Landasan Teori .1. Proses Ekstraksi

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Proses Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen- komponen dalam campuran . Ekstraksi banyak dipakai dalam pengambilan suatu zat dari bahan padat, misalnya pada pengambilan minyak dari biji- bijian hasil pertanian ataupun dari daun-daunan dan akar tinggal tanaman. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstrak, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu : 1. Ekstraksi Padat-cair Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk padatan. 2. Ekstraksi Cair-cair Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk cair. Ekstraksi padat-cair Ekstraksi Padat-cair adalah pengambilan suatu zat solute dari suatu padatan dengan menggunakan pelarut solvent. Ekstraksi ini bisa disebut dengan leaching. Geankoplis,1997 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan dari ekstraksi adalah : 1. Ukuran partikel Ukuran partikel berpengaruh terhadap kecepatan dari ekstraksi. Semakin kecil ukuran semakin luas bidang kontak sehingga semakin cepat pula ekstraksi terjadi. Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquida, akibatnya akan memperbesar rate transfer material, disamping itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi ukuran partikel yang sangat halus akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak jalan disamping itu juga akan mempersulit drainase residu. 2. Pelarut Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang selektif, tidak merusak bahan dan memiliki viskositas rendah. Biasanya pelarut murni yang digunakan dalam proses ini. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :  Selektifitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen- komponen lain dari bahan ekstrak.  Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar kebutuhan pelarut lebih sedikit.  Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair tidak boleh atau hanya secara sebatas larut dalam bahan ekstrak.  Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen pada bahan ekstraksi.  Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk azeotrop.  Kriteria lain Pelarut sedapat mungkin harus memenuhi hal- hal sebagai berikut: murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak eksplosif jika bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara kimia dan termis. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Temperatur Kelarutan solute akan bertambah dengan naiknya temperatur, sehingga kecepatan ekstraksi akan meningkat pula. Akan tetapi kenaikan temperatur ini ada batasannya karena setiap solvent memiliki titik didih yang berbeda 4. Pengadukan Pengadukan pada solvent sangat penting karena akan meningkatkan diffusi solvent ke solid sehingga mempercepat ekstraksi. Secara umum pengadukan bertujuan untuk mendistribusikan suhu agar merata dan mempercepat kontak solute dengan solvent. Selain itu juga pengadukan bertujuan untuk mengurangi pengendapan. 5. Kecepatan perpindahan massa Pada ekstraksi padat-cair, perpindahan massa solute dari dalam padatan ke cairan melalui dua tahap proses, yaitu diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan. Bila ukuran padatan relatif kecil, maka diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa dari permukaan padatan ke permukaan cairan.

2.2.2. Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C 6 H 14 isomer utama n-heksana memiliki rumus CH 3 CH 2 4 CH 3 . Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert . Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. Heksana memiliki massa jenis 0.655 gml dan titik didih yang rendah yaitu 65 - 70ºC sehingga baik digunakan sebagai pelarut karena mempunyai sifat stabil. Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiheksana Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada proses ekstraksi ini digunakan pelarut heksana didasarkan atas beberapa hal, yaitu: a. Harga heksana relatif lebih murah dibandingkan solvent lainnya. b. Mempunyai kemampuan membunuh bakteri. c. Recovery solventnya lebih sederhana. d. Faktor kimianya tidak bersifat korosif. e. Minyak yang diperoleh mempunyai mutu yang baik.

2.3 Hipotesis