52
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Pengumpulan Data Data mengenai perhitungan kinerja keuangan berupa rasio solvabilitas
yang terdiri dari total hutang dan total modal dapat dilihat pada lampiran II. Rasio likuiditas yang terdiri dari aktiva lancar dan kewajiban lancar
dapat dilihat pada lampiran III. Rasio profitabilitas yang terdiri dari laba bersih setelah pajak dan total aktiva dapat dilihat pada lampiran IV. Data
mengenai reaksi pasar berupa return saham dari masing-masing perusahaan dapat dilihat pada lampiran V. Data mengenai pengungkapan
sustainability report berupa total pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan standar yang telah ditetapkan oleh GRI pada bagian
lampiran VI. Data mengenai pengklasifikasian rasio solvabilitas dapat dilihat pada lampiran VII. Data mengenai pengklasifikasian rasio likuiditas
dapat dilihat pada lampiran VIII. Data mengenai pengklasifikasian rasio profitabilitas dapat dilihat pada lampiran IX. Data mengenai
pengklasifikasian reaksi pasar dapat dilihat pada lampiran X. Data mengenai pengklasifikasian pengungkapan SR SRDI dapat dilihat pada
lampiran XI. Data mengenai analisis tabulasi silang dapat dilihat pada lampiran XII.
2. Perhitungan Kinerja Keuangan a. Current Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan current ratio perusahaan: Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Current Ratio
No. Kode
Emiten 2010 2011 2012
2013 2014
1. ANTM
3,88 1,08
2,51 1,84
1,64 2.
ASII 1,28
1,34 1,40
1,24 1,32
3. INDY
3,52 1,43
1,29 2,19
2,10 4.
INKP 1,01
1,06 1,68
1,46 1,38
5. PGAS
3,43 5,50
4,20 2,01
1,71 6.
PTBA 5,79
4,62 4,87
2,87 2,08
7. PTRO
1,05 0,94
1,32 1,55
1,64 8.
SMCB 1,66
1,47 1,40
0,64 0,60
9. SMGR
2,92 2,65
1,71 1,88
2,21 10.
TLKM 0,91
0,96 1,16
1,16 1,06
11. UNSP
0,53 0,40
1,26 0,54
0,34 12.
WIKA 1,36
1,14 1,10
1,10 1,12
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
b. Debt to Equity Ratio Berikut ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio perusahaan:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio
No. Kode
Emiten 2010
2011 2012
2013 2014
1. ANTM
0,27 0,41
0,54 0,71
0,85 2.
ASII 0,92
1,03 1,03
1,02 0,96
3. INDY
1,10 0,78
1,31 1,44
1,51 4.
INKP 1,95
2,12 2,21
1,95 1,71
5. PGAS
1,12 0,81
0,66 0,62
1,10 6.
PTBA 0,35
0,41 0,50
0,55 0,71
7. PTRO
0,84 1,37
1,83 1,58
1,43 8.
SMCB 0,53
0,45 0,45
0,70 0,96
9. SMGR
0,28 0,35
0,46 0,41
0,37 10.
TLKM 0,78
0,69 0,66
0,65 0,64
11. UNSP
1,17 1,06
1,40 2,70
3,20 12.
WIKA 2,28
2,75 2,89
2,90 2,20
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
c. Return on Asset Berikut ini adalah hasil perhitungan return on asset perusahaan:
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Return on Asset
No. Kode
Emiten 2010
2011 2012
2013 2014
1. ANTM
0,14 0,13
0,15 0,02
-0,04 2.
ASII 0,15
0,14 0,12
0,10 0,09
3. INDY
0,07 0,07
0,04 -0,02
-0,01 4.
INKP 0,02
0,03 0,07
0,03 0,02
5. PGAS
0,20 0,19
0,23 0,19
0,12 6.
PTBA 0,23
0,27 0,23
0,16 0,14
7. PTRO
0,19 0,14
0,09 0,03
0,05 8.
