persentase pucuk halus
1.75 %, pucuk medium 19.48 %, pucuk kasar 51.87 %, dan pucuk rusak 26.90 persen.
Analisis pucuk selama 4 bulan terakhir (Januari-April 2012) memiliki rata rata
45.21% memenuhi syarat (MS) dan 54.79% tidak memenuhi syarat (TMS). Nilai
tersebut belum memenuhi standar UP Tambi yaitu minimal 55 persen.
iii
i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT
TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Laila Rahmadona
A24080017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
ii
Judul : PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI,
WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama : LAILA RAHMADONA
NIM : A24080017
Menyetujui,
Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Muarasipongi, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera
Utara pada tanggal 7 April 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak
Ramlan Koto dan Ibu Restu Hafnida Nasution.
Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2 Gunungsitoli, kemudian pada tahun 2005
penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Gunungsitoli, Nias. Selanjutnya penulis lulus
dari SMAN 2 PLUS Sipirok, Tapanuli Selatan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis
diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2010 penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2008-2011 penulis
sebagai anggota seksi Kerohanian Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa
Tapanuli Selatan (OMDA Imatapsel) Bogor dan anggota seksi sumber daya manusia
di Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal (Ikmamadina) Bogor. Pada tahun 2010/2011
penulis menjabat sebagai anggota seksi kemuslimahan di Forum Komunikasi Rohis
Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai
kepanitiaan yang dilaksanakan oleh BEM Faperta, FKRD, Imatapsel, dan
Ikmamadina.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga kegiatan magang ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Pengamatan dan pembahasan mengenai pengelolaan pemetikan pada
tanaman teh dilaksanakan karena adanya keinginan untuk mengetahui teknik
pemetikan teh yang baik dan tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas yang
baik sesuai permintaan pasar dan konsumen. Kegiatan magang ini dilaksanakan di
Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung,
mendoakan penulis dalam segala aktivitas penulis.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran selama kegiatan magang dan penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS dan Bapak Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen
penguji ujian skripsi penulis.
4. Bapak Ir Bambang Jatmiko selaku Pemimpin Unit Perkebunan Tambi atas
segala dukungan, motivasi, ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
5. Bapak Tuyitno, SE dan Bapak Muhammad masing-masing sebagai kepala
sub bagian kebun sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan
pengarahan selama melakukan kegiatan magang ini.
6. Ibu Ir Eviati Kusuma Dewi selaku kepala sub bagian penelitian dan
pengembangan, serta semua kepala blok di Unit Perkebunan Tambi.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, November 2012
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .....................................................................................
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Taksonomi Tanaman Teh..............................................................
Perbanyakan Tanaman Teh ...........................................................
Morfologi Tanaman Teh ...............................................................
Tanaman Teh Sebagai Penghasil Pucuk .....................................
Macam-Macam Pemetikan ..........................................................
Pemetikan Secara Mekanis ...........................................................
Analisis Pemetikan ......................................................................
3
3
3
4
5
7
8
10
METODE MAGANG .............................................................................
Tempat dan Waktu ......................................................................
Metode Pelaksanaan .....................................................................
Analisis Data dan Informasi ..........................................................
11
11
11
13
KEADAAN UMUM ...............................................................................
Sejarah PT Perkebunan Tambi .....................................................
Letak Wilayah Administratif .......................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan..................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi ...................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .....................................
14
14
15
16
17
18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................
Aspek Teknis ...............................................................................
Persiapan Bahan Tanam .....................................................
Persiapan Tanam dan Penanaman .......................................
Pemeliharaan Tanaman........................................................
Pemetikan ............................................................................
Proses Pengolahan Teh Hitam .............................................
Aspek Manajerial .........................................................................
Kepala Sub Bagian Kebun ...................................................
Kepala Blok .........................................................................
Mandor Petik .......................................................................
Mandor Pemeliharaan ..........................................................
20
20
20
23
25
33
44
50
50
51
51
51
v
vi
PEMBAHASAN .......................................................................................
Potensi Pucuk ...............................................................................
Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan .....................
Hanca Petik ...................................................................................
Jumlah Tenaga Pemetik ................................................................
Kapasitas Pemetik .........................................................................
Analisis Petik dan Analisis Pucuk ...............................................
52
52
56
57
58
58
59
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan ...................................................................................
Saran ..............................................................................................
61
61
62
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
63
LAMPIRAN ..............................................................................................
65
vi
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012 ....
16
2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan
Tambi pada Tahun 2012................................................................
19
3. Luas Areal Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di
Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012....................................
31
4. Kondisi Pucuk Berdasarkan Bahan Tanam di Unit
Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012 ....................
33
5. Kondisi Pucuk Berdasarkan Cara Pemetikan pada Klon
Gambung 7 di Blok Pemandangan pada Bulan Maret 2012 .........
33
6. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan pada Klon
dan Seedling di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan
Februari-April 2012 ......................................................................
35
7. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi pada
Tahun 2012 ...................................................................................
37
8. Jumlah Tenaga Kerja Pemetik Berdasarkan Keadaan di Lapangan
dan Hasil Perhitungan Rasio Pemetik dengan Luas Areal Petik
di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012................................ 38
9. Kapasitas Pemetik dan Kapasitas Waring Berdasarkan Blok
di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari 2012..................
38
10. Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik
Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Januari-April 2012
44
11. Analisis Petik Setiap Blok di Unit Perkebunan Tambi pada
Bulan April 2012 ...........................................................................
45
12. Analisis Petik Berdasarkan Alat Pemetikan di Unit Perkebunan
Tambi pada Bulan April 2012 .......................................................
46
13. Hasil Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan
Januari-April 2012 ........................................................................
46
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda .............................
9
2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit
Perkebunan Tambi ........................................................................
17
3. Pembibitan Teh yang Diberi Sungkup ..........................................
21
4. Penanaman Stek ............................................................................
22
5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh ......................................
23
6. Bibit Siap Tanam ...........................................................................
23
7. Penentuan jarak Tanam dengan Menggunakan Caplak ................
24
8. Pemupukan melalui Tanah ............................................................
27
9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mis Blower ..................
28
10. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Power Sprayer ............
28
11. Pemangkasan Secara Manual Menggunakan Sabit .......................
29
12. Pemangkasan Menggunakan Mesin Pangkas ..............................
30
13. Kondisi Tanaman Teh setelah Dipangkas ....................................
30
14. Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik ......................................
32
15. Tanaman Teh yang Terserang Penyakit Cacar Daun Teh
(Blister Blight)..............................................................................
32
16. Pemetikan Jendangan ...................................................................
34
17. Pemetikan Produksi ......................................................................
35
18. Gunting Petik................................................................................
40
19. Pengoperasian Mesin Petik Tipe GT 120 .....................................
41
20. Penimbangan Pucuk di Kebun .....................................................
42
21. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Timbangan Manual .........
43
22. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Jembatan Timbang .........
43
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Spesifikasi Tipe Gunting Bantalan ................................................
66
2. Spesifikasi Mesin Petik GT 120 ....................................................
67
3. Jurnal Harian sebagai karyawan harian lepas (KHL)
di Unit Perkebunan Tambi ............................................................
68
4. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor di Unit
Perkebunan Tambi ........................................................................
70
5. Jurnal Harian sebagai Pendamping Kasubag Kebun
di Unit Perkebunan Tambi ............................................................
71
6. Deskripsi Teh Klon MPS 7 (Gambung 7) .....................................
72
7. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan di Unit Perkebunan
Tambi ............................................................................................
73
ix
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri komoditas teh merupakan industri yang penting. Kesadaran baru yang
timbul terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama di negara-negara maju, harus
disikapi dengan peluang untuk memperluas pemasaran teh. Di samping untuk
kepentingan konsumsi dalam negeri, teh juga penting sebagai komoditas ekspor. Hal
ini berarti teh sangat menunjang perekonomian Indonesia sebagai sumber devisa
negara dari subsektor perkebunan. Perkebunan tanaman teh merupakan salah satu
usaha yang menarik banyak negara yang memiliki daerah yang sesuai dengan syarat
budidaya teh (Spillane, 1992). Salah satu perkebunan teh swasta yang ada di
Indonesia adalah Unit Perkebunan Tambi yang merupakan salah satu unit produksi
PT Tambi yang mengelola perkebunan dan hasil komoditas teh.
Perkembangan luas areal teh di Indonesia pada periode tahun 2001-2011
cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2001 luas areal teh di Indonesia seluas
150 872 ha, pada tahun 2011 luas areal teh menjadi 123 351 ha. Selain luas areal,
produksi teh juga mengalami penurunan produksi. Produksi teh pada tahun 2001
hanya 166 867 ton, sedangkan pada tahun 2011 produksi menjadi 140 944 ton
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Areal perkebunan komoditas teh terus
berkurang dengan luas rata-rata 2 584 ha per tahun atau 1.7 persen. Penurunan luas
areal teh tersebut menyebabkan produksi turun rata-rata 1.470 ton per tahun atau
0.9% per tahun. Penurunan luas areal tanaman teh secara drastis tersebut disebabkan
oleh terjadinya konversi tanaman teh ke tanaman kelapa sawit dan karet secara besarbesaran, serta adanya pembangunan villa (Zuhri, 2011).
Upaya dalam memecahkan masalah utama pengusahaan teh, yaitu biaya
produksi yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, oleh karena itu diperlukan
efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan pemetikan yang tidak
tepat dapat menurunkan mutu teh baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu teh yaitu dengan cara
1
2
perbaikan sistem pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien
sehingga dapat mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).
Pemetikan merupakan pekerjaan paling penting dalam budidaya teh dan
membutuhkan biaya serta tenaga kerja paling banyak. Untuk pemetikan yang baik
diperlukan tenaga pemetik 70% dari seluruh tenaga produksi yang diperlukan atau
mencapai 30% dari biaya produksi (Sukasman, 1980). Kegiatan pemetikan disamping
bertujuan memungut hasil tanaman teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan, juga
merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan
produksi yang berkesinambungan (Tobroni dan Hikmat, 1987).
Dalam budidaya tanaman teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi.
