OBJEKTIVITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN KASUS VIDEO PORNO (Analisis Isi Tentang Objektivitas Berita Video Porno mirip Artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos Edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

ERNANIK WAHYU A. NPM. 0643010297

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA


(2)

(3)

karuniaNya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Objektifitas Jawa Pos Dalam Pemberitaan Kasus Video Porno.

Penulis dalam menyusun skripsi ini, tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, adapun penulis sampaikam rasa terima kasih, kepada:

1. Allah S.W.T karena telah melimpahkan segala KaruniaNya, sehingga penulis mendapatkan kemudahan selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Saifuddin Zuhri, Msi selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jawa Timur.

5. Dra. Herlina Suksmawati, Msi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan & dorongan demi terselesaikannya penyusunan laporan skripsi.


(4)

ii

7. Ibu dan Ayah yang selalu memberikan do`a dan dorongan. 8. KakakQ Apris & Riris, AdikQ (dEk giinoL).

9. SayangQ, ciNtaQ, kAsihQ, pUjaAn hAtiKu, sEparuh nAfasQ, jiWa rAgaQ, caLon sUamiQ eNdOg pRiantOmo S.E. tEngg Qiyu yiia saiiank Luph yiiU (iNa_iNo)

10. bUat tEman”Q d UPN dan tMn”Q kErja seRta piMpinan” di kEcamatan Rungkut yang seLaLu membErii mOtivasi.

Akhir kata mudah-mudahan skripsi ini dapat membantu dan menunjang perkembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi pembaca. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka apabila terdapat kritik dan saran penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Surabaya, 03 Nopember 2010


(5)

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ….. iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. vi

DAFTAR GAMBAR ………. vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

ABSTRAK ………. ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 10

1.3. Tujuan Penelitian ……… 10

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 10

BAB II LANDASAN TEORI ……… 14

2.1. Komunikasi Massa ………. 14

2.2. Jurnalistik, Pers, dan Berita ……… 16

2.2.1. Jurnalistik ………... 16

2.2.2. Pers ………. 17


(6)

2.5. Konsep Penyajian Berita ………. 32

2.6. Teori Gatekeeper ………. 37

2.7. Kerangka Berpikir ………... 37

BAB III METODE PENELITIAN ………. 40

3.1. Definisi Operasional dan Pengukurannya …….. 40

3.2. Unit Analisis ……… 43

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ……….. 43

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 45

3.5. Metode Analisis Data ……… 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ……… 50

4.2. Penyajian Data dan Pembahasan ……… 54

4.2.1. Objektivitas ……….. 55

4.2.1.1. Akurasi Pemberitaan ………. 58

4.2.1.2. Fairness Pemberitaan ………. 67

4.2.1.3. Validitas Pemberitaan ……… 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 83


(7)

(8)

Tabel 1. Rincian Berita ……….. 54 Tabel 2. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Kesesuaian Judul Dengan Isi Berita ……… 59 Tabel 3. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Pencantuman Waktu ……… 61 Tabel 4. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Penggunaan Data Pendukung ……….. 63 Tabel 5. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Faktualitas Berita ………. 65 Tabel 6. Frekuensi Kategori Akurasi Pemberitaan ……… 67 Tabel 7. Fairness Dalam Sub Kategori Sisi Sumber Berita ………... 69 Tabel 8. Fairness Dalam Sub Kategori Sisi Luas Kolom ………….. 71 Tabel 9. Frekuensi Kategorisasi Fairness atau

Ketidakberpihakan Pemberitaan ………. 73 Tabel 10. Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Kejelasan Sumber Berita ……… 76 Tabel 11. Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori

Kompetensi Pihak Sumber Berita ………... 79 Tabel 12. Frekuensi Validitas Keabsahan

Sumber Pemberitaan ……… 80


(9)

vii

Gambar 2. Skema Objektivitas ………. 28 Gambar 3. Kerangka Berpikir ……….. 39


(10)

Pos Edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objektivitas isi berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010.

Penelitian ini menaruh perhatian pada fenomena yang terjadi seputar kasus pemberitaan video porno. Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori objektivitas berita menurut Rachma Ida.

Metode yang digunakan adalah metode analisis isi pesan berita yang dimuat dengan cara sistematik dan objektif.

Data dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi. Dari tabel tersebut, dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi pemberitaan yaitu meliputi kesesuaian judul dengan isi berita, pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa, penggunaan data pendukung, faktualitas berita. Fairness yaitu meliputi ketidakberpihakan dilihat dari sumber berita yang digunakan, ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom. Validitas yaitu meliputi atribusi sumber berita dan kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita.

Jadi dari penelitian pemberitaan kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010 tidak objektif, karena belum memenuhi seluruh unsur-unsur objektivitas dalam menyajikan sebuah pemberitaan agar tidak terdapat kesalahan persepsi pada pembacanya.


(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan manusia adalah informasi, dalam perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan informasi. Sekarang ini limpahan informasi begitu luar biasa. Hal ini tentu berkaitan dengan makin banyak, beragam, dan canggihnya industri media informasi dan komunikasi, mulai cetak hingga elektronik, menawarkan berita dan sensasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan.. (Romli, 1999:26).

Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari realita yang ada saat ini banyak koran – koran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar lebih terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda


(12)

dengan penyajian informasi pada televisi, di media televisi kita harus berada didepan televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat kabar masih tetap disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka efek negatifnya akan lebih termemori (apabila ada pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.

Meskipun sikap independent dan objektif menjadi kiblat setiap jurnalis pada kenyataannya sering kali didapatkan suguhan berita yang beraneka warna dari sebuah peristiwa yang sama. Berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media tertentu mewartakan dengan cara menonjolkan sisi atau aspek tersebut, dan sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa dibalik jubah kebesaran independensi dan objektivitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedy, dan bahkan ironi. Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media. Sangat mungkin akan ditemukan kesimpulan yang setara, bahwa media apapun tidak bisa lepas dari bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama. Tidak ada satupun media yang memiliki sikap independensi dan objektivitas yang absolute. Tanpa adanya kesadaran seperti ini, mungkin saja kita menjadi bingung, merasa terombang-ambing, dan dipermainkan oleh penyajian media.

Sebagai pembaca Koran, pendengar, atau pemirsa televisi, kita seringkali dibuat bingung kenapa peristiwa yang satu diberitakan sementara peristiwa lain tidak diberitakan. Kenapa Kalau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media lebih sering memberitakan peristiwa yang satu dan merupakan yang lain. Deretan pertanyaan tersebut dapat diperpanjang. Media bukanlah saluran


(13)

yang bebas. Media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Media seperti kita lihat, justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Tidak mengherankan jikalau kita tiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama bisa diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa yang diberitakan, ada yang tidak diberitakan. Ada yang menganggap penting, ada yang tidak menganggap berita. Ada berita yang dimaknai secara berbeda, dengan wawancara dan orang yang berbeda, dengan titik perhatuan berbeda. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subyektifnya media.

Dalam masyarakat modern, media memainkan peran penting untuk perkembangan politik masyarakat. Mereka bisa memberitakan sesuatu berita yang bernilai kecil dengan cara yang besar, sehingga public akan menerimanya sebagai berita yang nesar. Begitu pula sebaliknya, berita yang dipandang mempunyai nilai lebih akan diberitakan lebih sering dan lebih besar sehingga public akan menilai kalau berita tersebut benar-benar besar.

Memang benar informasi media massa dapat mempengaruhi masyarakat. Informasi religi akan mempengaruhi khalayak lebih beriman. Informasi kejahatan konon mendidik khalayak menjadi penjahat. (Ashadi, 2006 : 22)

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan, mempunyai peran penting dalam usaha mencerdaskan dan memberi pencerahan kepada bangsa serta membangun dirinya sebagai pers yang sehat melalui informasi yang disajikan.


(14)

Kebebasan media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin kebebasan beropini dan kebebasan memberi informasi kepada masyarakat.

. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti media cetak yakni Jawa Pos. media cetak ini merupakan surat kabar yang memiliki oplah besar diantara oplah surat kabar lain yang ada di Indonesia . Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui seberapa besar dan bagaimanakah objektifitas media ini terhadap pemberitaan video porno. Berita ini berawal dari beredarnya video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang pada akhirnya polisi mulai turun tangan. Berita ini dimuat di Jawa Pos mulai 7 Juni hingga 11 Juni 2010 dan masih ada perkembangan beritanya ketika peneliti melakukan penelitian ini. Tetapi, peneliti hanya meneliti kasus video porno yang dimuat mulai 07 Juni hingga 11 Juni 2010. Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa media memiliki subjektivitas dalam mengemas sebuah realitas menjadi sebuah berita.

