yang dijatuhkan kepada terdakwa yang bersalah dalam proses persidangan. Akan tetapi dalam kasus tindak pidana korupsi, apakah harus sanksi terendah yang
dijatuhkan kepada terdakwa tindak pidana korupsi? Hal ini sangat berkesan bahwa hakim masih mengampuni terdakwa tindak pidana korupsi, dan dengan ini kejahatan
tindak pidana korupsi di Indonesia tidak akan punah. Sesuai dengan kejahatan yang telah dilakukan maka sanksi terberatlah yang diharapkan dapat diputuskan dalam
persidangan agar pelaku tindak pidana korupsi dalam hal ini kasus gratifikasi Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya benar-benar merasa bahwa perbuatan yang telah
dilakukan itu salah dan sanksi yang akan diberikan pengadilan benar-benar memiliki efek jera untuk tidak melakukan kejahatan itu lagi, serta sanksi pidana yang cukup
lama diharapkan dapat berhasil mengubah sifat dan mental terdakwa untuk menjadi lebih baik, karena di Indonesia ada terdakwa tindak pidana korupsi yang setelah
mendapat sanksi pidana atas kejahatannya, ketika bebas dan keluar dari pidana penjara yang dirasa tidak begitu lama dan sangat mudah untuk dijalani, terdakwa
tersebut melakukan kejahatan yang sama. Hal ini perlu dipertanyakan dan oleh sebab itu pemidanaan yang dijatuhkan sesuai putusan pengadilan dinyatakan sangat tidak
berhasil.
3.2 Alasan Majelis Hakim Menjatuhkan Pidana Penjara dan Sanksi Denda
Terhadap Terdakwa
Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara dan sanksi denda terhadap pelaku tindak pidana korupsi gratifikasi Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya,dengan
melihat unsur-unsur yang ada dalam kejadian tersebut sehingga pelaku tindak pidana korupsi dalam kasus ini dinyatakan bersalah dan patut menerima sanksi atas
kesalahan yang telah dilakukannya sesuai dengan Undang-Undang No. 31 Tahun
1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Unsur-unsur tersebut adalah :
a. Unsur Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara.
Khudlori yang dalam kasus ini sebagai terdakwa, pada saat kejadian perkara menjabat sebagai seorang pegawai negeri pada Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kota Surabaya dengan kedudukan sebagai kepala kantor sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yang menyebutkan bahwa pegawai negeri adalah meliputi :
a Pegawai negari sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Kepegawaian. b
Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP. c
Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan Negara atau daerah. d
Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keungan Negara atau daerah.
e Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas Negara atau masyarakat. b.
Unsur Menerima Hadiah atau Janji. Terdakwa Khudlori terbukti dalam kasus ini telah menerima uang dari saksi
Waluyo yang telah berada dalam kekuasaan terdakwa yang merupakan realisasi dari sesuatu yang telah dijanjikan yaitu pengeluaran sertifikat tanah. Maka unsur
menerima hadiah atau janji secara sah terbukti sehingga terdakwa dianggap bersalah dalam kasus ini. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya
terbukti bahwa uang sejumlah Rp.20.000.000 dua puluh juta rupiah yang telah
diterima terdakwa adalah sebagai hubungan langsung agar proses pensertifikatan tanah milik H. Farhan lebih cepat dan kelebihan tanah tidak dijadikan menjadi
tanah Negara. Dengan berdasarkan uraian diatas maka terbukti bahwa terdakwa telah menerima uang dari saksi Waluyo yang telah berada dalam kekuasaan
terdakwa, hal tersebut merupakan realisasi dari suatu yang telah dijanjikan. majelis berpendapat bahwa unsur menerima hadiah atau janji telah dapat terbukti
secara sah dan meyakinkan sehingga terdakwa dengan demikian dianggap bersalah.
c. Unsur hadiah atau Janji Tersebut Diberikan karena Kekuasaan atau Kewenangan
yang Berhubungan dengan Jabatannya. Dalam pertemuan yang dilakukan di Hotel Somerse, terdakwa terbukti serius
meminta imbalan untuk mempercepat pengeluaran sertifikat tanaha dan selalu mengatakan akan membuat kelebihan tanah korban menjadi tanah milik negara
jika permintaan imbalan yang diinginkan terdakwa tidak dipenuhi. Karena terbukti terdakwa serius dalam permintaannya dan selalu mengatakan akan membuat
kelebihan tanah menjadi tanah milik negara, membuat saksi-saksi menjadi ketakutan dan mengingat pula terdakwa adalah sebagai pejabat kepala kantor
Badan Pertanahan Kota Surabaya dimana sedang diurus sertifikat tanah tersebut maka saksi-saksi percaya bahwa terdakwa berkompeten mengatur segala penataan
dan pengaturan pertanahan sebagaimana yang menjadi wewenang terdakwa sebagai kepala kantor. Berhubung dengan kewenangan atas jabatan terdakwa
maka, terdakwa Khudlori dalam kasus ini dianggap bersalah. Dengan demikian majelis berpendapat bahwa unsur patut diketahui atau diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena adanya kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatan, telah dapat
terbukti secara sah dan meyakinkan.
3.3 Perbandingan Sanksi yang Dijatuhkan Kepada Pelaku Tindak Pidana Korupsi