Keberhasilan dalam pemetikan ikut menentukan kesuksesan industri teh secara
keseluruhan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa
pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan.
Disamping itu juga pemetikan merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman
agar mampu meningkatkan produksi yang berkelanjutan dengan demikian pemetikan
merupakan bagian dari proses produksi yang sangat penting (Johan dan Dalimoenthe,
2009).
Cara pemetikan pucuk dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan menentukan
mutu teh yang dihasilkan. Pemetikan pucuk teh hingga kini banyak dilakukan oleh
tenaga-tenaga manusia yang sebagian besar adalah wanita. Selain itu, pemetikan teh
berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi. Pucuk
teh merupakan produk yang dihasilkan sehingga sangat penting dalam menentukan
produktivitas tanaman.
Tujuan
Tujuan magang secara umum adalah menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai budidaya tanaman teh pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.
Selain itu kegiatan magang juga bertujuan mempelajari pengelolaan pemetikan teh
yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas teh yang lebih baik.
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Teh
Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Family
: Tehaccae
Genus
: Cammellia
Spesies
: Cammellia sinensis
Tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas dua varietas yaitu sinensis
(Camellia sinensis var. sinensis) dan asammica (C. sinensis var. assamica). Di
Indonesia juga dikenal varietas hibrid yang merupakan turunan dari hasil persilangan
antara varietas sinensis dan assamica. Potensi produksi suatu genotip tanaman
merupakan kriteria yang sangat penting dalam memilih bahan tanam. Secara umum,
semakin tinggi potensi produksi suatu genotip, maka biaya produksi akan semakin
rendah sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar (Pusat Penelitian Teh dan
Kina, 2006).
Perbanyakan Tanaman Teh
Tanaman teh dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif.
Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji sebagai hasil persilangan
antara pohon induk jantan dengan pohon induk betina. Perbanyakan secara vegetatif
dengan menggunakan stek daun teh. Bahan stek dapat diambil dari kebun entres.
Ranting yang diambil sebaiknya telah mempunyai 10 - 12 helai daun dan ranting
dipotong 10 - 15 cm (Hanum, 2008). Biji yang digunakan sebagai sumber bahan
tanam hendaknya dikumpulkan dari kebun biji yang dikelola secara khusus. Potensi
3
4
produksi dari tanaman teh asal biji mencapai lebih dari 35 000 kg kering/ha/tahun.
Perbanyakan tanaman teh dengan menggunakan stek merupakan cara yang paling
cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dengan harapan sifat
unggulnya sama dengan induknya. Kebun induk yang akan digunakan harus dijamin
kemurnian klonnya dan mempunyai potensi produksi dan kualitas yang tinggi. Stek
teh dapat diambil dari kebun entres yang dikelola khusus dan berumur 4 bulan setelah
pangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Morfologi Tanaman Teh
Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi lebih dari 10 m. Tinggi tanaman teh
dipertahankan sekitar kurang dari 1 m dengan pemangkasan secara berkala pada
setiap perkebunan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemetikan pucuk dan
agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Umumnya tanaman teh
mulai dapat dipetik secara terus-menerus setelah berumur 5 tahun. Tanaman teh dapat
memberikan hasil yang cukup besar selama 40 tahun selanjutnya dapat dilakukan
peremajaan. Tanaman teh dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200 - 2 000 m
di atas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi letak daerahnya, maka teh akan
menghasilkan kualitas yang semakin baik (Spillane, 1992).
Tanaman teh (Camellia sinensis) berbentuk pohon. Tinggi pohon biasanya
mencapai lebih dari 10 m, tetapi tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk
memudahkan pemetikan sehingga tingginya 90-120 cm (Nazaruddin dan Paimin,
1993). Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning. Mahkota
bunga tanaman teh berbentuk kerucut, daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur
terbalik. Tepi daun bergerigi, daun tunggal, dan letaknya hampir berseling. Tulang
daun menyirip, permukaan atas daun muda berbulu halus sedangkan permukaan
bawahnya berbulu sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi.
Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada
ketiak atau bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian diikuti dengan
pembentukan daun. Tunas baru pada tanaman teh memiliki daun kuncup (Pusat Studi
Industri dan Perdagangan, 2001).
4
5
Tanaman Teh sebagai Penghasil Pucuk
Hasil tanaman teh adalah pucuk dengan 2-3 helai daun muda. Pengambilan
pucuk yang berada di atas bidang petik dan memenuhi ketentuan disebut pemetikan.
Pemetikan dalam arti luas bertujuan memelihara kesehatan tanaman teh supaya
pertumbuhan pucuk teh tidak terhambat dan pemetikan dapat dilakukan secara
teratur. Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya.
Pemetikan yang berhasil perlu memperhatikan pemeliharaan kebun dan sistem petik
yang akan dilakukan (Suwardi, 1999).
Beberapa istilah pada tanaman teh sebagai penghasil pucuk yang berkaitan
dengan kegiatan pemetikan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006) adalah:
1.
Pucuk peko adalah pucuk ujung yang tumbuh aktif. Tanaman yang tumbuh
normal mengalami periode pucuk aktif. Setelah menghasilkan 4-7 daun, pucuk
mengalami dormansi, ranting peko harus dipetik. Daun akan tumbuh terus dan
pertumbuhan akan terhambat jika peko tidak segera dipetik. Setelah dipetik,
maka akan tumbuh pucuk burung yang dorman beberapa minggu. Kemudian
pucuk peko tumbuh kembali (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Apabila pucuk
yang dipetik hanyalah pucuk peko, maka untuk sementara waktu ranting pada
periode burung tidak berproduksi. Hal ini sangat merugikan bila pucuk burung
dalam suatu perdu jumlahnya banyak (Wachjar dan Junaedi, 1991).
2.
Pucuk burung adalah pucuk pada periode kuncup atau pucuk dormansi. Pada
periode ini pucuk tersebut tidak tumbuh aktif. Dalam kondisi alami, pucuk
burung biasanya berlangsung antara 45-60 hari. Pemetikan pucuk burung akan
memutus masa dormansi dan merangsang pertumbuhan mata tunas di bawahnya.
3.
Kepel adalah dua daun awal yang keluar yang sebelah daunnya tertutup sisik.
Sisik tersebut segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh.
4.
Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuknya daun kepel,
tepi daun bergerigi.
5.
Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya
dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m,
3m).
5
6
6.
Daun tua adalah daun yang telah berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila
dipatahkan berserat, dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti
angka (1t, 2t, 3t, dan seterusnya).
7.
Cakar ayam adalah bentuk pertumbuhan tunas lebih dari dua buah dari satu
ketiak daun atau dari beberapa ketiak daun yang internodianya pendek.
8.
Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem
pemetikan yang telah ditentukan.
9.
Gabar adalah pucuk yang telah lewat manjing karena giliran petik yang terlalu
panjang, lebih panjang dari yang seharusnya.
10. Kaboler adalah kebun yang terlambat dipetik.
11. Imeut adalah petikan yang dilakukan dengan cermat sehingga semua pucuk
majing habis terpetik.
Strategi dasar pemetikan teh adalah menghasilkan pucuk dengan mutu standar
sebanyak-banyaknya secara berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut dengan
mempertahankan ketebalan lapisan daun pemeliharaan, mengatur pucuk yang
ditinggalkan, mempertahankan, meningkatkan lebar bidang petik, dan pengawasan
bidang petikan (Johan dan Dalimoenthe, 2009).
Ketebalan lapisan daun pemeliharaan merupakan sekumpulan daun yang ada di
bawah bidang petik. Daun tersebut berfungsi sebagai penyangga dan sebagai tempat
terjadinya fotosintesis untuk menghasilkan energi. Manajemen pemetikan harus
mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik karena produktivitas pucuk
sangat ditentukan oleh jumlah pucuk, berat pucuk, serta jumlah perdu perluas lahan.
Tunas dan pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan tidak dipetik agar dapat
diperoleh bidang petik yang luas dan menekan pertumbuhan gulma
dengan
memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah. Pengawasan jejak petikan
dilakukan oleh mandor dan pembantu mandor dengan mengawasi kesalahan petik,
terlewat tidak dipetik dan kerataan bidang petik (Johan dan Dalimoenthe, 2009).
Pemetikan merupakan ujung tombak produksi dan kunci kesuksesan dalam bisnis
teh secara keseluruhan. Teh-teh yang tumbuh di dataran rendah dapat dilakukan
pemetikan pucuk seminggu sekali, sedangkan teh di dataran tinggi hanya boleh
6
7
dipetik sekali dalam 10-12 hari untuk menjaga keadaan tanaman dan kualitas pucuk
tetap baik (Spillane, 1992).
Macam-Macam Pemetikan
Pemetikan Jendangan
Petikan jendangan yaitu petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman
dipangkas. Tujuan petikan jendangan adalah untuk membentuk bidang petik yang
lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan 20-25 cm agar tanaman
mempunyai potensi produksi yang tinggi. Petikan jendangan mulai dapat dilakukan
apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan
dianggap cukup atau dihentikan apabila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik
telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan 20-25 cm. Pada umumnya,
pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan
pemetikan produksi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemetikan Produksi
Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan secara terus-menerus
dengan daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali
(Pusat Penelitian Teh Kina, 2006). Berdasarkan daun yang ditinggalkan pemetikan
produksi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Pemetikan ringan yaitu pemetik meninggalkan daun di atas bidang petik kepel +1
daun atau lebih (k+1, k+2). Pemetikan ringan dilakukan apabila ketebalan daun
pemeliharaan kurang dari 15-20 cm, tanaman terlalu kurus, atau pada waktu
musim kering. Kerugian pemetikan ringan adalah tanaman cepat tinggi.
2.
Pemetikan sedang yaitu apabila tidak ada daun yang tertinggal pada bagian
tengah perdu (k+0) tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas
kepel (k+1).
3.
Pemetikan berat yaitu apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali
pada perdu di atas kepel (k+0).
7
8
Pemetikan Gandesan
Pemetikan gandesan tergolong pemetikan berat yaitu memetik semua pucuk yang
beraada di atas bidang petik atau dengan kata lain memetik pucuk tanpa
memperhatikan rumus petik yang menjelang tanaman dipangkas.
Pemetikan Secara Mekanis
Upaya untuk menggali potensi dan menanggulangi kekurangan pemetik pada
musim plus, perlu menggunakan pemetikan dengan alat, yaitu gunting atau mesin
petik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Mekanisasi pemetikan pucuk teh juga
bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. Tujuan tersebut dapat dicapai bila
mekanisasi pemetikan, tidak menyebabkan penurunan kesehatan tanaman dan mutu
hasil petikan serta dapat meningkatkan prestasi kerja pemetik.
Pemetikan mekanis, baik menggunakan gunting maupun mesin memerlukan
gilir petik yang lebih panjang daripada pemetikan dengan tangan. Produksi pucuk
dari petak pemetikan mekanis secara kumulatif dalam jangka panjang atau satu tahun
ternyata tidak berbeda nyata dari produksi petak petikan dengan tangan (Dalimoenthe
dan Kartawijaya 1999). Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan gunting atau
mesin sebagai alat petik dapat mengurangi frekuensi pemetikan yang berkaitan
dengan pengurangan kebutuhan tenaga pemetik lebih lanjut akan mengurangi harga
pokok. Berdasarkan hasil percobaan Dalimoenthe (1999) penggunaan gunting
ataupun mesin tidak mengurangi kualitas teh jadi dan tidak menurunkan kondisi
kesehatan perdu.
Pemetikan dengan gunting tergolong petikan berat sehingga tanaman teh, baik
dari klon maupun seedling perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali
secara optimal (Johan dan Dalimoenthe, 2009). Spesifikasi gunting bantalan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Di Indonesia mesin petik yang telah digunakan ada 2 tipe yaitu tipe GT 120 dan
tipe GT 60. Mesin GT 120 digunakan untuk lahan datar (0-15%) dengan jumlah
tenaga kerja (operator) 3-5 orang. Sedangkan mesin GT 60 digunakan untuk lahan
8
9
miring (16-30%) dengan jumlah tenaga kerja (operator) 2-3 orang. Spesifikasi mesin
GT 120 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Unit perkebunan Tambi memiliki kebun teh yang pada awalnya tidak dirancang
untuk pemetikan dengan mesin petik. Saat ini UP Tambi sedang memodifikasi kebun
teh untuk disesuaikan dengan pemetikan menggunakan mesin petik. Menurut hasil
penelitian Abbas et al. (2003) untuk meningkatkan kinerja mesin petik, kebun perlu
dimodifikasi dengan dilengkapi jalur-jalur petik, jalur penampungan pucuk/areal
putar balik mesin. Modifikasi kebun maupun mesin petik teh dengan pola pemetikan
melompat baris ganda. Pengoperasian mesin petik dengan pola pemetikan baris ganda
dilakukan di jalur petik yang berjarak dua baris tanaman (200 cm). Bagian yang
terpetik oleh mesin petik hanya satu baris tanaman (lebar baris sekitar 100 cm), pada
saat berputar balik hanya satu operator saja yang berbalik berpindah jalur sedangkan
yang satunya lagi hanya berbalik, tetapi tetap pada jalur semula. Pola pemetikan
mesin melompat baris ganda dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda
Sumber: Abbas et al., 2003
9
10
Analisis Pemetikan
Analisis Petik
Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) analisis petik adalah bagian pucuk hasil
suatu pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk yang dinyatakan dalam persen.
Tujuan analisis petik adalah:
1. Menilai sistem petik atau cara pemetikan
2. Daur petik yang terlalu pendek terlihat pada angka persentase pucuk yang
belum masak petik (p+1, p+2m) yang tinggi, sebaliknya daur petik yang
panjang terlihat pada tingginya persentase pucuk kasar.
3. Menilai keterampilan pemetik, pemetik yang kurang terampil akan terlihat
dari terpetiknya pucuk-pucuk di luar ketentuan (pucuk yang belum manjing).
4. Menilai kondisi tanaman. Tanaman yang kurang sehat ditandai dengan angka
persentase burung yang tinggi (60%).
Analisis Pucuk
Analisis pucuk adalah pemisahan bagian pucuk hasil suatu petikan yang
didasarkan pada bagian muda dan bagian tua serta kerusakannya yang dinyatakan
dalam persen. Kegunaan analisis pucuk adalah:
1. Memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan.
2. Menilai kondisi pucuk yang akan diolah.
3. Menentukan premi bagi pemetik.
10
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan
mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan
tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di
lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan perusahaan. Pengamatan terhadap objek
kegiatan kebun telah dilakukan terutama pada aspek pemetikan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi beberapa tahap jenjang status pekerja mulai dari karyawan harian
lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan
sebagai asisten kasubag kebun selama enam minggu. Semua rincian kegiatan yang
dilakukan selama magang dicatat di dalam jurnal harian (Lampiran 3, 4, dan 5 ).
Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) penulis melaksanakan persiapan
bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman meliputi
pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma serta pemetikan.
Selama menjadi pendamping mandor penulis mendampingi mandor dalam
mengawasi pelaksanaan pemetikan dan rapat koordinasi. Selama menjadi asisten
afdeling penulis membantu pengerjaan administrasi kebun, mengarahkan pemetik,
mengawasi mandor petik, dan pembagian upah buruh. Selain praktik kerja langsung
penulis juga akan melakukan studi pustaka di kebun, yaitu mempelajari laporan
manajemen seperti arsip kebun (laporan bulanan, laporan semesteran dan laporan
tahunan).
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang dihasilkan langsung melalui pengamatan, wawancara, dan
diskusi dengan staf perkebunan khususnya yang berhubungan langsung dengan aspek
11
12
pemetikan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen kebun dan
pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencakup keadaan umum perusahaan,
keadaan tanah dan iklim (curah hujan, penyinaran matahari), luas areal konversi, tata
guna lahan, keadaan tanaman dan serta struktur organisasi dan keterangan kerjanya.
Peubah yang diamati dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut:
(1) Potensi Pucuk
Potensi pucuk diperoleh dengan menghitung jumlah pucuk peko dan pucuk
burung. Tanaman teh yang diamati terdiri atas dua klon dan dua seedling yang
berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan
pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok
dengan empat kali ulangan.
(2) Tinggi Bidang Petik
Pengukuran tinggi bidang petik mulai dari permukaan bidang pangkas sampai
permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan pada dua
klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan
Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang
dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.
(3) Ketebalan Daun Pemeliharaan
Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan rata-rata daun
terbawah sampai permukaan bidang petik. Sampel yang diambil untuk
pengamatan ini pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7,
TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per
kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali
ulangan.
(4) Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal petik yang harus diselesaikan pemetikannya oleh
seorang tenaga pemetik dalam satu hari. Data yang diambil adalah luas areal
yang dipetik oleh seorang pemetik per hari.
12
13
(5) Kapasitas Pemetik
Kapasitas pemetik adalah banyaknya pucuk yang dipetik pemetik dalam satu
hari. Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (kg) dalam satu
hari.
(6) Analisis Petik
Analisis petikan dilakukan dengan memisahkan jenis pucuk atau rumus petik
yang dihasilkan dari pemetikan.
(7) Analisis Pucuk
Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat dan
pucuk tidak memenuhi syarat.
(8) Sistem Transportasi Pucuk
Pengamatan terhadap proses penanganan pucuk sebagai bahan baku olahan
dengan melihat jumlah unit kendaraan yang diperlukan, kapasitas angkut, dan
jenis angkutan yang digunakan untuk pengangkutan pucuk.
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan
perhitungan statistik sederhana dengan menggunakan standar deviasi, uji-t dalam
membandingkan setiap pengamatan, regresi, dan korelasi. Sedangkan analisis
kualitatif berupa analisis deskriptif yang mengubah kondisi dari suatu kegiatan.
13
14
KEADAAN UMUM
Sejarah PT Perkebunan Tambi
Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan
perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang
berada di Netehrland. Perusahaan tersebut dikelola di Indonesia oleh NV John Peet
yang berkantor di Jakarta. Perusahaan Perkebunan Tambi disewakan oleh John Peet
kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda, yaitu D. Van Der Sluijs (Unit
Perkebunan Tanjungsari) dan kepada W. D. Jong (Unit Perkebunan Tambi dan
Bedakah). Perkebunan tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M. P. Van Den Berg,
A. W. Holle, dan Ed Jacobson yang kemudian secra bersama-sama mendirikan
Bagelen Tahe en Kina Maatschaappij di Wonosobo, yang dalam kepengurusan
diserahkan kepada Firman John Peet dan Co yang berkedudukan di Jakarta.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perusahaan Perkebunan
Tambi secara otomatis diambil alih oleh Pemerintah RI dan para pekerjanya diangkat
menjadi Pegawai Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1950 diadakan
Konferensi Meja Bundar di Belanda yang menghasilkan keputusan bahwa
perusahaan harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Pada tahun 1954
keadaan perusahaan tidak menentu yang kondisinya sudah sangat memburuk akibat
revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda, sehingga perusahaan dijual kepada
NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang merupakan perusahaan yang didirikan oleh Eks
Pegawai Perusahaan PPN. Pada tahun 1957 Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah Wonosobo untuk mendirikan sebuah perusahaan baru
dengan modal 50% dari PT eks PPN Sindoro Sumbing dan 50% dari Pemda
Wonosobo. Perusahaan baru tersebut diberi nama PT Perkebunan Tambi yang
disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 18 April 1958. Pada tahun 2010
saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra
(IGP).
14
15
Letak Wilayah Administratif
PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan dan kantor direksi dengan
lokasi yang berbeda, yaitu:
1. Unit Perkebunan dan Pabrik Tambi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo.
2. Unit Perkebunan dan Pabrik Bedakah di Kecamatan Kertek, Kabupaten
Wonosobo.
3. Unit Perkebunan dan Pabrik Tanjungsari di Kecamatan Sapuran, Kabupaten
Wonosobo.
Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak kurang lebih 16 km dari kota Wonosobo ke
arah utara dan di lereng Gunung Sindoro bagian barat. Unit Perkebunan Tambi
terbagi menjadi 4 blok yaitu:
1. Blok Taman.
Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 300 - 1 500 m di atas permukaan laut (dpl).
2. Blok Pemandangan.
Terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 500 - 2 100 m dpl.
3. Blok Panama.
Terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 250 - 1 500 m dpl.
4. Blok Tanah Hijau.
Terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl.
Batas-batas Unit Perkebunan Tambi adalah sebagai berikut: sebelah utara Dusun
Tambi, Kejajar, Hutan Perhutani; sebelah timur Dusun Sikatok, Desa Cangal, Hutan
Perhutani; sebelah barat Desa Maron, Hutan Perhutani; sebelah selatan Dusun
Kalitengah, Desa Jengkol, Desa Tlogo, Hutan Perhutani.
Kantor direksi terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro no. 39, Wonosobo.
Pembangunan kantor direksi bertujuan untuk memudahkan koordinasi antara unit
15
16
perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi perusahaan.
Selain kantor direksi, dibangun juga kantor kebun dan kantor induk yang terletak di
tiap unit perkebunan yang memiliki hak otonomi untuk mengurus rumah tangga unit
perkebunan itu sendiri.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Unit Perkebunan Tambi memiliki areal seluas 273.17 ha yang digunakan untuk
areal tanaman teh seluas 247.35 ha, memiliki agrowisata, emplasmen/kantor, pabrik
pengolahan teh hitam, jalan besar, alur/jurang, dan lapangan. Penggunaan lahan di
Unit Perkebunan Tambi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012
Penggunaan Lahan
Taman
Pemandangan
Blok
Panama
Tanah Hijau
Jumlah
………………………….....(ha)……………….……………….
I.
Luas Areal Tanaman
1. TTM
2. TMM
3. TBM
4. Pembibitan
Jumlah
II.
Luas Areal Non
Tanaman
1. Agrowisata
2. Emplasmen /
Kantor
3. Pabrik
4. Jalan Besar
5. Alur / Jurang
6. Lapangan
Jumlah
7.11
46.12
4.66
15.60
61.16
57.89
76.76
17.99
49.24
2.62
1.50
71.35
22.84
18.51
41.35
63.54
175.03
7.28
1.50
247.35
2.05
11.29
1.66
7.88
2.25
0.69
25.82
Total
273.17
Keterangan: TTM= Tanaman tua menghasilkan, TMM= Tanaman muda menghasilkan,
TBM= Tanaman belum menghasilkan
Sumber: RKAP Unit Perkebunan Tambi 2012
16
17
Bahan tanam teh yang ada di Unit Perkebunan Tambi berasal dari klon dan
seedling. Klon-klon tanaman teh yang di tanam di Unit Perkebunan Tambi terdiri
atas: Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Gambung 9, TRI 2024, TRI 2025, Kiara,
dan Cin 143. Klon Gambung 7 merupakan klon unggulan di Unit Perkebunan Tambi
(Lampiran 6). Tanaman jenis seedling yaitu Hibrid dan Asam. Tipe tanaman yang
diamati untuk pengamatan adalah Gambung 7, TRI 2025, Hibrida, dan Asam. Hal ini
dikarenakan keempat tipe tersebut terdapat di empat blok yang ada di UP Tambi.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Produksi teh merupakan hasil dari perkebunan yang merupakan target yang
harus dicapai agar mendapatkan keuntungan. Produksi teh dalam kurun waktu lima
tahun terakhir mencapai rata-rata 259 731.9 kg/tahun. Produksi teh tertinggi di atas
rata-rata diperoleh pada tahun 2007 sebesar 3 574 912 kg. Realisasi produksi 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar 2.
Rata-rata (kg)
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
Rata-rata (kg)
1500000
1000000
500000
0
(Tahun)
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit
Perkebunan Tambi
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2012
17
18
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaaan
Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pimpinan Unit Perkebunan yang
diangkat oleh direksi PT Tambi. Pemimpin UP Tambi memiliki tugas merencanakan,
memimpin,
mengkoordinasikan,
dan
mengawasi
pelaksanaan
tugas
dalam
pengelolaan kebun, pengolahan di pabrik dan kegiatan administrasi kantor. Pemimpin
UP Tambi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh kepala sub bagian
kantor, kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian penelitian dan pengembangan,
dan kepala sub bagian pabrik.
Pelaksanaan pekerjaan di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi tiga bagian
utama yaitu bagian kebun, bagian pabrik, dan bagian kantor. Bagian kebun memiliki
tanggung jawab dalam mengusahakan produksi pucuk sebagai bahan baku teh
seoptimal mungkin dan memenuhi syarat pengolahan. Bagian pabrik memiliki
tanggungjawab untuk mengolah bahan baku yang dihasilkan dari kebun menjadi teh
yang siap jual dan siap konsumsi sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen.
Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi beberapa golongan
karyawan yaitu, karyawan I, karyawan II, dan karyawan borong. Karyawan I
memiliki kriteria pendidikan minimal SLTA, pengangkatan dilakukan melalui
beberapa tes yaitu tes kesehatan dan tes tertulis. Penggajian karyawan I dilakukan
sekali dalam sebulan pada tanggal 3. Karyawan II memiliki kriteria minimal SLTP,
telah melalui tahapan sebagai karyawan borong dan dikaderkan oleh atasannya untuk
menjadi pembimbing kebun ataupun pabrik. Penggajian untuk karyawan II ditetapkan
oleh direksi dengan berpatokan pada upah minimum kabupaten (UMK) Wonosobo
sebesar Rp 800 000, 00 yang pembayarannya dilakukan setiap pada tanggal 3.
Karyawan borong merupakan pekerja yang telah terikat pada perusahaan
dengan sistem upah borong yang dihitung berdasarkan hasil kerja per hari. Karyawan
borong terdiri atas tenaga kerja petik, pemeliharaan, pabrik/umum, dan agrowisata.
sistem penggajian karyawan borong ditetapkan berdasarkan hari kerja dan prestasi
kerja yang diperoleh pada hari itu. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.
18
19
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi pada
Tahun 2012
Status
Tenaga
P
Jml
L
S1
D3
Pendidikan
SLTA SLTP SD
TTSD
Jml
….…………………………....(orang)….……..…………………………
KI
KII E
KII D
KII C
KII B
KII A
K Borong
Jumlah
9
3
15
6
23
52
60
168
4
1
6
153
164
13
3
16
6
23
58
213
332
7
1
8
1
1
2
5
2
8
3
10
6
9
43
4
2
4
17
16
43
1
3
1
7
27
145
184
1
8
43
52
13
3
16
6
23
58
213
332
Keterangan: K= karyawan, L= Laki-laki, P= Perempuan, TTSD= Tidak Tamat Sekolah Dasar
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi 2012
19
20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Persiapan Bahan Tanam
Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan).
Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau stek.
Pembibitan asal biji memiliki beberapa kelebihan diantaranya mempunyai daya
adaptasi yang lebih luas daripada tanaman yang berasal dari stek. Pembibitan asal
stek lebih banyak digunakan karena memiliki kelebihan, yaitu merupakan cara yang
paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan memiliki
sifat unggul yang sama dengan induknya. Pembibitan yang dilakukan di Unit
Perkebunan Tambi yaitu menggunakan bahan tanam dari stek yang berasal dari klon
Gambung 7.
Stek yang digunakan berasal dari kebun perbanyakan yang harus tetap
diperhatikan perawatannya. Unit Perkebunan Tambi memiliki kebun perbanyakan
seluas 1.5 ha yang terletak di Blok Panama. Kebun perbanyakan yang digunakan
memiliki b
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TAMBI, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
LAILA RAHMADONA
A24080017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT
TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan
Tambi,
PT Tambi, Wonosobo, Central Java
Laila Rahmadona1), Ade Wachjar2)
1) Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
2) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
Abstract
The objectives were to improve the understanding, to analyze tea management
aspect which is related to tea plucking, and to improve the technical skills of tea
plantation. This field practice was conducted on February 2012 to May 2012 at Unit
Perkebunan Tambi, PT Tambi which is located in Wonosobo, Central Java. The
major purpose on tea management is to study of truly tea plucking management.
Plucking tea management is influenced by growth of tea pecco, hight of pluck area,
and thick of maintenance leaf. The growth of tea pecco and hight of pluck area have
a certain relation with plucking capacity, and thick of maintenance leaf. A good
supervision will improve skill of plucker and produce peccos which match with
standard of tea management.
Keywords : tea, pecco, plucking
ii
RINGKASAN
LAILA RAHMADONA. Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
(Dibimbing oleh ADE WACHJAR).
Tujuan magang secara umum adalah menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai budidaya tanaman teh pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.
Selain itu kegiatan magang juga bertujuan mempelajari pengelolaan pemetikan teh
yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas teh yang lebih baik. Magang
dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama
tiga bulan mulai bulan Februari 2012 hingga Mei 2012. Selain itu, penulis juga
mempelajari berbagai aspek yang berhubungan dengan pemetikan yang baik berupa
siklus petik, hanca petik, kebutuhan tenaga kerja dan mencoba mencari solusi atas
setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Pengamatan terhadap berbagai aspek pemetikan meliputi siklus petik, hanca
petik, kebutuhan tenaga kerja, mencoba mempelajari dan mencari solusi atas setiap
permasalahan yang dihadapi di lapangan. Selain itu penulis juga melakukan
pengamatan terhadap potensi pucuk, tinggi bidang petik, ketebalan daun
pemeliharaan, hanca petik, kapasitas pemetik, analisis petik, analisis pucuk, dan
sistem transportasi pucuk. Data hasil pengamatan di uji dengan menggunakan uji
t-student dan standar deviasi.