SMCB 0,08
0,10 0,11
0,06 0,04
9. SMGR
0,24 0,20
0,19 0,17
0,16 10.
TLKM 0,16
0,15 0,16
0,16 0,15
11. UNSP
0,04 0,04
-0,06 -0,14
-0,04 12.
WIKA 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
3. Pengungkapan Sustainability Report SRDI Berikut ini adalah hasil perhitungan indeks pengungkapan sustainability
report SRDI perusahaan:
Tabel 5.4 Sustainability Report Disclosure Index SRDI Perusahaan
No Kode
Emiten Periode
Standar Item yang
diungkapkan STANDAR
G3,G3.1,G4 SRDI
1. ANTM
2010 G3.1
83 84
0,9881 2011
G3.1 83
84 0,9881
2012 G3.1
84 84
1,0000 2013
G4 48
91 0,5275
2014 G4
46 91
0,5055
2. ASII
2010 G3.1
59 84
0,7024 2011
G3.1 65
84 0,7738
2012 G3.1
65 84
0,7738 2013
G4 26
91 0,2857
2014 G4
23 91
0,2527
3. INDY
2010 G3
79 79
1,0000 2011
G3.1 83
84 0,9881
2012 G3.1
79 84
0,9405 2013
G4 21
91 0,2308
2014 G4
10 91
0,1099
4. INKP
2010 G3.1
84 84
1,0000 2011
G3.1 84
84 1,0000
2012 G3.1
83 84
0,9881 2013
G3.1 83
84 0,9881
2014 G3.1
83 84
0,9881
5. PGAS
2010 G3
55 79
0,6962 2011
G3.1 65
84 0,7738
2012 G3.1
77 84
0,9167 2013
G4 43
91 0,4725
2014 G4
44 91
0,4835
6. PTBA
2010 G3
79 79
1,0000 2011
G3.1 81
84 0,9643
2012 G3.1
83 84
0,9881 2013
G4 47
91 0,5165
2014 G4
14 91
0,1538
7. PTRO
2010 G3
79 79
1,0000 2011
G3.1 45
84 0,5357
2012 G3.1
45 84
0,5357 2013
G3.1 50
84 0,5952
2014 G4
16 91
0,1758
Tabel 5.4 Sustainability Report Disclosure Index SRDI Perusahaan Lanjutan
No Kode
Emiten Periode
Standar Item yang
diungkapkan STANDAR
G3,G3.1,G4 SRDI
8. SMCB
2010 G3
61 79
0,7722 2011
G3.1 62
84 0,7381
2012 G3.1
46 84
0,5476 2013
G4 77
91 0,8462
2014 G4
36 91
0,3956
9. SMGR
2010 G3
78 79
0,9873 2011
G3.1 83
84 0,9881
2012 G3.1
84 84
1,0000 2013
G4 60
91 0,6593
2014 G4
48 91
0,5275
10. TLKM
2010 G3.1
84 84
1,0000 2011
G3.1 58
84 0,6905
2012 G3.1
75 84
0,8929 2013
G4 32
91 0,3516
2014 G4
32 91
0,3516
11. UNSP
2010 G3.1
57 84
0,6786 2011
G3.1 50
84 0,5952
2012 G4
40 91
0,4396 2013
G4 40
91 0,4396
2014 G4
22 91
0,2418
12. WIKA
2010 G3
70 79
0,8861 2011
G3.1 82
84 0,9762
2012 G3.1
46 84
0,5476 2013
G4 21
91 0,2308
2014 G4
35 91
0,3846
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
4. Perhitungan Reaksi Pasar Berikut ini hasil perhitungan reaksi pasar perusahaan:
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Reaksi Pasar
No. Kode
Emiten 2010
2011 2012
2013 2014
1. ANTM
11,36 -33,88
-20,99 -14,84
-2,29 2.
ASII 57,20
35,66 2,70
-10,53 9,19
3. INDY
112,36 -53,97
-34,71 -58,45 -13,56
4. INKP
-5,75 -25,00
-44,72 105,88 -25,36
5. PGAS
13,46 -28,25
44,88 -2,72
34,08 6.
PTBA 33,04
-24,40 -12,97
-32,45 22,55
7. PTRO
188,89 27,69
-60,24 -12,88 -19,57
8. SMCB
45,16 -3,33
33,33 -21,55
-3,96 9.
SMGR 25,17
21,16 38,43
-10,73 14,49
10. TLKM
-15,87 -11,32
-74,33 18,78
33,26 11.
UNSP -32,76
-26,92 -67,37
-46,24 0,00
12. WIKA
109,23 -10,29
142,62 6,76 132,91
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
5. Analisis Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Hasil pengujian statistik deskriptif variabel kinerja keuangan,
pengungkapan sustainability report, dan reaksi pasar dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan 1. Statistik Deskriptif Current Ratio
Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif dari current ratio.
Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Current Ratio
Current Ratio N
Valid 60
Missing
Mean 1.8249
Range 5.45
Minimum .34
Maximum 5.79
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.6 terdapat 60 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa tidak ada data yang
bernilai nol atau terlewat hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 5,45 yang
menunjukkan sebaran data current ratio.
a Current Ratio Terendah Berdasarkan tabel 5.6 nilai current ratio terendah adalah 0,34.
Nilai current ratio tersebut diperoleh dari PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk pada tahun 2014. Current ratio menjelaskan
seberapa besar ketersediaan aktiva lancar dapat menjamin pembayaran hutang lancar pada saat jatuh tempo. Nilai current
ratio yang diperoleh perusahaan sebesar 0,34 atau kurang dari 200 mempunyai arti bahwa perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo karena hutang lancar yang dimiliki perusahaan jumlahnya
melebihi aktiva lancar. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan current ratio
PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk yang terendah terjadi pada periode 2014 dimana pada periode tahun 2010-2014 mengalami
perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 current ratio yang dimiliki perusahaan tersebut adalah 0,53, pada tahun 2011
mengalami penurunan menjadi 0,40, pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 1,26, kemudian pada tahun
2013 mengalami penurunan menjadi 0,54, dan pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 0,34.
b Current Ratio Tertinggi Berdasarkan tabel 5.6 nilai current ratio tertinggi adalah 5,79.
Nilai current ratio tersebut diperoleh dari PT. Bukit Asam
Persero Tbk pada tahun 2010. Current ratio menjelaskan seberapa besar aktiva lancar dapat menutupi kewajiban-
kewajiban lancar. Nilai current ratio yang diperoleh perusahaan sebesar 5,79 atau diatas 200 mempunyai arti bahwa
perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar karena aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan jumlahnya melebihi hutang lancar. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai current
ratio PT. Bukit Asam Persero Tbk selama tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010
current ratio yang dimiliki perusahaan tersebut adalah 5,79, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 4,62, pada
tahun 2012 menjadi 4,87, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 2,87, kemudian pada tahun 2014
menjadi 2,08. Secara umum, perkembangan current ratio perusahaan non-
keuangan selama periode 2010-2014 mengalami fluktuasi. Perusahaan yang memiliki nilai current ratio rendah
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki aktiva lancar yang kecil untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Perusahaan yang memiliki current ratio rendah biasanya terindikasi mempunyai masalah likuidasi yang belum
terselesaikan. Sebaliknya, semakin tinggi current ratio
perusahaan berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
namun tidak semua perusahaan dengan current ratio tinggi selalu baik karena menunjukkan perusahaan akan lebih
cenderung memanfaatkan kelebihan uang kas aktiva lancar yang menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. c Klasifikasi Current Ratio
Menurut Hery 2016:153 standar rasio lancar yang baik untuk perbandingan antara total aset lancar dengan total kewajiban
lancar adalah 200 atau 2:1. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu, perusahaan sudah dapat dikatakan berada
dalam posisi aman. Secara historis, perusahaan yang memiliki current ratio di bawah 2,0 menggambarkan bahwa perusahaan
tersebut kemungkinan
memiliki masalah
likuiditas. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka klasifikasinya terbagi
menjadi 2 kategori yaitu: Baik
≥2,0 : 1
Buruk 2,0
: 2
Berikut adalah tabel current ratio setelah diklasifikasikan.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.7 di atas terdapat 17 perusahaan atau 28,3 yang memiliki nilai current ratio baik dan sebanyak 43 perusahaan atau
71,7 memiliki nilai current ratio buruk.
2. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif dari debt to equity
ratio.
Tabel 5.8 Statistik Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio N
Valid 60
Missing
Mean 1.1438
Range 2.92
Minimum .27
Maximum 3.20
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.8 terdapat 60 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa tidak ada data yang
bernilai nol atau data yang terlewat hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 2,92 yang
menunjukkan sebaran data debt to equity ratio.
Tabel 5.7 Tabel Frekuensi Current Ratio
Frequency Percent
Baik 17
28,3 Buruk
43 71,7
Total 60
100,0
a Debt to Equity Ratio Terendah Berdasarkan tabel 5.8 nilai debt to equity ratio DER terendah
adalah 0,27. Nilai DER tersebut diperoleh dari PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2010. DER menjelaskan bahwa
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal pemilik sebagai jaminan kepada pihak luar.
Nilai DER yang diperoleh perusahaan sebesar 0,27 mempunyai arti bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan modal pemilik sebagai jaminan kepada pihak luar, dengan begitu akan lebih aman bagi
kreditor apabila memberikan pinjaman karena perusahaan memiliki nilai DER yang rendah yang berarti akan semakin besar
jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai DER PT. Aneka Tambang Tbk selama tahun 2010-2014 mengalami
perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai debt to equity ratio yang dimiliki perusahaan adalah 0,27, pada tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi 0,41, pada tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 0,54, kemudian pada
tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 0,71, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali menjadi 0,85.
b Debt to Equity Ratio Tertinggi Berdasarkan tabel 5.8 nilai debt to equity ratio DER yang
tertinggi adalah 3,20. Nilai DER tersebut diperoleh dari PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk pada tahun 2014. DER
menjelaskan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal pemilik sebagai
jaminan kepada pihak luar. Nilai DER yang dimiliki perusahaan sebesar 3,20 mempunyai arti bahwa perusahaan memiliki
kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya
dengan menggunakan modal pemilik sebagai jaminan kepada pihak luar,
dengan begitu akan lebih aman bagi kreditor apabila memberikan pinjaman karena perusahaan memiliki nilai DER yang rendah
yang berarti akan semakin besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai DER PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk selama tahun 2010-2014
mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 DER yang dimiliki perusahaan tersebut adalah 1,17, sedangkan tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 1,06, sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 1,40, kemudian pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi 2,70, dan tahun 2014 mengalami peningkatan kembali menjadi 3,20.
Secara umum, DER perusahaan non-keuangan selama periode tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif.
Perusahaan yang mempunyai nilai DER rendah menunjukkan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya dengan
menggunakan modal pemilik sebagai jaminan akan mengurangi risiko kreditor saat perusahaan mengalami kegagalan keuangan.
Sebaliknya, jika perusahaan memiliki nilai DER yang tinggi akan menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk menanggung
risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami kegagalan keuangan.
c Klasifikasi Debt to Equity Ratio Menurut Hery 2016:169 semakin tinggi debt to equity ratio
DER maka berarti semakin kecil jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Ketentuan umumnya
adalah bahwa debitor seharusnya memiliki DER kurang dari 0,5. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka klasifikasinya terbagi
menjadi 2 kategori, yaitu: Baik
≤0,5 : 1 Buruk
0,5 : 2
Berikut adalah tabel debt to equity ratio setelah diklasifikasikan.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.9 di atas terdapat 12 perusahaan atau 20,0 yang memiliki nilai debt to equity ratio baik dan sebanyak 48 perusahaan
atau 80,0 memiliki nilai debt to equity ratio buruk.
