ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

32

ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN

HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen  

              Oleh :

ADITYA HERMAWAN SAPUTRO 0712010162 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Kekasih tercinta yang mendukung dan memberikan semangat baik materiil maupun moril

8. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Maret 2011 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan ... 12

2.2.1.1. Definisi Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan ... 13

2.2.1.2. Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan ... 13

2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan ... 15

2.2.2. Kebijakan Dividen ... 17

2.2.3. Kepemilikan Manajerial ... 18

2.2.4. Kebijakan Hutang ... 19


(5)

2.2.6. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan ... 22

2.2.7. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 23

2.2.8. Profitability ... 24

2.2.9. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen ... 24

2.2.10. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen ... 26

2.2.11. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen . 27 2.2.12. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen ... 27

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 31

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 32

3.4. Uji Normalitas ... 32

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 32

3.6. Teknik Analisis ... 33

3.7 Uji Hipotesis ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 37


(6)

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 39

4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 40

4.2.1. Uji Normalitas ... 40

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 41

4.2.2.1 Autokorelasi ... 41

4.2.2.2 Multikolinearitas ... 42

4.2.2.3 Heteroskedastisitas ... 43

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 44

4.3. Hasil Pengujian Uji F ... 46

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 52


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Rasio Dividen Perusahaan Automotive

di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009...4

Tabel 4.1 : Normalitas Data Masing-masing Variabel...41

Tabel 4.2 : Batas-batas daerah Test Durbin Watson ...42

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ...43

Tabel 4.4 : Koefisien Regresi ...44


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN

HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

Aditya Hermawan Saputro

ABSTRAKSI

Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan konflik keagenan. Pemegang saham biasanya memilih dewan direksi yang kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan perusahaan. Karena manajer bekerja untuk pemegang saham, mereka harus menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham. Tujuan utama perusahaan dan sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Tujuan tersebut sering kali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajerial) dan insiders atau sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan dan profitability terhadap kebijakan dividen

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel yang dilaksanakan dengan cara pengambilan subyek berdasarkan atas tujuan atau kriteria tertentu. Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis uji regresi linier berganda.

Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Kepemilikan manajerial , Kebijakan hutang, Ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen . Sedangkan untuk variabel Kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Kebijakan hutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.

Keywords: kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, profitability dan kebijakan dividen


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi strategis yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolaan ini ditujukan agar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Pengelolaan kinerja diserahkan kepada manajer keuangan sehingga manajer keuangan berusaha mengelola aset finansial perusahaan dengan menitikberatkan pada tiga keputusan, yakni: keputusan financial (financial decision), keputusan investasi (investment decision), dan kebijakan dividen (dividend policy). Manajer keuangan berusaha mewujudkan kedua tujuan perusahaan dengan menggunakan ketiga keputusan tersebut.

Isu dividend cut memberikan pertanda buruk terhadap kinerja perusahaan. Informasi ini akan ditindaklanjuti oleh pihak eksternal sebagai dampak dari kegagalan perusahaan yang pada akhirnya berdampak buruk terhadap performance harga saham. Bila dikaji dari sisi internal, keputusan dividen cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan kinerja financial. Jika perusahaan mendapat kesempatan investasi yang menarik, maka tidak salah bila investasi tersebut didanai dari sumber dana internal daripada utang. Konsekuensi dari keputusan ini mengorbankan kepentingan pemegang saham


(11)

karena gagal menerima return dalam bentuk dividen. Berdasarkan penilaian yang berbeda ini, dalam menetapkan dividen. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang sehingga bermuara pada maksimalisasi harga saham

Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan konflik keagenan. Pemegang saham biasanya memilih dewan direksi yang kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan perusahaan. Karena manajer bekerja untuk pemegang saham, mereka harus menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham. Tujuan utama perusahaan dan sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Tujuan tersebut sering kali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajerial) dan insiders atau sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan automotive sebagai obyek penelitian karena perusahaan ini merupakan sektor penting bagi industri dengan alasan sektor ini dapat menghasilkan produk-produk yang memenuhi kebutuhan dasar manusia, sehingga produknya tetap dibutuhkan masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Sektor ini juga termasuk sektor yang kuat dalam menghadapi masalah ekonomi termasuk krisis moneter. Dengan kata lain kondisi ekonomi tumbuh atau tidaknya perusahaan automotive produknya tetap dibutuhkan oleh masyarakat.


(12)

Perusahaan automotive cenderung mengalami penurunan laba bersih dikarenakan adanya penurunan pendapatan lain-lain yang berpengaruh terhadap laba perusahaan. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat yang terpengaruh pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tingginya inflasi dan juga tingginya biaya distribusi, sehingga dalam hal ini manajemen harus berpikir untuk memperluas jaringan distribusi nilai penjualan dari tahun sebelumnya sehinggga akan mengurangi omset penjualan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan dengan melemahnya daya beli masyarakat maka akan menurunkan pula laba yang dihasilkan perusahaan.

Permasalahan lain yang dihadapi perusahaan automotive juga dapat dilihat dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Kondisi tersebut menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan automotive akan berkurang akibat dari penggunaan laba untuk membayar hutang. Hal tersebut menjadikan laba pada perusahaan automotive cenderung berfluktuatif yang dapat dilihat dari tabel 1.1.


(13)

Tabel 1.1 : Rasio Deviden Perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009

Nama Perusahaan 2006 2007 2008 2009

PT. Astra Internasional 440 160 870 830 PT. Gajah Tunggal 5 5 10 15 PT. Goodyear Indonesia 1.124 88 60 225 PT. Indo Kordsa 12 63 125 50 PT. Selamat Sempurna 15 40 100 90 PT. Indospring 50 50 50 250 PT. Multistrada Arah Sarana 1 1 1 1

PT. Nipres 12 50 24 15

PT. Prima Aloy Steel 90 100 40 12 PT. United Traktor 130 210 320 330 Sumber : Bursa Efek Indonesia

Dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa dividen pada perusahaan automotive cenderung mengalami kefluktuatifan dari tahun ke tahun hal ini terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi yang diantaranya antara lain : kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, dan Profitability. Karena pada variabel kepemilikan manajerial tinggi, kekayaan manajer menjadi tidak terdiversifikasi optimal sehingga menurunkan pembayaran dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana internal. Dengan cara ini pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat

pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila


(14)

perusahaan. Pada tingkat managerial ownership rendah perusahaan melakukan pembayaran dividen besar. Alasan pertama adalah jika perusahaan membayar dividen yang tinggi akan memberi sinyal yang bagus tentang earning atau performance di masa mendatang. Kondisi ini meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor sehingga mudah melakukan emisi saham baru. Selain itu variabel utang dipilih sebagai variabel independen kedua karena bila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai substitusi atau pengganti atas penggunaan utang. Dan ukuran perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Selain itu variabel profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar keuntungan sebagai sumber dana internal. Pada ROA tinggi dibayarkan dividen


(15)

rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Pada kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa mendatang terprediksi secara jelas.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul "ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:

1. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen ?

2. Apakah ada pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen? 3. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen ? 4. Apakah ada pengaruh profitability terhadap kebijakan dividen ?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen.

2. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.

3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

4. Untuk menganalisis pengaruh profitability terhadap kebijakan dividen.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjual atau membeli saham.

2. Bagi perusahaan. penelitian ini dapat digunakan untuk meminimumkan biaya agensi (agency cost) dengan mengetahui variable mana yang dapat menimbulkan konflik agensi (agency conflict).

3. Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Putri dan Nasir, 2006, dengan judul Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan interdependensi yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen serta apakah terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan :

• Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif

signifikan terhadap kepemilikan manajerial pada 0.001. Manajer tidak menginginkan apabila tidak mempunyai hak suara dalam perusahaan yang dikelolanya.

• Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak


(18)

kepemilikan institusional pada 0.259. Apabila manajer meningkatkan sahamnya maka dikhawatirkan perusahaan akan menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi, sehingga keputusan yang dilakukan perusahaan akan lebih menjurus kepada kepentingan oportunistik manajer.

• Berdasarkan hasil bahwa kepemilikan manajerial secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan risiko. Pada saat kekayaan pribadi tidak terdiversifikasi, manajer menuntut insentif tinggi untuk mengimbangi risiko yang diterima. Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan, manajer akan mengurangi keterlibatannya dalam kepemilikan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan kekayaan pribadi mereka.

• Tingginya kepemilikan manajerial semakin memungkinkan tindakan oportunis manajer sehingga meresahkan shareholders. Pengunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan meningkatkan monitoring dari bondholders dan membuat shareholders lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi risiko dari shareholders. Penjelasan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini dimana kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang pada 0.001.


(19)

• Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada 0.010. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi.

2. Nuringsih (2005) dengan judul : Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : a) Kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden b) Kebijakan utang terhadap kebijakan dividen

c) ROA terhadap kebijakan dividen

d) Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable idependent terhadap variable dependen.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Variabel managerial ownership tidak membuktikan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Perilaku manajer mengarah pada dividen yang relative tinggi sebagai return atas kepemilikan saham.


(20)

2. Variabel kebijakan utang membuktikan pengaruh negatif dengan kebijakan dividen. Pada tingkat penggunaan utang yang relative besar, perusahaan membayarkan dividen pada presentase yang tidak terlalu tinggi.

3. Variabel ROA membuktikan pengaruh negatif dengan kebijakan utang. Pada profitabilitas rendah perusahaan tetap membayarkan dividen.

4. Variabel ukuran perusahaan membuktikan pengaruh positif dengan kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung membayar dividen besar.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada uji hipotesis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable independent terhadap variable dependen. Selain itu Periode penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian terdahulu pada tahun 2002-2006 dan tahun 1995-1996. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode tahun 2006-2009. Persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai kebijakan dividen.


(21)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan

Menurut SAK (2009 : 2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan.

Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi termasuk juga informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut : (Baridwan, 2004 :20)

a. Full set laporan keuangan formal. b. Informasi keuangan lainnya

Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang diharapkan oleh manajemen pada masa yang akan datang, release berita keuangan baru, dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta timbulnya biaya atau beban perusahaan.

c. Informasi non keuangan

Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial (social environment) dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis mengingat kondisi ekonomi pada umumnya.

Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih baik bila


(22)

dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan unsur utama pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan.

Menurut PSAK (2009),(kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : (SAK, 2009 : 7 – 10)

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis.


(23)

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar daharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


(24)

Menurut PSAK (2009), (kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Sedangkan menurut Baridwan (2004 : 17) laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.

2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (2004:23), laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu (tanggal) tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa mendatang. Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic


(25)

sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas-entitas lain di masa yang akan datang. Modal pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan hutang.

2. Laporan Laba Rugi

laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu.laporan ini menyajikan pendapatan selama satu periode dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama. Di laporan laba rugi dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (lose).

Menurut PSAK (2009: 1), laporan laba rugi mengandung unsur – unsur sebagai berikut :

a. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang berasal dari kontribusi penanaman modal.

b. Beban (expense), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.


(26)

Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari laporan laba rugi.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.

2.2.2. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang buruk. Untuk mengurangi biaya keagenan diperlukan pembayaran dividen. Akan tetapi pembayaran dividen akan berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan perusahaan, karena pembayaran dividen akan mengurangi arus kas perusahaan sehingga dalam memenuhi


(27)

kebutuhan operasionalnya perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan.

Dalam penelitian tentang agency cost dan perilaku pembayaran dividen perusahaan, pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan. Jensen (1992) menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi manajer. Dalam hal ini perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Disamping itu pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban terhadap pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Hasil studi Jensen (1992) menemukan bahwa dividen payout ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio.

