3.
Ukuran Perusahaan X
3
Ukuran Perusahaan diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan jumlah total asset, dengan rumus :
Ukuran Perusahaan = Total AssetsPutri dan Nasir, 2006 : 9
4.
Profitability X
4
Variabel ini didifinisikan sebagai ratio of operating income to total assset. ROA Return On Asset digunakan sebagai ukuran
profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba per unit asset, dengan rumus :
Profitability =
Asset Total
Income Operating
Putri dan Nasir, 2006 : 9 5.
Kebijakan Dividen Y. Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio DPR yang lebih
rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. DPR =
Pajak Setelah
Bersih Laba
Dividen
Putri dan Nasir, 2006 : 9
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
a. Populasi Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba
rugi perusahaan automotive yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 - 2009.
b. Sampel Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling.
Salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Kriteria yang
digunakan antara lain : -
Perusahaan automotive di Indonesia yang tercatat laporan keuangannya selama tahun 2006 - 2009.
- Perusahaan automotive di Indonesia yang mengeluarkan dividen
secara berturut-turut selama tahun 2006 – 2009
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan data yang diambil dari laporan tahunan perusahaan automotive di Indonesia
yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan
automotive di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang meliputi data laporan keuangan, sejarah perusahaan, lokasi
perusahaan, dan lain sebagainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah : dari Bursa Efek Indonesia
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang
untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan
teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang
diperlukan untuk analisis. 2.
Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda
dengan persamaan sebagai berikut : Y =
β +
β
1
X1 + β
2
X2 + β
3
X3 + β
4
X4 + e
1
Sudjana, 1992 : 108 Keterangan:
Y = Kebijakan Dividen X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Kebijakan Hutang X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Profitability β
= Konstanta e
i
= Standart Error
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independent.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari
besaran VIF Varians Inflation Factor, yaitu : Ghozali, 2001 : 57 1. Jika besaran VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas.
Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. Ghozali, 2001 : 60. Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi hubungan yang terjadi diantara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu seperti pada data return waktu atau time series data atau yang tersusun dalam rangkaian ruang seperti pada data silang waktu atau
cross sectional. Sumodiningrat, 2002 : 231. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas k dan jumlah data n sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh
distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi Ghozali, 2001: 61.
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 DW dL dL DW du
du DW 4-du 4-du DW 4-dL
4-dL DW 4- Ada autokorelasi positif
Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif
Sumber : Ghozali, 2001 : 61
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang
memiliki prosedur sebagai berikut: a.
Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hi : β i
≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5 = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swastaSRO seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan tahun 1992. Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek PPUE
mendirikan Bursa Paralel Indonesia BPI untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa over the counter. Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi surat utang. Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir sejak 2002
hingga sekarang emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-
2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai. Bursa Efek Indonesia BEI didirikan oleh pemerintah Indonesia
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek Surabaya BES.
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.
b. Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut: 1.
to produce variety of sellable high standard capital market product.
2. to provide high technology infrastructures.
3. to meet customer satisfaction priority.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4. to strengthen investor’s protection.
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human
resource.
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis