Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)
Universitas Sumatera Utara
Sumber Lain:
tanggal 23 September 2014
Juli 2011
tanggal 12 Agustus 2014
April 2011
diunduh pada tanggal 18 September 2013
(2)
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA
(Dilaksanakan dengan teknik wawancara mendalam)
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT
(Studi Kasus terhadap Wacana di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia)
Oleh : Deby Aqmarina (110904107)
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan kepada para orang tua sebagai informan utama penelitian ini adalah:
1. Apakah Bapak/Ibu selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
2. Berapa kali dalam satu hari anak Bapak/Ibu menonton televisi? 3. Berapa jam dalam satu hari anak Bapak/Ibu menonton televisi? 4. Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak menonton kartun saja?
5. Apakah Bapak/Ibu tau tayangan kartun apa yang menjadi favorit anak anda?
6. Apakah Bapak/Ibu tau dan memahami tayangan kartun favorit anak anda yang menjadi konsumsinya setiap kali menonton televisi?
7. Apakah Bapak/Ibu memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan kartun favoritnya tersebut?
8. Setujukah Bapak/Ibu jika anak anda menonton tayangan kartun itu? 9. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kartun favoritnya tersebut? 10. Apakah anak Bapak/Ibu tidak mau menonton tayangan kartun yang lain
selain daripada kartun favoritnya tersebut?
11. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai tayangan-tayangan televisi saat ini?
12. Tahukah/pahamkah Bapak/Ibu mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
13. Bagaimana Bapak/Ibu membatasi tayangan televisi jika bersimbolkan bukan untuk anak anda?
14. Tahukah Bapak/Ibu jika KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
15. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai wacana tersebut?
16. Bagaimanakah Bapak/Ibu menyaring tayangan-tayangan televisi saat ini (kebanyakan untuk orang dewasa) agar tidak menjadi konsumsi anak Bapak/Ibu jika KPI menghapus tayangan kartun favorit anak anda? 17. Apakah kiat/strategi Bapak/Ibu agar anak anda tetap menonton tayangan
(3)
Universitas Sumatera Utara
Informan I : Ibu Winda
Peneliti : Apakah Bapak/Ibu selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Selalu, selalu menemani dan memantau tontonannya, tidak saya lewatkan waktu-waktu dia menonton tv
Peneliti : Buk, berapa kali dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : Gak terlalu sering lah, paling tidak 2-3 kali, karna si adek tu
kecil-kecil udah banyak kegiatan di luar sekolah, kayak les-les, piano, sempoa, les di sekolah juga dia ikut
Peneliti : Berapa jam dalam satu hari anak Ibu menonton televisi?
Narasumber : Ya itu tadi, paling cuma 30-2 jam karna hari Minggu cuma hari yang full ia menonton televisi, dan cuma boleh kartun. Yaa selagi gak ada acara keluarga, liburan keluarga atau ada pekerjaan rumah (PR), saya masih mengizinkan ia untuk menonton kartun full pada hari Minggu itu, kadang juga ditemeni ayahnya
Peneliti : Apakah Ibu membiasakan anak menonton kartun saja?
Narasumber : Yaa tentu aja, memang harus kartun aja tontonannya. Kan masih anak dibawah umur dan jangan sampe nonton yang lain-lain lah Peneliti : Apakah Ibu tau tayangan kartun apa yang menjadi favorit anak
anda?
Narasumber : Iya tau, paling suka dia Spongebob Squarepants
Peneliti : Apa Ibu tau dan memahami tayangan kartun favoritnya itu? Apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana pesannya, bagaimana dampaknya
Narasumber : Paham, itu kan banyak ngajarin tentang persahabatan, tolong menolong, lucu pula, baik, positif, kadang ada juga ejek-ejekan, jahil, tapi itu kan biasa, anak-anak juga ngerti dan kita juga harus kasih tau juga kan saya sesekali nonton bareng si anak
Peneliti : Apakah Ibu memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan kartun favoritnya tersebut?
(4)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Dukung aja kok, kan masih kartun. Lagian selalu dibawah awasan
saya
Peneliti : Apakah anak Ibu tidak mau menonton tayangan kartun yang lain selain daripada kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Selama ini saya selalu ngebimbing Kheysa supaya nonton kartun lain yang bermanfaat juga namun memang dari pemantauan saya sih iya, dia masih lebih milih Spongebob daripada yang lain
Peneliti : Nah saya mau bertanya nih Buk, menurut Ibu mengenai tayangan-tayangan televisi saat ini itu gimana sih?
Narasumber : Kita semua juga tau ya, kebanyakan untuk dewasa, apalagi sinetron-sinetron yang gak mendidik
Peneliti : Ibu tau dan paham tidak mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Paham saya paham
Peneliti : Nah, jadi bagaimana Ibu membatasi tayangan televisi jika bersimbolkan bukan untuk Kheysa?
Narasumber : Kan masih dalam pengawasan saya, jadi gak khawatir lah bisa saya saring secara langsung juga, dan selagi masih dalam pemantauan saya ketika ia menonton televisi, saya selalu mengizinkannya menonton kartun tersebut meskipun sudah ada simbol seperti itu dan selama saya menemani Kheysa menonton Spongebob, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nak. Namanya juga kartun. Walaupun ada kartun yang terdapat cuplikan seperti mencuri, kekerasan dan hal negatif lainnya. Tapi untuk kartun Spongebob Squarepants, menurut saya aman aman aja
Peneliti : Ibu tahu gak kalau KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
Narasumber : Tau tau, itukan wacana sudah lumayan lama
(5)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Bagus sih kalo ada kartun yg menurut mereka gak baik, tapi kalo spongebob saya rasa positif-positif aja kok, harusnya KPI itu perhatiin tayangan lain aja.. udah tau tayangan anak-anak itu dikit
Peneliti : Apa kiat/strategi Ibu agar anak anda tetap menonton tayangan kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya? Narasumber : Yah apa boleh buat ya, saya pasti membiasakan anak saya nonton
kartun lain dulu, kan masih banyak kartun lain yang positif juga, selain itu pasang tv berlangganan khusus anak-anak aja saya, biar gak jadi pikiran dan buat khawatir orang tua seperti saya
Peneliti : Wah, iya Bu. Kalau begitu, saya rasa cukup pertanyaan-pertanyaan yang telah saya ajukan dan saya udah dapat informasi yang banyak nih. Terima kasih banyak ya, Bu
Narasumber : Iya, Nak sama-sama
Informan II : Ibu Sri Bulanna
Peneliti : Apakah Ibu selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Gak selalu, Nak. Namanya juga ada kerjaan diluar. Yang lebih sering itu Bibinya, pembantu rumah tangga saya dirumah
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : 2 atau 3 kali lah
Peneliti : Berapa jam Bu kira-kira? Narasumber : Paling lama 4 jam saya rasa
Peneliti : Apa Ibu membiasakan anak menonton kartun saja?
Narasumber : Pastilah, lagian dia gak suka yang lain-lain, memang anak-anak kan sukanya kartun
Peneliti : Apakah Ibu tau tayangan kartun favoritnya apa?
Narasumber : Iya tau, dia suka Tom & Jerry, nak. Vino itu suka kali sama kucing, jadi dia saya liat suka kali juga sama kartun Tom & Jerry. Tapi nggak juga sih, dia masih mau nonton kartun lain kayak
(6)
Universitas Sumatera Utara Boboy Boy itu, Upin & Ipin pun dia suka. Saya dukung aja kartun-kartun itu sih, gak berbahaya kok menurut saya. Sesekali saya menemani dia nonton dulu, kalo gak berbahaya ya udah, saya lepas dia nonton sendiri. Kan kartun itu gak kayak sinetron-sinetron sekarang yang buat anak-anak berimajinasi berlebihan
Peneliti : Apakah Ibu tau dan memahami tayangan kartun favoritnya tersebut? Dampaknya, manfaatnya
Narasumber : Sedikit banyaknya saya paham, sebenarnya sebelum betul-betul melepas anak saya nonton tv sama bibinya, saya selalu nemani dulu dan mantau dulu
Peneliti : Ibu memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan Tom & Jerry itu untuk ditonton Vino?
Narasumber : Dukung-dukung aja sih, Vino anak yang penurut loh gak pernah macem-macem seperti yang ditakutkan orang tua kalo nonton Tom & Jerry
Peneliti : Emang menurut Ibu bagaimana kartun Tom & Jerry itu?
Narasumber : Yang saya liat cuma kejar-kejaran kucing sama tikus saja, tapi sebenernya ngajarin kalo binatang sudah dipukul-pukul, ketimpa ini itu, barang yang berat dan sakit, eh gak mati-mati, tapi ya itu tadi kalo anaknya gak paham atau salah memaknai kartun itu, ya saya kasih tau
Peneliti : Nah, bagaimana menurut Ibu mengenai tayangan-tayangan televisi saat ini?
Narasumber : Semua juga tau, gak mendidik ya. Lebih banyak gak mendidik daripada yang mendidik, kasian nanti anak-anak ya termasuk Vino malah jadi nonton yang aneh-aneh kalo gak di awasi
Peneliti : Tahukah/pahamkah Ibu mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Iya saya tau, tapi itu sih setau saya kalo tayangan bukan buat anak-anak kebanyakan tayang malam
(7)
Universitas Sumatera Utara Peneliti : Bagaimana Ibu menyaring tayangan televisi jika bersimbolkan
bukan untuk Vino?
Narasumber : Pasti saya kasih tau, Alhamdulillah anaknya penurut, Vino itu anak yang mudah di kasih tau, menurut saya karena sekolah disini dia jadi anak yang penurut. Kalau kedapatan simbol yang bukan untuknya tapi dia gak sengaja nonton tayangan itu, saya pasti kasih tau. Saya pasti nasehati sebelumnya kalau itu bukan untuknya, kadang sedikit saya beri gimmick seperti tayangan itu banyak hantunya, Nak. Dengan gitu, Vino langsung nurut. Lagian Vino itu tidak terlalu banyak punya kesempatan nonton tayangan yang bersimbol seperti itu, jam 8 paling tidak dia udah tidur. Jadi saya gak perlu khawatir
Peneliti : Tahukah Ibu jika KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
Narasumber : Wah, belum tau saya Nak, apa aja itu kartunnya?
Peneliti : Tom & Jerry termasuk Bu, karena katanya mengandung kekerasan seperti yang Ibu sampaikan tadi, selain itu Spongebob, Little Krisna, Crayon Sinchan, dan lain-lain. Bagaimana menurut pendapat Ibu?
Narasumber : Ya kalo menurut KPI itu tayangan gak pantes ditayangin, harusnya yang dihapus itu cuplikan-cuplikannya aja. Jangan kartunnya juga, nanti anak-anak nonton apa? Malah sekarang tayangan televisi banyak yang aneh-aneh, memang sih gak semua kartun dihapuskan, tapi yang jadi favorit mereka nanti gimana. Pasti orang tua lah paling berperan lagi
Peneliti : Nah, jadi apa kiat/strategi Ibu agar Vino bisa tetap menonton tayangan kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya?
Narasumber : Apa boleh buat, beli VCD atau DVD lah yang banyak untuk penggantinya nonton tv, sebelumnya saya ajarin juga ke pembantu rumah tangga saya, bibinya, supaya bisa melakukan hal yang sama ketika saya lagi gak nemani Vino nonton tv.
(8)
Universitas Sumatera Utara Peneliti : Iya Bu, kalau begitu terima kasih atas waktunya ya, Bu. Maaf
buat Vino udah nungguin kita ngobrol padahal dia sudah minta pulang
Narasumber : Gak papa, Nak. Sama-sama
Informan III : Bapak Hendra Sucitra
Peneliti : Apa Sir selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Selalu, tapi si bungsu jarang nonton tv lebih sering nonton kartun di smartphone saya lo, nonton di youtube atau liat-liat fotonya dari hp saya
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari Chintya menonton televisi?
Narasumber : Paling 2 kali, sebelum pergi sekolah itupun kalo sempat, sama sore setelah siap semua aktivitas
Peneliti : Berapa jam Sir kira-kira?
Narasumber : 2 jam 3 jam lah udh paling lama sekali itu
Peneliti : Apakah Sir selalu membiasakan anak menonton kartun saja? Narasumber : Pasti, gak ada tayangan lain yang saya izinkan selain kartun Peneliti : Apakah Bapak/Ibu tau tayangan kartun apa yang menjadi favorit
Chintya?
Narasumber : Menurut gerak geriknya, dia suka simpan gambar Spongebob, suka koleksi barang-barang bentuk Spongebob, kotak pensil, tas, semua alat tulis dia Spongebob, tontonannya pun Spongebob
Peneliti : Apakah Sir tau dan memahami tayangan kartun favorit anak anda yang menjadi konsumsinya itu?
Narasumber : Sewaktu saya ikut nonton Spongebob saya paham lah, kartun, warna kuning, cuma isinya lelucon sama cerita-cerita positif
Peneliti : Apakah Sir memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Selagi gak berbahaya saya dukung, itu kan jangkauannya memang untuk anak-anak, jd anak-anak gak berpikiran jauh dari yang kita
(9)
Universitas Sumatera Utara kira kalo nonton kartun seperti Spongebob ini, batasannya masih ada dan ceritanya buat anak-anak suka
Peneliti : Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Lucu, ngajarin yang baik-baik, gak ngandung kekerasan, baguslah
Peneliti : Apakah Chintya tidak mau menonton tayangan kartun yang lain selain daripada kartun favoritnya tersebut, Sir?
Narasumber : Semenjak saya paralelkan tv saya ke kamar saya dan istri, dia masih mau nonton kartun lain, pas di smartphone saya pun gitu Peneliti : Paralel tv? Bagaimana itu, Sir?
Narasumber : Iya, TV dirumah saya hanya ada 3, di kamar saya dan istri, di kamar anak sulung saya dan di ruang televisi. Jadi tiap kali nonton tv, anak-anak saya yang lain yang masih kecil-kecil itu nonton tv nya ya disitu. Tapi, yang membedakan itu channel nya hanya saya dan istri yang bisa menggantinya. Alias saya paralel kan tv itu ke kamar saya. Itu ya supaya anak-anak saya tidak menonton yang aneh-aneh, terutama Chintya anak bungsu saya, jadi apa yang saya tonton, itulah yang mereka tonton
Peneliti : Wah, menarik sekali, Sir. Menurut Sir tayangan-tayangan televisi saat ini itu gimana?
Narasumber : Waduh, merusak imajinasi anak, gak real sama sekali, kalo anak-anak nonton kan bisa berimajinasi jauh dari umurnya dia, Ketika yang tidak mungkin dapat terjadi malah bisa terjadi padahal dibuat melalui setting dan efek-efek aja, tak ada yang real. Itu kan tak dapat dijangkau pemikirannya oleh anak-anak. Masa ada manusia berubah jadi binatang, masa ada tuyul-tuyul bertingkah lucu, tayangan seperti apa itu
Peneliti : Tahukah/pahamkah Sir mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
(10)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Tau, tapi gak semua saya liat nyantumkan simbol seperti itu,
sinetron Tuyul-tuyul itu coba misalnya, apa coba. Selain tidak mendidik, gak ada pula simbolnya. Kalo anak-anak yang gak diawasi orang tua nonton begituan? Saya sih langsung ambil tindakan saja
Peneliti : Apa tindakan yang Sir lakukan dalam membatasi tayangan televisi jika bersimbolkan bukan untuk Chintya?
Narasumber : Saya ganti. Toh channel nya yang bisa ganti cuma saya. Gak khawatir-khawatir amat haha
Peneliti : Sir tau kalau KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
Narasumber : Tau saya, saya baca langsung dari website resmi KPI Peneliti : Bagaimana menurut pendapat Sir?
Narasumber : Bagus, karna itu jugalah saya paralelkan tv ke kamar saya, tapi harusnya yang dihapus jangan itu. Coba liat tv sekarang, sinetron sekarang, mana yang lebih baik dihapus.
Peneliti : Jadi bagaimanakah Sir menyaring tayangan-tayangan televisi saat ini (kebanyakan untuk orang dewasa) dan kiat apa yang Sir lakukan agar tidak menjadi konsumsi Chintya, apa itu terus pakai tv yang di paraelelkan seperti sekarang atau bagaimana?
Narasumber : Saya larang, betul-betul saya larang. Disiplin itu nomor satu, apalagi bagi anak-anak seusia anak saya yang paling kecil ini, disiplin harus dibentuk dari usianya sekarang. Jam 8 saya tekankan sudah tidur, istirahat karna besok sekolah, sudah masuk kamar, matikan lampu, tidur dan saya sepakat pasang tv berlangganan dengan istri saya, biar kalo saya dan istri sedang tidak mengontrolnya dirumah, si anak bisa tenang nonton. Saya pesankan juga sama yang jagain dia dirumah. Apa boleh buat ya, daripada nonton sinetron?
Peneliti : Iya Sir, kalau begitu cukup informasi yang saya dapatkan, Sir. Terima kasih banyak atas waktunya, Sir
(11)
Universitas Sumatera Utara
Informan IV : Ibu Nurul
Peneliti : Apakah Ibu selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Selalu, selalu saya temani
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : 3 kali paling, Nak
Peneliti : Berapa jam dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : Paling lama saya tekankan itu 4 jam
Peneliti : Apakah Ibu membiasakan anak menonton kartun saja?
Narasumber : Pasti, Latifah gak boleh nonton tayangan lain selain kartun. Kartun kan bikin kreativitas anak-anak bertambah juga
Peneliti : Apa Ibu tau tayangan kartun apa yang menjadi favorit Latifah? Narasumber : Tau nak, Sinchan tuh favoritnya
Peneliti : Tau dan paham gak Ibu mengenai tayangan kartun favorit Latifah itu?
Narasumber : Paham sih, berapa kali saya ikut nonton. Yang saya liat justru Sinchan itu ngajarin yang gak bener, walaupun memang lucu, tapi ya Sinchan itu kan anak kecil, ceritanya juga saya liat lucu-lucunya. Tapi terkadang kita liat juga sendiri, adegan-adegannya sering kali tidak sopan seperti membuka celana, nakal, menggoda lawan jenis yang lebih tua. Jadi sebenarnya itu patut jadi perhatian yang berwenang, jika mau menayangkan kartun itu mbok ya cuplikan seperti itu dihapus
Peneliti : Jadi Ibu memberikan dukungan atau tidak kalau Latifah nonton kartun itu?
Narasumber : Ya gak terlalu Nak, ya karna alasan itu tadi
Peneliti : Apa Latifah tidak mau menonton tayangan kartun yang lain selain daripada kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Selama ini saya pake tv berlangganan khusus anak-anak, dan syukur anak saya gak melulu nonton Sinchan lagi, nontonnya Upin & Ipin, Barbie, dan kartun-kartun lain
(12)
Universitas Sumatera Utara Peneliti : Bagaimana menurut Ibu mengenai tayangan-tayangan televisi saat
ini?
Narasumber : Banyak yang harus diperhatikan sama pemerintah ya, namanya penontonnya itu gak cuma orang dewasa, anak-anak juga kadang nonton tv, kan sinetron-sinetron itu gak bagus untuk anak-anak Peneliti : Tahukah/pahamkah Ibu mengenai simbol panduan dalam
menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Tau, saya paham. Tapi karna dirumah pakenya tv berlangganan, yang ada tayangannya ya untuk anak-anak aja, lainnya gak dan saya gak perlu khawatir dan terlalu dibatasi lah.. saya udah percaya sama tv berlangganan itu
Peneliti : Tahukah Ibu jika KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
Narasumber : Tau, saya pernah baca di berita-berita online
Peneliti : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai wacana tersebut? Narasumber : Ya menurut saya, kalo mau hapus ya hapuslah cuplikan yang
dianggap pornografi, kekerasan itulah. Jangan kartunnya, untuk rumah-rumah yang gak pasang tv berlangganan seperti saya nanti tontonan yang salah justru di tonton
Peneliti : Bagaimanakah Ibu nantinya menyaring tayangan-tayangan televisi saat ini (kebanyakan untuk orang dewasa) agar tidak menjadi konsumsi Latifah Ibu jika KPI menghapus tayangan kartun favorit anak anda?
Narasumber : ya, Mudah-mudahan tv berlangganan yang saya pasang saat ini selalu kasih tayangan yang bermanfaat dan khusus anak-anak Peneliti : Jadi kiat/strategi Ibu agar anak anda tetap menonton tayangan
kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya? Narasumber : Tetap saya gunakan tv berlangganan yang sekarang, karna saya
gak ngerasa rugi juga, malah lebih bisa mengontrol anak nonton tv Peneliti : Baiklah Bu, terima kasih sudah mau menjawab
(13)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Tidak merepotkan, sama-sama
Informan V : Ibu Elliyah
Peneliti : Apakah Ibu selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Selalu, tapi anak saya gak gitu sering nonton tv, seringnya main game dari smartphone saya sih
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : Sekali dua kali paling itupun gak selalu, Dek
Peneliti : Berapa jam dalam satu hari anak Ibu menonton televisi? Narasumber : Ya paling lama biasanya 2 jam
Peneliti : Apa Ibu membiasakannya menonton kartun saja?
