PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ARIS SAPTAHADI 0543010011

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2011


(2)

melimpahkan Rahmat, Nikmat, Karunia serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan judul PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM

Ungkapan terima kasih yang dalam juga penulis sampaikan kepada banyak pihak yang telah bersedia memberikan saran, masukan, dan semangat kepada penulis, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Ungkapan tersebut penulis persembahkan kepada :

1. Ibu Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.sos, MSi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Sumardjijati S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah

membimbing kami. Terima Kasih Ibu .. Love U FuLL ..

4. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Kedua orang tua penulis, Bapak Djoko Trisnanto, Ibu Titi Rachmi, Prato. Terima kasih untuk Cinta kalian.

6. Temen-temen yang selalu ada n nggak pernah absen ngumpul, Boma, Abah, Dendrong, Sex, Kipli, A-LoT Crew. Makasi bantuannya. Luv u guys.


(3)

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, bagi semua yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2011


(4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkonstruksi berita-berita tentang NII.

Landasan teori yang digunakan adalah konsep tentang media massa dan konstruksi sebuah berita, perkembangan media online, jurnalisme online, ideologi media serta konstruksi realitas.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing ini menggunakan pendekatan framing milik Robert N. Entman dengan menggunakan empat sintaksisnya yaitu problem identification, causal interpretation, moral evaluation, treatment recommendation. Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang NII. Kompas.com tanggal 27 s.d 28 April 2011 (4 berita) dan Detik.com tanggal 27 s.d. 28 (4 berita).

Hasil dari penelitian ini, yaitu bahwa Kompas.com memilih isu yang mengarah pada pernyataan atau wacana yang terkesan menyudutkan dan menyalahkan pemerintah atas munculnya NII. Terlihat dari pemilihan kata untuk judul, pemilihan narasumber yang mendukung wacana tersebut. Sedangkan Detik.com bisa dikatakan lebih berimbang dalam memberitakan peristiwa ini tidak serta merta kesalahan Intel ataupun pemerintah, tetapi detik.com ingin pembacanya melihat dari sejarah dan latar belakang NII itu sendiri.

Kata Kunci : Framing, Berita Tentang Negara Islam Indonesia (NII) pada situs berita online Kompas.com dan Detik.com.


(5)

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehadiran media massa di tengah masyarakat merupakan salah satu sarana dalam memenuhi kebutuhan akan informasi. Masing-masing media mempunyai kebijakan sendiri dalam isinya, karena masing-masing media tidak hanya melayani masyarakat yang beragam tetapi juga menyangkut individu atau kelompok sosial.

Media massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan-koran, majalah, stasiun pemancar yang mampu menyampaikan pesan-pesan ke jutaan orang nyaris serentak, sebagai pranata sosial, keberadaannya tidak hanya membuahkan manfaat, namun juga masalah: kontrol, pembatasan pemerintah, sarana penunjang ekonomi, dan seterusnya.

Media online pun mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama dengan media lainnya. Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. J. Pavlik dalam bukunya Journalism and New Media menyebut tipe terbaru


(6)

jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism” , karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik: kemampuan-kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online dan fitur-fitur yang ditatanya (Santana, 2005 : 137). Jurnalisme online didefinisikan sebagai suatu proses pelaporan fakta yang diproduksi dan diditribusikan melalui saluran internet. Pada dasarnya jurnalisme konvensional dan jurnalisme online tidak berbeda jauh, yang membedakan hanya medium penyebarluasannya saja. Dari segi sifat, keduanya sama-sama dituntut untuk menyajikan berita paling up to date secepat mungkin. Setiap ada informasi atau peristiwa terbaru, mereka langsung melaporkannya. Perbedaan yang paling jelas terletak pada media dan mekanisme efisiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya. Jurnalisme online merupakan jurnalisme yang menganut proses pencarian, pengolahan dan penyebarluasan informasi melalui fasilitas dalam internet. Akan tetapi dalam jurnalisme online tidak terpaku pada kaidah bahasa yang digunkan dalam jurnalistik secara umum. Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya lebih mudah dan cepat karena informasi yang disebarluaskan bisa lebih cepat daripada jurnalisme konvensional.


(7)

Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil ‘rekonstruksi realita’. Bahwa peristiwa yang disaksikan atau dialami oleh reporter dan juru kamera diproses melalui editing dan reediting, penyuntingan ulang, baik oleh reporter dan juru kamera maupun oleh editor dan redaktur atau pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup kompleks meskipun berlangsung cepat. Ini yang disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno,2005 : 4)

Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. (Sumadiria, 2005 : 86).

Media telah menjadikan dunia ini sebagai global village, media menyajikan peristiwa-peristiwa dari berbagai belahan dunia kepada belahan dunia lainnya seolah-olah dunia ini hanya sebesar sebuah desa. Pandangan dunia, adalah bingkai (framing) yang dibuat untuk gambaran tentang dunia. Berbagai peristiwa di dunia diberi makna dalam bingkai tersebut. Tanpa bingkai tersebut, kejadian-kejadian akan tampak kacau balau dan membingungkan. Bingkai adalah “skenario” yang ditulis wartawan untuk meletakkan setiap peristiwa dalam suatu alur yang runtut. Namun skenario yang dibuat oleh wartawan pun sarat dengan kepentingan pribadi, dan kepentingan-kepentingan tersebut mempengaruhi bagaimana mereka memandang dunia (Sobur;2006:vi)


(8)

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambil keputusan mengenai sisi mana yang akan ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi dalam sebuah berita (Sobur, 2001 : 163).

Ketika kebebasan pers marak belakangan ini sejak era informasi, banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah obyektifitas pemberitaan pun menjadi perbedebatan klasik dalam studi media. Salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra obyektif adalah John C. Merril dan E. Dennis (Siahaan, 2001 : 60-61).

Jurnalistik obyektif adalah mustahil. Semua karya jurnalistik pada dasarnya subyektif, mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan sampai penyuntingan berita. Nilai-nilai subyektif wartawan ikut mempengaruhi proses kerja jurnalistik.

Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Menurut Antonio Gramsci (Eriyanto, 2003 : 47), media adalah sebuah ruang dimana ideologi direpresentasikan. Ini berarti di satu sisi media dapat menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga dapat menjadi alat ukur dalam membangun kultur dan ideologi tandingan. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing pihak.


(9)

Masing-masing institusi media tentunya memiliki ideologi serta visi dan misi tersendiri. Ideologi tersebut akan mempengaruhi kebijakan redaksional media. Seorang wartawan yang bekerja di suatu media dengan kebijakan redaksional tertentu, tentunya akan mencari, meliput, menulis dan melaporkan peristiwa atau realitas berdasarkan kebijakan redaksional media. Kebijakan redaksional tersebut akan membatasi kebebasan wartawan tersebut dalam memahami dan mempersepsikan sebuah realitas. Intinya, bahwa seorang wartawan, bagaimana cara dia menuliskan berita, akan mencerminkan ideologi institusi media dimana dia bernaung. Sikap atau tendensi sang wartawan dalam meliput atau melaporkan sebuah berita akan sekaligus menunjukkan sikap dan tendensi institusi media tempat mereka bernaung.

Perspektif media juga menentukan fakta yang dipilih dan ditonjolkan. Penonjolan merupakan proses membuat informasi jadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol memiliki potensial untuk dipertahankan dalam mempengaruhi pembaca dalam memahami realitas.

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena itu dalam prakteknya, framing diajalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana. (Sobur, 2001 : 164)

Media bukanlah saluran yang bebas. Media juga berlaku sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan


(10)

pemihakannya. Tentu saja penonjolan aspek-aspek tertentu dari peristiwa yang sama akan berbeda pula. Begitupun dengan Kompas.com dan Detik.com dalam melihat dan mengkonstruksi peristiwa keterkaitan munculnya NII (Negara Islam Indonesia) dan BIN (Badan Intelejen Negara) belakangan ini. Kompas.com dan Detik.com melihat dan memahami peristiwa tersebut dengan cara berbeda. Kompas.com memilih menyeleksi isu yang dimunculkan dengan bagaimana keterkaitan tersebut mempengaruhi citra masyarakat terhadap kinerja Intelejen pada saat itu. Pada tanggal 27 April 2011, Kompas.com memberi judul “Kemana Intelejen Saat NII Menyebar?” , Sedangkan pada hari yang sama Detik.com mengangkat judul “Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dibekingi Intelejen”. Nampak jelas sekali perbedaan kedua media tersebut dalam membingkai peristiwa tersebut. Keberpihakan Detik.com pada BIN (Badan Intelejensi Negara) nampak terlihat jelas dari judul tersebut. Sedangkan pada Kompas.com nada terkesan menyudutkan Intelejen tampak dari judul tersebut. Perbedaan kedua media tersebut dalam mengkonstruksi realitas tampak lagi di edisi kedua tanggal 28 April 2011. Kompas.com mengangkat judul “NII Muncul Karena Politik Intelejen?” sedangkan Detik.com memberi judul “BIN Meminta Masyarakat Jangan Menduga NII dibekingi Intel”. Nada keberpihakan dan menyudutkan masih terasa kental di edisi kedua.

Kompas.com merupakan situs berita terpercaya di Indonesia. Diupdate selama 24 jam sehari, dengan total readership lebih dari 15 juta orang. Tingkat kunjungan ke Kompas.com atau lebih dikenal dengan sebutan Page View,


(11)

rata-rata mencapai 40 juta setiap bulan. Sedangkan Detikcom page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang Detik.com menempati posisi ke empat tertinggi dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/WikiLeaks).

Kedua situs berita ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyeleksi

suatu isu dan menulis berita-berita mengenai keterkaitan Intelejen dengan munculnya

NII belakangan ini, hal ini dikarenakan cara pandang wartawan masing-masing situs

berbeda baik Kompas.com maupun Detik.com. Dalam mempersepsikan kasus

tersebut yang kemudian membingkainya kedalam bentuk susunan berita, selain itu

perbedaan dari cara pandang kedua situs tersebut dalam mengemas berita dapat

disebabkan karena perbedaan kebijakan redaksi dan perbedaan visi dan misi dari

masing-masing media.

Untuk melihat perbedaan kedua media (Kompas.com dan Detik.com) dalam

mengungkap suatu peristiwa atau realitas peneliti memilih analisis framing sebagai

metode penelitian. Alasannya adalah analisis framing merupakan metode analisis isi

media yang tergolong baru (Sobur,2002;161). Analisis ini mencermati strategi

seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna,

menarik, berarti atau mudah diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai

dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya

yang menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan dan yang akan

dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. (Nugroho, Eriyanto,


(12)

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa mengungkapkan rahasia di balik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam mengungkap sebuah fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana lawan mana kawan, mana patron mana klien, siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang akan dirugikan, siapa membentuk dan siapa yang akan dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 : xv)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu model framing, milik

Robert N. Entman. Model ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan

penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai

penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu

mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Dalam konsepsi Entman,

framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan

rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu

terhadap peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2002 : 186).

Robert N. Entman melihat pembingkaian berita dalam dua dimensi besar, yakni

seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas / isu.

Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik,

berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau

mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan

mempengaruhi khalayak dalam memahami sebuah realitas.


(13)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan di

atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “ Bagaimana Pembingkaian

Berita Keterkaitan Munculnya Negara Islam Indonesia (NII) Dengan BIN (Badan

Intelejensi Negara) dalam Situs Berita Online Kompas.com dan Detik.com”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pembingkaian berita keterkaitan munculnya Negara Islam

Indonesia di Indonesia dengan Badan Intelegensi Negara dalam situs berita online

Kompas.com dan Detik.com.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi tentang

pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori-teori khususnya teori komunikasi

tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing,

sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk

penelitian berikutnya.


(14)

Memberikan wawasan / cara pandang khalayak media dalam melihat

media mengkonstruksi realitas sebagai sebuah berita sehingga khalayak lebih


(15)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa

Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyber. Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar, majalah, kantor berita, radio dan televisi sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam ruang cyber.

Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. J. Pavlik dalam bukunya Journalism and New Media menyebut tipe terbaru jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism” , karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik: kemampuan-kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online dan fitur-fitur yang ditatanya (Santana, 2005 : 137). Jurnalisme online didefinisikan sebagai suatu proses pelaporan fakta yang diproduksi dan diditribusikan melalui saluran internet. Pada dasarnya jurnalisme konvensional dan jurnalisme online tidak berbeda jauh, yang membedakan hanya medium penyebarluasannya saja. Dari segi sifat, keduanya sama-sama dituntut untuk menyajikan berita paling up to date


(16)

secepat mungkin. Setiap ada informasi atau peristiwa terbaru, mereka langsung melaporkannya. Perbedaan yang paling jelas terletak pada media dan mekanisme efisiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya. Jurnalisme online merupakan jurnalisme yang menganut proses pencarian, pengolahan dan penyebarluasan informasi melalui fasilitas dalam internet. Akan tetapi dalam jurnalisme online tidak terpaku pada kaidah bahasa yang digunkan dalam jurnalistik secara umum. Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya lebih mudah dan cepat karena informasi yang disebarluaskan bisa lebih cepat daripada jurnalisme konvensional.

Berikut ini adalah keuntungan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism, Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publisher, 2005) :

1. Audience Control. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.

2. Nonlinearity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami.


(17)

3. Storage and Retrieval. Jurnalisme online memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience.

4. Unlimited Space. Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan / ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.

5. Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience.

6. Multimedia Capability. Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk mnyertakan teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima audience.

7. Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.

2.1.2 Situs Berita Online

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah meninggalkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Hal ini dapat dilihat dari suatu contoh yaitu keberadaan radio yang tidak menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru. Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media terbaru cenderung merupakan


(18)

perpanjangan, atau evolusi dari model-model terdahulu. Media baru adalah istilah umum yang ditujukan pada perubahan bentuk penyajian informasi dan hiburan pada khalayak yang terjadi terus-menerus. Untuk saat sekarang ini yang termasuk dalam media baru antara lain: internet, telepon seluler dengan fiutr WAP, televisi digital, dll (Hollingsworth 2003 : 37). Internet adalah saluran berita yang paling sesuai karena bisa menyajikan informasi kedalam segala bentuk format media tradisional yaitu gambar, teks, video, dan suara (Stovall, 2005 : 116). Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena itu, yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya (Hill dalam Santana, 2005 : 135).

Situs berita online merupakas salah satu pemanfaatan internet sebagai saluran komnukasi. Situs berita online adalah salah satu media yang content oriented. Untuk lebih tepatnya berorientasi penyajian informasi berupa berita. Secara umum, situs berita online biasa diidentikkan dengan media tradisional lainnya, namun versi online, yang berbeda adalah situs berita online untuk terbit berkala. Institusi media dapat memuat atau meng up-load artikel atau materi terbaru, setiap ada perkembangan dan perubahan (http://cybertech.cbn.net.id/detil.asp?kategori) diakses pada tanggal 02/02/11 pada pukul 15:11

Situs berita online merupakan situs yang ditujukan untuk menyampaikan berita dan informasi secara periodik kepada khalayaknya. Dalam produksinya, situs berita menggunakan kebijakan dan praktik jurnalisme tradisional dalam


(19)

mengumpulkan, menulis dan menyajikan berita. Situs berita online merupakan sarana untuk sebuah institusi media menyajikan dan mendistribusikan isinya. Isi berita tersebut ditujukan kepada khalayaknya yang terbagi berdasarkan minat dan wilayah geografis (Stovall, 2005 : 124).

Secara garis besar karakteristik situs berita online yaitu :

1. Real Time, informasi atau berita dapat dipublikasikan dalam waktu seketika, baik untuk updating breaking news dan kejadian yang sudah atau sedang terjadi. Hal ini dapat ditemukan pada kedua situs berita yang dipilih peneliti. Kecepatan update berita kedua situs sudah tidak diragukan lagi, waktu upload berita seringkali berjarak tidak terlalu jauh dengan waktu kejadian peristiwa dan jarak antar berita satu dengan yang lain ataupun update berita berikutnya juga tidak terlau berjauhan.

2. Multimedia, pada jenis ini pembuat berita dapat memasukkan elemen multimedia seperti teks, grafis, suara, musik, motion video dan animasi tiga dimensi. Pada Detik.com setiap berita yang disajikan tentu saja disertai oleh grafis yang memperjelas berita. Dan juga ada gambar atau grafis yang ditempatkan pada konten tersendiri yaitu “Detikfoto”. Sedangkan untuk Kompas.com grafis atau gambar ditempatkan pada konten sendiri yaitu “Images”.

3. Interactive, adanya hyperlinks yang mewakili mekanisme utama interaktifitas pada web. Sehingga member pilihan pada publik untuk member tanggapan, berinteraksi, atau bahkan meng-customize (menyesuaikan dengan


(20)

kebutuhan dari keinginan publik bersangkutan) terhadap berita-berita tertentu (interactivity). Kedua situs berita tentu saja telah menyediakan fasilitas seperti ini bagi khalayak penggunanya. Pada Kompas.com kolom interaktif disebut “Surat Pembaca” yang fungsinya memberikan komentar, kritik, dan saran bagi pemberitaan di Kompas.com. Sedangkan pada Detik.com ruang publiknya dinamakan “Suara Pembaca”.

4. Asynchronous, pendistribusian informasi atau berita melewati batas waktu, sehingga tidak harus mengakses berita atau informasi dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, keserentakan pada media massa tradisional bukanlah ciri dari media ini, karena para pengguna dapat mengakses berita kapanpun dan dimanapun ia berada. Hal ini karena seluruh informasi yang ada dalam situs berita bersifat permanen dan memiiki kemampuan menyimpan data yang tidak terbatas. Selain itu, mereka juga menyediakan link untuk pencarian berita yang lampau, pada Detik.com yaitu dengan cara meng-klik boks “cari” untuk mencari berita sesuai tema atau judul dan indeks berita dengan memasukkan tanggal , bulan, dan tahun berita dipublikasikan Kompas.com tidak jauh berbeda, yaitu dengan meng-klik boks “search” untuk menari berita sesuai tema dan judul lalu akan muncul berita tersebut.

5. Hypertextual, adalah inovasi teknologi internet lainnya yang sering disebut yang memungkinkan pengguna untuk mengerti arti dari seluruh kejadian dalam satu hari dalam konteks yang personal. Hipertekstualitas terdiri dari dalam bentuk link-link yang menghubungkan pengumuman atau


(21)

berita pendek ke dalam konteks yang lebih dalam, penuh dengan ilustrasi, informasi latar dan pernyataan-pernyataan sebelumnya pada subjek yang sama (berita terkait). Jika kesempatan ini digunakan, pembaca akan dapat mengerti lebih baik mengenai apa yang terjadi (diberitakan). Kedua situs berita mengaplikasikan hal tersebut dengan selalu mencantumkan link “berita-berita terkait” yang berisi judul-judul berita yang merupakan berita awal ataupun berita lanjutan (update) dari berita yang sedang dibaca atau diakses oleh pengguna.

6. Digital, media memproses data-data yang masuk dan mengubahnya menjadi angka-angka bukannya menjadi obyek yang lain. Data-data ini dapat berupa cahaya, suara atau bentuk apapun (teks, gambar, dan diagram, foto, gambar bergerak). Data ini kemudian diproses menjadi angka dan dihasilkan atau diambil kembali dalam bentuk sumber online, digital disk, atau drive memory yang kemudian diuraikan kembali kedalam tampilan layer atau dibuat hardcopy-nya (Lister, 2003 : 14). Sudah jelas sekali bahwa karakteristik ini juga dimiliki oleh kedua situs berita yang dipilih peneliti. Informasi baik teks, gambar dan rekaman suara yang disajikan merupakan bentuk lanjut dari bentuk fisik data yang di ubah menjadi tampilan layer sehingga penggunanya tidak perlu lagi mengubah data ke dalam bentuk fisik lain seperti pada analog (menggunakan tape magnetik) untuk mendapatkan data tersebut.

Sebagai bagian dari media massa, jurnalisme online pun memiliki dan menjalankan fungsi-fungsi media massa yaitu:


(22)

1. Fungsi Informasi

Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi sampai dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi yang efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat. Dalam berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada masyarakat.

2. Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mngenai ekonomi, politik, hokum, sosial budaya dan aspek-aspek lainnya yang pada intinya informasi yang diberikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.

3. Fungsi Hiburan

Media massa juga memiliki fungsi hiburan, terlebih dengan media elektronik yang secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Setiap hari berbagai acara hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan, media


(23)

massa sekarang ini sudah menjadi ‘agama baru’ yang menggeser nilai-nilai moral dan istitusi yang lain, baik keluarga, sekolah maupun agama.

4. Fungsi Kontrol Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai-nilai yang baik dan buruk, dan media menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan dengan memberikan isu-isu yang memancing opini publik.

2.1.3 Ideologi Media

Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah atau isi pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu (Eriyanto, 2005 : 13).

Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya, jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak dan memasukkan opininya pada berita semua itu dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah


(24)

merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya (Eriyanto, 2005 : 90).

Pada kenyataannya berita di media massa tidak pernah netral dan obyektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun selalu dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemilihan media pada salah satu kelompok atau ideologi tertentu. Bahasa ternyata tidak pernah lepas dari subyektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita, pada saat itu juga kita menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.

Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya, ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengonstruksi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 92).


(25)

2.1.4 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa disini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa (Birowo, 2004 : 168).

Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2005 : 3).

Berita merupakan hasil konstruksi sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan ataupun dari institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai (Birowo, 2004 : 176).


(26)

Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda oleh masing-masing media (Sobur, 2001 : vi) hal ini terkait dengan visi, misi, dan ideologi yang dipakai oleh masing-masing media. Sehingga kadang kala dari hasil pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa (jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu). Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung pada etika, moral dan nilai-nilai.

Aspek-aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.5 Teori Penjagaan Gerbang (Gatekeeper Theory)

Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan) melainkan peranan dalam beberapa fungsi. Gatekeeper bisa juga menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi pentapisan informasi atau pemalang pintu ini (Nurudin, 2003 : 110).


(27)

Menurut Fishman, ada kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat, salah satunya adalah pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang diberitakan dan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah dalam sebuah berita (Eriyanto, 2004 : 100).

Peranan penjaga gerbang atau gatekeeper menurut John R. Biittner dalam buku Nurudin (2003:115) adalah:

(1) Menyiarkan informasi pada kita.

(2) Untuk membatasi informasi yang kita terima dengan mengedit informasi ini sebelum disebarkan pada kita.

(3) Untuk memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain.

(4) Untuk menginterpretasikan informasi.

Terlepas dari konsep gatekeeping, isi berita yang ada media mungkin saja diperoleh dengan cara dicari, dipesan sebelumnya atau penemuannya direncanakan secara sistematis. Kadang-kadang berita harus diolah atau


(28)

dibentuk oleh redaksi. Pembentukan berita semacam itu seperti halnya penyeleksian berita, tidak dilakukan secara acak dan bersifat subjektif. Pembuatannya disesuaikan dengan pola interpretasi dan relevansinya dengan berbagai institusi birokratis yang menjadi sumber berita yang menjadi sumber berita atau yang menangani peristiwa tersebut. Menurut Fishman (1982) dalam McQuail, apa yang diketahui atau dapat diketahui oleh media tergantung pada kemampuan mengumpulkan informasi dan sumber-sumber dari agen-agen pencari berita media tersebut (McQuail, 1996 : 163).

Gatekeeper keberadaannya sama pentingnya dengan peralatan mekanisme yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya (Nurudin, 2003 : 30).

2.1.6 Kriteria Umum Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acauan yang dapat digunakan wartawan untuk menunjukkan fakta yang pantas dijadikan berita memilih mana yang lebih baik. Dengan kriteria tersebut, wartawan dapat dengan cepat mendeteksi peristiwa mana yang harus diliput dan abaikan, memilih peristiwa mana yang terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan melalui medianya kepada khalayak (Sumadiria, 2005 : 80).


(29)

Kriteria umum nilai berita menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980 : 6-17) adalah:

1. Keluarbiasaan

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik berita. Bukanlah suatu peristiwa biasa tetapi berita adalah peristiwa yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan. Nilai berita peristiwa luar biasa paling tidak dapat dilihat dari lima aspek yaitu: lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut, peristiwadan dampak yang dihasilkan.

2. Kebaruan (Newsness)

Berita adalah semua yang terbaru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, apa saja perubahan penting yang terjadi pada khalayak yang dianggap berarti adalah berita.

3. Akibat (Impact)

Berita adalah sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Dampak sebuah pemberitaan tergantung pada seberapa banyak khalayak terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena khalayak atau tidak, dan setidaknya efek berita itu mnyentuh khalayaknya.

4. Aktual (Timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan masyarakat.


(30)

Aktualitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu : aktualisasi kalender, aktualisasi waktu, aktualisasi peristiwa.

5. Kedekatan (Proximity)

Kedekatan disini mengandung arti yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan goegrafis adalah kedekatan yang menunjuk pada peristiwa yang terjadi di tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita maka kita semakin tertarik kita untuk mengikutinya. Sedangkan kedekatan psikologisnya adalah kedekatan yang lebih banyak ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

6. Informasi (Information)

Tidak setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat. Hanya informasi yang bermanfaat bagi khalayak yang layak untuk dimuat. Informasi yang banyak memberikan manfaatlah yang layak untuk mendapatkan perhatian.

7. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau syarat dengan dimensi pertentangan. Konflik merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.

8. Orang Penting (Public Figure, News Maker)

Berita tentang orang-orang penting, orang ternama, pesohor, selebritis, public figure. Orang-orang tersebut dimanapun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita.

9. Kejutan (Surprising)

Nilai berita dari kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba diluar dugaan dan tidak direncanakan. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan


(31)

perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam dan benda-benda mati. Semuanya bisa mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan.

10. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)

Human Interest banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Aspek kejiwaan, emosi, empati diutamakan dalam nilai berita ini. Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa tersebut mendapat nilai berita. Apa saja yang dinilai mengandung minat insane, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan unsure human interest.

11. Seks (Sex)

Seks adalah berita sepanjang sejarah peradaban manusia, sesuatu yang berkaitan dengan perempuan, hubungan antara pria dan wanita pasti menarik dan menjadi sumber berita.

2.1.7 Analisis Framing

Gagasan ide mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2001 : 161). Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 yang mengandalkan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2001 : 162). Realitas


(32)

itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan. Sehingga berbagai hal yang terjadi seperti factor dan orang yang didistribusikan menjadi peristiwa yang kemudian disajikan untuk khalayak.

G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunkan istilah yang punya konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo dalam Sobur, 2001 : 165).

Pada analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa sajalah) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2004 : 3).

Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau aktivitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi framing dipakai untuk membedakan cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Karena itu, konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita. Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang


(33)

khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang lebih besar dari pada isu-isu yang lain.

Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak (Eriyanto, 2002 : 69).

Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaiman realitas dibingkai media. Dengan demikian realitas dapat dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa itu ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan dan memproduksi suatu peristiwa kepada pembacanya (Eriyanto, 2002 : vi).

2.1.8 Proses Framing Robert N. Entman

Menurut Entman ada dua dimensi besar dalam framing yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan tertentu aspek-aspek tertentu dari realitas. Dalam seleksi isu aspek ini berhubungan dengan pmilihan fakta, dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang akan diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan


(34)

memilih aspek tertentu dari suatu isu. Sedangkan dalam sapek penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana yaitu penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari kontruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002 : 186-187).

2.1.9 Perangkat Framing Robert N. Entman

Analisis framing yang akan digunakan dalam penelitian ini memakai model yang diperkenalkan oleh Robert N. Entman. Model ini berasumsi bahwa framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan : membuat informasi terlihat lebih jelas, lebih bermakna, atau mudah diingat oleh


(35)

khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan yang disajikan secara biasa (Eriyanto, 2002 : 188).

Dalam model ini berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa.

Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Oleh karena itu frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, cita, dan gambar tertentu yang member makna tertentu dari teks berita.

Dalam pendekatan ini perangkat framing terdiri dari empat elemen. Pertama; Define Problems (pendefinisian masalah), Kedua; Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah), Ketiga; Make Moral Judgement (membuat keputusan moral), dan Keempat; Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian). (Eriyanto, 2002:188-189).

1. Define Problems (Pendefinisian Masalah)

Adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing, elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dapat dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, dan bingkai yang berbeda akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.


(36)

2. Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah)

Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa saja yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti (who). Peristiwa ini dipahami dengan menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah.

3. Make a Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral)

Adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

4. Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian)

Elemen ini dipakai unutk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002 : 189-191).


(37)

SKEMA ROBERT N. ENTMAN

Teknik Framing

2.2 Kerangka Berpikir

Pembentukan realitas adalah suatu kerja perusahaan media lewat seorang wartawan yang dalam kenyataannya realitas tersebut tidak langsung tersedia dengan sebuah kemasan yang sesuai. Hal ini terjadi karena wartawan dengan ideologi dari perusahaan media tempat mereka bekerja itulah yang telah membentuk suatu berita itu dengan cara mengurutkan, membuat teratur, manjadi mudah untuk dipahami dengan memilih aktor-aktor dan sumber-sumber yang diwawancarai, sehingga dapat dikonsumsi oleh khalayak.

Dalam keberadaannya, sebuah berita dapat mencerminkan sebuah realitas atau bahkan tidak sama sekali menggambarkan realitas yang telah direkamnya. Sehingga berita yang ada di media dapat memberikan suatu realitas yang telah

Treatment Recommendation

Saran penanggulangan masalah

Problem Identification

Peristiwa dilihat seperti apa ?

Casual Interpretation

Siapa penyebab masalah Moral Evaluation Penilaian atas penyebab masalah


(38)

direkamnya. Dalam hal ini tentunya oleh perusahaan media yang berbeda. Seperti halnya peristiwa munculnya NII yang tidak diketahui sebelumnya oleh pihak Intelejen merupakan sebuah realitas sosial di dalam kehidupan. Pada kenyataannya Kompas.com dan Detik.com sebagai situs berita online berusah mengkonstruksi pemberitaan munculnya gerakan NII tersebut berdasarkan frame masing-masing.

Karena frame yang dimiliki oleh kedua situs berita online tersebut tidaklah sama, maka terdapat kecenderungan perbedaan konstruksi atas realitas munculnya NII. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah analisis framing dengan menggunakan model Robert N. Entman, dimana model ini terdiri dari empat elemen yaitu: Pertama; Define Problems (pendefinisian masalah), Kedua; Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah), Ketiga; Make Moral Judgement (membuat keputusan moral), dan Keempat; Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian).

Berikut ini adalah diagram kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini:

 

Konstruksi berita oleh wartawan

Berita munculnya NII

Analisis framing Robert

N.Entman

HASIL PEMBINGKAIAN Media massa

Kompas.com dan Detik.com


(39)

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, dan lain sebagainya) di konstruksi oleh media dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto, 2002 : 4).

Analisis framing mempunyai asumsi wacana media massa mempunyai pesan sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan bagi publik dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir dalam wacana publik. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek secara tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan tujuan agar aspek itu menjadi noticeable, meaningfull, dan memorable bagi khalayak.


(40)

Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana situs berita online Kompas.com dan Detik.com dalam membingkai suatu peristiwa munculnya NII di Indonesia yang akan dianalisis berdasarkan perangkat framing Robert N. Entman.

Metode framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode framing milik Robert N. Entman melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, detail, mudah diingat oleh khalayak. Framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain. Dan menonjolkan aspek-aspek yang mencolok (misal, menempatkannya di headline), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol, generalisasi, dan lain-lain . Aspek-aspek tersebut dipakai untuk membuat dimensi tertentu dan konstruksi berita menjadi bermakna dan mudah diingat oleh khalayak.


(41)

3.1 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah situs berita online Kompas.com dan Detik.com. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah berita-berita mengenai munculnya NII di Indonesia pada tanggal 27 s.d 28 April 2011.

3.2 Unit Analisis

Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah unit analisis reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat atau kata yang dimuat dalam teks berita tentang munculnya NII di Indonesia di situs berita online Kompas.com dan Detik.com.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan ungkapan narasumber untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap Kompas.com dan Detik.com dalam melihat suatu peristiwa/realitas yang dalam hal ini adalah Munculnya NII di Indonesia.

3.3 Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai kembali tumbuhnya NII ditengah masyarakat yang dimuat pada periode 27 s.d 28 April 2011 di situs berita online Kompas.com dan Detik.com sepanjang periode tersebut.


(42)

Populasi di Kompas.Com : 27 Januari 2011

- Kemana Intelejen Saat NII Menyebar - Penanganan Lamban, NII Berkembang - Ajaran NII : Menghapus Dosa Dengan Uang - NII Muncul Dengan Pola Baru ?

28 Januari 2011

- NII Muncul Karena Politik Intelejen - Anggota NII mencapai 160.000 orang - Daerah Suburban Menjadi Kantong NII - Presiden : NII Ancam Karakter Bangsa - Polisi Sudah Petakan Kantong-Kantong NII - NII Merupakan Kritikan Untuk Tokoh Agama Populasi di Detik.com

27 Januari 2011

- Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dibekingi Intelejen - NII KW 9 : Diduga Diboncengi Kepentingan Politik - Kemenag Bakal Periksa Al Zaytun Terkait NII

- Ditanya NII, Menhan Kembali Ungkap Perlunya Intelejen 28 Januari 2011

- BIN Meminta Masyarakat Jangan Menduga NII dibekingi Intel

- Pemerintah Harus Jelaskan Hubungan NII Dengan Teror Bom & Penculikan


(43)

- Ormas Islam Minta Pemerintah Tindak Tegas NII KW9 - Kapolri Selidiki Penipuan Berkedok NII

Korpus (atau sampel penelitian kuantitatif) adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama (Arkoum dalam Achmad, 2001 : 43). Pendapat lain ada juga yang mengartikan korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan dan bersifat se-homogen mungkin (Kurniawan, 2001 : 70). Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan. Adapun korpus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Korpus di Kompas.com : 27 April 2011

- Kemana Intelejen Saat NII Menyebar 28 April 2011

- NII Muncul Karena Politik Intelejen Korpus di Detik.com :

27 April 2011

- Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dipelihara Intelejen 28 April 2011


(44)

3.4 Teknik Pengumpulan Berita

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan dari sumber data dan jenis data primer berupa berita NII menyebar lagi di Indonesia yang disajikan Kompas.com dan Detik.com pada tanggal 27 s.d 28 April 2011. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku, majalah, surat kabat dan internet, yang tentu saja relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis framing, lebih tepatnya menggunakan model analisi framing milik Robert N. Entman, yang bertujuan untuk mengetahui cara pandang atau frame yang digunakan kedua media tersebut dalam mengemas berita kembali menyebarnya NII di Indonesia.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagi temuan bagi orang lain.

Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan peneliti adalah analisis framing. Analisis framing adalah suatu model analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media (Eriyanto, 2002 : vi). Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke


(45)

dalam berita agar lebih bermakna, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya (Sobur, 2006 : 162).

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah konsep Robert N. Entman yang mengemukakan empat perangkat untuk melakukan analisis framing. Pertama; Define Problems (pendefinisian masalah) yaitu bagaimana suatu peristiwa itu dilihat dan dimaknai oleh wartawan. Kedua; Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah) yaitu apa dan atau siapa yang dianggap menjadi masalah dari suatu masalah. Ketiga; Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) merupakan perangkat yang digunakan untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada definisi masalah yang sudah dibuat dan Keempat; Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) yang digunakan untuk melihat apa yang dikehendaki dan ditawarkan wartawan untuk mengatasi permasalahan.

3.6 Tahapan-tahapan Analisis Framing

Peneliti bertujuan untuk mengurai dan membedah berita-berita mengenai peristiwa menyebarnya NII di Indonesia pada situs berita online Kompas dot com dan Detik dot com dengan menggunakan perangkat framing Robert N. Entman. Berikut ini tahapan-tahapan analisisnya :

1. Peneliti mengumpulkan berita-berita mengenai peristiwa kembali munculnya NII di Indonesia dari situs berita online Kompas dot com dan


(46)

Detik dot com yang ditampilkan pada 27 s.d 28 April 2011. Dan dilanjutkan dengan menentukan frame dari gagasan utama isu yang diajukan sebagai sentral penelitian.

2. Karena pada situs berita online, kecepatan up date beritanya sangat cepat sehingga satu hari bisa menyajikan lebih dari satu berita maka berita tersebut akan dikumpulkan menjadi satu untuk dideskripsikan.

3. Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudain membuat interpretasinya berdasarkan model dari Entman yang meliputi empat struktur yaitu :

a. Problem Identification (pendefinisian masalah) merupakan master frame bingkai yang paling utama. Elemen ini menekankan bagaimana peristiwa ini dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau sebuah peristiwa maka elemen ini digunakan untuk melihat bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, oleh karena itu, bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

b. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah), merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai apa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu,


(47)

masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

c. Make a Moral Judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang digunakan untuk membenarkan atau member argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, maka dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

d. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian), elemen yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat bergantung bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002 : 191).


(48)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Kompas.com

Situs berita Kompas.com adalah bagian dari grup Kompas yang terletak di Jl.Palmerah Selatan 19 Jakarta. Oleh karena itu keberadaannya tidak dapat terlepas dari sejarah surat kabar Kompas itu sendiri. Sejarah terbitnya Kompas tidak bisa dipisahkan dengan pergolakan masa orde lama. Cikal bakal terbitnya Kompas muncul atas ide pelaku sejarah pergolakan tersebut, yang gugur sebagai pahlawan revolusi yaitu Letjen Ahmad Yani (1922-1965). Letjen Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai panglima TNI-AD, menghubungi salah satu rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang bisa mengimbangi dan menyaingi pers komunis.

Drs. Frans Seda, menyanggupi dan mempunyai satu pemikiran dengan sang pencetus ide. Drs. Frans Seda mematangkan penerbitan surat kabar tersebut dengan Ignatius Josef Kasimo, rekannya sesama partai katolik, berserta Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama yang keduanya aktif memimpin majalah Intisari.

Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama sebagai praktisi pers, tertarik dengan ide dan ajakan tersebut. Mereka pun mempersiapkan sebuah nama Bentara Rakyat. Yang secara tegas mendefinisikan visi dan misinya sebagai


(49)

pembela rakyat yang sebenarnya, berbeda dengan surat kabar yang berideologi komunis bentukan Partai Komunis Indonesia.

Ketika Bentara Rakyat akan terbit, Drs. Frans Seda yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perkebunan, dating menemui Presiden Soekarno untuk urusan kenegaraan. Presiden Soekarno menanyakan nama koran yang akan terbit pada Frans Seda, dan menyebutkan nama Bentara Rakyat diubah menjadi “Kompas”. Presiden Soekarno beranggapan nama Kompas mampu dijadikan petunjuk arah yang jelas bagi pembacanya, sebagaimana arti sesungguhnya alat navigasi “kompas” yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin.

Kompas pun resmi menjadi nama surat kabar itu, sedangkan nama yang sudah disiapkan sebelumnya, yaitu Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan surat kabar Kompas. Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Kompt Pas Morgen atau “kompas”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan katolik. Diawali tidak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.

UU Pokok Pers tahun 1982 dan ketentuan surat izin usaha pernerbitan pers mewajibkan pers berbadan hokum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit Kompas bukan lagi yayasan Bentara Rakyat. Tetapi PT. Kompas Media Nusantara.

Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Indonesia, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jl. Pintu Besar Selatan no. 86-88 Jakarta


(50)

Kota. Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika.

Permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara bersama oleh yayasan Bentara Rakyat, yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera, PT.Gramedia, PT. Tiransito Asri Media, serta atas nama perorangan, yaitu Jakob Oetama, Frans Seda, dan P. Iswantoro. Dengan ijin terbit berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan no. 001/Mempen/SIUPP/A.7/1985 tertanggal 10 November 1985.

Kemudian Kompas juga tidak ketinggalan ikut menyajikan media online yang dikenal dengan www.kompas.com . Sebelumnya Kompas Cyber Media dikenal dengan sebagai Kompas Online, yang menyediakan edisi internet dari Harian Kompas. Di akhir tahun 1972, manajemen Kompas memutuskan untuk membuat perusahaan yang terfokus pada internet, sehingga Kompas Cyber Media didirikan.

Dengan para professional di Jurnalistik, teknologi informasi, bisnis dan periklanan dan juga para professional di Internet, Kompas Cyber Media menjadi situs berita internet pertama di Indonesia yang dikelola secara professional. Di bulan Agustus 1998, Kompas Cyber Media diluncurkan kembali dengan pengembangan di isi, desain, dan strategi iklan.

Kompas Cyber Media tidak hanya memberikan kesempatan beriklan kepada perusahaan-perusahaan, tetapi juga menyediakan jasa desain web, produksi web, aplikasi web, fasilitas e-commerce, konsultasi internet dan pemeliharaan web. Kompas Cyber Media mempunyai komitmen untuk mengembangkan penggunaan internet dan e-commerce di Indonesia. Hal ini


(51)

diwujudkan dalam berbagai kegiatan non profit, seperti mendukung seminar internet dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan internet.

Di bulan Desember 1998, Kompas Cyber Media mulai memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan untuk menjual produk mereka melalui internet. Saat itu pembayaran dilakukan secara offline yaitu transfer atau cash.

Mulai Maret 1999, Kompas Cyber Media dengan bekerjasama dengan sebuah commerce service provider menyediakan fasilitas e-commerce yang lengkap dan aman. Perusahaan-perusaahan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk membangun toko mereka di internet atau bergabung bersama internet mail Kompas Cyber Media yang disebut dengan webstore. Pembayaran dilakukan dengan online melalui internet.

Kompas Cyber Media juga menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan infrastruktur teknis bagi perusahaan yang membutuhkan, seperti secure server dan juga memberikan konsultasi di bidang strategic business, media dan internet. Kompas Cyber Media mempunyai tujuan utama untuk memberikan “a high quality value proposition” untuk para klien, dan juga menyediakan solusi yang terintegrasi, baik dibidang internet dan atau mengkombinasikannya dengan media tradisional. Kompas Cyber Media memberikan produk-produk yang mengakomodasi berbagai kebutuhan dan anggaran dana klien. Salah satu filosofi perusahaan direfleksikan di dalam responnya atas saran-saran dari klien.

Kompas.com merupakan situs berita terpercaya di Indonesia, diupdate selama 24 jam sehari, dengan total readership lebih dari 15 juta rang. Tingkat kunjungan ke kompas.com atau lebih dikenal dengan sebutan page view, rata-rata


(52)

mencapai 40 juta setiap bulan. Berita di Kompas.com tak saja hanya bisa diakses melalui internet, tapi juga melalui mobile (handphone).

Konotasi Kompas masih berafiliasi dengan partai katolik tampaknya masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan Kompas. Hal ini bisa diperkuat apabila dilihat dari siapa yang mengasuh dan memiliki surat kabar ini demikian juga orientasi politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung walaupun barangkali tidak disadarinya. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan sejarah berdirinya harian Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan partai katolik. Ketika partai politik difusikan ke dalam PDI tahun 1973 Kompas mulai berusaha menjadi media massa yang independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagaimana massa yang independen, dan lebih berorientasi bisnis. Meskipun demikian latar belakangnya sebagai media massa yang dekat dengan berbagai perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu menyangkut atau menyinggung kekuatan politik islam.

Namun pada perkembangannya Kompas berusaha untuk membenahi diri menjadi sebuah media massa yang professional yang berusaha untuk nersikap netral dan tidak melakukan pengkotak-pengkotakan kondisi demografis khalayaknya. Hal ini tercermin dalam mottonya yaitu “Amanat Hati Nurani Rakyat” yang menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia Mini”, karena dia sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan


(53)

bangsa, Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. Mengarahkah focus perhatian dan tujuan nilai-nilai yang tanseden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “Humanisme Tansedental”. Pada ulang tahun Kompas yang ke-35 ditemukan pepatah “Kata Mata Hati” menegaskan semangat “emphaty” dan “compassion” dari kompas.

Situs kompas.com berisi beragam konten, antara lain; News, International, Nasional, Regional, Economy, Lifestyle, Sports, Techno dan masih banyak lainnya.

Konten berita Kompas.com ditulis secara tajam, singkat, padat, dan dinamis sebagai respons terhadap tuntutan masyarakat yang semakin efisien dalam membaca berita. Selain itu konsep portal berita online juga semakin menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang up-to-date dan melaporkan kejadian peristiwa secara instant pada saat itu juga sehingga masyarakat tidak perlu menunggu sampai esok harinya untuk membaca berita yang terjadi.

Lembaga media massa seperti Kompas tidak terlepas dari gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komprehensif. Cover Both Sides, tidak menyakiti hati secara pribadi, membuka cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tertinggi pada harkat kemanusiaan.

4.1.2 Sejarah Detik.com

Detik.com adalah sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel online di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu situs terpopuler di


(54)

Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi online dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, Detik.com merupakan yang terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news).

Sejarah Detik.com dimulai pada 9 Juli 1998, yaitu terjadi pada saat setelah Soeharto jatuh. Kemudian Habibie naik. Turunnya Soeharto dengan naiknya Habibie ternyata tidak menyelesaikan masalah politik di Indonesia. Artinya, situasi politik masih kacau. Tetapi ada yang terjadi bahwa koran, media massa di Indonesia sudah bebas. Artinya boleh melakukan apa saja, menulis apa saja. Tidak ada pembatasan seperti pada jaman Soeharto.

Tetapi ada satu persoalan bahwa orang membutuhkan informasi secara cepat, untuk kepentingan apa saja. Mulai dari kepentingan mengambil keputusan bisnis sampai dengan kepentingan yang sangat sederhana. Tidak ada pilihan pada waktu itu, selain menyampaikan informasi melalui internet.

Detik.com berdiri sendiri, tidak ada hubungannya dengan tabloid Detik, majalah Detik. Lalu mulailah dibuat situs web Detik, dengan menyajikan berita yang diupdate setiap saat ada berita. Tidak ada periodisasi, jadi terus menerus bekerja 24 jam, meski dengan SDM yang terbatas.

Informasi yang disajikan Detik.com memang yang utama adalah politik. Hingga terjadi peristiwa Semanggi I, dimana tentara menembaki mahasiswa di depan Universitas Atmajaya di Sudirman Jakarta. Jumlah karyawan sudah bertambah tiga orang. Hingga apa yang diupayakan menemukan momentum yang pas, dimana orang membutuhkan informasi dengan cepat, terutama informasi


(55)

politik. Inilah awal diterimanya Detik.com yang terbukti dengan jumlah pengakses semakin tinggi. Pada tanggal 9 Juli baru 3000 pageviews, 15000 hit per hari, di bulan Maret sudah mencapai 60000 pageviews, hitnya mencapai 450000 hit, usernya 12000 dan terus berkembang pada bulan selanjutnya.

Pada perkembangannya Detik.com berubah atau bergeser menjadi Portal. Ada satu terminologi portal yang berbeda dengan portal yang ada pada umumnya. Ketika Detik.com menyatakan diri sebagai portal, penampilan tetap news, politik news tetap diutamakan. Kemudian ditambah dengan chanel perempuan, wisata, finance. Dari situ perngertian portal adalah news yang dilengkapi dengan banyak chanel yang isinya dibuat sendiri. Bukan search engine yang dibutuhkan. Masyarakat membuutuhkan informasi dengan cepat dan mulai percaya denagn berita internet. Awalnya, informasi di internet masih dianggap seperti sampah atau gossip, tapi sekarang sudah ada kepercayaan tentang informasi yang ada di internet. Konsep yang diambil oleh Detik.com adalah mengupdate setiap detik. Sehingga itulah pilihan nama yang cocok untuknya, yaitu Detik (anneahira.com).

Menurut situs alexa.com, portal Detik.com berada di peringkat 1 dari top 100 situs terpopuler di Indonesia. Beberapa situs underbow Detik.com masuk ke 40 besar, seperti detiknews.com di posisi 17, detiksport.com di posisi 21, detikfinance.com di peringkat 33, dan setiki.com di peringkat 36.

Dalam situs rupa-rupa.com yang menyajikan hasil survey lapangan mengenai situs berita nasional terbanyak pengunjungnya, detik.com mendapatkan ranking pertama di Indonesia (rupa-rupa.com). Manfuady dalam webnya


(56)

menuliskan bahwa detik.com merupakan situs berita ter update kedua setelah antara.com sampai survey pada 1 Januari 2010.

4.2 Frame Kompas.com dan Detik.com

Berita mengenai munculnya NII menjadi peristiwa yang cukup fenomenal belakangan ini. Maraknya kasus terorisme, penculikan beberapa mahasiswa serta cuci otak akhir-akhir ini kerap dihubungkan dengan NII. Dalam pemberitaan munculnya NII diberitakan berbeda oleh Kompas.com dan Detik.com. Kompas.com menekankan bahwa faktor penyebab menyebarnya NII di Indonesia adalah murni kesalahan pemerintah, mengapa pemerintah tidak mengendus gerakan radikal ini sebelumnya. Berbagai isu yang muncul semakin menyudutkan pemerintah. Seperti dugaan adanya hubungan politik antara munculnya NII dengan pihak pemerintah. Pada Detik.com “keberpihakan” berita mereka terhadap pemerintah tampak sangat jelas. Lewat pemberitaan mereka yang terkesan ‘menutup-nutupi’ siapa dalang dibalik munculnya NII di Indonesia.

Dari dua frame di atas, media kemudian secara “latah” memunculkan berita munculnya NII. Hal ini tak lain merupakan suatu strategi media untuk mendapatkan berita. Dengan mengangkat suatu tragedi menjadi pembicaraan publik, media akan mudah memperoleh fakta untuk diberitakan.


(57)

4.2.1 Frame Detik.com

Detik.com menurunkan berita mengenai munculnya NII di Indonesia sebanyak 15 berita pada rentang waktu 27 April s.d. 28 April 2011. Di penelitian ini, yang dijadikan korpus penelitian sebanyak 4 berita dari masing-masing media.

1. Berita Detik.com Rabu 27 April 2011 pukul 12.42

Detik.com merilis berita berjudul Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dipelihara Intelejen.

Tabel 1.

Deskripsi Ringkas Berita “Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dipelihara Intelejen”.

Judul Isi Berita/Wawancara Sumber Berita Eks Menteri NII Bantah

Organisasinya Dipelihara Intelejen

Bantahan bekas menteri NII organisasinya dulu sengaja dipelihara intelejen

Mantan Menteri NII, Imam Supriyanto

Problem Identification. Dalam berita ini, yang dianggap sebagai permasalahan adalah dugaan NII yang sengaja dipelihara Intelejen. NII adalah oraganisasi lama, yang menurut Detik.com adalah organisasi yang pernah mesra dengan pemerintah pada tahu 1962. Saat itu NII diminta menyukseskan golkar dalam pemilu. Sehingga munculah isu tersebut.

“Mantan menteri di organisasi Negara Islam Indonesia (NII), Imam Supriyanto, membantah organisasinya dulu sengaja dipelihara oleh intelijen untuk membuat isu tertentu.”


(58)

Causal Interpretation. Menurut Detik.com, NII KW 1 sampai KW 8 pimpinan Kartosoewirjo berhasil diberangus, hanya KW 9 yang bisa berkembang dan dapat meneruskan tongkat estafet perjuangan NII.

“Dari KW 1 sampai KW 8, hanya KW 9 yang bisa berkembang, baik dari jumlah umat maupun pendanaan.”

Moral Evaluation. Dalam berita ini tidak dijelaskan Moral Evaluationnya.

Treatment Recommendation. Dalam berita ini tidak dijelaskan Treatment Recommendationnya.

Tabel 2.

Frame Berita “Eks Menteri NII Bantah Organisasinya Dipelihara oleh Intelejen”

Judul Eks Menteri NII Bantah Organisasinya

Dipelihara oleh Intelejen

Problem Identification Dugaan NII dipelihara oleh Intelejen Causal Interpretation Detik.com melihat bagaimana NII bisa

eksis kembali karena KW 9 yang memang bisa bertahan dari segi umat dan pendanaan

Moral Evaluation -

Treatment Recommendation -

Frame Detik.com lebih melihat masalah ini

bukan karena kesalahan pemerintah semata, dengan pemilihan narasumber yang mendukung pernyataan tersebut. Dalam hal ini bekas menteri NII dijadikan narasumber.


(59)

2. Berita Detik.com Rabu 27 April 2011 pukul 19.41 Tabel 3.

Deskripsi Ringkas Berita “BIN Minta Masyarakat Jangan Menduga NII Dibekingi Intel”

Judul Isi Berita/Wawancara Sumber Berita BIN Minta Masyarakat

Jangan Menduga NII Dibekingi Intel

Intelejen lindungi NII Kepala BIN, Sutanto

Problem Identification. Yang menjadi permasalahan menurut Detik.com adalah beredarnya isu dilindunginya NII oleh Intelejen. Karena sejak NII KW 1 sampai KW 8 dapat diberangus, KW 9 dengan mudahnya seakan-akan pemerintah tak mampu mengendus gerakan ini sebelum mereka menyebar kembali di Indonesia sehingga muncul isu-isu tersebut. Pemilihan narasumber yang membantah isu tersebut membuat Detik.com terkesan menutup-nutupi bahwa isu tersebut adalah tidak benar.

“Kepala BIN Sutanto meminta masyarakat jangan menduga-duga gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9), dilindungi oleh intelijen.”

Causal Interpretation. Yang membuat isu tersebut beredar adalah tuduhan masyarakat yang tidak beralasan, hanya menduga, tapi tak ada bukti yang jelas.

“…... Harus ada bukti-bukti hukum yang kuat atas dugaan itu.”

Moral Evaluation. Jangan menduga-duga, harus ada bukti yang jelas. Demikian kutipan wawancara yang di ambil dari narasumber yang dipilih dari


(60)

Detik.com. Narasumber tersebut mendukung semua pernyataan yang mendukung wacana tersebut.

“Jangan berfikir pada masa yang lalu, sekarang transparan. Masyarakat bisa melihat apa yang kita lakukan. Jangan menduga-duga, harus ada bukti-bukti secara hukum," ujar Sutanto.

Treatment Recommendation. Detik.com menilai, jika terbukti NII KW9 melakukan tindakan yang melanggar hukum, maka bukti-bukti akan segera dikumpulkan dan tindakan tegas sangat diperlukan. Info sudah cukup, tinggal pengumpulan bukti.

“Tentu info-info sudah cukup. Tinggal pengumpulan bukti secara hukum untuk bertindak. Kan sudah ada bukti di Jabar kemarin.”

“…….Ini kan tindakan, jika ada indikasi melanggar hukum, akan kami tindak tegas."

Tabel 4.