2.2.3. Kepemilikan Manajerial

Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk mensetarakan dengan pemegang saharn. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi. Proksi managerial ownership menggunakan persentase kepemilikan manajer & direktur terhadap total common stock outstanding. (Chen dan Steiner 1999)


(28)

2.2.4. Kebijakan Hutang

Dana dapat diperoleh dari luar perusahaan (external financing) maupun dari dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dari modal sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Baridwan, 2004).

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dari hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang, (b) pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005). Penggunaan hutang memiliki kelemahan (a) hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak


(29)

menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain (Masdupi, 2005).

2.2.5. Teori Keagenan

Pengendalian perusahaan dewasa ini sering diserahkan kepada manajer profesional yang bukan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan tidak mampu mengendalikan perusahaan karena keterbatasannya mengelola perusahaan tidak mampu mengendalikan perusahaan yang semakin maju dan kompleks. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan sebagai peningkatan harga saham. Tetapi pada kenyataannya tidak jarang manajer mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan tersebut. Oleh karena itu manajer diangkat oleh pemegang saham untuk bisa memaksimumkan nilai perusahaan tersebut. Dalam teori keagenan di jelaskan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan.

Adanya konflik antara pihak manajemen dengan pemilik saham dan dengan pihak yang terkait lainnya seperti kreditor, sering memunculkan suatu permasalahan yang disebut dengan masalah keagenan. Wahidahwati (2002) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Masalah keagenan potensial terjadi bila


(30)

proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri, dan bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan.

Hal ini disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai tindakan manajer tersebut, karena tindakan tersebut akan menambah biaya dan membebani dengan biaya yang tidak menguntungkan perusahaan, sehingga akibatnya perusahaan akan mengalami penurunan laba dan penurunan deviden yang akan diterima serta pada akhinya akan berpengaruh terhadap menurunnya harga saham serta nilai perusahaan. Sehingga memunculkan suatu permasalahan yang disebut dengan masalah keagenan yang kemudian memunculkan suatu masalah keagenan yang kemudian memunculkan suatu teori tentang masalah keagenan yang disebut dengan agency theory.

Agency Theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) adalah hubungan atau kontrak antara principal, termasuk agent (manajer) untuk melakukan tugas atas kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu tinggi.


(31)

2.2.6. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan

Masdupi (2005) mendefisikan biaya keagenan sebagai jumlah dari pengeluaran untuk pengawasan (monitoring) yang dikeluarkan oleh principal. Keputusan struktur modal yang dilakukan manajer adalah dalam upaya menyeimbangkan agency cost of debt dengan agency cost of equity untuk menurunkan dampaknya pada nilai perusahaan. utang yang terlalu besar akan menimbulkan biaya keagenan karena adanya kecenderungan manajer untuk menggunakan free cash flow secara berlebihan, dan kepemilikan insider yang terlalu besar juga menimbulkan entrachment dan biaya keagenan ekuitas. Apabila biaya keagenan minimal maka diharapkan struktur modal akan optimal. Ada beberapa altematif umuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost), altematif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang.

Altenatif kedua, adalah dengan mengingatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal itu dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka, harus siap untuk dievaluasi oleh pihak ekstemal dan berarti akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan aliran kas (excess cash flow) yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan di lakukan manajemen.


(32)

Altematif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent Wahidahwati (2002), menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dan luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyerahan power menjadi suatu hal yang relevan.

2.2.7. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat (Brigham dan Weston, 1994:174). Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva.

Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki


(33)

fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati 2002:23) . Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar.

2.2.8. Profitability

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Arifin (2001) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio.

2.2.9. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen

Penelitian Chen & Steiner (1999), meneliti pengaruh managerial ownership terhadap kebijakan dividen tetapi dalam konteks keagenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara manajerial ownership dengan kebijakan dividen. Jika managerial ownership tinggi, kekayaan


(34)

manajer menjadi tidak terdiversifikasi optimal sehingga menurunkan pembayaran dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana internal. Dengan cara ini pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Pada tingkat managerial ownership rendah perusahaan melakukan pembayaran dividen besar. Alasan pertama adalah jika perusahaan membayar dividen yang tinggi akan memberi sinyal yang bagus tentang earning atau performance di masa mendatang. Kondisi ini meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor sehingga mudah melakukan emisi saham baru. Jika perusahaan menambah saham baru, manajer selaku pemegang saham lama mendapat pre-emptive right sehingga berpeluang meningkatkan kepemilikan sahamnya. Tetapi pada sisi lain pembayaran dividen tinggi menyebabkan perusahaan memiliki laba ditahan kecil. Apabila perusahaan melakukan ekspansi akan menggunakan sumber dana eksternal yang cenderung mahal. Manajer dengan kepemilikan saham yang rendah berarti dapat melakukan diversifikasi pada kesempatan investasi lain. Risiko manajer karena keterbatasan sumber dana internal dapat digantikan oleh return yang didapatkan dari diversifikasi kekayaan secara optimal.


(35)

2.2.10. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen

Variabel utang dipilih sebagai variabel independen kedua karena bila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki utang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan utang.

Penelitian Jensen (1992), menemukan mekanisme substitusi antara utang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai substitusi atau pengganti atas penggunaan utang. Proksi kebijakan utang menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu: total utang dibagi dengan total aset.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.


(36)

2.2.11. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen

Ukuran perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. (Chang dan Reel 1999) tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya pada perusahaan memiliki aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah. Proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset atau natural log market capitalization. (Chen dan Steiner 1999).

Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap positif kebijakan dividen.

2.2.12. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang stabil dan mampu memprediksi laba tahun mendatang, berani mengumumkan tingkat dividen yang tinggi atau stabil. Hal ini disebabkan, perusahaan tersebut mempunyai tingkat kepastian yang tinggi dalam perolehan laba yang besar. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki tingkat persentase laba yang tinggi dalam membagikan laba dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi.


(37)

Perusahaan yang labanya berfluktuasi memiliki kecenderungan untuk menahan laba dalam jumlah tinggi daripada membayarkannya sebagai dividen.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

2.3. Kerangka Konseptual

Kepemilikan Manajerial (X1)

Kebijakan Hutang (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4)

Kebijakan Dividen (Y)


(38)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :

a. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

b. Kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen c. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen d. Profitability berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Kepemilikan manajerial (X1

Kepemilikan Manajerial =

) adalah Proporsi kepemilikan saham manajerial terhadap total saham. Kepemilikan manajerial diukur mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.

it it SHRC TOT SHRC C & D

(Putri dan Nasir, 2006 : 9)

Keterangan : D & C SHRCit

TOT SHRC

= Kepemilikan Saham oleh Direktur dan komisaris perusahaan perusahaan i pada tahun t

it

2. Kebijakan hutang (X

= Jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar perusahaan i pada tahun t

2

Kebijakan Utang =

) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu

Asset Total

Debt Total


(40)

3. Ukuran Perusahaan(X3

Ukuran Perusahaan diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan jumlah total asset, dengan rumus :

)

Ukuran Perusahaan = Total Assets(Putri dan Nasir, 2006 : 9) 4. Profitability (X4

Variabel ini didifinisikan sebagai ratio of operating income to total assset. ROA (Return On Asset) digunakan sebagai ukuran profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba per unit asset, dengan rumus :

)

Profitability =

Asset Total

Income Operating

(Putri dan Nasir, 2006 : 9)

5. Kebijakan Dividen (Y). Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan.

DPR = Pajak Setelah Bersih Laba Dividen

(Putri dan Nasir, 2006 : 9)

3.3 Populasi dan Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi perusahaan automotive yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 - 2009.

b. Sampel

Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling. Salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang


(41)

dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Kriteria yang digunakan antara lain :

- Perusahaan automotive di Indonesia yang tercatat laporan keuangannya selama tahun 2006 - 2009.

- Perusahaan automotive di Indonesia yang mengeluarkan dividen secara berturut-turut selama tahun 2006 – 2009

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan data yang diambil dari laporan tahunan perusahaan automotive di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan automotive di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang meliputi data laporan keuangan, sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, dan lain sebagainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah : dari Bursa Efek Indonesia


(42)

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut : 1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat

berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = β0 + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3X3 + β 4 X4 + e1 (Sudjana, 1992 : 108)

Keterangan:

Y = Kebijakan Dividen X1 = Kepemilikan Manajerial X2 = Kebijakan Hutang X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Profitability

β 0 = Konstanta


(43)

3.6.2Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. 2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.


(44)

3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n ) sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 61).

Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1 : Autokorelasi

Durbin Watson Kriteria 0 < DW < dL

dL < DW < du du < DW < 4-du 4-du < DW < 4-dL 4-dL < DW < 4-

Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2001 : 61


(45)

3.6.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki prosedur sebagai berikut:

a. Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hi : β i ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Tingkat signifikan 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian :

1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO seperti dewasa ini.

Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan (tahun 1992).

Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali


(47)

didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat utang.

Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002 hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini


(48)

diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia

a. Visi

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:

To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.

b.Misi

Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. to produce variety of sellable high standard capital market product.

2. to provide high technology infrastructures. 3. to meet customer satisfaction priority.


(49)

4. to strengthen investor’s protection.

5. to create market integrity and transparency.

6. to create high competencies and favorable choice for human resource.

4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data tersebut telah terdistribusi normal. (Santoso, 2001 : 97)

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.


(50)

Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel

Variabel Kolmogorov-smirnov Z Keterangan

X1 1.419 Normal

X2 0.592 Normal

X3 1.732 Normal

X4 1.575 Normal

Y1 2.061 Normal

Sumber : Lampiran

Dari tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah mengikuti pola distribusi normal.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Autokorelasi

Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan metode Uji Durbin-Watson d. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Banyaknya sampel (N) = 40 2. Banyarknya variabel bebas (k) = 4

3. Taraf/tingkat signifikansi yang digunakan (α) = 0,05

Selanjutnya dilihat pada tabel Durbin Watson nilai Durbin Watson sebesar 1.303. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat pada tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas adalah 4


(51)

dan jumlah sampel adalah 40 maka diperoleh DL = 1.285 dan DU = 1,721 serta 4 – DL = 2.715 dan 4 – DU = 2,279

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Batas-batas daerah Test Durbin Watson Daerah Keterangan

Kurang dari 1.285 1.285 dan 1,721 1,721 dan 2,279 2,279 dan 2.715 DW ≥ 2.715

Autokorelasi positif Tanpa kesimpulan/inconclusive

Non autokorelasi

Tanpa kesimpulan/inconclusive Autokorelasi negatif

Sumber : data diolah

Sedangkan nilai Durbin Watson dari perhitungan DW = 1.303 dan nilai ini terletak pada daerah Tanpa Kesimpulan.

4.2.2.2 Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi.


(52)

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas

No Variabel Tolerance VIF 1

2 3 4

kepemilikan manajerial (X1)

kebijakan hutang (X2)

ukuran perusahaan(X3)

profitability (X4

0.733 0.899 0.940 0.797 ) 1.363 1.113 1.734 1.254

Sumber : Lampiran

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian colliniearity statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.

4.2.2.3 Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Berdasarkan lampiran dapat dilihat korelasi untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1) dengan nilai probabilitas/signifikansi sebesar

0.003, korelasi untuk variabel Kebijakan hutang (X2) dengan nilai

probabilitas/ signifikansi sebesar 0,030. korelasi untuk variabel Ukuran perusahaan (X3) dengan nilai probabilitas/ signifikansi sebesar 0,002. Dan


(53)

profitability (X4

Tabel 4.4 Koefisien Regresi

) dengan nilai probabilitas/ signifikansi sebesar 0,000. Dimana nilai probabilitas/signifikansi tersebut lebih kecil dari 5% yang berarti terdapat korelasi atau hubungan dengan masing-masing variabel bebas yang diteliti.