Peneliti memilih objek penelitian tentang pemberitaan video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari. Dalam adegan video porno ini sangat mencengangkan dan mengganggu masyarakat. Berdasarkan berita yang dimuat disurat kabar Jawa Pos bahwa beredarnya berita ini berawal di berbagai jejaring sosial pada Kamis malam, 3 Juni 2010 yang berlanjut di keesokan harinya dalam tayangan berbagai infotainment yang menyajikan berita bertopik video porno mirip artis Luna Maya dan Ariel. Dengan jarak lima hari tepatnya 8 Juni 2010 setelah video porno mirip artis Luna Maya dan Ariel beredar, muncul video lain dengan jenis serupa yaitu, pria yang mirip dengan Ariel sedangkan yang perempuan mirip dengan artis Cut Tari yang akhirnya polisi turun tangan dalam


(15)

masalah video porno tersebut. Berdasarkan berita yang dimuat pada surat kabar Jawa Pos, tidak ada pasal pidana yang bisa dijeratkan kepada artis Luna Maya dan Ariel sebab dalam hal ini yang dirugikan justru keduanya. Peneliti memilih objek berita video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari karena ingin mengetahui apakah ada keberpihakan Jawa Pos dalam menyajikan berita video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari.

Dalam menyajikan berita, Siregar menjelaskan bahwa jurnalis dituntut membangun sudut pandang dengan memberi perhatian kepada orang yang berada dalam situasi ketidakseimbangan dan ketidaksamaan. Disinilah terjadi pergeseran keseimbangan menjadi ketidakseimbangan, yang pada akhirnya melahirkan keberpihakan. Dalam membangun sudut pandang tersebut, mereka merealisasikan sumber daya yang ada untuk merekonstruksi realitas social yang mereka lihat, dengar, dan amati. Hasil rekonstruksi ini mereka kemas dalam bentuk berita dan mereka siarkan melalui media massa tempat mereka bekerja. (Abrar, 1997: 57-58).

Dalam penyajian berita video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari, surat kabar Jawa Pos lebih mengungkapkan sisi dramatisnya, dari segi dramatisnya Jawa Pos menulis kronologis peristiwa video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari, mulai dari beredarnya video porno mirip artis Luna Maya dengan Ariel pada jejaring sosial, kemudian muncul lagi beredarnya video porno mirip artis Ariel dengan Cut Tari hingga polisi memanggil ketiga peran pemain adegan video porno sampai menetapkan Ariel pemain pria video porno tersebut menjadi tersangka.


(16)

Seorang wartawan dituntut untuk bersikap objektif dalam menulis sebuah berita. Dengan sikap objektif, berita yang ia buat pun akan objektif, artinya berita yang ia buat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. Lawan objektif adalah subjektif, yaitu sikap yang diwarnai prasangka pribadi. Ada beberapa karya jurnalistik yang lebih persuasive, artinya ada sikap subjektif didalamnya, karena latar belakang seorang wartawan acapkali mewarnai hasil karya. Peneliti melihat pemberitaan kasus yang diteliti ini masih belum objektif dari segi factual dan imparsialitas.

Faktualitas yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi kesesuaian judul berita dengan isi berita, pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa dan waktu peliputan, serta jelas tidaknya identitas narasumber.

Imparsialitas yaitu menyangkut keseimbangan penulisan berita dalam memberikan porsi yang sama sebagai sumber berita dan luas kolom yang dipakai antar pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan. Ada tidaknya pencantuman opini, dramatisasi, dan penghakiman oleh pers. Peneliti melihat pemberitaan video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari masih ada kata-kata yang bersifat opini dari wartawan, seperti :

Di Twitter selama dua hari terakhir ini nama vokalis band tersebut duduk di puncak trending topics worldwide. Itu berarti penggunaan situs jejaring sosial tersebut paling sering membicarakan pria kelahiran Sumatera Utara, 16 September 1981, itu daripada topik lain di seluruh dunia.


(17)

Tayangan infotainment berubah bak program tabu yang harus di jauhkan dari jangkauan buah hati. Apalagi penyebabnya kalau bukan heboh berita peredaran video porno dengan pemain mirip sepasang kekasih Luna Maya dan Ariel.

Dalam kode etik jurnalistik pasal 5 disebutkan bahwa, “wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampurkan fakta dan opini, tulisan yang berisiinterpretasi dan opini, disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”.

Di undang-undang pers no.40 tahun 1999, pasal 5 ayat 1 juga menyatakan hal yang sama. “pers nasional berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. “artinya pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih untuk kasus yang masih dalam proses peradilan, serta dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut.

Peneliti melihat, tak sedikit pers dalam memberikan informasi hanya berurusan dengan fakta-fakta belaka dan informasi tentang peristiwa saja. Fakta barulah berbicara banyak ketika diajukan pertanyaan yang cerdas dan menarik. Surat kabar lebih suka menonjolkan hal-hal yang sensasional daripada alasan dan motif sesungguhnya. Surat kabar sangat suka memberikan rincian pelecehan, kejahatan dan kekerasan seksual, namun lupa memberikan tips kepada khalayak cara mengantisipasi berbagai kriminalitas yang sedang terjadi.


(18)

Dalam buku “Menyikap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar Indonesia” menyatakan bahwa tugas wartawan bukanlah mencari yang benar atau siapa yang salah, melainkan menyajikan perbedaan pendapat tersebut apa adanya. Untuk itu wartawan harus mampu menjaga keseimbangan dalam proses seleksi fakta-fakta yang ingin ditampilkan. (2006:23).

Sebagaimana diketahui, salah satu media massa yang syarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan cermin realitas, karena pers pada dasarnya merupakan media massa yang lebih menekan fungsinya sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dibuat media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat. (Burhan, 2004:154).

Penafsiran dari “Wartawan menyajikan berita secara berimbang’ adalah menyajikan berita yang bersumber dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, penilaian, atau sudut pandang masing-masing kasus secara proporsional.

Ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini, amat nyaring isyarat dan teriakan yang mengingatkan agar media massa jangan hanyut oleh asyiknya kebebasan, agar pers ingat dan sadar akan kode etiknya, kode profesinya.

Sesuatu yang baru terjadi menarik untuk diberitakan . Berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh, seiring dengan waktu nilainya akan semakin berkurang. Artinya semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi niali beritanya.


(19)

Dari latar belakang permasalahan diatas, peneliti memilih surat kabar jawa Pos sebagai obyek penelitian. Jawa Pos merupakan surat kabar harian pagi dan mempunyai kantor pusat di Surabaya, oplah Jawa Pos mencapai 300.000 eksemplar, artinya media ini memiliki pembaca yang luas di Masyarakat dan mempunyai potensi lebih mampu memunculkan opini public yang cukup signifikan, informasi apa saja yang dianggap penting oleh Jawa Pos, dianggap penting pula oleh pembaca, informasi yang dianggap tidak penting atau kurang penting, maka dianggap tidak penting pula oleh pembaca.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisis isi kuantitatif untuk mengukur objektivitas media massa. Analisis isi kuantitatif ini berfungsi mengkaji syarat objektivitas berita yang sering di kenal dengan istilah pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menilai dan menemukan kebenaran.

1.1 Perumusan Masalah

Dari uraian latar berlakang maslah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Objektivitas Pemberitaan Video Porno di Harian Jawa Pos ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasar pada perumusan masalah yaitu :

1. Ingin mengetahui besarnya objektivitas Jawa Pos dalam menyajikan berita video porno.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Sebagai masukan bagi kajian komunikasi massa dalam bentuk media cetak surat kabar berkaitan dengan tema hukum. Di harapkan dari penelitian ini memunculkan pemahaman baru yang berguna bagi kepentingan ilmiah serta kepentingan praktis didalam pengembangan penggunaan teknik analisis isi.

2. Secara praktis

a. Bagi surat kabar bersangkutan diharapkan menjadi referensi dalam menjalankan fungsinya sebagai agen informasi yang memberitakan berita.

b. Bagi masyarakata luas, memunculkan wahana apakah media massa sudah memberikan contoh dan pendidikan yang baik untuk bersikap dalam memandang sebuah kasus.

c. Memberikan bahan ide penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut dalam situasi dan kondisi lain bagi kalangan akademisi umumnya dan khusus pada mahasiswa komunikasi.


(21)

2.1. Komunikasi massa

Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari berkomunikasi baik dengan sendiri, orang lain maupun dengan media massa. Komunikasi telah mencapai tingkat saat orang berbicara secara serempak dan serentak dengan jutaan manusia melalui media massa atau disebut komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Dari awal perkembangannya, komunikasi berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi).

Komunikasi massa juga bisa diartikan sebagai ilmu tentang media massa beserta pesan yang telah dihasilkan, pembaca atau pendengar atau penonton yang akan dicoba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. (Nurudin, 2004 : 1)

Menurut (Denis McQuail, 1991:7), dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, komunikasi hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh cirri khas institusional (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya).

Sedangkan komunikasi massa menurut bittner, “mass communication is message communicated through a mass medium to large number of people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). (Rakhmat, 2001 : 188)


(22)

Menurut Josep A Defito definisi komunikasi massa ada dua, yaitu “pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini bukan berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.” (Onong, 2003 : 21)

Jadi, komunikasi massa adalah proses menyebarkan pesan melalui salah satu media massa (surat kabar, tabloid, majalah, buku-buku, radio, dan televisi) kepada khalayak yang luas dan heterogrn. Komunikasi melalui media massa memiliki kelebihan dibandingkan dengan komunikasi lainnya, yaitu bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hamper seketika pada waktu yang tak terbatas.

Ciri-ciri komunikasi massa, yaitu :

1. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga yaitu suatu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga (Instituonalized Communicator / Organized Communicator). Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan tabloid, karena media yang digunakan adalah suatu lembaga dalam


(23)

menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan pendapat merupakan kebebasan yan g terbatas.

2. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.

Komunikan bersifat heterogen karena di dalam keberadaanya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontrak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal antara lain jenis kelamin, usia, agama, idiologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain-lain. Hal itulah yang menjadi kesulitan dari komunikator dalam menyebarkan pesan melalui media massa untuk memuaskan keinginan dari komunikan. Satu-satunya cara untuk mendekati keinginan khalayak adalah mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan lain-lain. Hamper semua tabloid, surat kabar, radio, televisi menyajikan acara atau rubric tertentu yang diperuntukkan bagi anak-anak, remaja, dewasa, wanita dewasa, remaja putri : pedagang, petani, ABRI, AU : pemeluk agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lain-lain : para penggemar musik, film, sastra, dan kelompok lainnya.


(24)

Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Media akan menyiarkan berita seorang mentri yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak menyiarkan berita seorang mentri yang menyelenggarakan khitanan putranya. Perkecualian bagi seorang Kepala Negara, media massa kadang memberikan perihal beliau merayakan ulang tahunnya, menikahkan putra-putrinya , hobby berburu,walaupun sebetulnya tidak ada hubungannya untuk kepentingan umum.

4. Komunikasi massa berlangsung satu arah.

Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkan. Yang dimaksud dengan tidak mengetahui adalah tidak mengetahui pada waktu proses itu berlangsung. Mungkin saja komunikator mengetahui juga, misalnya melalui rubric suara pembaca atau suara pendengar yang biasanya terdapat di tanbloid, surat kabar maupun radio. Tetapi, semua itu terjadi setelah komunikasi dilancarkan oleh komunikator, sehingga komunikator tidak bisa memperbaiki gaya komunikasi yang biasa terjadi seperti komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut, maka komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikan haruslah komunikatif.


(25)

Hal ini merupakan cirri hakiki dimusik dengan media komunikasinya yang lain. Poster dan papan pengumuman adalh media komunikasi tetapi bukan media komunikasi massa karena tidak mengandung cirri keserempakkan. Pesan yang disampaikan secara serempak bisa diterima oleh khalayak. (Efendy, 2001 : 25)

2.2. Jurnalistik, Pers, dan Berita 2.2.1. Jurnalistik

Jurnalistik adalah journalisme berasal dari kata journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau juga bisa berarti surat kabar, journal berasal dari perkataan lain dijurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itu lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.

Jurnalisme adalaha kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. (Hikmat dan Purnama, 2005 : 15). Mrnurut Adinego, seorang tokoh pers yang menjadi ikon dikalangan para wartawan bahwa jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi kabar kepada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.

Definisi jurnalistik menurut ilmu komunikasi adalah suatu bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya.

Menurut Roland E. Woleseley dan Laurence R. Campbell, 1994 dalam exploring journalism, mendefinisikan jurnalistik adalah tindakan


(26)

diseminasi informasi, opini, dan hiburan untuk orang ramai (public) yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern. (Askurifai, 2006 : 48)

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebarluasan informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa.

2.2.2. Pers

Kata pers berasal dari kata Belanda, pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang cetak. Namun, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media cetak.

Harian Jawa Pos dapat dikategorikan sebagai pers karena fungsinya menyiarkan berita, salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum, terbit setiap hari sekali dilengkapi dengan alat-alat sendiri.

Definisi pers dalam arti sempit, yaitu menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas, yaitu menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun media


(27)

elektronik seperti radio, televisi, maupun internet. (Hikmat dan Purnama, 2005 : 17)

Menurut Leksikon (Djuroto, 2000 : 91) pers adalah : 1. Usaha percetakan dan penerbitan

2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita

3. Penyiaran berita melalui surat kabar, tabloid, radio, dan televisi 4. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita

5. Medium penyiaran berita yakni surat kabar , tabloid, radio, dan televisi.

Sedangkan tujuan media massa dalam masyarakat menurut McQuail (1991 : 70) adalah :

1. Informasi yaitu menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam mayarakat dan dunia.

2. Korelasi menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.

3. Kesinambungan yaitu mengekspresikan budaya dominan dan mengakui kebudayaan khusus serta perkembangan budaya baru.

4. Hiburan yaitu dengan menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan saran relaksasi.

5. Mobilisasi adalah mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dalam bidang agama.


(28)

Fungsi utama pers, antara lain : 1. Informatif

Pers berfungsi memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata.

2. Menghibur

Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik. Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

3. Control

Pers mempunyai peran control sosial di masyarakat antara lain masuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah atau perusahaan . pers harus memberitakan apa yang berjalan baik atau tidak berjalan baik.

4. Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.

5. Interpretatif dan direktif

Pers memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers menceritakan kepada masysarakat tentang arti suatu kejadian. 6. Ekonomi


(29)

Pers juga berfungsi melayani system ekonomi melalui iklan. Melalui iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun dapat dijual.

7. Swadaya

Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan dalam bidang keuangan. (Hikmat dan Purnama, 2005 : 27)

Setiap media memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dengan media lain. Dari karakteristik itulah lahir ciri-ciri spesifik pers yang sekaligus menjadi identitas dirinya, antara lain :

a. Periodesitas

Pers harus terbit secara teratur, periodik, misalnya setiap hari, seminggu sekali, satu bulan sekali, atau tuga bulan sekali. Pers yang tidak terbit secara periodic, biasanya sedang menghadapi masalah manajemen sehingga tidak bisa terbit pada waktunya. b. Publisitas

Pers ditujukan kepada khalayak sasaran umum yang sangat heterogen, baik secara geografis maupun psikologis. Maka pers harus mengemas setiap pesannya menggunakan bahasa jurnalistik yang cirinya antara lain adalah sederhana, menarik, singkat, jelas, lugas, jernih, mengutamakan kalimat aktif dan


(30)

sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-sitilah tehnik.

c. Aktualitas

Informasi apapun yang disajikan media pers harus mengandung unsure kebaruan, menunjuk kepada peristiwa yang benar-benar baru terjadi atau sedang terjadi. Secara estimologis, aktualitas mengandung arti kini dan keadaan sebenarnya. Secara teknis jurnalistik, aktualitas mengandung tiga dimensi : kalender, waktu, masalah.

Aktualitas kalender, berarti merujuk kepada berbagai kegiatan yang sudah tercantum atau terjadwal dalm kalender. Sedangkan aktualitas waktu berkaitan dengan peristiwa yang baru terjadi, sedang terjadi, atau sesaat lagi akan terjadi. Sementara aktualitas masalah berhubungan dengan peristiwa yang dilihat dari topiknya, sifatnya, dimensinya dan dampaknya, serta karakteristiknya.

d. Universalitas

Berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari sumbernya dan keanekaragaman materi isinya. Dilihat dari sumbernya, berbagai peristiwa yang dilaporkan pers berasal dari empat penjuru mata angin. Dari Utara, Selatan, Barat, Timur. Dilihat dari materi isinya, sajian pers terdiri atas aneka macam yang mencakup tiga kelompok besar, yakni kelompok berita (news),


(31)

kelompok opini (views), dan kelompok iklan (advertising). Betapapun demikian, karena keterbatasan halaman, isi media pers harus tetap selektif dan focus.

e. Objektifitas

Objektifitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak mengganggu perasaan dan pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang factual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda Tanya. (Sumadiran, 2005 : 38)

2.2.3. Berita

Mitchen V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III menyebutkan : “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.” (Deddy, 2005 : 21)

Djuroto dalam bukunya Manajemen Penerbitan pers mendefinisikan berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca surat kabar tersebut. (2000 :48)


(32)

Berita menurut McQuail merupakan sesuatu yang bersifat metafisika dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.

Lebih lanjut McQuail menjelaskan bahwa berita memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :

1. Berita tepat pada waktunya, tentang suatu peristiwa yang paling akhir atau berulang.

2. Berita tidak sistematis, berita berurusan dengan berbagai peristiwa dan kejadian berlainan dan dunia dipandang melalui berita itu sendiri terjadi atas berbagai kejadian yang tidak berlainan, yang bukan merupakan tugas pokok berita yang menafsirkannya.

