perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam dan benda-benda mati.
Semuanya bisa mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan.
10. Ketertarikan Manusiawi Human Interest
Human Interest banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Aspek kejiwaan, emosi, empati diutamakan dalam nilai berita ini.
Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa tersebut mendapat nilai berita. Apa saja yang dinilai mengandung
minat insane, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan unsure human interest.
11. Seks Sex
Seks adalah berita sepanjang sejarah peradaban manusia, sesuatu yang berkaitan dengan perempuan, hubungan antara pria dan wanita pasti menarik
dan menjadi sumber berita.
2.1.7 Analisis Framing
Gagasan ide mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 Sudibyo dalam Sobur, 2001 : 161. Frame pada awalnya
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 yang mengandalkan
frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behaviour yang membimbing individu dalam membaca realitas Sobur, 2001 : 162. Realitas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan. Sehingga berbagai hal yang terjadi seperti factor dan orang yang didistribusikan menjadi peristiwa yang
kemudian disajikan untuk khalayak. G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap
aspek-aspek tertentu, dengan menggunkan istilah yang punya konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya Sudibyo dalam
Sobur, 2001 : 165. Pada analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media
memaknai, memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan
sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, aktor, kelompok, atau apa sajalah dibingkai oleh media Eriyanto, 2004 : 3.
Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau
aktivitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi framing dipakai untuk membedakan cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Karena
itu, konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita.
Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang lebih besar dari pada isu-isu yang lain.
Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya
sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak Eriyanto, 2002 : 69.
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaiman realitas dibingkai media. Dengan demikian realitas dapat dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi
dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa itu ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana
media membangun, menyuguhkan, mempertahankan dan memproduksi suatu peristiwa kepada pembacanya Eriyanto, 2002 : vi.
2.1.8 Proses