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 4.4 berikut ini.

Model

Unstandardized Coeficients

Standardized Coefficients B Stad. Error Beta 1 (Constant)

Kepemilikan manajerial (X1)

Kebijakan hutang(X2)

Ukuran perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4

-12.595 -65.552 -15.932 1.769E-05 674.014 ) 79.027 65.063 142.692 0.000 225.347 -0.131 -0.13 0.683 0.372

Sumber : Lampiran

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e


(54)

Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan

maka nilai Kebijakan dividen (Y) adalah sebesar -12.595

Koefisien regresi untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1)

diperoleh nilai - 65.552 mempunyai negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika Kepemilikan manajerial (X1) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan

dividen (Y) akan turun sebesar 65.552, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

Koefisien regresi untuk variabel Kebijakan hutang (X2) diperoleh

nilai -15.932 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika Kebijakan hutang (X2) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen

(Y) akan turun sebesar 15.932, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

Koefisien regresi untuk variabel Ukuran perusahaan (X3) diperoleh

nilai 1.769E-05 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika Ukuran perusahaan (X3

Koefisien regresi untuk variabel profitabilitas (X

) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen (Y) akan naik sebesar 1.769E-05, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4) diperoleh nilai

674.014 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jika


(55)

profitabilitas (X4

Model

) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen (Y) akan naik sebesar 674.014, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4.3. Hasil Pengujian Uji F dan uji t

Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil dari uji F dan uji t adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 : Hasil Uji F dan Uji t

Fhitung Sig thitung Sig

Kepemilikan manajerial (X1)

Kebijakan hutang (X2)

Ukuran perusahaan (X3)

Profitabilitas (X4

11.504

)

0,000 -1.008 -0.112 5.964 2.991 0.321 0.912 0.000 0.005 Sumber : Lampiran

Berdasarkan uji F pada tabel 4.5 di atas menunjukkan Fhitung sebesar

11.504 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 (sig < 5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti Kepemilikan

manajerial (X1), Kebijakan hutang (X2), Ukuran perusahaan (X3)

profitabilitas (X4) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga

model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai dalam menerangkan kebijakan dividen.


(56)

Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :

1. Nilai thitung pada variabel Kepemilikan manajerial (X1) sebesar -1.008

dengan tingkat signifikan sebesar 0.321. Karena tingkat signifikan pada variabel ini lebih besar dari 5% (sig > 5%), maka H0 diterima dan H1

ditolak. Hal ini berarti variabel Kepemilikan manajerial (X1) secara

parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.

2. Nilai thitung pada variabel Kebijakan hutang (X2) sebesar -0.112 dengan

tingkat signifikan sebesar 0.912. Karena tingkat signifikan pada variabel ini lebih besar dari 5% (sig > 5%), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal

ini berarti variabel Kebijakan hutang (X2) secara parsial tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.

3. Nilai thitung pada variabel Ukuran perusahaan (X3) sebesar 5.964 dengan

tingkat signifikan sebesar 0,000. Karena tingkat signifikan pada variabel ini lebih kecil dari 5% (sig < 5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal

ini berarti variabel Ukuran perusahaan (X3) secara parsial berpengaruh

terhadap Kebijakan dividen.

4. Nilai thitung pada variabel profitabilitas (X4) sebesar 2.991 dengan tingkat

signifikan sebesar 0.005. Karena tingkat signifikan pada variabel ini lebih kecil dari 5% (sig < 5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini

berarti variabel profitabilitas (X4) secara parsial berpengaruh terhadap


(57)