3. Berita dapat sirna, berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan dikemudian hari dan bentuk informasi lain akan menggantikan berita.

4. Semua peristiwa yang dilakukan sebagai berita seyogyanya bersifat luar biasa atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting daripada signifikasi nyata berita itu sendiri.

5. Disamping ketidak terdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainnya yang relative dan melibatkan kata putus tentang minat audiens.


(33)

6. Berita terutama bagi orientasi dan arahan perhatian, bukan pengganti pengetahuan.

7. Berita dapat diperkirakan

Menurut Sumandiria (2005 : 91) bahwa dalam suatu berita, nilai berita tidak berdiri sendiri namun merupakan gabungan dari beberapa nilai. Nilai berita dikategorikan dalam beberapa bagian, yaitu :

1. Kebaruan (Newness)

Semua kejadian apa saja yang terbaru, semua hal yang baru, apapun namanya pasti memiliki nilai berita, seperti sepeda motor baru, mobil baru baru, bupati baru, gubernur baru hingga Presiden baru.

2. Akibat (Impact)

Suatu peristiwa yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak, bahan pokok, tariff angkutan umum, tariff telepon, tarif dasar listrik. Bagaimanapun peristiwa tersebut sangat berpengaruh terhadap anggaran keuangan semua lapisan masyarakat. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai yang dikandung.

3. Keluarbiasaan (Unusualess)

Suatu peristiwa yang luar biasa, seperti yang dikatakan Lord Northchliffe, pujangga dan editor di Inggris abad 18, bahwa apabila orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila orang menggigit anjing, maka itu berita.


(34)

4. Kedekatan (Proximity)

Suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun psikologis.

5. Aktual (Timeliness)

Peristiwa yang sedang terjadi atau baru terjadi. Secara sederhana actual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita yang dibutuhkan oleh masyarakat.

6. Konflik (Conflict)

Suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara saeseorang masyarakat atau lembaga. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.

7. Informasi (Information)

Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Informasi yang disampaikan harus memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat untuk khalayak. 8. Orang Penting (Public Figure)

Informasi tentang orang-orang penting , orang-orang ternama, selebriti, figure public juga bisa menjadi berita.

9. Kejutan (Surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak di rencanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.


(35)

Kejutan bisa menunjukkan pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam dan benda-benda mati.

10. Ketertarikan Manusia (Human Interest)

Unsur manusiawi bisa menjadi daya tarik bagi pembaca karena menyangkut segi-segi kehidupan, juga menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan dan alam perasaan.

11. Seks (Sex)

Seks adalah berita, sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya.

Dalam menulis berita harus lengkap, dikorelasikan dengan rumusan penulisan berita, yaitu : 5 W + 1 H

Dimana :

- Who (siapa) : siapa yang terlibat dalam peristiwa itu ? - What (apa) : peristiwa apa yang sedang terjadi ? - Where (dimana) : dimana terjadi peristiwa itu ? - When (kapan) : kapan terjadi peristiwa itu ? - Why (mengapa) : mengapa peristiwa itu terjadi ? - How (bagaimana) :bagaiaman terjadinya ?

Sedangkan dalam bentuk beritanya menggunakan bentuk piramida terbalik. Bentuk piramida terbalik digunakan karena untuk


(36)

menarik perhatian pembaca, lebih praktis, dan efisien waktu. Selain itu, juga memudahkan dalam menikmati berita yang disajikan kepadanya (pembaca).

Penggunaan bentuk piramida terbalik adalah dengan menjelaskan berita-berita sangat penting dan baru diikuti hal-hal yang dianggap kurang penting. Susunan piramida terbalik, penonjolan nilai penting akan dituangkan dalam penulisan lead, yaitu bagian awal suatu berita (kepala berita), biasanya terletak pada alenia pertama sampai kedua. (Askurifai, 2006 : 84)

HEAD LINE / JUDUL BERITA LEAD

LEG BRIDGE

BODY


(37)

2.3.Objektifitas

Objektifitas merupakan etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Di dalam kode etik pasal 3 disebutkan bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan azas praduga tak bersalah.

Dari ketentuan tersebut dapat diberikan tafsiran sebagai berikut : a. Menguji informasi, berani melakukan cek dan ricek tentang

kebenaran informasi.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretative, yaitu pendapat uang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Pers senantiasa dituntut untuk mengembangkan pemberitaan yang obyektif. James boylan, pendiri Columbia Jurnalism Review mengatakan, objektifitas secara bertahap semakin dimengerti hanya sebagai gaya penulisan berita impersonal yang berimbang, melainkan juga mewakili tuntutan jurnalisme yang lebih luas bagi posisinya didalam masyarakat, yakni sebagai pihak ketiga yang tidak memihak, pihak yang berbicara demi kepentingan umum. Objektifitas adalah metode yang dipakai untuk


(38)

menghadirkan suatu gambaran dunia yang sedapat mungkin jujur dan cermat di dalam batas-batas praktek jurnalistik. (William dan Clevev, 1994: 105)

McQuail menjelaskan bahwa prinsip objektifitas memiliki fungsi yang tidak boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitan kualitas informasi, secara singkat ia menyatakan objektifitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas. (1991 : 128)

Komponen utama objektifitas berita menurut J.Westerstahl, ahli ilmu pengetahuan Swedia digambarkan pada skema dibawah ini :

Objektifitas

Kefaktualan Imparsialitas

Kebenaran Relevansi Keseimbangan Netralitas

Dalam skema tersebut, kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Imparsialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan, suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan. Kefaktualan ditentukan oleh beberapa kriteria kebenaran, antara lain kebutuhan laporan, ketetapan yang ditopang pleh pertimbangan independent, dan tidak adanya keinginan untuk menyalahrahkan atau menekan semua itu menunjang kualitas informasi. Relevansasi lebih sulit


(39)

ditentukan dan dicapai secara objektif. Namun, demikian pada dasarnya relevansasi sama pentingnya dengan kebenaran dan berkenaan dengan proses seleksi. Proses seleksi dilakukan menurut prinsip, kegunaan yang jelas, demi kepentingan calon penerima dan masyarakat. (McQuail, 1994: 130)

Fakta yang disajikan hendaknya tidak berpihak pada kelompok tertentu atau netral. Sikap netral ditunjukkan media pers dengan tidak berpihak pada sisi manapun dari apa yang ditulis. Dengan kata lain dapat dilihat dari berita yang mendukung, memojokkan salah satu pihak, atau tidak bersikap apapun.

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh Aji 14 Maret 2006 dikatakan “ wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azaz praduga tak bersalah. “

Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektivitas pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek penelitian berita politik dengan skala nasioanl yang menjadi berita utama (Kriyantono, 2006 : 244). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur objektivitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi objektivitas yang terdiri dari aktualitas, fairness, dan validitas pemberitaan, berikut kategorisasi


(40)

objektivitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi :

1). Kesesuaian judul berita dengan isi berita. 2). Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.

3). Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan.

4). Faktualisasi berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1). Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan. 2). Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.

c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

1). Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau chek dan re_chek ). 2). Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan

informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau


(41)

karena jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan pelaku langsung.

Objektivitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers. Objektivitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi social, hal ini penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak. 2.4. Pengertian Surat Kabar

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali. (Djuroto, 2002: 11)

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khusunya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala : bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum. (Junaedhi, 1991: 257)

Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama kali di Amerika Serikat, menurut sejarahnya surat kabar ditemukan dan dicetak pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin Harris. (Djuroto, 2002: 5)

Surat kabar pada perkembangannya saat ini menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan


(42)

untuk menjadi sebuah control sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, budaya, dan politik.

2.5. Konsep Penyajian Berita

Berita yang menarik harus mmpunyai konsep yang baik dalam penyajian. Konsep berita pada pokoknya dibagi menjadi 4 unsur, yaitu : a. Gambar / foto

Mutu suatu surat kabar dalam penyajiannya seringkali terdapat gambar atau foto untuk memperjelas suatu peristiwa yang diberitakan. Oleh karena itu, untuk lebih menariknya maka suatu surat kabar perlu memperhatikan penempatan gambar dan foto. Untuk menempatkan gambar dan foto ini perlu diperhatikan readershipnya, yaitu penempatan foto-foto berita yang serasi dengan selera dan kepentingan masyarakat. Penempatan foto dan gambar dalam suatu tabloid atau surat kabar sangat penting karena :

1. Foto atau gambar merupakan unsure berita pertama yang menangkap mata pembaca. Woodburn (1974) menjelaskan bahwa foto-foto dalam surat kabar menyetop pembaca dan bahwa tingkat readership foto adalah tingkat dimusik atau penyaingikan dengan unsure surat kabar lainnya.