Narasumber : Ya tentulah, anak dibawah umur tontonannya apalagi kalau gak kartun
Peneliti : Apakah Ibu tau tayangan kartun apa yang menjadi favorit anak anda?
Narasumber : Hmm kalau tidak salah, Spongebob paling dia suka
Peneliti : Apakah Ibu tau dan memahami tayangan kartun favorit anak anda yang menjadi konsumsinya tersebut?
Narasumber : Ya sedikit banyaknya saya paham lah, lucu sih kan kadang-kadang saya juga ikut selalu nonton bareng anak saya
Peneliti : Ibu mendukung tayangan kartun itu jadi favoritnya?
Narasumber : Dukung aja, kan masih kartun. Bukan yang program tv yang aneh-aneh
Peneliti : Setujukah Ibu jika anak anda menonton tayangan kartun itu? Narasumber : Setuju
Peneliti : Bagaimana menurut Ibu mengenai kartun favoritnya tersebut? Pesan positifnya atau ada dampak negatifnya?
Narasumber : Lucu, positif, banyak pesan-pesan didalamnya, tentang persahabatan, dan lain-lain lah kalo negatifnya paling yang seperti jahil, mengejek, itu biasa lah. Namanya juga kartun, pastilah isinya cuma sekedar lelucon dan setau saya kartun Spongebob
(14)
Universitas Sumatera Utara Squarepants justru ngajarin hal-hal yang positif. Selama ini saya dukung-dukung aja Rangga nonton kartun itu kok, tapi dia tetep saya ajarin nonton kartun lain, masih banyak kartun-kartun mendidik lainnya
Peneliti : Apakah Rangga tidak mau menonton tayangan kartun yang lain selain daripada kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Gak juga sih, masih mau nonton kartun lain kok memang sih lebih dominan ke Spongebob
Peneliti : Bagaimana menurut Ibu mengenai tayangan-tayangan televisi saat ini?
Narasumber : Gak mendidik sama sekali, terlalu berimajinasi yang gak masuk akal, terutama sinetron-sinetron ya. Kasihan anak-anak sekarang, di dominasi sama tayangan malah yang begituan
Peneliti : Tahukah/pahamkah Ibu mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Ya tau nak, R itu Remaja, D dewasa, SU semua umur, BO bimbingan orang tua tapi biasanya saya nemani dia terus meskipun bersimbol SU, kurang yakin saya karna yang sudah disaring sedemikian, diberi tanda SU sekalipun, kadang kedapatan juganya cuplikan yang bukan untuk SU. Itu yang seharusnya menjadi perhatian Komisi Penyiaran Indonesia
Peneliti : Bagaimana Ibu membatasi tayangan televisi jika bersimbolkan bukan untuk Rangga?
Narasumber : Saya kasih tau dulu pastinya, tapi anak saya nakal orangnya, pecicilan sana sini, aktif kali, tapi sebenernya dia kadang-kadang masih mau nurut jadi saya kasih tau dia gak boleh ditonton, dan saya juga harus nemani dia nonton tv
Peneliti : Ibu tau gak kalau KPI berencana untuk menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia?
(15)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Benarnya itu nak? Ya saya pernah denger tapi cuma baca-baca di blog, gak tau kebenarannya apa gak. Buktinya sekarang masih tayang kok kartun-kartun yang dilarang itu
Peneliti : Bagaimana pendapat Ibu mengenai wacana tersebut?
Narasumber : Mereka salah, harusnya sinetron-sinetron gak penting yang dihapus, udahlah acara untuk anak-anak itu sedikit, mau dihapus Peneliti : Bagaimana nantinya Ibu menyaring tayangan-tayangan televisi
saat ini (kebanyakan untuk orang dewasa) agar tidak menjadi konsumsi Rangga kalau KPI benar-benar menghapusnya?
Narasumber : Pertama yang pasti saya pantau betul-betul lah jangan sampe dia nonton yang selain kartun, rusak nanti imajinasinya, saya kasih tau juga, saya nasehati
Peneliti : Apa kiat/strategi Ibu agar Rangga tetap menonton tayangan kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya?
Narasumber : Beli VCD apa DVD lah ya banyak-banyak untuk stok, atau cari amannya pasang tv berlangganan untuk anak-anak aja, kalo dia mau nonton tv
Peneliti : Begitu ya, Bu. Kalau begitu, terima kasih atas waktunya Bu, maaf kalau saya mengganggu
(16)
Universitas Sumatera Utara Selain daripada informan utama, adapun beberapa panduan wawancara terhadap informan tambahan sedikit berbeda dari informan utama karena hanya bertujuan untuk membandingkan data atau validasi data.
Informan Tambahan I : Bapak Ibrahim
Peneliti : Benarkah adanya Ibu Winda selalu menemani atau memantau Kheysa ketika menonton televisi?
Narasumber : Benar, itu juga himbauan saya supaya dia pantau terus karna saya kan juga sibuk gak bisa mantau anak saya juga
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari anak Bapak dan Ibu Winda menonton televisi?
Narasumber : Setau saya dia banyak kegiatan sih kayaknya, jadi gak terlalu sering nonton tv
Peneliti : Berapa jam dalam satu hari Kheysa menonton televisi?
Narasumber : Ya dia kan lebih sering sama ibunya, paling gak ya itulah yang dibilang ibunya 30 menit sampe 2 jam aja
Peneliti : Apakah Bapak dan Ibu memang membiasakan anak menonton kartun saja?
Narasumber : Namanya anak-anak pastilah, istri saya juga saya himbau demikian
Peneliti : Apakah tayangan favorit Kheysa itu Spongebob? Narasumber : Ya benar
Peneliti : Apakah Bapak tau dan paham mengenai kartun Spongebob? Narasumber : Spongebob nya favorit dia, ya kalo spongebob aja ngertilah,
bagusnya itu kartunnya gak ngajarin macem-macem. istriku pun tau itu paham lah kan kalo hari Minggu nontonnya sama saya juga kalo gak kemana-mana
Peneliti : Apakah Bapak memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan kartun favoritnya tersebut sama seperti Ibu Winda?
(17)
Universitas Sumatera Utara Peneliti : Apakah anak Bapak dan Ibu memang tidak mau menonton
tayangan kartun yang lain selain daripada Spongebob tersebut? Narasumber : Ya saya liat dia fanatic kali sama Spongebob, tapi sebenarnya
kalo lagi nonton sama saya, saya bilang ke dia “gantilah, nak. Nanti monoton tontonan adek, itu-itu aja” ya saya yang ikut nonton pun muak juga lah
Peneliti : Tahukah/pahamkah Bapak/Ibu mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Iya betul, paham nya istri saya. Saya juga paham namanya simbolnya itu nampak pas kita nonton kan, terus kalo kadang ada dia kepanjangan singkatan itu. Langsung ngertilah kita
Peneliti : Apakah kiat/strategi Bapak dan Ibu agar anak anda tetap menonton tayangan kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya?
Narasumber : Setujulah saya kalo gitu, pasang tv berlangganan lah kalo memang kartun-kartun itu dihapus, lebih aman malah pikiran kita pun aman
Peneliti : Kalau begitu hampir semua jawaban Bapak dan Ibu Winda tepat ya, maaf jika saya mengganggu, terima kasih
Narasumber : Sama-sama
Informan Tambahan II : Ibu Sisca
Peneliti : Apakah Sir Ghuan selalu menemani atau memantau anak anda ketika menonton televisi?
Narasumber : Ya, beliau paling dekat dengan anak bungsu saya. Lebih sering itu kalo si Tya main-main hp ayahnya, antar jemput pun ayahnya, semua ayahnya yang kontrol sendiri
Peneliti : Berapa kali dalam satu hari anak Bapak dan Ibu menonton televisi?
(18)
Universitas Sumatera Utara Narasumber : Ya sekitar gitulah, gak banyak kok dia nonton tv
Peneliti : Berapa jam dalam satu hari anak Bapak dan Ibu menonton televisi?
Narasumber : Tepat, 2 sampe 3 jam saja
Peneliti : Apakah Bapak dan Ibu memang membiasakan anak menonton kartun saja?
Narasumber : Ya, coba kita liat tayangan tv sekarang, rusak, imajinasi anak pun rusak lah
Peneliti : Benarkah Chintya memang menyukai kartun Spongebob?
Narasumber : Menurut pengelihatan saya juga ya Spongebob memang dia suka Peneliti : Apakah memang Bapak dan Ibu tau dan memahami tayangan
kartun favorit anak anda yang menjadi konsumsinya setiap kali menonton televisi?
Narasumber : Pahamlah, daripada sinetron-sinetron mending Spongebob
Peneliti : Apakah Ibu juga memberikan dukungan anak anda terhadap tayangan kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Saya dan suami dukung-dukung saja
Peneliti : Apakah anak Bapak dan Ibu tidak mau menonton tayangan kartun yang lain selain daripada kartun favoritnya tersebut?
Narasumber : Ah gak juga lah, namanya anak-anak masak kartunnya itu-itu aja, tapi mungkin karna dia jarang nonton tv, main hp ayahnya, jadinya yang kami liat dia sukanya sama kartun itu aja
Peneliti : Tahukah/pahamkah Ibu mengenai simbol panduan dalam menonton televisi seperti R (Remaja), D (Dewasa), BO (Bimbingan Orang Tua) dan lain sebagainya?
Narasumber : Paham, saya yakin suami saya pun paham lah
Peneliti : Bagaimana Bapak/Ibu membatasi tayangan televisi jika bersimbolkan bukan untuk anak anda? Benarkah adanya televisi dirumah Bapak dan Ibu paralel ke kamar Bapak dan Ibu?
Narasumber : Dipantau teruslah sambil nonton ya, gimana lagi. Ya memang benar televisi dirumah saya seperti itu, suami saya sangat disiplin soalnya
(19)
Universitas Sumatera Utara Peneliti : Apa kiat/strategi Bapak dan Ibu agar anak anda tetap menonton
tayangan kartun favoritnya dirumah agar tidak menonton tayangan lainnya?
Narasumber : Sebelumnya saya kasih tau suami, karna kita berdua itu sama-sama sibuk diluar, gak sempat ngontrol anak 24 jam ya mendingan pasang aja lo tv berlangganan, dirumah yang ada paling itu anak saya yang ke empat sama yang terakhir ini, selebihnya sekolah diluar kota. Jadi kan udah gitu bisa makin terkontrol meskipun gak diawasi
Peneliti : Ya sudah, kalau begitu terima kasih Bu atas obrolan dari telepon ini, maaf sekali saya mengganggu
(20)
Universitas Sumatera Utara
BIODATA PENELITI
Nama : Deby Aqmarina
Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai/ 8 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Gatot Subroto no. 245 Binjai
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyah Binjai (1998-1999)
2. SD Swasta Gajah Mada Binjai (1999-2005) 3. SMP Negeri 1 Binjai (2005-2008)
4. SMA Negeri 5 Binjai (2008-2011) Nama Orangtua : 1. Ayah : H. Thomas Eddy
2. Ibu : Hj. Supami
Alamat Orangtua : Jalan Gatot Subroto no. 245 Binjai Pekerjaan Orangtua :1. Ayah : Wiraswasta
(21)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR REFERENSI
Amir Purba, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan ; Pustaka Bangsa Press
Baran, Stanley J. 2004. Pengantar komunikasi massa: Literasi media dan budaya.
Jakarta ; Salemba Humanika
Baran, Stanley J. 2009. Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture. New York ; The McGraw-Hill Companies
Black, James A. dan Dean J. Champion. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung ; Refika Aditama
Buckingham, D. 1993. Children Talking Television, The making of Television Literacy. London : The Falmer Press
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kuantitatif. Jakarta ; Kencana
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta ; PT Raja Grafindo
Persada
Chen, Milton. 1994. Anak-Anak dan Televisi. Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama
Effendi, Onong Uchana, 2002. Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu
Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta ; Erlangga
Kryantoro, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta ; Raja Grafindo Persada
Kryantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta ; Kencana
Prenada Media Group
McQuail, Dennis. 1987. Mass Communication Theory. Jakarta ; PT. Gelora Aksara Pratama
McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi 6. Jakarta ; Salemba Humanika
Moleong, Rexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung ; Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung ; Remaja Rosda Karya
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta ; UGM Press Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung ; Remaja
(22)
Universitas Sumatera Utara Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya. Yogyakarta ; Prenada Media Grup
Taylor. Shelley E, dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta ; Kencana.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunkasi. Bogor: Ghalia Indonesia
(23)
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2008 : 56-57).
Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan.
Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan pemikiran kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudia berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2007 : 6).
3.1.2 Studi Kasus
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu institusi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dengan mempelajari
(24)
Universitas Sumatera Utara semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2003 : 201). Robert K. Yin memberikan batasan mengenai meode studi kasus sebagai penelitian yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan jelas, dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan (Kriytantono, 2008 : 65).
Studi kasus memusatkan diri secara intensif terhadap subjek tertentu dengan mempelajarinya sebagi suatu kasus. Peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya bilaman terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki (Nawawi, 1995 : 72).
Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut (Mulyana, 2003 : 201).
a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang m,irip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.
d. Studi kasusmemungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual, tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness).
e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
(25)
Universitas Sumatera Utara
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian merujuk kepada masalah yang di teliti. Objek penelitian ini adalah Peran Orang Tua murid TK Permata Bangsa Binjai Barat dalam Membatasi Tayangan Televisi Anak disamping Rencana dihapuskannya Beberapa Tayangan Kartun Berdasarkan Wacana KPI.
3.3 Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian yang paling penting adalah subjek penelitian harus memungkinkan atau dapat diakses, menarik, dan tentu saja dapat digeneralisasikan. Selain itu, subjek penelitian yang baik adalah orang-orang dengan peran tertentu dan memiliki pengalaman.Subjek penelitian haruslah memiliki kaitan erat dengan kasus yang ingin diteliti.
Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang dijadikan informan dipilih berdasarkan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja mudah untuk diakses.
Adapun subjek penelitian untuk penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak usia 4 sampai 6 tahun. Subjek penelitian tentunya dipilih berdasarkan keterbukaannya terhadap anak-anaknya dan mengetahui tayangan kartun favorit anaknya namun termasuk diantara golongan kartun yang akan dihapuskan. Subjek penelitian ini terdiri dari salah satu orang tua saja, yakni ibunya atau ayahnya.
(26)
Universitas Sumatera Utara
3.4 Kerangka Analisis
Bagan 3.1
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah pengumpulan data di lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian. Pengumpulan data dari responden dilakukan melalui wawancara mendalam (Indepth Interview).
Adapun metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Kriyantono (2006 : 43) menjelaskan data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu :
a. Wawancara Mendalam
Wawancara secara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
Tayangan Kartun
Peran Orang Tua
(Pendampingan)
Pola Menonton
Anak
- Komunikasi yang efektif:
a. Keterbukaan b. Empati c. Dukungan d. Rasa Positif e. Kesamaan - Media Literasi:
a. Pengetahuan b. Keterampilan
(27)
Universitas Sumatera Utara Pewawancara informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah terlibatnnya dalam kehidupan informan (Bungin,2006 : 18).
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Karena itu periset mempunyai tugas agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, dan bila perlu tidak ada yang disembunyikan. Caranya dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti orang sedang mengobrol (Kriyantono, 2008 : 100).
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia yang bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun kadang kala informasi pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhiri.
Metode wawancara mendalam (In-depth Interview) adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran peawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya (Bungin, 2007 : 108).
Dalam melakukan wawancara ada beberapa teknik yang dapat diterapkan oleh peneliti. Teknik yang biasanya terdapat dalam wawancara mendalam, antara lain:
(28)
Universitas Sumatera Utara b. Memastikan bahwa peneliti telah bertindak akurat
c. Menghindari pertanyaan yang mengarahkan jawaban
d. Meminta informan mendefenisikan istilah-istilah yang tidak dipahami e. Tetap fokus
f. Peneliti harus memastikan pertanyaannya jelas dan dapat dimengerti oleh informan
g. Peneliti tidak segan meminta contoh dan penjelasan detail sebagai upaya memenuhi prinsip authenticity
h. Peneliti harus menyiapkan pertanyaan sebelum wawancara. Peneliti harus menjelaskan kepada informan (responden) bahwa apa yang mereka sampaikan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada seorang pun di luar peneliti yang dapat mengenal siapa penyedia informasi tersebut. Peneliti harus menjelaskan kepada informan (responden) bahwa apa yang mereka sampaikan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada seorang pun di luar peneliti yang dapat mengenal siapa penyedia informasi tersebut.
2. Data Sekunder
Data Sekunder didapat dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dari berbagai sumber bacaan yang dikumpulkan seperti dokumen, situs-situs, jurnal-jurnal, internet, surat kabar atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.
3.5.2 Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Keikutsertaan
Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Hampir dapat dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang turun secara langsung melakukan wawancara dan observasi terhadap informan-informannya. Karena itu peneliti memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan, bahkan hingga tercapainya kejenuhan pengumpulan data.
(29)
Universitas Sumatera Utara 2. Ketekunan Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan semua panca indra termasuk pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin,2008 : 255-256).
3.6 Teknik Analisis Data
Maleong mendefenisikan analisis data sebagai proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono, 2008 : 165). Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa subkelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.
Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang dijadikan informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja mudah untuk diakses. Melalui metode kualitatif, kita dapat mengenal subjek secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan defenidi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan sehari-hari. Metode kualitatif memungkinkan kita menyelidiki konsep-konsep yang dalam pendekatan lainnya akan hilang.
Dalam strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak di permukaan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk memahami proses dan fakta yang bukan sekadar untuk menjelaskan fakta tersebut (Bungin, 2007 : 144).
(30)
Universitas Sumatera Utara Berdasarkan teknik analisis data di lapangan model Miles dan Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugyono, 2005 : 92):
1. Melakukan Reduksi Data. Dalam hal ini, mereduksi artinya adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif juga dapat berupa grafik, matriks, network (jaringan), dan chart (grafik).
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas.
(31)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Lokasi Penelitian
Yayasan Perguruan Permata Bangsa Binjai Barat merupakan salah satu yayasan yang banyak diminati oleh para orang tua yang memiliki anak usia 4-12 tahun di Kota Binjai. Yayasan ini hanya di khususkan untuk tingkat PG (Play Group), TK (Taman Kanak-Kanak) hingga SD (Sekolah Dasar). Kegiatan di Yayasan Permata Bangsa ini sama dengan perguruan lainnya namun yang membedakan adalah Yayasan ini termasuk perguruan tingkat Nasional yang membiasakan para murid dan guru-guru yang terlibat untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris. Oleh sebab itu, yayasan ini disebut dengan Bilingual School.
Letak yayasan Permata Bangsa terbilang sangat mudah ditemui karena berada di jalan besar yaitu Jalan Gatot Subroto. Lokasi yayasan ini juga terletak di pinggir jalan melewati Rumah Makan yang cukup terkenal di Kota Binjai yaitu Punokawan. Untuk warga kota Binjai tentu tidak akan merasa asing mendengar yayasan tersebut ataupun jalan tersebut. Melakukan izin terlebih dahulu oleh pihak penjaga yayasan adalah hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang yang ingin masuk ke yayasan tersebut, karena penjagaan yayasan tersebut sangatlah ketat. Harus memiliki alasan yang khusus, barulah dapat memasuki yayasan Permata Bangsa.
Setelah memasuki yayasan ini, terlihat berbagai ruangan yang masih terbilang tidak terlalu banyak dan fasilitas-fasilitasnya masih belum cukup memadai, dikarenakan yayasan ini masih terbilang baru beberapa tahun didirikan dan baru di operasikan sekitar 5 tahun belakangan. Ketika memasuki yayasan ini, langsung terlihat lapangan olahraga bagi siswa-siswi, kelas-kelas, ruang guru dan lain sebagainya dengan desain warna-warni yang sesuai dengan karakter para anak-anak usia 4-12 tahun. Memasuki yayasan ini di waktu jam belajar, dapat melihat secara langsung bagaimana aktivitas-aktivitas guru dan murid yang berinteraksi dengan menggunakan bahasa Inggris meskipun berada di luar kelas.
(32)
Universitas Sumatera Utara Anak-anak yang masih dibawah umur seperti Play Group dan Taman Kanak-Kanak juga sudah dibiasakan untuk belajar berbicara dengan bahasa Inggris di dalam dan di luar kelas. Guru-guru yang mengajar di sekolah ini juga adalah guru-guru yang terpilih berdasarkan pilihan langsung dari pemilik yayasan. Sekolah ini dapat menjadi rekomendasi yang tepat bagi para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di yayasan Permata Bangsa Binjai Barat ini.
4.1.1.1 Profil Yayasan Permata Bangsa Binjai Barat
Nama Sekolah : Yayasan Perguruan Bilingual Nasional Plus Permata Bangsa (PG-TK-SD)
Alamat : Jl. Gatot Subroto no. 98, Kelurahan Limau Mungkur, Kecamatan Binjai Barat
Nama Ka Sekolah : Dina Puspita, S.Pd Nomor Statistik : 102076105023 Tahun Didirikan : 2010
Visi
Mendidik siswa-siswi agar terbentuk siswa-siswi yang cerdas, disiplin, mandiri dan kreatif.
Misi 1. Menciptakan English Speaking Soecity.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang berdasarkan kurikulum yang berlaku, sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. 3. Mengenal peraturan dan menanamkan disiplin anak didik.
4. Mengenalkan anak didik dengan dunia sekitarnya.
5. Menciptakan anak didik yang berani dan memiliki rasa percaya diri. 6. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dalam
lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
7. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan berbagai potensi yang dimiliki anak didik sehingga tumbuh menjadi generasi yang handal. 8. Menyiapkan anak didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih
(33)
Universitas Sumatera Utara Jumlah Guru dan Pegawai
1. Ka. SD : 1 orang
2. Guru Kelas : 8 orang 3. Guru Agama Islam : 1 orang 4. Guru Agama Kristen : 1 orang 5. Guru Agama Hindu/Buddha : - 6. Guru Penjas : 1 orang 7. Guru Bahasa Inggris : 1 orang 8. Penjaga Sekolah : 2 orang 9. Tata Usaha : 1 orang 10. Muatan Lokal : 5 orang 11. Pelatih Tari : 1 orang
Ijazah
Tertinggi
Guru/Pegawai
Tetap
Guru/Pegawai
Tidak Tetap
S1 10 5
S2 - -
D3/D2/D1 - -
SMA 1 -
Jumlah 11 5
Siswa-siswi Taman Kanak-Kanak (TK)
Kelas Siswa-Siswi Usia
TK A 15 5 tahun
TK B 20 4-5 tahun
(34)
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Struktur Tenaga Pendidik dan Kependidikan
STRUKTUR TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN TK PERMATA BANGSA
4.1.3 Proses Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan penelitian ini yang berjudul peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi bagi anak di perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (studi kasus terhadap wacana di hapusnya beberapa tayangan kartun di Indonesia), peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan teknik maupun metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab II dan III. Peneliti tentu melakukan observasi terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, dengan memperhatikan lingkungan sekolah yang masih dipenuhi dengan para orang tua murid yang menunggu dan menemani anak-anaknya selama mengikuti pelajaran.
Dalam penentuan memilih informan, peneliti tidak menentukan secara khusus informan yang dapat memberikan informasi yang mencukupi. Hanya saja
YAYASAN
Drs. Hendra SucitraKEPALA SEKOLAH
PKS
May Riszki Trisnawati S.Pd
KOMITE
Widiyani Hutahuruk S.Pd
Guru Kelas Kober Dina Puspita S.Pd
Guru Kelas A1 Fauziah Umri S.Pd Lala Elfiani S.Pd
Guru Kelas B1 Irawani S.Pd Anggra P. S.Pd
Guru Kelas B2 May Riszki S.Pd Nona Lidya S.Pd
Dina Puspita S.Pd
(35)
Universitas Sumatera Utara informan yang dipilih tentu adalah orang tua dari siswa-siswi TK (Taman Kanak-Kanak) di Yayasan Perguruan Permata Bangsa Binjai Barat. Informan yang didapat oleh peneliti adalah 5 (lima) orang yang seluruhnya adalah orang tua siswa-siswi TK Permata Bangsa Binjai Barat dan berusia 4-6 tahun. Setelah itu peneliti akan menambahkan informan demi menentukan validitas data informasi yang telah peneliti peroleh dalam penelitian. Oleh karena itu, peneliti tidak menemukan kendala yang berarti selama menjalankan proses wawancara.
Adapun tahapan proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Peneliti langsung mendatangi sekolah menemui orang yang berwenang dalam memberikan izin yaitu Bapak Drs. Hendra Sucitra selaku pemilik dari yayasan tempat penelitian. Kemudian Bapak Hendra Sucitra mengarahkan peneliti untuk bertemu dengan orang kepercayaannya yang merupakan kepala sekolah di sekolah tersebut, yaitu Ibu Dina Puspita S.Pd yang akrab disapa Miss Dina.
2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti mendatangi Miss Dina yang berada di kantor lokasi penelitian kemudian menyatakan maksud dari penelitian dengan menunjukkan judul penelitian. Setelah beliau paham, peneliti lalu menanyakan waktu yang paling tepat bagi peneliti untuk menemui para orang tua murid TK di sekolah tersebut.
3. Miss Dina menyatakan para orang tua murid kebanyakan berkumpul di kantin sekolah bersama dengan orang tua murid lainnya dan kemudian ketika jam istirahat tiba, anak-anaknya mendatangi orang tua masing-masing sekedar untuk makan dan minum lalu kemudian dengan riang mereka bermain bersama teman-temannya.
4. Peneliti kemudian dengan cekat langsung melakukan pencarian informan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 3 Februari dengan mendatangi kantin satu-satunya di sekolah tersebut dan mulai melakukan wawancara mendalam mengenai penelitian ini.
5. Peneliti melakukan wawancara sambil mengobrol, melakukan pendekatan dengan orang tua murid TK, sambil memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
(36)
Universitas Sumatera Utara 6. Saat wawancara, peneliti membawa secarik kertas berisi acuan wawancara serta telepon seluler sebagai alat perekam, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesan kaku yang dapat menimbulkan kegugupan dalam proses tanya jawab selanjutnya.
4.1.3.1 Informan I
Pada hari pertama peneliti melakukan wawancara, peneliti berkeliling terlebih dahulu untuk memperhatikan orang tua yang sedang duduk menunggu anaknya mengikuti pelajaran. Peneliti tentu tidak langsung mendapatkan orang tua yang sesuai dengan kriteria untuk menjadi informan, yaitu memiliki anak dengan tingkat TK di Permata Bangsa ini. Sesekali orang tua yang menunggu juga merupakan orang tua dari anak-anak SD. Terlihat para orang tua yang menunggu anaknya di sekolah adalah wanita atau ibunya. Lalu pada akhirnya tepat pukul 11.05 WIB, peneliti menemui seorang Ibu yang duduk sendiri di kantin sekolah padahal suasana kantin terlihat ramai karena bertepatan dengan jam istirahat. Setelah peneliti memperhatikan, ternyata Ibu tersebut sedang sibuk berbicara dengan anaknya yang berseragam TK. Peneliti pun duduk mendekati Ibu tersebut ketika usai berbicara dengan anaknya, kemudian menyapa beliau dengan hangat sebagai pembukaan pembicaraan. Sambil mengobrol sambil berkenalan, peneliti bertanya-tanya terlebih dahulu apakah beliau merupakan orang tua dari anak perempuan yang baru saja menghampirinya tersebut. Beliau mengangguk dan peneliti pun langsung menyatakan maksud dari obrolan tersebut dengan menunjukkan terlebih dahulu judul dari penelitian ini dan peneliti meminta izin terlebih dahulu untuk merekam pembicaraan mereka melalui telepon selular. Setelah semua persetujuan tersebut, peneliti sudah dapat berleluasa untuk melakukan wawancara mendalam.
Nama : Winda Syafira Tanjung TTL : Medan, 31 Desember 1978
Usia : 36 Tahun
Agama : Islam
(37)
Universitas Sumatera Utara Tempat Tinggal :Jln. Tengku Imam Bonjol no. 52 Binjai
Status : Menikah
Jumlah Anak : 3 Orang ( 1 Laki-laki, 2 Perempuan) Nama Anak : Kheysa Azzahra
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 3 Februari 2015
Tempat : Kantin Permata Bangsa Binjai Barat Pukul : 11.05 WIB
No Hp : 085695908715
Informan yang pertama kali ditemui ini adalah Ibu Winda. Ibu berparas cantik dan mengenakan jilbab dikepalanya ini tertarik ketika peneliti menunjukkan judul penelitian ini terlebih dahulu dan peneliti merasa yakin akan memiliki banyak masukan yang berhubungan dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan. Ibu Winda selaku orang tua dari Kheysa Azzahra yang merupakan murid Taman Kanak-Kanak di Permata Bangsa Binjai ini sangat selektif dan peka dalam memantau anak perempuannya ini dalam menonton tayangan televisi. Kheysa yang masih berusia 5 tahun ini sangat menyukai kartun Spongebob Squarepants yang ditayangkan di Global TV. Ibu Winda mengaku selalu menemani anaknya menonton televisi meski hanya menonton kartun sekalipun. Dalam sehari, Khesya hanya menonton program Spongebob Squarepants favoritnya tersebut hanya berkisar 30 menit hingga paling lama 2 jam, karena Ibu Winda menyatakan bahwa anak perempuannya ini sudah memiliki kegiatan-kegiatan diluar sekolah seperti les yang berupa les sempoa, piano, dan lain sebagainya. Kheysa dapat penuh menonton program kartun favoritnya pada hari Minggu ketika ia juga tidak pergi untuk berlibur bersama keluarganya.
“Hari Minggu cuma hari yang full ia menonton televisi, dan cuma boleh kartun. Yaa selagi gak ada acara keluarga, liburan keluarga atau ada pekerjaan rumah (PR), saya masih mengizinkan ia untuk menonton kartun full pada hari Minggu itu.”
Pada keterampilan dalam menonton televisi, Ibu Winda termasuk orang tua yang baik dalam menyaring tayangan-tayangan televisi yang ada saat ini. Beliau
(38)
Universitas Sumatera Utara menganggap bahwa saat ini tayangan-tayangan di televisi terlalu banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, informasi mengenai selebriti atau artis-artis di Indonesia yang secara tidak langsung akan mengajarkan anak-anak untuk berfikir lebih dewasa yang tidak setara dengan usianya. Karena tayangan-tayangan tersebut banyak yang ditayangkan di jam-jam dimana anak-anak dapat leluasa menonton televisi.
Oleh karena itu, Ibu Winda tidak melewatkan sedikitpun waktu untuk anaknya ketika sedang menonton televisi karena beliau juga menyatakan bahwa anak-anak sekarang ini dapat dengan mudahnya mengganti channel televisi sesuka hatinya. Ibu Winda juga mengaku paham mengenai simbol-simbol yang tertera pada televisi yang berupa singkatan seperti BO (Bimbingan Orang Tua), R (Remaja), SU (Semua Umur), dan simbol-simbol lainnya yang menjelaskan secara tidak langsung segmentasi khalayak yang seharusnya menonton tayangan televisi tersebut. Beliau juga memberikan dukungan yang positif terhadap kartun favorit anaknya tersebut.