3. Statistik Deskriptif Return on Assets Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif dari return on asset.
Tabel 5.10 Analisis Statistik Deskriptif Return on Assets
Return on Asset N
Valid 60
Missing
Mean .1001
Range
.41
Minimum -.14
Maximum .27
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.10 terdapat 60 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa tidak ada data yang
bernilai nol atau data yang terlewat hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 0,41 yang
menunjukkan sebaran data return on assets.
Tabel 5.9 Tabel Frekuensi Debt to Equity Ratio
Frequency Percent
Baik 12
20,0 Buruk
48 80,0
Total 60
100,0
a Return on Asset Terendah Berdasarkan tabel 5.10 nilai return on asset ROA terendah
adalah -0,14. Nilai return on asset tersebut diperoleh oleh PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk pada tahun 2013 yang berarti
setiap Rp1,- dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan tidak mendapatkan keuntunganrugi. Return on asset mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
ROA yang negatif disebabkan karena laba perusahaan berada dalam kondisi negatif rugi.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai return on asset PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk yang terendah terjadi
pada tahun 2013 dimana pada tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal tersebut terlihat dari nilai
ROA yang dimiliki perusahaan pada tahun 2010 return on asset yang dimiliki perusahaan tersebut adalah 0,04, pada tahun 2011
return on asset tidak mengalami perkembangan dan tetap 0,04, pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi -6,00, kemudian
pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi -0,14, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi -0,04.
b Return on Asset Tertinggi Berdasarkan tabel 5.10 nilai return on asset ROA tertinggi
adalah 0,27. ROA mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan
perusahaan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aktiva.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai ROA PT. Bukit Asam Tbk mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal tersebut terlihat
dari nilai ROA yang dimiliki oleh perusahaan pada tahun 2010 sebesar 0,23, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi
0,27, kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 0,23 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi
0,16 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,14. Secara umum, ROA perusahaan non-keuangan selama periode
tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Semakin tinggi ROA, maka semakin efisien operasional
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai nilai ROA tinggi berarti perusahaan dianggap mampu menghasilkan laba
perusahaan yang tinggi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki nilai ROA yang rendah hal tersebut dapat disebabkan perusahaan
sedang melakukan restrukturisasi keuangan seperti restrukturisasi
hutang untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau investasi yang berdampak pada kelangsungan kinerja perusahaan jangka
panjang. c Klasifikasi Return on Asset
Menurut Hery 2016:193 standar rasio profitabilitas adalah sebesar 20 atau 0,2 dimana semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik pula kinerja perusahaan terutama dalam pengembalian investasi yang diperoleh. Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka klasifikasinya terbagi menjadi 2 kategori: Baik
≥0,2 : 1 Buruk
0,2 : 2 Berikut adalah tabel return on asset setelah diklasifikasikan.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.11 di atas terdapat 7 perusahaan atau 11,7 yang memiliki nilai return on asset baik dan sebanyak 53 perusahaan atau
88,3 memiliki nilai return on asset buruk.
Tabel 5.11 Tabel Frekuensi Return on Asset
Frequency Percent
Baik 7
11,7 Buruk
53 88,3
Total 60
100,0
4. Statistik Deskriptif Sustainability Report Disclosure Index Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif dari SRDI.
Tabel 5.12 Statistik Deskriptif SRDI SRDI
N
Valid 60
Missing
Mean .6835
Range
.8901
Minimum .1099
Maximum
1.0000
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.12 terdapat 60 data valid dan tidak ada data yang missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa tidak ada data yang
bernilai nol atau terlewat hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 0,89 yang menunjukkan
sebaran data pengungkapan sustainability report. Pengungkapan sustainabiliy report diukur dengan Sustainability
Reporting Disclosure Index SRDI. Semakin besar SRDI pada suatu perusahaan berarti semakin luas tingkat pengungkapan sustainability
report yang dilakukan perusahaan tersebut. Angka SRDI berkisar dari 0 sampai dengan 1. Pengklasifikasian SRDI dapat dilakukan dengan
melihat dsitribusi frekuensi variabel pengungkapan sustainability report.