2. Foto dalam suatu tabloid atau surat kabar dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan pembaca yang mempunyai latar


(43)

belakang yang beraneka ragam, tidak lain dan tidak bukan karena foto merupakan bahasa universal. Rothstein (1970) menjelaskan bahwa gambar dan fotografi berbicara langsung dengan jiwa kita dan mengungguli rintangan-rintangan bahasa dan nasionalitas.

Selanjutnya Deutschmann, Fosdick dan Trayes menjelaskan bahwa kategori-kategori dalam penyajian foto adalah sebagai berikut : 1) Berita-berita keras

a. Persengketaan bersenjata

gambar-gambar ini berhubungan dengan masalah-masalah atau kegiatan-kegiatan angkatan bersenjata nasional dan pertahanan Negara, gambar resmi kegiatan para duta besar dan pejabat diplomatic dan sebagainya.

b. Pertikaian sosial dan Politik

Kategori ini berkaitan dengan masalah kejahatan dan moral masyarakat terutama sekali yang berkaitan dengan pelanggaran dan penegakkan hukum. Gambar-gambar tentang kenakalan remaja, perbuatan criminal juga termasuk dalam kategori ini. c. Bencana-bencana

Ktegori ini terdiri dari gambaran-gambaran yang berkaitan dengan kecelakaan dan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, wabah penyakit dan sebagainya.


(44)

dalam kategori ini termasuk gambar-gambar tentang politik, pemerintah, agama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

2) Berita lunak a. Olah raga

Gambar-gambar tentang kegiatan olah raga professional dan professional dua juga gambar tentang pelatihan suatu kegiatan raga serta tokoh-tokoh atau atlet-atlet olah raga.

b. Peristiwa sosial

Gambar-gambar mengenai pengump[ulan dana, tokoh masyarakat, pesta amal, pameran mode pakaian termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.

c. Human Interest

Gambar-gambar yang termasuk dalam kategori ini seperti gambar-gambar yang berhubungan dengan aspek emosional dalam kehidupan. Gambar-gambar tersebut dapat berupa kekhasan berita kecil tentu orang yang biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang lebih lama daripada berita-beritanya sendiri akan tetapi tidak diterbitkan pada tanggal-tanggal tertentu.


(45)

Gambar-gambar yang termasuk dalam kategori ini seperti gambar-gambar yang berhubungan dengan kegiatan musik suatu grup musik atau penyanyi.

e. Body (penjelasan berita)

Setelah kita menentukan headline dan lead dari suatu naskah berita, berikutnya kita jumpai apa yang disebut dengan body berita. Pada bagian ini kita jumpai semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta memperjelas berita atau fakta yang disuguhkan dalam lead. Rincian keterangan-keterangan yang dimaksud adalah hal-hal yang belum terungkap pada leadnya. Karena itu bagian body ini sering disebut dengan sisa berita. Dengan denikian keterangan-keterangan itu disajikan dalam bentuk uraian cerita dengan menggunkan gaya penyajian yang bisa memikat para pembaca. Suhandang (2004:131) menjelaskan untuk menarik pembaca terdapat kiat-kiat yang disebut dengan bentuk berita sebagai berikut :

1. Berbentuk piramida

Body berita yang dimaksu dalam bentuk uraian cerita yang dimulai dengan hal-hal yang kurang penting, kemudian meningkat menjadi hal-hal yang lebih penting dan diakhiri dengan hal yang terpenting atau klimaks dari suatu peristiwa.


(46)

Runtutan peristiwa yang diberitakan. Seluruh naskah berita dibangun dengan diawali dengan paparan dari permulaan peristiwa dan dikembangkan sesuai dengan jalannya peristiwa itu.

3. Berbentuk piramida terbalik

Body berita ini menyajikan bentuk berita yang terbalik dengan bentuk pertama. Bentuk body yang dimaksud dibangun dengan mendahulukan hal yang sangat penting (klimaks) dari peristiwa. Selanjutnya diikuti oleh hal-hal yang penting dan diakhiri oleh hal-hal yang kurang atau tidak penting.

4. Berbentuk blok paragrahp

Dalam bentuk bodu berita ini semua bagian dari peristiwa yang diberitakannya diungkapkan sama pentingnya. Jadi, tidak urut berdasarkan derajat kepentingan maupun kronologisnya. Melainkan didasrakan pada apa yang teringat pada benak penulis atau sesuai dengan terkaitnya masalah-masalah berikut dengan masalah yang lebih dulu dikemukakan. Masing-masing masalah dikemukakan dalam alenia tersendiri, sehingga tampak seolah-olah masing-masing alinea tidak ada hubungannya dengan alenia berikutnya, padahal semua alenia merupakan masalah-masalah yang terlibat dalam peristiwa yang diberitakan.


(47)

Konstruksi tuturnya tidak menunjukkan informasi yang dipertajam atau diutamakan. Namun, masing-masing informasi yang disajikan dianggap bernilai sama dengan berhak diketahui oleh khalayak. Semua tuturnya yang terdiri atas alenia-alenia itu merupakan satu kesatuan cerita dari semua peristiwa yang diberitakannya.

2.6. Teori Gatekeeper

Berita dan foto mengalami perubahan di beberapa titik dalam rantai komunikasi. Pada titik-titik ini, yang disebut gate (“ gerbang”), ada gatekeeper (penjaga gerbang) yang menghilangkan, meringkas, dan menambahi berita agar pesan lebih baik dalam penyajiannya.

Proses gatekeeping mempengaruhi semua berita. Praktisi public relations yang tidak memberitakan seluruh cerita adalah gatekeeper. Reporter yang menekankan satu aspek dari kejadian dan mengabaikan aspek lain adalah gatekeeper. Sebagaimana reporter melakukan penilaian dalam menentukan apa dan bagaimana berita yang akan dilaporkan, proses gatekeeping juga melibatkan penilaian.

2.7. Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukkan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau rekonstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa


(48)

yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita mengenai tentang kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari pada Koran harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010 yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita mengenai kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di media surat kabar Harian Jawa Pos dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

Berita mengenai kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari pada Koran Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010 tersebut dianalisis menggunakan analisi isi atau objektivitas pemberitaan menurut Rahmad Ida (Krisyantono, 2006 : 244). Yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidakberpihakan pemberitaan (fairness), validitas keabsahan. Ketiga struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau objektivitas pemberitaan dari suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini :


(49)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Kategorisasi Objektivitas : 1. Akurasi Pemberitaan :

a. Kesesuaian judul berita dengan isi berita

b. Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa

c. Penggunaan data pendukung, kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan

d. Faktualitas berita

2. Fairness/Ketidakberpihakan pemberitaan :

a. Dilihat dari sumber berita yang digunakan

b. Dilihat dari ukuran fisik luas kolom yang digunakan

3. Validitas keabsahan : a. Atribusi

b. Kompetensi sumber berita Berita Kasus

Video Porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan

Cut Tari di Harian Jawa Pos

Edisi 07 Juni Sampai 11 Juni

2010 K E S I M P U L A N A N A L I S I S


(50)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukurannya

Definisi operasional merupakan suatu konsep pengukuran variable-variabel penelitian. Pengukuran variable-variable-variabel penelitian dapat dijelaskan dengan menggunakan indicator-indikator variable penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan data kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif untuk menjelaskan dan menggambarkan kondisi obyek penelitian yang selanjutnya ditarik kesimpulan sebagai suatu cirri dari gambaran tentang kondisi obyek penelitian (Krisyantono, 2006:60). Jenis penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi penelitian yang sisitematis, melukis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat. (Krisyantono, 2006:69)

Dalam pokok penelitian difokuskan pada objektifitas pemberitaan kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang dimuat di surat kabar Jawa Pos pada edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010.

3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita

Dari berita di surat kabar Harian Jawa pos yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar diperoleh hasil akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya sangat bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan kategorisasi yang digunakan oleh


(51)

Rachma Ida, PhD ( Bungin, 2003 : 155-159) untuk menganalisis objektivitas berita yang mengarah pada kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari tersebut. Dengan skala nasional dari sebuah surat kabar harian nasional dengan tiras minimal 100.000 eksemplar.

Kategorisasi Objektivitas pemberitaan menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

3.2.1 Akurasi pemberitaan, meliputi :

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita, konsep ini dibagi dalam dua kategorisasi :

a). Sesuai, bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.

b). Tidak Sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas ada.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Kategori dalam konsep ini, yaitu :

a). Dicantumkan waktu, bila dalam tulisan mencantumkan tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.

b). Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika dalam tulisan itu tidak mencantumkan waktu.


(52)

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistic, foto, ilustrasi gambar dan lain-lain. Konsep ini dibagi :

a) Ada data pendukung, bila tulisan itu dilengkapi dengan salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, tabel statistic (angka-angka) dan data referensi (buku, UU, Peraturan Pemerintah dan lain-lain). b) Tidak ada data pendukung, bila tulisan itu sama sekali tidak

dilengkapi dengan data pendukung.

4) Faktualitas berita. Konsep ini dibagi atas kategori :

a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, maneuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

b) Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita itu tidak terdapat kata-kata opinionative.

3.2.2 Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan, yaitu : a) Seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan

diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

b) Tidak seimbang, yaitu jika masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita.


(53)

2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters kolom) yang dipakai, yaitu :

a) Seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.

b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.

3.2.3 Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari : 1) Atribusi sumber berita. Konsep ini dibagi menjadi :

a) Sumber berita jelas, apabila dalam berita itu sumber berita yang dipakai dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi.

b) Sumber berita tidak jelas, bila dalam berita itu tidak dicantumkan identitas sumber berita.

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa. Kategori ini dibagi dalam :

a) Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan wartawan secara langsung.

b) Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa tersebut (pelaku langsung interaksi social).


(54)

c) Bukan pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru bicara, kapuspen, atau juga pejabat yang berwenang tetapi tidak berada dilokasi ketika peristiwa itu terjadi.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis adalah bagian terkecil dari objek penelitian. Dalam penelitian ini unit analisis hanya dibatasi pada unit referens. Unit penelitian ini adalah setiap dimensi dari objektifitas berita yaitu semua karakteristik atau ciri khusus setiap variable dalam penelitian. Ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah kefaktualan data yang meliputi akurasi, fairness, dan validitas. Dimensi dari objektifitas berita adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyajian suatu berita pada suatu media. Dimensi dari objektifitas berita ini meliputi kefaktualan yang meliputi akurasi (kesesuaian judul, pencantuman waktu, penggunaan data pendukung, pencampuran fakta dan opini), Fairness (sumber berita dan luas kolom), dan Validitas (atribut sumber berita dan kompetensi sumber).

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi dari objek penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita khususnya berita


(55)

penyebaran video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang dimuat di harian Jawa Pos sebanyak 11 berita.

Sampel dalam penelitian ini adalah berita-berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang dimuat di harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010 sebanyak sebelas berita.

Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah besar kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah representative atau mampu mewakili secara keseluruan Henry Subiakto (Kriantono, 2006:151), menyatakan besaran sampel tidak ada ketentuan pastinya, yang penting adalah hasilnya yang representative. Dalam makalah content analysis jika jumlah populasi penelitian cukup besar, maka untuk mempermudah penelitian, dapat mengambil sampel dengan jumlah 50%, 25% atau minimal 10% dari keseluruan populasi

Teknik pengambilan sampel menggunakan penulis total sampling, yaitu sample diambil secara keseluruhan dari jumlah populasi yang didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita. Berita video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Koran Jawa Pos yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Jumlah berita video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Koran harian Jawa Pos sebanyak 11 pemberita. Jadi sample yang diambil adalah 11 sesuai dengan jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sample. Dengan demikian harus dihindari adanya diskriminasi unit populasi antara satu dengan yang lain karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample.


(56)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian penulis diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan semua berita tentang video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010.

Kemudian digunakan lembar koding untuk memasukkan data-data yang telah dikumpulkan sesuai berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah data terkumpul, berikutnya dilakukan proses perhitungan, data dihitung dengan menggunakan tabulasi frekuensi. Dari tabulasi tersebut akan dilakukan perhitungan presentase mengenai kefaktualan data yang meliputi akurasi dan validitas, serta imparsialitas yang meliputi keseimbangan dan netralitas pemberitaan video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari yang dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010.

3.6 Metode Analisi Data

Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu suatu analisis dengan menggunakan angka atau persamaan matematis yang selanjutnya dideskripsikan dalam uraian kalimat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan table frekuensi dan prosentase. Data tersebut dimasukkan dalam kategori-kategori yang ada dan diuraikan dalam lembar koding.


(57)

Data dalam tabulasi selanjutnya dianalisis dan dimaknai berdasarkan kajian pustaka, teori dan data sekunder yang telah ada untuk mengungkapkan objektifitas berita dilihat dari akurasi, fairness, dan validitas.


(58)

(59)

(60)

(61)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Profil Harian Jawa Pos

Jawa Pos didirikan oleh the Chung Shen tanggal 01 Juni 1949. Pada awalnya, ia hanya seorang pegawai sebuah gedung bioskop di Surabaya yang menangani bagian iklan. Tugasnya sehari-hari adalah memasang iklan bioskop di surat kabar.

Hal inilah yang menggugah minatnya untuk membuat surat kabar sendiri. Dari keinginan inilah kemudian lahir Jawa Pos dan Koran berbahasa Mandarin serta Belanda. Namun, ketika memasuki awal tahun 1980-an, usahanya itu mengalami kemerosotan. Dimana oplah Jawa Pos saat ituhanya 6.800 eksemplar, dan Koran lainnya sudah tidak diaktifkan lagi. Karena keadaan buruk yang terjadi pada Jawa Pos dan juga usianya sudah 80 tahun serta tidak ada keinginan dari ketiga anaknya untuk meneruskan usaha ayahnya itulah, maka ia memutuskan untuk menjual usahanya tersebut. Akhirnya, sekitar tahun 1982, Jawa Pos diambil oleh Eric FH Samola yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Utama PT. Grafiti Pers (penerbitan majalah TEMPO).

Dalam upaya membangun kembali Jawa Pos, Eric mengajarkan dan meletakkan dasar-dasar manajemen baru yang lebih baik bagi perkembangan Jawa Pos. Kemudian ia mempercayakan Jawa Pos kepada Dahlan Iskak, yang saat itu menjabat sebagai kepala biro TEMPO di Surabaya sampai sekarang. Kini oplah


(62)

Jawa Pos mencapai 360.000 eksemplar setiap hari di Indonesia. Basisi pemasaran terkuat di Jawa Timur, menyusul perkembangan di Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT hingga Irian Jaya. Orientasi segmentasi Jawa Pos adalah pembaca menengah kebawah hingga menengah keatas.

Seluruh berita yang dimuat dalam harian Jawa Pos dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yaitu :

1. Berita

Didalamnya akan dibagi ke dalam kelompok kecil, meliputi :

a. Nasional

b. Metropolitan

c. Internasional

d. Ekonomi

e. Pendidikan dan Kebudayaan

f. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

g. Kesehatan

h. Olahraga

i. Hiburan

2. Interest

Dibagian interest ini pembaca akan menemukan tulisan yang memiliki materi lebih ringan daripada ragam tulisan yang ada pada halaman utama.

Didalamnya meliputi :


(63)

b. Seluler

c. Muda

d. Keluarga

e. Perempuan

f. Makan dan Plesiran

3. Komunitas

Pada bagian ini pembaca akan disuguhkan dengan informasi yang dikelompokkan dalam :

a. Berita duka

b. Fengshui

c. Horoskop

d. Iklan mini

e. Informasi kerja

f. Konsultasi

g. Kontak jodoh

h. Pasang iklan

i. Seremonia

j. Surat pembaca

4. Berita foto

Berita foto adalah merupakan halaman yang menggabungkan pembaca dengan foto-foto yang berhasil didapatkan oleh wartawan pada saat mereka melakukan liputan suatu acara.


(64)

4.2. Penyajian Data dan Pembahasan

Dalam penelitian ini yang menjadi data penelitian adalah berita-berita mengenai pemberitaan kasus video porno mulai edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010. Berikut rincian berita tentang kasus video porno dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.1. Rincian Berita

No. Edisi Judul Berita

1. 07 Juni 2010 Mangkir dari Tugas Duta WFP

2. 08 Juni 2010 Luna-Ariel Pilih Diam

3.

09 Juni 2010

a. Setelah Luna, Ariel dengan Tari b. Bantah Cabut Karena Skandal c. Mendadak Ajukan Syuting 4.

10 Juni 2010

a. Bareskrim Mabes Polri Turun Tangan b. Kado Terburuk Ultah Anak

c. Bintang Porno Dunia Ingin Bertemu Ariel d. Tari Diberhentikan dari Acara TransTV 5.

11 Juni 2010 a. Lega Suami Tak Percayai Video


(65)

4.2.1 Objektivitas Pemberitaan Tentang Kasus Video Porno Mirip Artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari

Objektivitas dalam penyajian berita merupakan salah satu nilai yang harus dipenuhi oleh jurnalis dalam rangka pemenuhan informasi serta penyampaian informasi yang benar kepada khalayak taupun masyarakat. Teori ini didasari atas pandangan bahwa sebuah kebenaran di media massa tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak saja, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain.

Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Objektivitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain, fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat.

Hanya belakangan ini, muncul suatu wacana yang memandang objektivitas sebagai teori yang dikuduskan oleh para praktisi jurnalis dan dikristalkan sehingga aplikasi dalam profesinya sudah jarang ditemui lagi di media massa. Sesuatu yang ditulis oleh wartawan dan diterbitkan oleh media yang memiliki prestige akan lebih dipercaya oleh khalayak sebagai fakta sehingga memiliki kekuatan untuk menimbulkan opini public di masyarakat.

Keyakinan untuk menyajikan berita yang objektif disampaikan juga oleh Dennis McQuail seorang pakar komunikasi yang mengembangkan konsep objektivitas ini dari pola objektivitas pemberitaan milik Jurgen Wersthelstal dengan membagi dimensi objektivitas ke dalam Imparsial dan Faktual.


(66)

Dalam disertasinya dinyatakan bahwa jurnalis saat ini hanya memandang objektivitas sebagai kepercayaan yang ada namun kurang berperan dalam tindakan praktis sebagai jurnalis dalam menulis berita. Tidak hanya pakar komunikasi dari luar saja yang memiliki ketertarikan terhadap objektivitas pemberitaan, Ashadi Siregar, Henry Subiakto dan Rachma Ida adalah beberapa diantara ahli komunikasi di Indonesia yang mengangkat teori objektivitas pemberitaan sebagai alat ukur untuk memahami media surat kabar harian nasional yang ada di Indonesia.

Berangkat dari pertimbangan yang didasari pada pandangan/paradigma klasik dimana para jurnalis dalam menyajikan berita selalu mengacu pada fakta dan selalu bersifat objektif dalam menyajikan liputan menjadi sebuah berita, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kategorisasi yang dibuat dan digunakan Rachma Ida.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Jawa Pos sebagai subyek penelitian dengan berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos pada edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010. Berita mengenai kasus video porno itu telah menimbulkan perbincangan baik di masyarakat maupun pemerintahan. Mulai pemberitaan tentang beredarnya video porno tersebut sampai Mabes Polri ikut turun tangan.

Mengenai beredarnya video porno mirip artis Luna Maya dan Ariel kemudian disusul lagi beredar video yang sama namun pemain perempuannya adalah Cut Tari seorang artis presenter, dapat mengganggu karir mereka. Hal ini terbukti semenjak kasus video porno tersebut menyeruak di masyarakat, mereka


(67)

telah di berhentikan dari pekerjaanya masing-masing. Beredarnya video tersebut akhirnya sampai ditangani oleh polisi.

Melalui latar belakang diatas, penulis merasa perlu diadakannya sebuah penelitian yang dapat menggambarkan isi yang nampak dari pemberitaan-pemberitaan yang ada di media massa. Terlebih lagi, berita tersebut selalu mengundang kontroversi di kalangan masyarakat sampai pemerintah (Polisi).

Dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif terhadap pemberitaan seputar kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos, mengingat nilainya yang sangat signifikan dalam mempengaruhi opini public. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis dimensi-dimensi yang ada pada objektivitas pemberitaan yakni akurasi pemberitaan, fairness atau ketidakberpihakan dalam menyajikan sumber berita dalam sebuah pemberitaan dan validitas pemberitaan pada berita-berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010.

Melalui dimensi akurasi didapatkan sub dimensi kesesuaian judul berita dengan isi berita. Dikatakan bahwa sebuah judul berita sesuai dengan isi beritanya bilamana dalam isi pemberitaan ditemukan kata-kata yang sama seperti judul ataupun kata-kata yang menerangkan dari judul berita.

Ada tidaknya pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa yang diberitakan yang dapat berupa angka maupun kata-kata yang menunjuk pada tanggal peristiwa.

Penggunaan data pendukung yang dapat berbentuk daftar tabel, foto pendukung berita, ilustrasi gambar serta data-data lain dari sumber yang tekait


(68)

dengan peristiwa yang diberitakan. Yang terakhir adalah ada atau tidaknya pencampuran fakta dan opini.

Melalui dimensi fairness atau ketidakberpihakan didapatkan sub dimensi sisi ketidakberpihakan yang dilihat dari jumlah sumber berita yang digunakan dan sisi ketidakberpihakan yang dilihat dari penggunaan luas kolom pemberitaan.

Melalui dimensi validitas didapatkan sub dimensi atribusi yakni kejelasan data dan identitas terhadap sumber berita yang digunakan sebagai sumber pemberitaan dan sub dimensi tingkat kompetensi sumber berita yang digunakan. 4.2.1.1 Akurasi Pemberitaan

Dalam melihat akurasi pemberitaan suatu berita dalam suatu surat kabar, indicator yang digunakan adalah pencantuman waktu peliputan dan kesesuaian judul isi berita.


(69)

Tabel 4.2

Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kesesuaian Judul dengan Isi Berita

Berita Kasus Video Porno Mirip Artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian

Jawa Pos

Isi Berita

Kode Judul Berita Sesuai Tidak Sesuai

1 Mangkir dari Tugas Duta WFP

2 Luna – Ariel Pilih Diam

3 Setelah Luna, Ariel dengan

Tari

4 Bantah Cabut karena Skandal

5 Mendadak Ajukan Syuting

6 Bareskrin Mabes Polri Turun

Tangan

7 Kado Terburuk Ultah Anak

8 Bintang Porno Dunia Ingin

Bertemu Ariel

9 Tari Diberhentikan dari Acara

TransTV

10 Lega Suami Tak Percayai

Video

11 Album Ditunda, Film Belum

Jelas

F 10 1

Jumlah

% 91 9

Sumber : Data Primer

Akurasi pemberitaan yang ditampilkan mengenai berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di harian Jawa Pos masih belum memenuhi kategori yang akurat. Dari hasil penelitian penulis menggambarkan Harian Jawa Pos dalam pemberitaan Kasus Video Porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari masih terdapat adanya ketidaksesuaian judul berita dengan isi berita, meskipun prosentasenya kecil hanya sebesar 9 %, hal ini tentu dapat membingungkan pembaca. Sebab judul berita mempresentasikan makna dari isi pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Kesesuaian judul dalam hal ini


(70)

mengacu pada aspek relevansi, yakni kalimat judul yang ada merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau pada bagian isi terdapat penjelasan dari judul dengan inti yang sama. Tidak adanya kesesuaian judul dan isi berita terdapat pada edisi 10 Juni yang berjudul :

Kode berita no.8

Bintang Porno Dunia Ingin Bertemu Ariel “

“ Jika Ariel dan Luna Maya datang ke Amerika, saya akan ajak mereka berdua syuting film seks bersama.” (Paragraf 6, Baris 3)

Kutipan diatas menunjukkan keinginan untuk mengajak Ariel dan Luna Maya main film seks bersama, jadi inti dari isi berita tersebut bukan seakan-akan ingin bertemu Ariel.

Unsur penting lainnya dalam melihat akurasi pemberitaan adalah pencantuman waktu terjadinya peristiwa.


(71)

Tabel 4.3

Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Berita Kasus Video Porno Mirip Artis

Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos

Pencantuman Waktu Kode Judul Berita Ada Tidak Ada

1 Mangkir dari Tugas Duta WFP

2 Luna – Ariel Pilih Diam

3 Setelah Luna, Ariel dengan

Tari

4 Bantah Cabut karena Skandal

5 Mendadak Ajukan Syuting

6 Bareskrin Mabes Polri Turun

Tangan

7 Kado Terburuk Ultah Anak

8 Bintang Porno Dunia Ingin

Bertemu Ariel

9 Tari Diberhentikan dari Acara

TransTV

10 Lega Suami Tak Percayai

Video

11 Album Ditunda, Film Belum

Jelas

F 10 1

Jumlah

% 91 9

Sumber : Data Primer

Dari hasil penelitian penulis menggambarkan Harian Jawa Pos dalam pemberitaan kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari masih terdapat berita yang tidak mencantumkan waktu peliputan berita, meskipun prosentasenya kecil hanya sebesar 9 %, hal ini tentu dapat menimbulkan pertanyaan bagi pembaca, tentang kapan informasi itu didapat ? benarkah informasi tersebut didapat oleh wartawan dari hasil liputan sendiri, atau informasi dari hasil liputan rekan seprofesinya. Tidak terdapat pencantuman waktu itu adalah edisi 10 Juni yang berjudul :


(72)

Kode berita no.9

“ Tari Diberhentikan dari Acara Trans TV “

Cut Tari yang tersandung kasus dugaan video porno dengan Ariel, mantan vokalis Peterpan, diberhentikan sebagai presenter gossip di Trans TV. Pemberhentian tersebut berlaku hingga waktu yang tidak ditentukan. (Paragraf 1, Baris 1)

Dicantumkan waktu, yaitu apabila dalam tulisan mencantumkan tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu kejadian atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal atau dengan kata-kata menunjukkan adanya tanggal kejadian dan peristiwa. Umumnya pada berita tersebut di Harian Jawa Pos menggunakan format penunjuk waktu kejadian dengan angka (07/6), (11/6). Seperti pada contoh yang menggunakan pencantuman waktu kejadian, sebagai berikut :

Kode berita no.1

“ Mangkir Dari Tugas Duta WFP ”

Menurut pihak WFP, perempuan 26 tahun itu memilih mangkir alias absent dari acara yang digelar WFP kemarin (6/6). (Paragraf 2, Baris 7)