“Selagi masih dalam pemantauan saya ketika ia menonton televisi, saya selalu mengizinkannya menonton kartun tersebut meskipun sudah ada simbol seperti itu”
Peneliti kemudian menanyakan mengenai KPI yang berencana menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia, Ibu Winda menjawab dengan tegas bahwa beliau mengetahui tentang wacana tersebut dan berkomentar kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants yang termasuk salah satu kartun yang akan dihapuskan sama sekali tidak mengandung kekerasan. Spongebob Squarepants justru mengajarkan tentang persahabatan, tolong-menolong, dan dihiasi oleh lelucon-lelucon yang menghibur.
Namun memang menurut beliau, ada sesekali cuplikan seperti mengejek teman, berbuat jahil termasuk dalam tayangan kartun Spongebob Squarepants. Tetapi Ibu Winda mengatakan bahwa itu hal yang biasa, tentu anak-anak juga pernah melakukan hal tersebut kepada teman-temannya namun masih dibatas wajar, dan Kheysa juga paham bahwa hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk dicontoh.
(39)
Universitas Sumatera Utara Ibu Winda yang sudah mengetahui sejak lama wacana KPI tersebut ternyata sudah membuat suatu rencana yang mungkin akan dilakukannya jikalau benar KPI akan menghapus tayangan kartun favorit anaknya tersebut, yaitu dengan memasang televisi berlangganan dirumahnya yang menayangkan khusus untuk anak-anak seperti Indovision, Oke Vision, Yes TV, dan lain-lain.
Ibu Winda yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini juga akan membiasakan anaknya menonton kartun lain yang masih akan tayang dan tidak ikut dihapus oleh KPI agar menjadi kartun favoritnya yang baru sehingga Kheysa tidak melulu menonton kartun yang telah dihapus, melainkan juga ingin menonton kartun-kartun lain yang tentunya masih bersifat mendidik. Ibu Winda menyatakan dengan yakin bahwa kartun-kartun yang ada pada saat ini, tidak akan menciptakan dampak yang berarti dalam tumbuh kembang anaknya selagi kartun tersebut saya nyatakan baik. Pernyataan baik menurut beliau adalah tidak mengajarkan anak-anak mencuri, memukul, berkata-kata kasar dan lain sebagainya.
“Selama saya menemani Kheysa menonton Spongebob, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nak. Namanya juga kartun. Walaupun ada kartun yang terdapat cuplikan seperti mencuri, kekerasan dan hal negatif lainnya. Tapi untuk kartun Spongebob Squarepants, menurut saya aman aman aja.”
Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa Ibu Winda sudah tepat menjadi orang tua yang peduli atas tumbuh kembang anaknya, dilihat dari keterbukaannya dengan anak perempuannya. Beliau selalu menemani anaknya untuk menonton televisi meski hanya kartun sekalipun, serta memberikan batasan-batasan waktu tertentu bagi anaknya untuk menonton kartun di televisi yaitu paling lama hanya berkisar 2 jam, dikarenakan juga anak perempuannya yang masih berusia dibawah umur tersebut sudah terbilang banyak kegiatan diluar maupun didalam sekolah. Ibu Winda mendukung anaknya menonton kartun favoritnya, beliau menganggap kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants tidak sama sekali mengandung kekerasan, hanya saja sedikit
(40)
Universitas Sumatera Utara menampilkan beberapa cuplikan seperti mengejek teman, berbuat jahil dan lain sebagainya. Namun menurutnya, hal tersebut masih menjadi kebiasaan para anaknya bersama teman-temannya, meskipun tetap harus diberi nasihat agar perbuatan tersebut masih dibatas wajar.
Ibu Winda memahami betul mengenai simbol-simbol panduan menonton televisi dan beliau merasa tidak khawatir karena anaknya selalu menonton televisi bersamanya. Menurut beliau, tayangan televisi saat ini banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, acara gosip selebriti dan lain-lain. Beliau menganggap bahwa kartun sama sekali tidak berbahaya, oleh karena itu beliau sedikit tidak menyetujui wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia. Sebagai orang tua, jikalau KPI akan benar-benar merealisasikan wacananya tersebut, beliau akan membiasakan anaknya untuk menonton kartun lain yang tidak termasuk dalam golongan kartun yang akan dihapuskan. Selain itu, beliau akan memasang televisi berlangganan dirumahnya khusus untuk anak-anak yang menyajikan kartun-kartun serial untuk anak-anak. Tindakan tersebut cukup efektif agar anak perempuan dari Ibu Winda dapat terus menonton televisi dengan tayangan kartun. Ibu Winda juga tidak perlu khawatir jika sedang tidak ada waktu untuk menemani anaknya menonton televisi, karena apabila memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak, tentu tayangan yang disajikan adalah murni hanya untuk anak-anak. Tidak ada tayangan lain kecuali tayangan yang ditujukan untuk anak-anak.
4.1.3.2 Informan II
Setelah selesai mengobrol dengan informan pertama, di hari yang sama peneliti kembali melakukan pencarian. Pencarian informan selanjutnya tidak terlalu sulit karena ketika waktu istirahat sebelumnya, peneliti sudah memperhatikan orang tua yang duduk di kantin sekolah yang ditemui oleh anak TK. Saat mengobrol dengan informan pertama, peneliti sedikit memperhatikan seorang Ibu yang sedang menyuapi makan anaknya yang mengenakan seragam kotak-kotak berwarna kuning yang menandakan anak tersebut adalah anak TK di sekolah tersebut.
(41)
Universitas Sumatera Utara Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk peneliti melanjutkan wawancara dengan informan selanjutnya dengan mendatangi Ibu yang telah jauh diperhatikan sebelumnya. Tidak berbeda dengan prosedur pertama, peneliti terlebih dahulu mengenalkan diri sambil menunjukkan judul penelitian. Kemudian peneliti mengajak beliau mengobrol lalu mengarah ke wawancara mendalam setelah mendapat persetujuan untuk merekam pembicaraan tersebut.
Nama : Sri Bulanna
TTL : Binjai, 23 Maret 1982
Usia : 32 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tempat Tinggal :Jln. Tanjung Keriahen no. 254 Binjai Status : Menikah
Jumlah Anak : 2 Orang (2 Orang Laki-laki) Nama Anak : Alvino Akbar
Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 3 Februari 2015
Tempat : Kantin Permata Bangsa Binjai Barat Pukul : 11.50 WIB
No Hp : 085270029383
Bunda dari Alvino Akbar murid Taman Kanak-Kanak kelas B di Perguruan Permata Bangsa ini menyatakan kepada peneliti bahwa beliau tidak selalu memantau anak laki-lakinya tersebut ketika sedang menonton televisi di karenakan beliau sedikit sibuk diluar rumah dengan pekerjaannya dan Alvino lebih sering dijaga oleh Bibinya atau pembantu rumah tangganya. Namun anak laki-laki yang akrab disapa Vino dirumahnya ini merupakan anak yang penurut dan tidak pernah melawan orang tuanya. Menurut Ibu Sri, Vino sangat menyukai banyak tayangan kartun namun lebih sering menonton Tom & Jerry yang tayang di MNC Group.
Beliau juga menyatakan bahwa anaknya itu sangat menyukai kartun tersebut karena ia sangat menyukai pula hewan terutama kucing. Vino menonton
(42)
Universitas Sumatera Utara tayangan kartun di televisi hanya dibatasi paling lama hanya 4 jam dan tentunya konsumsinya hanya kartun saja. Vino tidak selalu menonton Tom & Jerry, ia juga menyukai beberapa kartun seperti Upin & Ipin, Bobo Boy, dan lain sebagainya yang dapat ditontonnya ketika selesai menonton kartun kucing dan tikus tersebut.
“Vino itu suka kali sama kucing, jadi dia saya liat suka kali juga sama kartun Tom & Jerry. Tapi nggak juga sih, dia masih mau nonton kartun lain kayak Boboy Boy itu, Upin & Ipin pun dia suka. Saya dukung aja kartun-kartun itu sih, gak berbahaya kok menurut saya. Sesekali saya menemani dia nonton dulu, kalo gak berbahaya ya udah, saya lepas dia nonton sendiri. Kan kartun itu gak kayak sinetron-sinetron sekarang yang buat anak-anak berimajinasi berlebihan”
Ibu Sri mendukung penuh kartun-kartun yang menurutnya dapat mendidik untuk menjadi konsumsi bagi anak-anak dibawah umur karena beliau juga pernah ikut menonton kartun-kartun yang ditonton oleh anaknya terlebih dahulu dan memahami isi cerita kartun tersebut. Menurutnya, yang penting tayangan kartun itu tidak mengajarkan anak-anak untuk berimajinasi yang berlebihan dan berfikiran dewasa sebelum waktunya seperti beberapa tayangan-tayangan televisi saat ini yang beliau anggap sama sekali tidak memberikan pelajaran yang positif untuk anak-anak.
Mungkin memang tayangan tersebut bukan dikhususkan untuk anak-anak, namun anak-anak dengan mudahnya menonton tayangan tersebut diluar sepengetahuan orang tuanya. Tetapi baginya tidak untuk Vino, Vino lebih mudah dinasehati dengan kalimat-kalimat yang mudah dicernanya, dengan lemah lembut yang dapat membuatnya paham dan menuruti perkataan orang tuanya. Ibu Sri Bulanna yang memiliki 2 anak tersebut mengaku paham mengenai simbol-simbol yang tertera di setiap tayangan televisi seperti BO, R, SU, RBO, dan lain sebagainya. Mengenai hal tersebut juga Ibu Sri Bulanna sudah pernah menasehati anak laki-lakinya tersebut bahwa itu bukanlah tayangan untuknya dan tidak boleh menontonnya melalui perkataan yang lembut namun sedikit memberikan gimmick demi kebaikan anaknya. Menurutnya pula, tayangan yang berlambangkan BO, R, SU dan RBO tersebut banyak yang tayang pada malam hari ketika anaknya sudah tidak lagi menonton televisi dan harus tidur.
(43)
Universitas Sumatera Utara “Vino itu anak yang mudah di nasehati, menurut saya karena sekolah disini dia jadi anak yang penurut. Kalau kedapatan simbol yang bukan untuknya tapi dia gak sengaja nonton tayangan itu, saya pasti kasih tau. Saya pasti nasehati sebelumnya kalau itu bukan untuknya, kadang sedikit saya beri gimmick seperti tayangan itu banyak hantunya, nak. Dengan gitu, Vino langsung menurut. Lagian Vino itu tidak terlalu banyak punya kesempatan nonton tayangan yang bersimbol seperti itu, jam 8 paling tidak dia udah tidur. Jadi saya gak perlu khawatir.”
Ibu Sri Bulanna pun menyatakan bahwa beliau belum mengetahui tentang rencana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia. Menanggapi kartun favorit anaknya akan ikut dihapus, beliau merasa KPI patut memperhatikan lagi jika memang Tom & Jerry mengandung kekerasan terhadap hewan. Tidak seharusnya KPI menghapuskan kartunnya, tapi boleh menghapus cuplikan-cuplikannya yang dianggap mengandung kekerasan tersebut. Meskipun tidak semua kartun yang sering menjadi konsumsi anaknya ikut dihapus, sebagai orang tua Ibu Sri Bulanna kini harus lebih sering meluangkan waktunya untuk ikut serta menemani dan memantau anaknya dalam menonton televisi. Hal tersebut dilakukan agar nantinya ketika tayangan televisi yang tidak seharusnya ditonton malah menjadi konsumsi Vino.
Setelah itu, beliau akan menasehati kembali mengenai tayangan tersebut jangan sampai ditonton karena tidak akan baik baginya. Barulah ketika Vino paham dan menuruti perkataan orang tuanya, Ibu Sri Bulanna dapat melepaskan ia kembali ketika menonton televisi. Selain itu, Bunda dari Vino ini menyatakan akan memperbanyak DVD atau VCD kartun-kartun termasuk kartun favoritnya untuk menyiasati jikalau kartun telah dihapus oleh KPI. Ketika anaknya menonton televisi, sebelumnya sudah disediakan dan dinyalakan DVD atau VCD kartun tersebut untuk siap ditontonnya. Hal tersebut juga diajarkan beliau kepada pembantu rumah tangganya yang menjadi orang tua kedua setelah beliau ketika beliau tidak bisa mengurus anak bungsunya itu.
Sebagai orang tua, Ibu Sri Bulanna tidak terlalu peduli dan tidak ambil pusing dengan anaknya, berbeda seperti Ibu Winda yang kerap kali menemani anaknya ketika menonton televisi. Ibu Sri Bulanna lebih sering menyerahkan
(44)
Universitas Sumatera Utara pengasuhan anaknya kepada pembantu rumah tangganya dirumah, dikarenakan Ibu Sri Bulanna sibuk dengan pekerjaannya diluar rumah. Namun Ibu Sri Bulanna tidak merasa khawatir dengan tontonan televisi anaknya ketika dirumah, beliau sudah terlebih dahulu mengajarkan pembantu rumah tangganya untuk selalu membatasi tayangan televisi anaknya, hanya sekitar paling lama 4 jam Vino boleh menonton televisi dalam sehari. Itu merupakan waktu yang cukup efektif.
Menurut beliau, anaknya Vino adalah anak yang penurut dan mudah dinasehati, oleh sebab itu pulalah Ibu Sri Bulanna tidak mengkhawatirkan anaknya menonton tayangan yang tidak baik. Beliau mengaku menemani anaknya menonton televisi terlebih dahulu sekedar untuk menyaring tontonan Vino agar ia tidak menonton sinetron, atau tayangan-tayangan untuk dewasa lainnya yang dianggap beliau sama sekali tidak mendidik tersebut. Setelah menyaring tayangan televisi Vino, menasehati tayangan yang bersimbol R, RBO, BO dan D, bukanlah untuk anak seusianya. Dengan memberikan gimmick yang dianggap beliau sangat ampuh agar anaknya menurutinya. Hal tersebut tidak masalah untuk dilakukan, karena untuk kebaikan anaknya.
Ibu Sri Bulanna juga menyatakan bahwa Vino sudah tidur di jam 8. Jam tersebut adalah jam yang ditentukan dengan tepat bagi anak dibawah umur seperti Vino. Oleh karena itu, ia tidak memiliki kesempatan lagi untuk menonton tayangan yang bersimbol bukan untuknya. Mengenai KPI, Ibu Sri Bulanna mengaku tidak mengetahui tentang wacana tersebut, beliau berkomentar jikalau KPI benar-benar ingin menghapus beberapa kartun termasuk kartun favorit anaknya tersebut yaitu Tom & Jerry, lebih baik menghapus cuplikan-cuplikannya saja yang menurut KPI mengandung kekerasan tersebut. Beliau juga akan menyiasati hal tersebut dengan memperbanyak DVD atau VCD sebagai pengganti tontonan televisinya dirumah, agar ia tidak menonton tayangan-tayangan lain. Hal tersebut juga akan diajarkan terlebih dahulu kepada pembantu rumah tangganya untuk bertindak sama seperti beliau jika beliau tidak berada dirumah.
Tindakan tersebut termasuk tindakan efektif yang dilakukan untuk orang tua yang memiliki banyak pekerjaan diluar rumah. Secara tidak langsung, Ibu Sri Bulanna juga terus mengikuti perkembangan anaknya dalam menonton televisi seperti menemaninya terlebih dahulu sekedar untuk memahami tayangan
(45)
Universitas Sumatera Utara favoritnya. Setelah beliau memastikan bahwa tayangan tersebut tidak berbahaya, beliau lalu melepaskan anaknya menonton televisi tanpa pantauan kembali darinya. Ibu Sri Bulanna memiliki hak untuk memantau bagaimana pembantu rumah tangganya merawat anak laki-lakinya tersebut, apakah pembantu rumah tangganya telah bertindak hal yang sama dengan Ibu Sri Bulanna atau tidak.
4.1.3.3 Informan III
Peneliti menjadikan Ibu Sri Bulanna sebagai informan kedua menjadi informan terakhir pada hari itu. Karena keterbatasan waktu dan selama melakukan wawancara, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama namun bersifat santai sehingga sudah waktunya anak-anak TK menemui para orang tuanya dan pulang kerumah. Pencarian informan selanjutnya adalah keesokan harinya, peneliti tiba di sekolah pada pukul 11.35 WIB. Namun ketika peneliti duduk di kantin yang merupakan tempat dimana para orang tua siswa-siswi Permata Bangsa menunggu anak-anaknya, peneliti tidak banyak menemukan orang tua yang menunggu anaknya tidak seperti biasanya, hanya ramai diisi oleh penjaga kantin dan guru-guru. Cuaca pada hari itu memang sedang tidak mendukung, hujan baru saja mengguyur sekolah itu. Menurut penjaga sekolah, orang tua yang datang menjemput anak-anaknya hanya menunggu di mobil hingga anaknya keluar kelas.
Setelah berkeliling sambil menunggu, peneliti ternyata mendapati seorang pria yang tengah berdiri di depan kelas anak-anak SD. Pria tersebut tidak lain adalah pemilik yayasan tersebut. Suatu kehormatan tersendiri bagi peneliti untuk bertemu dengan pemilik yayasan itu yang kebetulan sedang memantau yayasan miliknya.
Beliau adalah Bapak Hendra Sucitra yang akrab disapa Sir Ghuan di Perguruan Permata Bangsa ini bukanlah seorang yang asing bagi guru-guru, orang tua murid, dan siswa-siswi Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar. Sir Ghuan merupakan pemilik dari Yayasan Perguruan Permata Bangsa tersebut. Anaknya yang berusia 4 tahun juga merupakan murid dari sekolah miliknya di kelas TK A. Peneliti pun tertarik untuk menjadikan Sir Ghuan sebagai salah satu informan, karena peneliti yakin akan mendapatkan informasi yang baik dan kritis dalam menanggapi penelitian yang dilakukan. Salah satu kehormatan bagi peneliti
(46)
Universitas Sumatera Utara bisa bertemu langsung Sir Ghuan yang kebetulan mendatangi yayasan miliknya tersebut. Dengan tidak membuang waktu yang lama, peneliti langsung mendatangi pria yang akrab disapa Sir Ghuan tersebut dan menyatakan maksud dari peneliti yaitu ingin mewawancara beliau dan menjadikannya sebagai salah satu informan. Tidak lupa peneliti meminta izin terlebih dahulu ingin merekam pembicaraan mereka.
Nama : Hendra Sucitra
TTL : Bekasi, 21 Januari 1969
Usia : 46 Tahun
Agama : Buddha
Pendidikan : S2
Tempat Tinggal : Kompleks Taman Binjai Indah blok D no. 89 Status : Menikah
Jumlah Anak : 5 Orang ( 3 Laki-laki, 2 Perempuan) Nama Anak : Chintya Faradita
Pekerjaan : Wiraswasta/Kepala Sekolah Tanggal Wawancara : 4 Februari 2015
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Permata Bangsa Pukul : 13.05 WIB
No Hp : 08126016755
Sir Ghuan sangat sensitif jika ditanya soal tayangan televisi yang ada pada saat ini. Terutama sinetron-sinetron, reality show dan program-program lain yang bukan mendidik anak-anak malah justru dapat merusak imajinasinya.
“Ketika yang tidak mungkin dapat terjadi malah bisa terjadi padahal dibuat melalui setting dan efek-efek aja, tak ada yang real. Itu kan tak dapat dijangkau pemikirannya oleh anak-anak. Masa ada manusia berubah jadi binatang, masa ada tuyul-tuyul bertingkah lucu”
Tayangan-tayangan tidak mendidik tersebut justru tayang pada jam-jam dimana anak dapat dengan mudahnya menonton televisi. Sir Ghuan hanya mengajukan tayangan kartun saja untuk konsumsi anak bungsunya tersebut.
(47)
Universitas Sumatera Utara Menurut pemantauannya, Chintya sangat menyukai kartun Spongebob Squarepants karena beliau cukup sering memperhatikan anaknya menonton kartun tersebut dan malah suka dengan tokoh kartun itu yang terlihat dari kebiasaannya membeli barang-barang seperti tas, kotak pensil, dan peralatan tulis lainnya yang bergambarkan tokoh kartun yang berwarna kuning tersebut. Sir Ghuan menyetujui dan mendukung anaknya menonton kartun itu, karena menurutnya hanya bercerita tentang cerita-cerita sederhana yang berbalut lelucon sehingga tidak membahayakan bagi anaknya. Sir Ghuan juga tidak jarang menemani anak perempuannya menonton kartun tersebut, baik itu melalui televisi ataupun smartphone milik beliau.
Pemilik yayasan ini juga mengatakan bahwa beliau memahami betul mengenai simbol-simbol di televisi yang merupakan panduan dalam menonton, untuk siapa tayangan tersebut ditujukan, yaitu BO, RBO, R dan lain sebagainya.
Namun menurutnya pula, tidak semua tayangan televisi memberikan simbol demikian padahal tayangan tersebut perlu diberi petunjuk melalui simbol tersebut. Beliau mencontohkan sinetron Tuyul di salah satu stasiun televisi. Sinetron tersebut juga termasuk tayangan yang tidak mendidik menurut beliau. Karena menurutnya, anak-anak akan berimajinasi berlebihan.
Ketika peneliti bertanya mengenai wacana KPI yang ingin menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia, Sir Ghuan dengan cepat menjawab tahu. Beliau telah lama membaca wacana yang sama seperti sepengetahuan peneliti dari website resmi KPI. Semenjak mengetahui wacana tersebut, Sir Ghuan sebagai orang tua tidak tinggal diam menyikapinya. Beliau lalu menyediakan ruang menonton televisi dirumahnya untuk anak perempuannya agar dapat bebas menonton televisi dengan channel yang hanya dapat diubah-ubah oleh beliau sendiri dikamar beliau dengan istrinya.
“TV dirumah saya hanya ada 3, di kamar saya dan istri, di kamar anak sulung saya dan di ruang televisi. Jadi tiap kali nonton tv, anak-anak saya yang lain yang masih kecil-kecil itu nonton tv nya ya disitu. Tapi, yang membedakan itu channel nya hanya saya dan istri yang bisa menggantinya. Alias saya paralel kan tv itu ke kamar saya. Itu ya supaya anak-anak saya tidak menonton yang aneh-aneh, terutama Chintya anak bungsu saya.”
(48)
Universitas Sumatera Utara Mengenai wacana KPI yang telah diketahuinya sejak lama tersebut, Sir Ghuan menyatakan bahwa bukan kartun yang selayaknya dihapus, itu merupakan konsumsi anak-anak dibawah umur seperti anaknya. Meski hanya beberapa, setidaknya anak-anak kehilangan serial favoritnya. Oleh karena itulah beliau betul-betul menyaring tontonan televisi anaknya dengan memparalelkan televisi di ruang televisi dengan kamarnya. Beliau melakukan juga dikarenakan beliau sangat tidak ingin anaknya sudah berimajinasi yang tidak sewajarnya pada usianya yang masih sangat dibawah umur. Tindakan lain yang menurut beliau efektif untuk terbatasnya tayangan televisi anak yaitu dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak. Beliau juga mengharuskan putrinya tersebut untuk tidur di jam 8 malam karena Sir Ghuan adalah seorang kepala sekolah yang mencintai kedisiplinan. Sangat terlihat dari kebiasaan-kebiasaan beliau dalam mendidik anak-anaknya.
Sir Ghuan telah berlaku benar sebagai orang tua karena telah bertindak disiplin pada anak-anaknya. Begitupun ketika menonton televisi, beliau sangat sensitif ketika ditanya soal tayangan televisi yang ada saat ini, tidak jauh berbeda dengan informan lainnya bahwa beliau sangat tidak menyetujui tayangan-tayangan yang tidak masuk akal untuk dicerna terutama pada anak dibawah umur. Sir Ghuan adalah orang tua yang cukup peka dan perhatian akan segala macam isu-isu yang berkembang dalam masyarakat, termasuk diantaranya wacana KPI yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Sehingga setelah mengetahui tentang wacana tersebut, beliau tidak tinggal diam dan menjadi orang tua yang lebih selektif dan disiplin lagi bagi anak-anaknya dengan memasang channel televisi yang paralel langsung ke kamarnya, atau dengan memasang televisi berlangganan sama seperti Ibu Winda.
Kesimpulan Kasus
Sir Ghuan dianggap kritis menanggapi segala pertanyaan yang diajukan, beliau nampak antusias mendengar pertanyaan-pertanyaan mengenai televisi, wacana KPI dan lain sebagainya. Upayanya dalam menyaring tontonan televisi untuk anaknya terbilang sangat terlalu disiplin namun lebih dibutuhkan lagi kesenggangan terhadap upayanya tersebut agar sang anak nantinya tidak mengerti
(49)
Universitas Sumatera Utara bergaul dengan teman-temannya yang masih dalam batas wajar diluar sekolah yang sekarang ini dianggap penting.
Namun menurut beliau, kedisiplinan yang dilakukan oleh Sir Ghuan tentu nantinya akan menciptakan suatu kedisiplinan pula seiring dengan tumbuh kembang anak bungsunya tersebut. Tak hanya disiplin dalam menonton televisi, beliau juga menerapkan kedisiplinan dirumahnya dengan membatasi jam-jam tertentu untuk tidur, menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR), bermain dan lain sebagainya. Hal tersebut selayaknya dilakukan kepada para orang tua agar anaknya dapat terbiasa untuk berperilaku disiplin.
4.1.3.4 Informan IV
Pencarian informan pada wawancara hari kedua hanya berlangsung pada satu informan saja, yaitu Bapak Hendra Sucitra yang akrab disapa Sir Ghuan dikarenakan waktu melakukan wawancara cukup memakan waktu. Setelah peneliti selesai mewawancarai informan ketiga tersebut, peneliti memilih untuk pulang karena keadaan sekolah sudah terlihat sepi dan tidak ada aktivitas belajar mengajar lagi.
Peneliti kembali pada keesokan harinya. Mendatangi tempat utama yang menjadi pilihan para orang tua untuk menunggu anaknya, yaitu kantin sekolah. Peneliti menemui salah seorang Ibu yang sedang duduk bersama Ibu-Ibu yang lain. Beliau adalah Ibu Nurul yang kebetulan juga merupakan orang tua dari murid TK Permata Bangsa. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, peneliti langsung melakukan pendekatan seperti yang sama dilakukan pada informan-informan sebelumnya.
Nama : Nurul Fadhillah
TTL : Medan, 31 Agustus 1975
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tempat Tinggal : Kompleks Padang Hijau Binjai km. 13 blok F no. 4a
(50)
Universitas Sumatera Utara Jumlah Anak : 2 Orang (1 Laki-laki, 1 Perempuan)
Nama Anak : Latifah Fitria Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 5 Februari 2015
Tempat : Kantin Sekolah Permata Bangsa Pukul : 11.15 WIB
No Hp : 081397343000
Ibu Nurul ternyata bertempat tinggal sedikit jauh dari Perguruan Permata Bangsa, namun beliau tetap rutin setiap menemani putrinya yang berusia 5 tahun saat belajar di sekolah. Begitupun dalam menonton televisi dirumah, Ibu Nurul yang sedang mengandung anak ketiganya ini mengaku selalu menemani dan memantau tontonan televisi anaknya. Sekitar 4 jam dalam satu hari beliau memastikan Latifah paling lama dalam menonton televisi. Tayangan televisi favoritnya tentu ialah kartun dan melalui pemantauan Ibu Nurul, putrinya menyukai kartun Crayon Sinchan di RCTI. Namun beliau sedikit tidak menyetujui kartun tersebut menjadi konsumsi putrinya, karena menurutnya pihak televisi yang menayangkan kartun tersebut tidak menyaring terlebih dahulu beberapa cuplikan-cuplikan yang masih mengandung unsur pornografi. Contohnya seperti Sinchan yang merupakan anak kecil, namun suka menggoda lawan jenis yang jauh lebih dewasa.
“Sinchan itu kan anak kecil, ceritanya juga saya liat lucu-lucunya. Tapi terkadang kita liat juga sendiri, adegan-adegannya sering kali tidak sopan seperti membuka celana, nakal, menggoda lawan jenis yang lebih tua. Jadi sebenarnya itu patut jadi perhatian yang berwenang, jika mau menayangkan kartun itu mbok ya cuplikan seperti itu dihapus.”
Jadi, Ibu Nurul tidak menyetujui anaknya menonton Crayon Sinchan. Oleh karena itu, Ibu Nurul menyiasati hal tersebut dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yaitu BIG TV. Semenjak beliau memasang televisi berlangganan tersebut, anak perempuannya kini tidak melulu ingin menonton serial Crayon Sinchan yang menurutnya lucu tersebut. Namun Latifah
(1)
Universitas Sumatera Utara DAFTAR BAGAN DAN TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Bagan Kerangka Analisis ... 25 4.1 Tabel Reduksi Data Peran Orang Tua ... 59 4.2 Tabel Reduksi Data Literasi Media ... 61 4.3 Tabel Reduksi Data Informan Tambahan
Peran Orang Tua ... 70 4.4 Tabel Reduksi Data Informan Tambahan
(2)
Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN
- HASIL WAWANCARA - BIODATA PENELITI
(3)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1
1.2 Fokus Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ... 7
2.2 Kajian Pustaka ... 8
2.2.1 Komunikasi ... 8
2.2.2 Komunikasi Massa ... 10
2.2.2.1 Televisi ... 13
2.2.2.2 Tayangan Kartun di Indonesia ... 14
2.2.3 Media Literasi ... 16
2.3 Model Teoritis ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21
3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif ... 21
3.1.2 Studi Kasus ... 21
3.2 Objek Penelitian ...22
3.3 Subjek Penelitian ... 23
3.4 Kerangka Analisis ... 23
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.5.2 Keabsahan Data ...,... 26
3.6 Teknik Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 29
4.1.1 Lokasi Penelitian ... 29
4.1.1.1Profil Yayasan Permata Bangsa Binjai Barat ... 30
4.1.2 Struktur Tenaga Pendidik dan Kependidikan... 32
(4)
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.1 Informan 1 : Ibu Winda ... 34
4.1.3.2 Informan 2 : Ibu Sri Bulanna ... 38
4.1.3.3 Informan 3 : Bapak Hendra Sucitra ... 43
4.1.3.4 Informan 4 : Ibu Nurul ... 47
4.1.3.5 Informan 5 : Ibu Elliyah ... 51
4.1.4 Peran Orang Tua dan Tingkat Literasi Media ... 55
4.1.4.1 Tabel Reduksi Data Peran Orang Tua ... 56
4.1.4.2 Tabel Reduksi Data Literasi Media ... 58
4.2 Informan Tambahan ... 60
4.2.1 Informan Tambahan 1 : Bapak Ibrahim ... 60
4.2.2 Informan Tambahan 2 : Ibu Sisca ... 63
4.2.3 Peran Informan Tambahan dan Tingkat Literasi Media... 66
4.2.3.1. Tabel Reduksi Data Informan Tambahan Peran Orang Tua ... 66
4.1.4.2 Tabel Reduksi Data Informan Tambahan Literasi Media ... 67
4.3 Pembahasan ... 67
4.3.1 Komunikasi Massa ... 67
4.3.2 Kemampuan Melek Media (Media Literacy)... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
5.2.1 Saran Penelitian ... 81
5.2.2 Saran Dalam Kajian Akademis ... 81
5.2.3 Saran Dalam Kaitan Praktis ... 82
DAFTAR REFERENSI... 83 LAMPIRAN
(5)
Universitas Sumatera Utara DAFTAR BAGAN DAN TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Bagan Kerangka Analisis ... 23 4.1 Tabel Reduksi Data Peran Orang Tua ... 56 4.2 Tabel Reduksi Data Literasi Media ... 58 4.3 Tabel Reduksi Data Informan Tambahan
Peran Orang Tua ... 66 4.4 Tabel Reduksi Data Informan Tambahan
(6)
Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN
- HASIL WAWANCARA - BIODATA PENELITI