Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.
Muda, 2003 : 29-39
2.1.5. Video dan Pornografi
Video sendiri merupakan sebuah format MPEG yang ditemukan pada era tahun 90-an.berbagai tayangan Video dan film bisa dikonversi menjadi format digital dengan
cepat dan disebarkan dalam bentuk kepingan CD.lalu lahirlah teknologi Video CD player dengan cakram putar yang disebut VCD
Pornografi didefinisikan di dalam islam sudah jelas bahwa ukuran yang dipakai adalah masalah aurat, cara berbicara, berpikir, dan segala hal yang berkaitan erat dengan
hal yang dilarang agama. pornografi adalah substansi dalam media massa atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan tentang seks, cabul atau erotika.
Biasanya aksi porno digambarkan dengan lukisan atau gambar yang kemudian dikonsumsi publik lewat media cetak. Sedangkan pornoaksi adalah perbuatan, sikap,
perilaku, gerakan tubuh ataupun suara yang erotis dan sensual, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja, secara perseorangan atau berkelompok.
Meski tidak sepenuhnya disebabkan oleh media massa, namun suguhan berita serta tayangan yang mengusung tema seksualitas berikut derivasinya secara tak langsung
telah memantik imajinasi publik sony set :13-14 Dr. Bryant berkomentar, ”pornografi dapat menghilangkan nilai moral dalam
individu.Mengakibatkan kehilangan rasa percaya diri individu. Mengakibatkan kehilangan rasa percaya religii, melupakan keluarga,komitmen ,melupakan cinta, dan
melupakan ikatan pernikahan. Pornografi membentuk jiwa hedoisme, membuat segalanya boleh dilakukan.
Konteks porno sendiri ketika dikonsepkan dalam sebuah batasan yang menjadi ukuran bersama untuk menjelaskan sebuah fenomena porno, baik itu pornografi,
pornoaksi, pornosuara, pornoteks maupun pornomedia, merupakan sebuah konsep yang bergerak cepat dari waktu ke waktu, bahkan seirama
dengan perkembangan dan perubahan sosial masyarakat, konteks dan defenisi porno lebih banyak berada pada wilayahanomali dan krisis menggunakan istilah Kuhn, dari
pada berada pada wilayah order. Wacana megenai konteks dan defenisi porno selalu memiliki jarak waktu dan generasi yang panjang. Wacana konteks
selalu meninggalkan wacana defenisi, begitu pula generasi muda meninggalkan konsep-konsep generasi tua, karena
perubahan sosial yang cepat.Wacana konteks dan defenisi yang berjarak, juga memberi pengaruh terhadap sikap dan perilaku orang terhadap fenomena porno. Sikap dan perilaku
juga selalu berjarak ketika kedua wilayah manusia ini dihadapkan pada fenomenaporno. Pada tataran sikap orang belum tentu menerima porno begitu pula pada tataran perilaku
belum tentu orang melakukan tindakan-tindakan porno. Dengan kata lain, antara sikap dan perilaku ada perbedaan yang menyangkut polatindakan orang pada fenomena porno.
Jadi substansi pengaturan dari defenisi porno ini menyinggung hak-hak pribadi seseorang, sedangkan hak-hak itu sendiri adalah kebutuhan mendasar setiap orang dalam
masyarakat, sehingga tidak pantas apabila ada sekelompok orang atau negara yang bertindak sebagai sumber distribusi norma-norma yang mengatur hak-hak pribadi ini
sementara ia sendiri bagian dari distribusi itu yang ikut juga menikmati porno. Burhan
Bungin, erotica media massa 2001
2.1.6. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial