Tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Pelaku Tindak Pidana Dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Pelaku Tindak

UmurTanggal Lahir : 49 Tahun 09 September 1958 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kebangsaan : Indonesia Tempat Tinggal : - Jl. WR. Supratman No.6-A Kel. Dr. Soetomo Kec. Tegalsari Kota Surabaya. - Komplek Villa Bukit Indah Jl. Lontar Blok AA 3No. 29 Surabaya. Agama : Islam Pekerjaan : PNS Kepala Kantor Badan Pertahanan Nasional Kota Surabaya Pendidikan : S2 Terdakwa ditahan sejak 14 Agustus 2007 dan didampingi tim penasehat hukum, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Tanggal 25 Agustus 2007 : 1. Sutito, SH. MH., 2. Suhar Adi K, SH. MH., 3. Syaiful Ma’arif, SH. CN., 4. Arifin Djauhari SH. MH., 5. M. Affandi, SH. MKn., 6. A. Fauzan, SH, LLM., Pemeriksaa terhadap tersangka atas nama HM. Khudlori, SH. M.Hum dan perbuatan tersangka terbukti melanggar Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 tahun 2001 Pasal 12 huruf a, b, e dan Pasal 368 KUHP

2.2 Tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Pelaku Tindak Pidana

Korupsi Tuntutan pidana Jaksa Penuntut umum dalam hal ini Munasim SH, MH Selaku Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 18 Desember 2007, yang pada pokoknya menuntut terdakwa : 1. Melanggar Pasal 11 Undang-Undang No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa HM. Khudlori, SH. M.Hum dengan pidana penjara selama 1 satu tahun dan 6 enam bulan dikurangi masa tahanan yang telah dijalani dan membayar denda sebesar Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah subsidair 6 enam enam bulan kurungan. Alasan tuntutan jaksa penuntut umum ini adalah : a. Karena dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi mengandung unsur pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima janji yang berhubungan dengan jabatannya. Khudlori selaku Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya telah menerima jumlah uang untuk mempercepat pengeluaran sertifikat tanah. b. Karena terdakwa Khudlori dalam waktu melakukan kejahatan ini , secara sah sedang menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan Kota Surabaya yang memiliki wewenang penuh dalam hal pengeluaran sertifikathak milik atas tanah.

2.3 Dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Pelaku Tindak

Pidana Korupsi. Terdakwa dalam persidangan telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dalam hal ini Munasim SH, MH Selaku Jaksa Penuntut Umum sesuai dengan surat dakwaan No. Reg. Perk : Pds-07 Ft. 1 Surabaya 2007 tertanggal 23 Oktober 2007, sebagai berikut : a. Terdakwa diancam pidana menurut menurut Pasal 12 Huruf e Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. b. Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. c. Dan Pasal 468 Ayat 1 KUHP. Alasan dakwaan terhadap tedakwa oleh jaksa penuntut umum sesuai analisa putusan Pengadilan Negeri Surabaya adalah : a. Alasan terdakwa melanggar Pasal 12 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi karena terdakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Hal ini terbukti dalam pertemuan makan malam, terdakwa menyampaikan kepada saudara H. Bambang “bagaimana janjinya? ”, kemudian dijawab H. Bambang “monggo saja yang penting berapaun boleh saja, jika tidak ikhlas tidak jadipun tidak apa-apa ”. Kata-kata ini berulangkali terdakwa sampaikan. Kemudian saudara Waluyo Jektiono Yoyok berkata “sudahlah pak, kurangilah menjadi Rp. 50.000.000 enam ratus lima puluh juta rupiah ”, akan tetapi H. Bambang masih berat sekali dengan angka tersebut, akhirnya terdakwa sendiri yang memutuskan sebesar Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah dan terdakwa bertanya lagi “apakah bapak ikhlas dengan angka ini? ”, lalu H. Bambang bertanya “bagaimana dengan sistem pembayaran kalau dua kali ”, H. Farhan keberatan dan terdakwa menjawab “ silahkan saja mau empat kali silahkan saja yang penting bapak ikhlas ”. b. Alasan terdakwa melanggar Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi karena terdakwa telah menerima janji atau hadiah yang diberikan karena kekuasan dan kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya. Hal ini terbukti dengan pertemuan yang dilakukan sekitar pukul 20.15 Wib di hari senin tanggal 13 Agustus 2007, terdakwa sudah sampai di lokasi Hotel Somerset dan saudara Mochamad Afena datang bersama saudara Waluyo Jektiono Yoyok dan saudara H. Bambang. Dalam pertemuan makan malam, terdakwa menyampaikan kepada saudara H. Bambang “bagaimana janjinya?”, kemudian dijawab H. Bambang “monggo saja yang penting berapaun boleh saja, jika tidak ikhlas tidak jadipun tidak apa-apa ”. Kata-kata ini berulangkali terdakwa sampaikan. Kemudian saudara Waluyo Jektiono Yoyok berkata “sudahlah pak, kurangilah menjadi Rp. 50.000.000 enam ratus lima puluh juta rupiah ”, akan tetapi H. Bambang masih berat sekali dengan angka tersebut, akhirnya terdakwa sendiri yang memutuskan sebesar Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah dan terdakwa bertanya lagi “apakah bapak ikhlas dengan angka ini?”, lalu H. Bambang bertanya “bagaimana dengan sistem pembayaran kalau dua kali”, H. Farhan keberatan dan terdakwa menjawab “ silahkan saja mau empat kali silahkan saja yang penting bapak ikhlas ”. c. Alasan terdakwa melanggar pasal 368 Ayat 1 KUHP kerana terdakwa dengan jelas mengancam akan menjadikan tanah tersebut menjadi tanah milik Negara jika tidak dibayar sesuai permintaan terdakwa. Hal ini terbukti dari jawaban terdakwa yang terlampir dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya yang berbunti “kalau ga mau bayar tidak apa-apa. Kelebihan tanah tersebut akan saya jadikan tanah Negara ”.

2.4 Pembelaan terhadap Terdakwa Pelaku Tindak Pidana Korupsi