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah praktik kerja
langsung di lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan yang disusun penulis dan
perusahaan. Kegiatan yang dilakukan meliputi sebagai karyawan harian lepas (KHL)
selama tiga minggu dengan melakukan kegiatan pemetikan produksi, pemangkasan,
pembibitan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit. Pendamping
mandor selama tiga minggu dengan melakukan pengawasan terhadap KHL dan rapat
koordinasi. Asisten kasubag kebun selama enam minggu dengan melakukan
pengawasan terhadap laporan kebun, pengawasan mandor di lapangan, dan
ii
iii
pembinaan KHL. Semua rincian kegiatan yang dilakukan selama magang telah
dicatat di dalam jurnal harian. Selain praktik kerja langsung penulis juga telah
melakukan studi pustaka kebun seperti laporan manajemen kebun.
Pemetikan di Unit Perkebunan (UP) Tambi dilaksanakan setiap hari kecuali hari
Minggu oleh tenaga kerja petik. Standar pucuk yang diolah di UP Tambi adalah
pucuk petikan medium dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m.
Siklus petik di Blok Taman, Panama, Tanah Hijau rata-rata menerapkan siklus petik
selama 15-20 hari, sedangkan Blok Pemandangan memiliki siklus petik 20-25 hari.
Dengan siklus petik yang tetap tersebut UP Tambi dapat menghasilkan pucuk yang
sesuai standar pengolahan yaitu pucuk medium. Pemetikan produksi di UP Tambi
dilakukan menggunakan gunting dan mesin petik tipe GT 120.
Perbedaan bahan tanam klon/seedling menunjukkan perbedaan besarnya
simpangan pada setiap bahan tanam. Cara pemetikan yang berbeda berpengaruh
terhadap persentase pucuk peko. Penggunaan gunting petik menghasilkan kondisi
pucuk yang lebih baik daripada mesin petik.
Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan (UP) Tambi berkisar 68.9 - 97.7 cm
dengan tebal daun pemeliharaan berkisar 14.5 - 33 cm. UP Tambi saat ini memiliki
kebijakan tersendiri untuk ketebalan daun pemeliharaan, yaitu 25 - 35 cm.
Tenaga kerja pemetik yang tersedia di UP Tambi berjumlah 178 orang,
sedangkan kebutuhan tenaga kerja pemetik berdasarkan rasio tenaga pemetik adalah
sebanyak 190 orang. Hanca petik per pemetik saat ini adalah 0.07 ha/HOK dengan
rata-rata kapasitas pemetik sebanyak 60.40 kg/orang.
Analisis petik di UP Tambi manghasilkan rata-rata persentase pucuk halus
1.75 %, pucuk medium 19.48 %, pucuk kasar 51.87 %, dan pucuk rusak 26.90 persen.
Analisis pucuk selama 4 bulan terakhir (Januari-April 2012) memiliki rata rata
45.21% memenuhi syarat (MS) dan 54.79% tidak memenuhi syarat (TMS). Nilai
tersebut belum memenuhi standar UP Tambi yaitu minimal 55 persen.
iii
i
PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT
TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Laila Rahmadona
A24080017
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
ii
Judul : PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI,
WONOSOBO, JAWA TENGAH
Nama : LAILA RAHMADONA
NIM : A24080017
Menyetujui,
Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS
NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Muarasipongi, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera
Utara pada tanggal 7 April 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak
Ramlan Koto dan Ibu Restu Hafnida Nasution.
Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2 Gunungsitoli, kemudian pada tahun 2005
penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Gunungsitoli, Nias. Selanjutnya penulis lulus
dari SMAN 2 PLUS Sipirok, Tapanuli Selatan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis
diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2010 penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2008-2011 penulis
sebagai anggota seksi Kerohanian Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa
Tapanuli Selatan (OMDA Imatapsel) Bogor dan anggota seksi sumber daya manusia
di Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal (Ikmamadina) Bogor. Pada tahun 2010/2011
penulis menjabat sebagai anggota seksi kemuslimahan di Forum Komunikasi Rohis
Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai
kepanitiaan yang dilaksanakan oleh BEM Faperta, FKRD, Imatapsel, dan
Ikmamadina.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga kegiatan magang ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Pengamatan dan pembahasan mengenai pengelolaan pemetikan pada
tanaman teh dilaksanakan karena adanya keinginan untuk mengetahui teknik
pemetikan teh yang baik dan tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas yang
baik sesuai permintaan pasar dan konsumen. Kegiatan magang ini dilaksanakan di
Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung,
mendoakan penulis dalam segala aktivitas penulis.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran selama kegiatan magang dan penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS dan Bapak Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen
penguji ujian skripsi penulis.
4. Bapak Ir Bambang Jatmiko selaku Pemimpin Unit Perkebunan Tambi atas
segala dukungan, motivasi, ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
5. Bapak Tuyitno, SE dan Bapak Muhammad masing-masing sebagai kepala
sub bagian kebun sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan
pengarahan selama melakukan kegiatan magang ini.
6. Ibu Ir Eviati Kusuma Dewi selaku kepala sub bagian penelitian dan
pengembangan, serta semua kepala blok di Unit Perkebunan Tambi.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, November 2012
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .....................................................................................
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Taksonomi Tanaman Teh..............................................................
Perbanyakan Tanaman Teh ...........................................................
Morfologi Tanaman Teh ...............................................................
Tanaman Teh Sebagai Penghasil Pucuk .....................................
Macam-Macam Pemetikan ..........................................................
Pemetikan Secara Mekanis ...........................................................
Analisis Pemetikan ......................................................................
3
3
3
4
5
7
8
10
METODE MAGANG .............................................................................
Tempat dan Waktu ......................................................................
Metode Pelaksanaan .....................................................................
Analisis Data dan Informasi ..........................................................
11
11
11
13
KEADAAN UMUM ...............................................................................
Sejarah PT Perkebunan Tambi .....................................................
Letak Wilayah Administratif .......................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan..................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi ...................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .....................................
14
14
15
16
17
18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ............................................
Aspek Teknis ...............................................................................
Persiapan Bahan Tanam .....................................................
Persiapan Tanam dan Penanaman .......................................
Pemeliharaan Tanaman........................................................
Pemetikan ............................................................................
Proses Pengolahan Teh Hitam .............................................
Aspek Manajerial .........................................................................
Kepala Sub Bagian Kebun ...................................................
Kepala Blok .........................................................................
Mandor Petik .......................................................................
Mandor Pemeliharaan ..........................................................
20
20
20
23
25
33
44
50
50
51
51
51
v
vi
PEMBAHASAN .......................................................................................
Potensi Pucuk ...............................................................................
Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan .....................
Hanca Petik ...................................................................................
Jumlah Tenaga Pemetik ................................................................
Kapasitas Pemetik .........................................................................
Analisis Petik dan Analisis Pucuk ...............................................
52
52
56
57
58
58
59
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan ...................................................................................
Saran ..............................................................................................
61
61
62
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
63
LAMPIRAN ..............................................................................................
65
vi
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012 ....
16
2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan
Tambi pada Tahun 2012................................................................
19
3. Luas Areal Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di
Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012....................................
31
4. Kondisi Pucuk Berdasarkan Bahan Tanam di Unit
Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012 ....................
33
5. Kondisi Pucuk Berdasarkan Cara Pemetikan pada Klon
Gambung 7 di Blok Pemandangan pada Bulan Maret 2012 .........
33
6. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan pada Klon
dan Seedling di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan
Februari-April 2012 ......................................................................
35
7. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi pada
Tahun 2012 ...................................................................................
37
8. Jumlah Tenaga Kerja Pemetik Berdasarkan Keadaan di Lapangan
dan Hasil Perhitungan Rasio Pemetik dengan Luas Areal Petik
di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012................................ 38
9. Kapasitas Pemetik dan Kapasitas Waring Berdasarkan Blok
di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari 2012..................
38
10. Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik
Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Januari-April 2012
44
11. Analisis Petik Setiap Blok di Unit Perkebunan Tambi pada
Bulan April 2012 ...........................................................................
45
12. Analisis Petik Berdasarkan Alat Pemetikan di Unit Perkebunan
Tambi pada Bulan April 2012 .......................................................
46
13. Hasil Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan
Januari-April 2012 ........................................................................
46
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda .............................
9
2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit
Perkebunan Tambi ........................................................................
17
3. Pembibitan Teh yang Diberi Sungkup ..........................................
21
4. Penanaman Stek ............................................................................
22
5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh ......................................
23
6. Bibit Siap Tanam ...........................................................................
23
7. Penentuan jarak Tanam dengan Menggunakan Caplak ................
24
8. Pemupukan melalui Tanah ............................................................
27
9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mis Blower ..................
28
10. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Power Sprayer ............
28
11. Pemangkasan Secara Manual Menggunakan Sabit .......................
29
12. Pemangkasan Menggunakan Mesin Pangkas ..............................
30
13. Kondisi Tanaman Teh setelah Dipangkas ....................................
30
14. Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik ......................................
32
15. Tanaman Teh yang Terserang Penyakit Cacar Daun Teh
(Blister Blight)..............................................................................
32
16. Pemetikan Jendangan ...................................................................
34
17. Pemetikan Produksi ......................................................................
35
18. Gunting Petik................................................................................
40
19. Pengoperasian Mesin Petik Tipe GT 120 .....................................
41
20. Penimbangan Pucuk di Kebun .....................................................
42
21. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Timbangan Manual .........
43
22. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Jembatan Timbang .........
43
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Spesifikasi Tipe Gunting Bantalan ................................................
66
2. Spesifikasi Mesin Petik GT 120 ....................................................
67
3. Jurnal Harian sebagai karyawan harian lepas (KHL)
di Unit Perkebunan Tambi ............................................................
68
4. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor di Unit
Perkebunan Tambi ........................................................................
70
5. Jurnal Harian sebagai Pendamping Kasubag Kebun
di Unit Perkebunan Tambi ............................................................
71
6. Deskripsi Teh Klon MPS 7 (Gambung 7) .....................................
72
7. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan di Unit Perkebunan
Tambi ............................................................................................