Secara visual, pengungkapan sustainability report dapat dijelaskan dengan gambar histogram berikut.
Gambar 5.1: Histogram SRDI
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan gambar 5.1, distribusi frekuensi variabel pengungkapan sustainability report SR menunjukkan bahwa cukup banyak
perusahaan yang telah mengungkapkan SR dengan SRDI sebesar 1 atau mendekati 1. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak perusahaan
yang sudah mengungkapkan SR secara lengkap. Dari distribusi frekuensi variabel pengungkapan SR tersebut kemudian Pattiasina
2016 mengklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu: a Pengungkapan SR dengan SRDI 0,000 - 0,399
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pengungkapan SR, perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan SR dengan
SRDI sebesar 0,000 – 0,399 berjumlah 12 perusahaan 20 dari
populasi sasaran. b Pengungkapan SR dengan SRDI sebesar 0,400
– 0,799 Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pengungkapan SR,
perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan SR dengan SRDI sebesar 0,400
– 0,799 berjumlah 24 perusahaan 40 dari populasi sasaran.
c Pengungkapan SR dengan SRDI sebesar 0,800 – 1,0000
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pengungkapan SR, perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan SR dengan
SRDI sebesar 0,800 – 1,0000 berjumlah 24 perusahaan 40 dari
populasi sasaran. Berikut adalah tabel SRDI setelah diklasifikasikan.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.13 di atas terdapat sejumlah 12 perusahaan 20,0 memiliki tingkat pengungkapan SR yang rendah, sedangkan
sebanyak 24 perusahaan 40,0 memiliki tingkat pengungkapan SR sedang dan sebanyak 24 perusahaan memiliki tingkat SR tinggi.
Tabel 5.13 Tabel Frekuensi SRDI
Frequency Percent
0,000-0,399 12
20,0 0,400-0,799
24 40,0
0,800-1,000 24
40,0 Total
60 100,0
5. Statistik Deskriptif Return Saham
Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif dari return saham.
Tabel 5.14 Statistik Deskriptif Return Saham
Return Saham N
Valid 60
Missing
Mean
7.6347
Range 263.22
Minimum -74.33
Maximum 188.89
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.14, terdapat 60 data valid dan tidak ada data yang missing. Data missing 0 menjelaskan bahwa idak ada data yang
bernilai nol atau terlewat hilang. Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 263,22 yang
menunjukkan sebaran data return saham. a Return Saham Terendah
Berdasarkan tabel 5.14 return saham terendah adalah -74,33. Nilai return saham tersebut diperoleh oleh perusahaan PT.
Telkom Indonesia Tbk pada tahun 2012. Return saham adalah tingkat pengembalian hasil yang diperoleh investor dari sejumlah
dana yang diinvestasikan. Nilai return saham sebesar -74,33 menunjukkan bahwa secara umum harga saham PT. Telkom
Indonesia Tbk mengalami penurunan di tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan
return saham PT. Telkom Indonesia Tbk yang terendah terjadi di
tahun 2012 dimana pada periode 2010-2014 perusahaan mengalami tren yang fluktuatif. Pada tahun 2010 return saham
yang diperoleh perusahaan tersebut adalah -15,87, sedangkan tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi -11,32, dan tahun
2012 mengalami penurunan harga saham drastis yang mengakibatkan return menjadi menurun drastis menjadi -
74,33, kemudian di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 18,78, dan mengalami peningkatan kembali tahun
2014 menjadi 33,26. b Return Saham Tertinggi
Berdasarkan tabel 5.14 return saham tertinggi adalah 188,89. Nilai return saham tersebut diperoleh oleh perusahaan PT.
Petrosea Tbk tahun 2010. Return saham adalah tingkat pengembalian hasil yang diperoleh investor dari sejumlah dana
yang diinvestasikan. Nilai return saham sebesar 188,89 memiliki arti bahwa investor memperoleh keuntungan dalam
investasinya capital gain. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai return
saham PT. Petrosea Tbk selama tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 return saham
yang diperoleh perusahaan tersebut adalah 188,89, di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 27,69, dan tahun 2012
mengalami penurunan drastis menjadi -60,24, sedangkan tahun
2013 mengalami peningkatan menjadi -12,88, dan tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi -19,57.
Secara umum, return saham pada populasi sasaran perusahaan non-keuangan
selama periode
2010-2014 mengalami
perkembangan yang fluktuatif. Perusahaan yang mempunyai return saham rendah berarti investor tersebut mengalami
kerugian atas dana yang diinvestasikan pada perusahaan tersebut karena harga saham yang cenderung menurun. Sebaliknya, return
saham yang tinggi menandakan investor mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan pada perusahaan
tersebut. c Klasifikasi Return Saham
Terdapat kesepakatan tidak tertulis yang menyatakan bahwa prediksi
return saham
biasanya 20
Rudiyanto.blog.kontan.co.idBerapa_asumsi_return_saham_ya ng_wajar. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka klasifikasinya
terbagi menjadi 2 kategori: Rendah
20: 1 Tinggi
≥20: 2
Berikut adalah tabel return saham setelah diklasifikasikan.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.15 di atas terdapat sejumlah 41 perusahaan 68,3 memiliki reaksi pasar yang rendah, sedangkan sebanyak 19
perusahaan 31,7 memiliki reaksi pasar tinggi.
6. Analisis Tabulasi Silang Crosstabs
a Analisis Tabulasi Silang Antara Current Ratio CR dan Reaksi Pasar Berikut merupakan tabel output analisis tabulasi current ratio dengan
reaksi pasar.
Tabel 5.16 Tabulasi Silang Current Ratio dengan Reaksi Pasar Klasifikasi CR
Total Baik
Buruk
RP Rendah
11 30
41 Tinggi
6 13
19
Total 17
43 60
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.16, pada saat reaksi pasar rendah terdapat 11 perusahaan yang memiliki current ratio baik, 30 perusahaan memiliki
current ratio buruk. Pada saat reaksi pasar sedang terdapat 6 perusahaan yang memiliki current ratio baik, 13 perusahaan memiliki current ratio
Tabel 5.15 Tabel Frekuensi Return Saham
Frequency Percent
Rendah 41
68,3 Tinggi
19 31,7
Total 60
100,0
buruk. Kekuatan dan arah hubungan dapat dijelaskan dengan tabel symmetric measures berikut ini.
Tabel 5.17 Symmetric Measures Current Ratio dengan Reaksi Pasar
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.17 menyajikan hasil uji koefisien Spearman’s rho untuk
mengetahui hubungan antara current ratio dengan reaksi pasar. Hasil uji Spearman’s rho menunjukkan bahwa current ratio dan reaksi pasar
memiliki hubungan sangat lemah, yang ditunjukkan dari hasil nilai vakue sebesar 0,049. Arah hubungan current ratio dan reaksi pasar
menunjukkan arah negatif. b Analisis Tabulasi Silang Antara Debt to Equity Ratio DER dan Reaksi
Pasar Berikut merupakan tabel output analisis tabulasi debt to equity ratio
dengan reaksi pasar. Tabel 5.18 Tabulasi Silang Debt to Equity Ratio dengan Reaksi Pasar
Klasifikasi DER Total
Baik Buruk
RP Rendah
7 34
41 Tinggi
5 14
19
Total 12
48 60
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Value Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.049
N of Valid Cases
60
Berdasarkan tabel 5.18, pada saat reaksi pasar rendah terdapat 7 perusahaan yang memiliki DER baik dan 34 perusahaan yang memiliki
DER buruk. Pada saat reaksi pasar tinggi terdapat 5 perusahaan yang memiliki DER baik dan 14 perusahaan memiliki DER buruk. Kekuatan
dan arah hubungan dapat dijelaskan dengan tabel symmetric measures berikut ini.
Tabel 5.19 Symmetric Measures Debt to Equity Ratio dengan Reaksi Pasar
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.19 menyajikan hasil uji koefisien Spearman’s rho untuk mengetahui hubungan antara debt to equity ratio dan reaksi pasar. Hasil
uji Spearman’s rho menunjukkan bahwa current ratio dan reaksi pasar memiliki hubungan sangat lemah, yang ditunjukkan dari hasil nilai
vakue sebesar 0,107. Arah hubungan current ratio dan reaksi pasar menunjukkan arah negatif.
c Analisis Tabulasi Silang Antara Return on Asset ROA dan Reaksi Pasar
Berikut merupakan tabel output analisis tabulasi return on asset dengan reaksi pasar.
Value Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.107
N of Valid Cases 60
Tabel 5.20 Tabulasi Silang Return on Asset dengan Reaksi Pasar Klasifikasi ROA
Total Baik
Buruk
RP Rendah
3 38
41 Tinggi
4 15
19
Total 7
53 60
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.20, pada saat reaksi pasar rendah terdapat 3 perusahaan yang memiliki ROA baik dan 38 perusahaan yang memiliki
ROA buruk. Pada saat reaksi pasar tinggi terdapat 4 perusahaan yang memiliki ROA baik dan terdapat 15 perusahaan memiliki ROA buruk.
Kekuatan dan arah hubungan dapat dijelaskan dengan tabel symmetric measures berikut ini.
Tabel 5.21 Tabel Symmetric Measures Return on Asset dengan Reaksi Pasar
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.21 menyajikan hasil uji koefisien Spearman’s rho untuk
mengetahui hubungan antara return on asset dan reaksi pasar. Hasil uji Spearman’s rho menunjukkan bahwa return on asset dan reaksi pasar
memiliki hubungan sangat lemah, yang ditunjukkan dari hasil nilai vakue sebesar 0,199. Arah hubungan return on asset dan reaksi pasar
menunjukkan arah negatif.
Value Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
-.199
N of Valid Cases 60
d Analisis Tabulasi Silang Antara Sustainability Report Disclosure Index SRDI dan Reaksi Pasar
Berikut merupakan tabel output analisis tabulasi SRDI dengan reaksi pasar.
Tabel 5.22 Tabulasi Silang Antara SRDI dengan Reaksi Pasar Klasifikasi SRDI
Total
0,000-0,399 0,400-0,799 0,800-1,000
RP Rendah
9 17
15 41
Tinggi 3
7 9
19
Total
12 24
24 60
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Keterangan: SRDI
: Sustainability Reporting Disclosure Index Berdasarkan tabel 5.22, menunjukkan bahwa saat reaksi pasar rendah
terdapat 9 perusahaan mengungkapkan sustainability report SR dengan tingkat SRDI 0,000
– 0,399. Sebanyak 17 perusahaan mengungkapkan SR dengan tingkat SRDI 0,400
– 0,799, dan sisanya sebanyak 15 perusahaan mengungkapkan SR dengan tingkat SRDI
0,800 – 1,000. Pada saat reaksi pasar tinggi terdapat 3 perusahaan yang
mengungkapkan SR dengan tingkat SRDI 0,000 – 0,399. Sebanyak 7
perusahaan mengungkapkan SR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,799,
dan sisanya sebanyak 9 perusahaan mengungkapkan SR dengan tingkat SRDI 0,800
– 1,000.
Tabel 5.23 Symmetric Measures SRDI dengan Reaksi Pasar
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.23 menyajikan hasil uji koefisien Spearman’s rho untuk
mengetahui hubungan antara SRDI dan reaksi pasar. Hasil uji Spearman’s rho menunjukkan bahwa SRDI dan reaksi pasar memiliki
hubungan sangat lemah, yang ditunjukkan dari hasil nilai vakue sebesar 0,107. Arah hubungan SRDI dan reaksi pasar menunjukkan
arah positif.
B. Pembahasan