Kode berita no.2

“ Luna – Ariel Pilih Diam ”

Pasangan kekasih Luna Maya dan Ariel memilih diam. Menanggapi beredarnya video porno dengan pemain mirip mereka, Luna dan Ariel tak mau memberikan komentar. Luna bahkan merasa perlu membawa dua bodyguard untuk melindunginya dari wartawan yang sudah menunggu di studio RCTI, tempatnya memandu acara Dahsyat, kemarin (7/6). (Paragraf 1, Baris 12)


(73)

Tabel 4.4

Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung

Berita Kasus Video Porno Mirip Artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian

Jawa Pos

Data Pendukung Kode Judul Berita Ada Tidak Ada

1 Mangkir dari Tugas Duta WFP Foto

2 Luna – Ariel Pilih Diam Foto

3 Setelah Luna, Ariel dengan

Tari

Foto

4 Bantah Cabut karena Skandal Foto

5 Mendadak Ajukan Syuting Foto

6 Bareskrin Mabes Polri Turun

Tangan

7 Kado Terburuk Ultah Anak Foto

8 Bintang Porno Dunia Ingin

Bertemu Ariel

9 Tari Diberhentikan dari Acara

TransTV Foto

10 Lega Suami Tak Percayai

Video Foto

11 Album Ditunda, Film Belum

Jelas

F 8 3

Jumlah

% 73 27

Sumber : Data Primer

Penggunaan data pendukung dalam berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos juga telah menampilkan adanya bentuk penyajian berita yang objektif dengan73 % berita yang menjadi sample penelitian telah menggunakan foto untuk menjadi sumber tambahan dari berita yang disajikan. Sisa 27 % lainnya belum menggunakan data pendukung dalam menyajikan pemberitaan seputar kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos.


(74)

Hampir dari seluruh data pendukung yang di cantumkan Jawa Pos menggunakan foto-foto yang mendukung berita tersebut. Seperti contoh sebagai berikut :

Kode berita no. 2

“ Luna – Ariel Pilih Diam”

Disini Jawa Pos menampilkan foto Luna Maya dan Ariel. Kode berita no. 10

“ Lega Suami Tak Percayai Video “

Disini Jawa Pos juga menampilkan foto Cut Tari dan Joesoef Subrata (Suami Cut Tari)


(75)

Tabel 4.5

Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Faktualitas Berita Berita Kasus Video Porno Mirip Artis

Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos

Pencampuran antara fakta dan opini jurnalis

Kode Judul Berita Ada kata-kata opinionative

Tidak ada

1 Mangkir dari Tugas Duta

WFP

2 Luna – Ariel Pilih Diam Terdapat kata

“ seolah ” di paragraf 3, baris 1

3 Setelah Luna, Ariel dengan

Tari

Terdapat kata “diduga “ di paragraf 14, baris 2 4 Bantah Cabut karena

Skandal

5 Mendadak Ajukan Syuting Terdapat kata

“ terkesan ” di paragraf 4, baris 3

6 Bareskrin Mabes Polri Turun

Tangan

Terdapat kata “ mungkin ” di paragraf 2, baris 7

7 Kado Terburuk Ultah Anak

8 Bintang Porno Dunia Ingin

Bertemu Ariel

9 Tari Diberhentikan dari

Acara TransTV

10 Lega Suami Tak Percayai

Video

11 Album Ditunda, Film Belum

Jelas

Terdapat kata “ diduga “ di paragraf 1, baris 8

F 5 6

Jumlah

% 45 55

Sumber : Data Primer

Dalam dimensi faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan dalam menulis berita kasus video porno mirip artsi Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos, indikatornya pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan,


(1)

(2)

(3)

(4)

Berdasarkan hasil analisis tentang objektivitas terhadap berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos pada edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Akurasi pemberitaan surat kabar dalam memuat berita kasus video

porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos telah memenuhi teori objektivitas pemberitaan karena telah terdapat kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, terdapat data pendukung serta tidak adanya pencampuran antara fakta dan opini dalam jumlah yang dominan.

2. Fairness (ketidakberpihakan) pemberitaan seputar berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos masih belum tergolong objektif karena baik dari sisi sumber berita dan sisi luas kolom yang digunakan dalam memberitakan suatu peristiwa masih belum cover both side dari sisi luas masing-masing pihak yang diberitakan masih tidak seimbang.

3. Validitas (keabsahan) berita yang ditulis sebagai berita kasus video porno mirip artis Luna maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos baik dalam kejelasan data sumber berita yang digunakan maupun dari kompetensi pihak yang menjadi sumber berita sudahlah valid dan merefleksikan prinsip objektivitas dalam sumber berita.


(5)

80

Jadi dari penelitian pemberitaan kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010 tidak objektif, karena masih belum memenuhi unsur-unsur objektivitas.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis isi terhadap objektivitas berita kasus video porno mirip artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos pada edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Mengingat berita yang disajikan dalam Harian Jawa Pos masih ada yang kurang objektif maka sebaiknya pihak redaksi lebih meningkatkan kualitas pemberitaan sehingga didapat suatu berita yang objektif. Dengan demikian nantinya berita yang disajikan akan menjadi lebih berbobot dan semakin menarik.

2. Mengingat masih terdapat dimensi fairness yang masih tidak memenuhi syarat objektivitas, melalui jurnalis maupun editornya, Jawa Pos sebaiknya lebih meningkatkan kualitas pemberitaannya, sekaligus koreksi terhadap berita yang disajikan agar tetap berjalan atas prinsip ketidakberpihakan / fairness.


(6)

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, 1991

Rakhmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001

Effendy, Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cetak, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Kusumaningrat, Hikmat, dan Purnama, Jurnalistik : Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktek, Bandung : Simbiosa Rekataman Media, 2006

Djuroto, Totok, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000

Rivers, Milliam L, dan Clave Mathews, Etika Media Massa dan Kecenderungan Untuk Melanggarnya, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana, 2006 Suhandang, Kustadi, Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasidan Kode Etik,

Bandung : Penerbit Nuansa, 2004

Flournoy, Don Michael, Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1986


Dokumen yang terkait

ETIKA JURNALISME DALAM PEMBERITAAN VIDEOMIRIP ARTIS ETIKA JURNALISME DALAM PEMBERITAAN VIDEO MIRIP ARTIS (Analisis Isi Pemberitaan Video Mirip Nazril Irham dan Luna Maya di SKH Radar Jogja Edisi 5 – 19 Juni 2010).

0 2 14

PENDAHULUAN ETIKA JURNALISME DALAM PEMBERITAAN VIDEO MIRIP ARTIS (Analisis Isi Pemberitaan Video Mirip Nazril Irham dan Luna Maya di SKH Radar Jogja Edisi 5 – 19 Juni 2010).

0 2 43

PENUTUP ETIKA JURNALISME DALAM PEMBERITAAN VIDEO MIRIP ARTIS (Analisis Isi Pemberitaan Video Mirip Nazril Irham dan Luna Maya di SKH Radar Jogja Edisi 5 – 19 Juni 2010).

0 2 5

OBJEKTIFITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN BONEK (Analisis isi tentang objektivitas berita bonek di harian jawa pos edisi 24 januari sampai 30 januari 2010).

0 1 82

OBJEKTIVITAS BERITA KEBAKARAN DISKOTEK redboXX di SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Berita Kebakaran Diskotek RedboXX di Surabaya Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 26 Juni-1 Juli 2010).

0 2 132

SIKAP PELAJAR SMU SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “ VIDEO PORNO ARIEL LUNA MAYA DAN CUT TARI” (Studi Deskriptif Sikap Pelajar SMU Surabaya Terhadap Pemberitaan Video Porno Ariel Luna Maya dan Cut Tari di Surat Kabar Jawa Pos).

0 1 84

OBJEKTIVITAS BERITA KEBAKARAN DISKOTEK redboXX di SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Berita Kebakaran Diskotek RedboXX di Surabaya Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 26 Juni-1 Juli 2010)

0 0 20

OBJEKTIVITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN KASUS VIDEO PORNO (Analisis Isi Tentang Objektivitas Berita Video Porno mirip Artis Luna Maya, Ariel, dan Cut Tari di Harian Jawa Pos Edisi 07 Juni sampai 11 Juni 2010)

0 0 20

OBJEKTIFITAS JAWA POS DALAM PEMBERITAAN BONEK (Analisis isi tentang objektivitas berita bonek di harian jawa pos edisi 24 januari sampai 30 januari 2010)

1 5 19

SIKAP PELAJAR SMU SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “ VIDEO PORNO ARIEL LUNA MAYA DAN CUT TARI” (Studi Deskriptif Sikap Pelajar SMU Surabaya Terhadap Pemberitaan Video Porno Ariel Luna Maya dan Cut Tari di Surat Kabar Jawa Pos)

0 1 23