73
ix
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri komoditas teh merupakan industri yang penting. Kesadaran baru yang
timbul terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama di negara-negara maju, harus
disikapi dengan peluang untuk memperluas pemasaran teh. Di samping untuk
kepentingan konsumsi dalam negeri, teh juga penting sebagai komoditas ekspor. Hal
ini berarti teh sangat menunjang perekonomian Indonesia sebagai sumber devisa
negara dari subsektor perkebunan. Perkebunan tanaman teh merupakan salah satu
usaha yang menarik banyak negara yang memiliki daerah yang sesuai dengan syarat
budidaya teh (Spillane, 1992). Salah satu perkebunan teh swasta yang ada di
Indonesia adalah Unit Perkebunan Tambi yang merupakan salah satu unit produksi
PT Tambi yang mengelola perkebunan dan hasil komoditas teh.
Perkembangan luas areal teh di Indonesia pada periode tahun 2001-2011
cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2001 luas areal teh di Indonesia seluas
150 872 ha, pada tahun 2011 luas areal teh menjadi 123 351 ha. Selain luas areal,
produksi teh juga mengalami penurunan produksi. Produksi teh pada tahun 2001
hanya 166 867 ton, sedangkan pada tahun 2011 produksi menjadi 140 944 ton
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Areal perkebunan komoditas teh terus
berkurang dengan luas rata-rata 2 584 ha per tahun atau 1.7 persen. Penurunan luas
areal teh tersebut menyebabkan produksi turun rata-rata 1.470 ton per tahun atau
0.9% per tahun. Penurunan luas areal tanaman teh secara drastis tersebut disebabkan
oleh terjadinya konversi tanaman teh ke tanaman kelapa sawit dan karet secara besarbesaran, serta adanya pembangunan villa (Zuhri, 2011).
Upaya dalam memecahkan masalah utama pengusahaan teh, yaitu biaya
produksi yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, oleh karena itu diperlukan
efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan pemetikan yang tidak
tepat dapat menurunkan mutu teh baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu
upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu teh yaitu dengan cara
1
2
perbaikan sistem pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien
sehingga dapat mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).
Pemetikan merupakan pekerjaan paling penting dalam budidaya teh dan
membutuhkan biaya serta tenaga kerja paling banyak. Untuk pemetikan yang baik
diperlukan tenaga pemetik 70% dari seluruh tenaga produksi yang diperlukan atau
mencapai 30% dari biaya produksi (Sukasman, 1980). Kegiatan pemetikan disamping
bertujuan memungut hasil tanaman teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan, juga
merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan
produksi yang berkesinambungan (Tobroni dan Hikmat, 1987).
Dalam budidaya tanaman teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi.
Keberhasilan dalam pemetikan ikut menentukan kesuksesan industri teh secara
keseluruhan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa
pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan.
Disamping itu juga pemetikan merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman
agar mampu meningkatkan produksi yang berkelanjutan dengan demikian pemetikan
merupakan bagian dari proses produksi yang sangat penting (Johan dan Dalimoenthe,
2009).
Cara pemetikan pucuk dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan menentukan
mutu teh yang dihasilkan. Pemetikan pucuk teh hingga kini banyak dilakukan oleh
tenaga-tenaga manusia yang sebagian besar adalah wanita. Selain itu, pemetikan teh
berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi. Pucuk
teh merupakan produk yang dihasilkan sehingga sangat penting dalam menentukan
produktivitas tanaman.
Tujuan
Tujuan magang secara umum adalah menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai budidaya tanaman teh pada keadaan lapangan yang sesungguhnya.
Selain itu kegiatan magang juga bertujuan mempelajari pengelolaan pemetikan teh
yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas teh yang lebih baik.
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Teh
Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Family
: Tehaccae
Genus
: Cammellia
Spesies
: Cammellia sinensis
Tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas dua varietas yaitu sinensis
(Camellia sinensis var. sinensis) dan asammica (C. sinensis var. assamica). Di
Indonesia juga dikenal varietas hibrid yang merupakan turunan dari hasil persilangan
antara varietas sinensis dan assamica. Potensi produksi suatu genotip tanaman
merupakan kriteria yang sangat penting dalam memilih bahan tanam. Secara umum,
semakin tinggi potensi produksi suatu genotip, maka biaya produksi akan semakin
rendah sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar (Pusat Penelitian Teh dan
Kina, 2006).
Perbanyakan Tanaman Teh
Tanaman teh dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif.
Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji sebagai hasil persilangan
antara pohon induk jantan dengan pohon induk betina. Perbanyakan secara vegetatif
dengan menggunakan stek daun teh. Bahan stek dapat diambil dari kebun entres.
Ranting yang diambil sebaiknya telah mempunyai 10 - 12 helai daun dan ranting
dipotong 10 - 15 cm (Hanum, 2008). Biji yang digunakan sebagai sumber bahan
tanam hendaknya dikumpulkan dari kebun biji yang dikelola secara khusus. Potensi
3
4
produksi dari tanaman teh asal biji mencapai lebih dari 35 000 kg kering/ha/tahun.
Perbanyakan tanaman teh dengan menggunakan stek merupakan cara yang paling
cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dengan harapan sifat
unggulnya sama dengan induknya. Kebun induk yang akan digunakan harus dijamin
kemurnian klonnya dan mempunyai potensi produksi dan kualitas yang tinggi. Stek
teh dapat diambil dari kebun entres yang dikelola khusus dan berumur 4 bulan setelah
pangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Morfologi Tanaman Teh
Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi lebih dari 10 m. Tinggi tanaman teh
dipertahankan sekitar kurang dari 1 m dengan pemangkasan secara berkala pada
setiap perkebunan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemetikan pucuk dan
agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Umumnya tanaman teh
mulai dapat dipetik secara terus-menerus setelah berumur 5 tahun. Tanaman teh dapat
memberikan hasil yang cukup besar selama 40 tahun selanjutnya dapat dilakukan
peremajaan. Tanaman teh dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200 - 2 000 m
di atas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi letak daerahnya, maka teh akan
menghasilkan kualitas yang semakin baik (Spillane, 1992).
Tanaman teh (Camellia sinensis) berbentuk pohon. Tinggi pohon biasanya
mencapai lebih dari 10 m, tetapi tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk
memudahkan pemetikan sehingga tingginya 90-120 cm (Nazaruddin dan Paimin,
1993). Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning. Mahkota
bunga tanaman teh berbentuk kerucut, daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur
terbalik. Tepi daun bergerigi, daun tunggal, dan letaknya hampir berseling. Tulang
daun menyirip, permukaan atas daun muda berbulu halus sedangkan permukaan
bawahnya berbulu sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi.
Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada
ketiak atau bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian diikuti dengan
pembentukan daun. Tunas baru pada tanaman teh memiliki daun kuncup (Pusat Studi
Industri dan Perdagangan, 2001).
4
5
Tanaman Teh sebagai Penghasil Pucuk
Hasil tanaman teh adalah pucuk dengan 2-3 helai daun muda. Pengambilan
pucuk yang berada di atas bidang petik dan memenuhi ketentuan disebut pemetikan.
Pemetikan dalam arti luas bertujuan memelihara kesehatan tanaman teh supaya
pertumbuhan pucuk teh tidak terhambat dan pemetikan dapat dilakukan secara
teratur. Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya.
Pemetikan yang berhasil perlu memperhatikan pemeliharaan kebun dan sistem petik
yang akan dilakukan (Suwardi, 1999).
Beberapa istilah pada tanaman teh sebagai penghasil pucuk yang berkaitan
dengan kegiatan pemetikan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006) adalah:
1.
Pucuk peko adalah pucuk ujung yang tumbuh aktif. Tanaman yang tumbuh
normal mengalami periode pucuk aktif. Setelah menghasilkan 4-7 daun, pucuk
mengalami dormansi, ranting peko harus dipetik. Daun akan tumbuh terus dan
pertumbuhan akan terhambat jika peko tidak segera dipetik. Setelah dipetik,
maka akan tumbuh pucuk burung yang dorman beberapa minggu. Kemudian
pucuk peko tumbuh kembali (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Apabila pucuk
yang dipetik hanyalah pucuk peko, maka untuk sementara waktu ranting pada
periode burung tidak berproduksi. Hal ini sangat merugikan bila pucuk burung
dalam suatu perdu jumlahnya banyak (Wachjar dan Junaedi, 1991).
2.
Pucuk burung adalah pucuk pada periode kuncup atau pucuk dormansi. Pada
periode ini pucuk tersebut tidak tumbuh aktif. Dalam kondisi alami, pucuk
burung biasanya berlangsung antara 45-60 hari. Pemetikan pucuk burung akan
memutus masa dormansi dan merangsang pertumbuhan mata tunas di bawahnya.
3.
Kepel adalah dua daun awal yang keluar yang sebelah daunnya tertutup sisik.
Sisik tersebut segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh.
4.
Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuknya daun kepel,
tepi daun bergerigi.
5.
Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya
dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m,
3m).
5
6
6.
Daun tua adalah daun yang telah berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila
dipatahkan berserat, dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti
angka (1t, 2t, 3t, dan seterusnya).
7.
Cakar ayam adalah bentuk pertumbuhan tunas lebih dari dua buah dari satu
ketiak daun atau dari beberapa ketiak daun yang internodianya pendek.
8.
Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem
pemetikan yang telah ditentukan.
9.
Gabar adalah pucuk yang telah lewat manjing karena giliran petik yang terlalu
panjang, lebih panjang dari yang seharusnya.
10. Kaboler adalah kebun yang terlambat dipetik.
11. Imeut adalah petikan yang dilakukan dengan cermat sehingga semua pucuk
majing habis terpetik.
Strategi dasar pemetikan teh adalah menghasilkan pucuk dengan mutu standar
sebanyak-banyaknya secara berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut dengan
mempertahankan ketebalan lapisan daun pemeliharaan, mengatur pucuk yang
ditinggalkan, mempertahankan, meningkatkan lebar bidang petik, dan pengawasan
bidang petikan (Johan dan Dalimoenthe, 2009).
Ketebalan lapisan daun pemeliharaan merupakan sekumpulan daun yang ada di
bawah bidang petik. Daun tersebut berfungsi sebagai penyangga dan sebagai tempat
terjadinya fotosintesis untuk menghasilkan energi. Manajemen pemetikan harus
mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik karena produktivitas pucuk
sangat ditentukan oleh jumlah pucuk, berat pucuk, serta jumlah perdu perluas lahan.