Frame Berita “BIN Minta Masyarakat Jangan Menduga NII Dibekingi oleh Intel”

Judul Berita BIN Minta Masyarakat Jangan Menduga NII Dibelingi oleh Intel Problem Identification Beredarnya isu dibekinginya NII oleh

Intel

Causal Interpretation Detik.com melihat penyebab bagaimana permasalahan tersebut adalah berasal dari tuduhan masyarakat yang tidak beralasan

Moral Evaluation Harus ada bukti-bukti yang jelas Treatment Recommendation Semua tindakan yang melanggar

hukum, akan ditindak tegas

Frame Detik.com meminta masyarakat jangan

asal menuduh yang tidak beralasan. Dan detik.com terkesan membela BIN.


(61)

3. Berita Detik.com Kamis, 28 April 2011 pukul 16.04 Tabel 5.

Deskripsi Ringkas Berita “NII Seolah Dibacking, Pemerintah Harus Bertindak” Judul Isi Berita/Wawancara Sumber Berita NII Seolah Dibacking,

Pemerintah Harus Bertindak

Munculnya NII di Indonesia

Ketua MUI Amidhan

Problem Identification. Yang menjadi permasalahan dalam berita ini adalah NII adalah gerakan lama, tetapi mengapa susah sekali diungkap, apalagi sampai di telinga pemerintah.

“Dari dulu sudah sering terdengar kabar orang yang menjadi korban Negara Islam Indonesia (NII). Mustahil jika kabar ini tidak sampai di telinga pemerintah.”

“Ini kan sudah lama, sudah dari dulu. Seolah ada 'backing', sehingga susah diungkap. Pemerintah harus bertindak,"

Kata “seolah” seakan menjadi misrepresentasi bagi pembacanya. Di sini Detik.com menggunakan kata-kata yang ofensif kepada seorang individu, kelompok atau kegiatan dan itu yang disebut Labelling (Eriyanto, 2003:126). Detik.com seakan-akan member kesan bahwa dugaan ‘backing’ tersebut memang ada.

Causal Interpretation. Yang menjadi penyebab masalah dalam berita ini adalah dugaan “backing” yang ditujukan kepada Intelejen atas menyebarnya NII.


(1)

informasi yang lain. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi pentapisan informasi atau pemalang pintu ini (Nurudin, 2003 : 110).

Menurut Fishman, ada kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat, salah satunya adalah pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang diberitakan dan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah dalam sebuah berita (Eriyanto, 2004 : 100).

Benar bahwa media harus bekerja secara objektif, berimbang dan netral di bawah kaedah-kaedah jurnalistik. Bisa jadi secara kaedah jurnalistik suatu pemberitaan sudah dikatakan benar. Tapi ternyata selalu ada celah bagi media untuk secara halus menyisipkan ideologi dan tendensinya tersebut secara tidak sadar hadir dalam suatu berita.

Sebagaimana pemahaman dalam paradigm konstruktivis bahwa berita adalah hasil konstruksi wartawan dan media terhadap realitas sosial di mana selalu


(2)

76 

 

melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana realitas itu dipahami dan dimaknai leh wartawan.

Cara pandang media dan jurnalis detik.com dan kompas.com sesungguhnya pun dipengaruhi oleh ideologi dan nilai-nilai tertentu. Detik.com memandang bahwa bukan hanya pemerintah yang disalahkan tapi masyarakat harus lebih obyektif dalam melihatnya. Sementara kompas.com memandang NII adalah “dosa” pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab penuh atas munculnya NII. Berita-berita kompas.com lebih mengarah kepada wacana-wacana yang menyudutkan pemerintah. Sehingga beritanya kemudian cenderung kontra terhadap media detik.com.

Berita bukanlah representasi dari realitas. Berita yang kita baca dan lihat pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik. Pemilihan fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai pada penyuntingan merupakan prses konstruksi yang dilakukan oleh wartawan.

Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber yang lain; menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar disbanding tokoh yang lain; liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain; tidak berimbang dan secara nyata memihak suatu kelompok, tidaklah dianggap sebagai sekedar kekeliruan yang dilakukan oleh wartawan, tetapi memang seperti itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan. Memang seperti itulah konstruksi wartawan terhadap realitas yang hendak dia beritakan.


(3)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis atas berita-berita munculnya NII di detik.com dan kompas.com sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Problem Identification (Pendefinisian Masalah). Detik.com dan kompas.com hampir sama dalam mendefinisikan masalah. Detik.com dan Kompas.com hampir sama memandang munculnya NII sebagai awal persoalan ini terjadi. Masalah inilah yang akhirnya nanti menimbulkan berbagai macam kontroversi.

2. Causal Interpretation (Memperkirakan Penyebab Masalah). Dalam pemberitaan detik.com, yang menyebabkan munculnya NII adalah tidak serta merta kesalahan pemerintah. Detik.cm mengajak pembacanya agar lebih obyektif dalam melihat suatu permasalahan. Sedangkan pada kompas.com penyebab munculnya NII adalah murni karena kesalahan pemerintah dalam mengantisipasi maupun dalam menanganinya. Seakan-akan ada politik tersendiri yang di’bawa’ oleh pemerintah.

3. Moral Evaluation (Membuat Pilihan Moral). Kompas.com membuat beberapa keputusan moral, yaitu NII akan mengancam keutuhan bangsa Indonesia karena mengatasnamakan suatu agama tertentu serta


(4)

77 

 

dikhawatirkannya terjadi distrust atau ketidakpercayaan publik terhadap instansti negara. Sedangkan pada detik.com mengatakan bahwa NII akan merugikan dan menghancurkan bangsa Indonesia.

4. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian). Akhirnya, berdasarkan berita-beritanya dapat disimpulkan bahwa kompas.com dan detik.com menekankan penyelesaian yaitu dengan meningkatkan kinerja intelejen serta peran aktif masyarakat dalam menyikapi masalah tersebut agar masalah ini tidak berlarut-larut.

5. Frame Detik.com menjelaskan bahwa munculnya NII tidak hanya disebabkan oleh kelalaian pemerintah dalam mengantisipasi munculnya NII, tapi juga harus dilihat sejarah dan latar belakang NII itu sendiri. Sedangkan Kompas.com menjelaskan bahwa munculnya NII adalah murni kesalahan pihak pemerintah dalam mengantisipasi maupun menangani kasus tersebut.

5.2 Saran

Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar para calon peneliti peka dalam mencari permasalahan yang hendak diteliti. Dalam melakukan analisis framing, pilihlah berita-berita atau isu-isu sensitive yang berdampak luas di masyarakat. Dalam meneliti frame berita, hendaklah peneliti menggunakan paradigm kritis, agar penelitiannya dapat mengikutsertakan konteks ruang waktu,


(5)

sosial politik di mana berita itu dibuat, sehingga hasil penelitian menjadi lebih komprehensif.

Bagi masyarakat luas, konsumen media massa, hendaklah kita bisa lebih kritis dalam mengkonsumsi berita maupun inrformasi dari media. Media sesungguhnya tak sekedar menyampaikan, melainkan juga mengarahkan. Sebagai konsumen yang cerdas kita seharusnya kritis dan tak mudah dipengaruhi oleh media. Melainkan sebaliknya mampu mengontrol media agar media dapat terus menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi dan corong kebenaran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Effendy, Onong Uchana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto, 2005, Analisis Framing Konstruksi, Idelogi dan Politik Media, Yogyakarta, LKIS. Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga.

Mc.Quail, Dennis, 1996, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Gelora Aksara Utama. Nurudin, 2003, Komunikasi Massa, Malang, Cespur.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Sumadiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia, Bandung, Simbiosa Rekatama Media. Birowo, M. Antonius, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta.

Septiawan Santana, 2005, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia.

NON BUKU :

http://id.wikipedia.org/wiki/Detik.com 26/04/11 13:43 http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas 26/04/11 12:16

http://www.kompas.com 26/04/11 19:52 , 27/04/11 23:21 , 28/04/11 15:30 http://www. detik.com 26/04/11 19:58 , 27/04/11 00:10 , 28/04/11 14:12 http://id.wikipedia.org/wiki/NII 27/04/11 17:55