53
3.4. Tehnik Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara mengamati gambar lukisan pada angkutan becak salah satu becak di pangkalan becak pasar
Pucang Surabaya secara langsung, sehingga dapat disebut sebagai data primer penelitian ini dan selanjutnya akan di analisis berdasarkan landasan teori semiotic
Pierce. Tehnik pengumpulan data lainnya melalui penggunaan documenter seperti buku dan internet, sumber bahan documenter tersebut digunakan untuk
memperoleh informasi tentang berbagai hal mengenai makna gambar lukisan pada angkutan becak yang menjadi bahan dalam penelitian ini. Data dari penelitian ini
kemudian digunakan untuk mengetahui makna apa yang terkandung dalam gambar lukisan pada angkutan becak ke dalam system tanda komunikasi yang
berupa gambar, tulisan, dan warna yang menjadi latar belakang gambar lukisan pada becak tersebut.
3.5. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan model semiotic dari Charles Sanders Pierce dengan menentukan system tanda pada
gambar lukisan pada angkutan becak sebagai corpus sample. Peneliti ingin menginterpretasikan gambar dan tanda yang terdapat dalam gambar lukisan pada
angkutan becak dan menyimpulkan berbagai makna yang ada pada gambar lukisan tersebut. Tehnik ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah
seluruh data-data yang tersedia.
54
Untuk mengetahui suatu makna dari gambar lukisan, maka tanda yang tampak dihubungkan dengan tanda yang lain untuk mendapatkan makna dari
tanda tersebut. Tanda yang terdapat pada gambar lukisan pada angkutan becak tersebut menjadi korpus dalam penelitian ini, dan masuk dalam kategori hubungan
antara tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles sanders Pierce dan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu ikon, indeks, dan symbol.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Perkembangan Becak
Becak, atau istilah lainnya pedicab, rickshaw atau tricycle, ojek sepeda maupun ojek sepeda motor, di dalam kamus Bahasa Indonesia termasuk di dalam
kategori paratransit atau transportasi informal. Becak merupakan bagian dari cirri dan sejarah Asia, yang juga merupakan cirri dn sejarah kita. Jenis angkutan ini
mempunyai kompabilitas tinggi dalam melayani berbagai sudut pemukimana- pemukiman di kota-kota negara berkembang.
Becak muncul karena kondisi lingkungan di kota-kota besar di Indonesia hamper seluruhnya menampilkan wajah di mana pemukiman yang bercirikan
“modernism”, formal, hidup berdampingan dengan wajah tradisional kampong informal dengan segala aspek sosial budayanya S. Kartodirdjo, 1981. Maka
tidak heran jika para pengemudi becak adalah orang-orang yang merupakan warga kampong tradisional, dengan kata lain, pengemudi becak berasal dari masyrakat
kalangan menengah ke bawah. Para pengemudi becak, umumnya mengadu nasib di daerah pemukiman
yang banyak penduduknya, kompleks perumahan, kampus, di hampir tiap jengkal wilayah, di pertigaan, ujung gang, perempatan, pasar, pusat pertokoan. Di
sepanjang jalan-jalan utama sampai pada lorong-lorong sempit. Bagi beberapa daerah seperti Cirebon dan Majalengka, para pengemudi becak ini dikenal dengan
55