Tunas dan pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan tidak dipetik agar dapat
diperoleh bidang petik yang luas dan menekan pertumbuhan gulma
dengan
memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah. Pengawasan jejak petikan
dilakukan oleh mandor dan pembantu mandor dengan mengawasi kesalahan petik,
terlewat tidak dipetik dan kerataan bidang petik (Johan dan Dalimoenthe, 2009).
Pemetikan merupakan ujung tombak produksi dan kunci kesuksesan dalam bisnis
teh secara keseluruhan. Teh-teh yang tumbuh di dataran rendah dapat dilakukan
pemetikan pucuk seminggu sekali, sedangkan teh di dataran tinggi hanya boleh
6
7
dipetik sekali dalam 10-12 hari untuk menjaga keadaan tanaman dan kualitas pucuk
tetap baik (Spillane, 1992).
Macam-Macam Pemetikan
Pemetikan Jendangan
Petikan jendangan yaitu petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman
dipangkas. Tujuan petikan jendangan adalah untuk membentuk bidang petik yang
lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan 20-25 cm agar tanaman
mempunyai potensi produksi yang tinggi. Petikan jendangan mulai dapat dilakukan
apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan
dianggap cukup atau dihentikan apabila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik
telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan 20-25 cm. Pada umumnya,
pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan
pemetikan produksi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Pemetikan Produksi
Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan secara terus-menerus
dengan daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali
(Pusat Penelitian Teh Kina, 2006). Berdasarkan daun yang ditinggalkan pemetikan
produksi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Pemetikan ringan yaitu pemetik meninggalkan daun di atas bidang petik kepel +1
daun atau lebih (k+1, k+2). Pemetikan ringan dilakukan apabila ketebalan daun
pemeliharaan kurang dari 15-20 cm, tanaman terlalu kurus, atau pada waktu
musim kering. Kerugian pemetikan ringan adalah tanaman cepat tinggi.
2.
Pemetikan sedang yaitu apabila tidak ada daun yang tertinggal pada bagian
tengah perdu (k+0) tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas
kepel (k+1).
3.
Pemetikan berat yaitu apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali
pada perdu di atas kepel (k+0).
7
8
Pemetikan Gandesan
Pemetikan gandesan tergolong pemetikan berat yaitu memetik semua pucuk yang
beraada di atas bidang petik atau dengan kata lain memetik pucuk tanpa
memperhatikan rumus petik yang menjelang tanaman dipangkas.
Pemetikan Secara Mekanis
Upaya untuk menggali potensi dan menanggulangi kekurangan pemetik pada
musim plus, perlu menggunakan pemetikan dengan alat, yaitu gunting atau mesin
petik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Mekanisasi pemetikan pucuk teh juga
bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. Tujuan tersebut dapat dicapai bila
mekanisasi pemetikan, tidak menyebabkan penurunan kesehatan tanaman dan mutu
hasil petikan serta dapat meningkatkan prestasi kerja pemetik.
Pemetikan mekanis, baik menggunakan gunting maupun mesin memerlukan
gilir petik yang lebih panjang daripada pemetikan dengan tangan. Produksi pucuk
dari petak pemetikan mekanis secara kumulatif dalam jangka panjang atau satu tahun
ternyata tidak berbeda nyata dari produksi petak petikan dengan tangan (Dalimoenthe
dan Kartawijaya 1999). Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan gunting atau
mesin sebagai alat petik dapat mengurangi frekuensi pemetikan yang berkaitan
dengan pengurangan kebutuhan tenaga pemetik lebih lanjut akan mengurangi harga
pokok. Berdasarkan hasil percobaan Dalimoenthe (1999) penggunaan gunting
ataupun mesin tidak mengurangi kualitas teh jadi dan tidak menurunkan kondisi
kesehatan perdu.
Pemetikan dengan gunting tergolong petikan berat sehingga tanaman teh, baik
dari klon maupun seedling perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali
secara optimal (Johan dan Dalimoenthe, 2009). Spesifikasi gunting bantalan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Di Indonesia mesin petik yang telah digunakan ada 2 tipe yaitu tipe GT 120 dan
tipe GT 60. Mesin GT 120 digunakan untuk lahan datar (0-15%) dengan jumlah
tenaga kerja (operator) 3-5 orang. Sedangkan mesin GT 60 digunakan untuk lahan
8
9
miring (16-30%) dengan jumlah tenaga kerja (operator) 2-3 orang. Spesifikasi mesin
GT 120 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Unit perkebunan Tambi memiliki kebun teh yang pada awalnya tidak dirancang
untuk pemetikan dengan mesin petik. Saat ini UP Tambi sedang memodifikasi kebun
teh untuk disesuaikan dengan pemetikan menggunakan mesin petik. Menurut hasil
penelitian Abbas et al. (2003) untuk meningkatkan kinerja mesin petik, kebun perlu
dimodifikasi dengan dilengkapi jalur-jalur petik, jalur penampungan pucuk/areal
putar balik mesin. Modifikasi kebun maupun mesin petik teh dengan pola pemetikan
melompat baris ganda. Pengoperasian mesin petik dengan pola pemetikan baris ganda
dilakukan di jalur petik yang berjarak dua baris tanaman (200 cm). Bagian yang
terpetik oleh mesin petik hanya satu baris tanaman (lebar baris sekitar 100 cm), pada
saat berputar balik hanya satu operator saja yang berbalik berpindah jalur sedangkan
yang satunya lagi hanya berbalik, tetapi tetap pada jalur semula. Pola pemetikan
mesin melompat baris ganda dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda
Sumber: Abbas et al., 2003
9
10
Analisis Pemetikan
Analisis Petik
Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) analisis petik adalah bagian pucuk hasil
suatu pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk yang dinyatakan dalam persen.
Tujuan analisis petik adalah:
1. Menilai sistem petik atau cara pemetikan
2. Daur petik yang terlalu pendek terlihat pada angka persentase pucuk yang
belum masak petik (p+1, p+2m) yang tinggi, sebaliknya daur petik yang
panjang terlihat pada tingginya persentase pucuk kasar.
3. Menilai keterampilan pemetik, pemetik yang kurang terampil akan terlihat
dari terpetiknya pucuk-pucuk di luar ketentuan (pucuk yang belum manjing).
4. Menilai kondisi tanaman. Tanaman yang kurang sehat ditandai dengan angka
persentase burung yang tinggi (60%).
Analisis Pucuk
Analisis pucuk adalah pemisahan bagian pucuk hasil suatu petikan yang
didasarkan pada bagian muda dan bagian tua serta kerusakannya yang dinyatakan
dalam persen. Kegunaan analisis pucuk adalah:
1. Memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan.
2. Menilai kondisi pucuk yang akan diolah.
3. Menentukan premi bagi pemetik.
10
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan
mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan
tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di
lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan perusahaan. Pengamatan terhadap objek
kegiatan kebun telah dilakukan terutama pada aspek pemetikan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi beberapa tahap jenjang status pekerja mulai dari karyawan harian
lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan
sebagai asisten kasubag kebun selama enam minggu. Semua rincian kegiatan yang
dilakukan selama magang dicatat di dalam jurnal harian (Lampiran 3, 4, dan 5 ).
Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) penulis melaksanakan persiapan
bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman meliputi
pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma serta pemetikan.
Selama menjadi pendamping mandor penulis mendampingi mandor dalam
mengawasi pelaksanaan pemetikan dan rapat koordinasi. Selama menjadi asisten
afdeling penulis membantu pengerjaan administrasi kebun, mengarahkan pemetik,
mengawasi mandor petik, dan pembagian upah buruh. Selain praktik kerja langsung
penulis juga akan melakukan studi pustaka di kebun, yaitu mempelajari laporan
manajemen seperti arsip kebun (laporan bulanan, laporan semesteran dan laporan
tahunan).
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang dihasilkan langsung melalui pengamatan, wawancara, dan
diskusi dengan staf perkebunan khususnya yang berhubungan langsung dengan aspek
11
12
pemetikan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen kebun dan
pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencakup keadaan umum perusahaan,
keadaan tanah dan iklim (curah hujan, penyinaran matahari), luas areal konversi, tata
guna lahan, keadaan tanaman dan serta struktur organisasi dan keterangan kerjanya.
Peubah yang diamati dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut:
(1) Potensi Pucuk
Potensi pucuk diperoleh dengan menghitung jumlah pucuk peko dan pucuk
burung. Tanaman teh yang diamati terdiri atas dua klon dan dua seedling yang
berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan
pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok
dengan empat kali ulangan.
(2) Tinggi Bidang Petik
Pengukuran tinggi bidang petik mulai dari permukaan bidang pangkas sampai
permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan pada dua
klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan
Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang
dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.
(3) Ketebalan Daun Pemeliharaan
Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan rata-rata daun
terbawah sampai permukaan bidang petik. Sampel yang diambil untuk
pengamatan ini pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7,
TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per
kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali
ulangan.
(4) Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal petik yang harus diselesaikan pemetikannya oleh
seorang tenaga pemetik dalam satu hari. Data yang diambil adalah luas areal
yang dipetik oleh seorang pemetik per hari.
12
13
(5) Kapasitas Pemetik
Kapasitas pemetik adalah banyaknya pucuk yang dipetik pemetik dalam satu
hari. Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (kg) dalam satu
hari.
(6) Analisis Petik
Analisis petikan dilakukan dengan memisahkan jenis pucuk atau rumus petik
yang dihasilkan dari pemetikan.
(7) Analisis Pucuk
Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat dan
pucuk tidak memenuhi syarat.
(8) Sistem Transportasi Pucuk
Pengamatan terhadap proses penanganan pucuk sebagai bahan baku olahan
dengan melihat jumlah unit kendaraan yang diperlukan, kapasitas angkut, dan
jenis angkutan yang digunakan untuk pengangkutan pucuk.
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan
perhitungan statistik sederhana dengan menggunakan standar deviasi, uji-t dalam
membandingkan setiap pengamatan, regresi, dan korelasi. Sedangkan analisis
kualitatif berupa analisis deskriptif yang mengubah kondisi dari suatu kegiatan.
13
14
KEADAAN UMUM
Sejarah PT Perkebunan Tambi
Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan
perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang
berada di Netehrland. Perusahaan tersebut dikelola di Indonesia oleh NV John Peet
yang berkantor di Jakarta. Perusahaan Perkebunan Tambi disewakan oleh John Peet
kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda, yaitu D. Van Der Sluijs (Unit
Perkebunan Tanjungsari) dan kepada W. D. Jong (Unit Perkebunan Tambi dan
Bedakah). Perkebunan tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M. P. Van Den Berg,
A. W. Holle, dan Ed Jacobson yang kemudian secra bersama-sama mendirikan
Bagelen Tahe en Kina Maatschaappij di Wonosobo, yang dalam kepengurusan
diserahkan kepada Firman John Peet dan Co yang berkedudukan di Jakarta.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perusahaan Perkebunan
Tambi secara otomatis diambil alih oleh Pemerintah RI dan para pekerjanya diangkat
menjadi Pegawai Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1950 diadakan
Konferensi Meja Bundar di Belanda yang menghasilkan keputusan bahwa
perusahaan harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Pada tahun 1954
keadaan perusahaan tidak menentu yang kondisinya sudah sangat memburuk akibat
revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda, sehingga perusahaan dijual kepada
NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang merupakan perusahaan yang didirikan oleh Eks
Pegawai Perusahaan PPN. Pada tahun 1957 Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah Wonosobo untuk mendirikan sebuah perusahaan baru
dengan modal 50% dari PT eks PPN Sindoro Sumbing dan 50% dari Pemda
Wonosobo. Perusahaan baru tersebut diberi nama PT Perkebunan Tambi yang
disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 18 April 1958. Pada tahun 2010
saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra
(IGP).
14
15
Letak Wilayah Administratif
PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan dan kantor direksi dengan
lokasi yang berbeda, yaitu:
1. Unit Perkebunan dan Pabrik Tambi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo.
2. Unit Perkebunan dan Pabrik Bedakah di Kecamatan Kertek, Kabupaten
Wonosobo.
3. Unit Perkebunan dan Pabrik Tanjungsari di Kecamatan Sapuran, Kabupaten
Wonosobo.
Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak kurang lebih 16 km dari kota Wonosobo ke
arah utara dan di lereng Gunung Sindoro bagian barat. Unit Perkebunan Tambi
terbagi menjadi 4 blok yaitu:
1. Blok Taman.
Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 300 - 1 500 m di atas permukaan laut (dpl).
2. Blok Pemandangan.
Terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 500 - 2 100 m dpl.
3. Blok Panama.
Terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 250 - 1 500 m dpl.
4. Blok Tanah Hijau.
Terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl.
Batas-batas Unit Perkebunan Tambi adalah sebagai berikut: sebelah utara Dusun
Tambi, Kejajar, Hutan Perhutani; sebelah timur Dusun Sikatok, Desa Cangal, Hutan
Perhutani; sebelah barat Desa Maron, Hutan Perhutani; sebelah selatan Dusun
Kalitengah, Desa Jengkol, Desa Tlogo, Hutan Perhutani.
Kantor direksi terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro no. 39, Wonosobo.
Pembangunan kantor direksi bertujuan untuk memudahkan koordinasi antara unit
15
16
perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi perusahaan.
Selain kantor direksi, dibangun juga kantor kebun dan kantor induk yang terletak di
tiap unit perkebunan yang memiliki hak otonomi untuk mengurus rumah tangga unit
perkebunan itu sendiri.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Unit Perkebunan Tambi memiliki areal seluas 273.17 ha yang digunakan untuk
areal tanaman teh seluas 247.35 ha, memiliki agrowisata, emplasmen/kantor, pabrik
pengolahan teh hitam, jalan besar, alur/jurang, dan lapangan. Penggunaan lahan di
Unit Perkebunan Tambi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012
Penggunaan Lahan
Taman
Pemandangan
Blok
Panama
Tanah Hijau
Jumlah
………………………….....(ha)……………….……………….
I.
Luas Areal Tanaman
1. TTM
2. TMM
3. TBM
4. Pembibitan
Jumlah
II.
Luas Areal Non
Tanaman
1. Agrowisata
2. Emplasmen /
Kantor
3. Pabrik
4. Jalan Besar
5. Alur / Jurang
6. Lapangan
Jumlah
7.11
46.12
4.66
15.60
61.16
57.89
76.76
17.99
49.24
2.62
1.50
71.35
22.84
18.51
41.35
63.54
175.03
7.28
1.50
247.35
2.05
11.29
1.66
7.88
2.25
0.69
25.82
Total
273.17
Keterangan: TTM= Tanaman tua menghasilkan, TMM= Tanaman muda menghasilkan,
TBM= Tanaman belum menghasilkan
Sumber: RKAP Unit Perkebunan Tambi 2012
16
17
Bahan tanam teh yang ada di Unit Perkebunan Tambi berasal dari klon dan
seedling. Klon-klon tanaman teh yang di tanam di Unit Perkebunan Tambi terdiri
atas: Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Gambung 9, TRI 2024, TRI 2025, Kiara,
dan Cin 143. Klon Gambung 7 merupakan klon unggulan di Unit Perkebunan Tambi
(Lampiran 6). Tanaman jenis seedling yaitu Hibrid dan Asam. Tipe tanaman yang
diamati untuk pengamatan adalah Gambung 7, TRI 2025, Hibrida, dan Asam. Hal ini
dikarenakan keempat tipe tersebut terdapat di empat blok yang ada di UP Tambi.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Produksi teh merupakan hasil dari perkebunan yang merupakan target yang
harus dicapai agar mendapatkan keuntungan. Produksi teh dalam kurun waktu lima
tahun terakhir mencapai rata-rata 259 731.9 kg/tahun. Produksi teh tertinggi di atas
rata-rata diperoleh pada tahun 2007 sebesar 3 574 912 kg. Realisasi produksi 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar 2.
Rata-rata (kg)
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
Rata-rata (kg)
1500000
1000000
500000
0
(Tahun)
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit
Perkebunan Tambi
Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2012
17
18
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaaan
Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pimpinan Unit Perkebunan yang
diangkat oleh direksi PT Tambi. Pemimpin UP Tambi memiliki tugas merencanakan,
memimpin,
mengkoordinasikan,
dan
mengawasi
pelaksanaan
tugas
dalam
pengelolaan kebun, pengolahan di pabrik dan kegiatan administrasi kantor. Pemimpin
UP Tambi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh kepala sub bagian
kantor, kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian penelitian dan pengembangan,
dan kepala sub bagian pabrik.
Pelaksanaan pekerjaan di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi tiga bagian
utama yaitu bagian kebun, bagian pabrik, dan bagian kantor. Bagian kebun memiliki
tanggung jawab dalam mengusahakan produksi pucuk sebagai bahan baku teh
seoptimal mungkin dan memenuhi syarat pengolahan. Bagian pabrik memiliki
tanggungjawab untuk mengolah bahan baku yang dihasilkan dari kebun menjadi teh
yang siap jual dan siap konsumsi sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen.
Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi beberapa golongan
karyawan yaitu, karyawan I, karyawan II, dan karyawan borong. Karyawan I
memiliki kriteria pendidikan minimal SLTA, pengangkatan dilakukan melalui
beberapa tes yaitu tes kesehatan dan tes tertulis. Penggajian karyawan I dilakukan
sekali dalam sebulan pada tanggal 3. Karyawan II memiliki kriteria minimal SLTP,
telah melalui tahapan sebagai karyawan borong dan dikaderkan oleh atasannya untuk
menjadi pembimbing kebun ataupun pabrik. Penggajian untuk karyawan II ditetapkan
oleh direksi dengan berpatokan pada upah minimum kabupaten (UMK) Wonosobo
sebesar Rp 800 000, 00 yang pembayarannya dilakukan setiap pada tanggal 3.
Karyawan borong merupakan pekerja yang telah terikat pada perusahaan
dengan sistem upah borong yang dihitung berdasarkan hasil kerja per hari. Karyawan
borong terdiri atas tenaga kerja petik, pemeliharaan, pabrik/umum, dan agrowisata.
sistem penggajian karyawan borong ditetapkan berdasarkan hari kerja dan prestasi
kerja yang diperoleh pada hari itu. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di Unit
Perkebunan Tambi tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.
18
19
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi pada
Tahun 2012
Status
Tenaga
P
Jml
L
S1
D3
Pendidikan
SLTA SLTP SD
TTSD
Jml
….…………………………....(orang)….……..…………………………
KI
KII E
KII D
KII C
KII B
KII A
K Borong
Jumlah
9
3
15
6
23
52
60
168
4
1
6
153
164
13
3
16
6
23
58
213
332
7
1
8
1
1
2
5
2
8
3
10
6
9
43
4
2
4
17
16
43
1
3
1
7
27
145
184
1
8
43
52
13
3
16
6
23
58
213
332
Keterangan: K= karyawan, L= Laki-laki, P= Perempuan, TTSD= Tidak Tamat Sekolah Dasar
Sumber: Kantor Induk Unit Perkebunan Tambi 2012
19
20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Persiapan Bahan Tanam
Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan).
Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau stek.
Pembibitan asal biji memiliki beberapa kelebihan diantaranya mempunyai daya
adaptasi yang lebih luas daripada tanaman yang berasal dari stek. Pembibitan asal
stek lebih banyak digunakan karena memiliki kelebihan, yaitu merupakan cara yang
paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan memiliki
sifat unggul yang sama dengan induknya. Pembibitan yang dilakukan di Unit
Perkebunan Tambi yaitu menggunakan bahan tanam dari stek yang berasal dari klon
Gambung 7.
Stek yang digunakan berasal dari kebun perbanyakan yang harus tetap
diperhatikan perawatannya. Unit Perkebunan Tambi memiliki kebun perbanyakan
seluas 1.5 ha yang terletak di Blok Panama. Kebun perbanyakan yang digunakan
memiliki b