4.5. Pembahasan

Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1), Kebijakan hutang (X2), Ukuran perusahaan (X3)

profitabilitas (X4) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y). Sedangkan

untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1) secara parsial tidak berpengaruh

terhadap Kebijakan dividen, variabel Kebijakan hutang (X2) secara parsial

tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Ukuran perusahaan (X3) secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel

profitabilitas (X4

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa hasil ini mengindikasikan bahwa apabila tingkat kepemilikan manajerial tinggi maka perusahaan cenderung mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal. Sedangkan tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, perusahaan melakukan pembagian dividen yang besar untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja di masa yang akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan dihadapan investor. Kepemilikan manajerial yang lebih tinggi tidak terbukti secara meyakinkan berdampak kepada pembayaran dividen yang lebih kecil karena keberadaan mereka dianggap mampu menekan agency problem. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Eastbrook (1984) Perusahaan menetapkan dividen rendah karena sebagian besar profit dialokasikan. Sebagai retained


(58)

earning sehingga berpeluang memiliki sumber dana internal yang relatif lebih murah daripada alternative sumber dana lain. Berdasarkan alasan ini maka banyak perusahaan lebih menetapkan dividen rendah agar menikmati sumber dana internal yang cukup bagi ekspansi

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel kebijakan utang secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan automotive tingkat penggunaan utangnya rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham . Dengan kata lain, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali utang tersebut maka akan terancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajemen. Pemegang saham dan luar (outside insider) yaitu institusional investor dan Kepemilikan manajerial dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power,) yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajer. Hasil ini kurang mendukung teori Jensen (1992), menemukan mekanisme substitusi antara utang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai substitusi atau pengganti atas penggunaan


(59)

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian dividen pada perusahaan automotive didasarkan pada ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Preferensi investor untuk memilih berinvestasi pada suatu saham tertentu bervariasi. Investor yang memilih saham perusahaan besar cenderung menginginkan tingkat laba yang lebih stabil dari tahun ke tahun, karena perusahaan besar memang memiliki ketahanan yang lebih baik. Namun perusahaan besar umumnya tidak bisa menghasilkan rasio profitabilitas yang cukup besar karena sekalipun laba yang dihasilkan besar, namun modal yang digunakan juga besar.

Hal ini sesuai dengan teori Chang dan Reel (1999) yang menyatakan tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya pada perusahaan memiliki aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah.

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang stabil dan mampu memprediksi laba tahun mendatang, berani mengumumkan tingkat


(60)

mempunyai tingkat kepastian yang tinggi dalam perolehan laba yang besar. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki tingkat persentase laba yang tinggi dalam membagikan laba dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang labanya berfluktuasi memiliki kecenderungan untuk menahan laba dalam jumlah tinggi daripada membayarkannya sebagai dividen.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan dividen dan Dividen maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

2. Kebijakan hutang tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 4. Profitability berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang. 1. Perusahaan hendaknya lebih memberi perhatian pada factor-faktor


(62)

dengan baik dan investor juga bisa tertarik untuk menanamkan sahamnya.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan faktor lain dalam menguji kebijakan dividen sehingga penelitian dapat digeneralisasikan.


(63)

30

DAFTAR PUSTAKA

Anthony,Robert N. Dan Vijay Govindarajan, 1995, Sistem Pengendalian

Manajemen, Penerbit Salemba Empat , Jakarta.

Arifin, Z., 2001, Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga:

Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia, Disertasi Pascasarjana

FEUI, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Brigham, E. F. and J.F. Weston, 1994, Manajemen Keuangan, Terjemahan Staf

Editor, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Chang, C. dan Reel, 1999, “Capital Strukture As Optimal Contracts South American”, Journal Of Economic and Finance, Hal. 363-385.

Chen, Carl R. dan Thomas L. Steiner, 1999, “Managerial Ownership and Agency Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy”, The

Financial Review, Vol. 34, hal. 119-136.

Eastbrook, Frank H..1984,”Agency Cost of Free Cash Flow”, The American

Economic Review,Vol.74.

Ghozali, Imam,2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Http://www.vibiznews.com

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Jensen, M. C, 1992,”Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt and Dividend Policies”. Journal of Quantitative Analysis,Hal. 247-263. Masdupi, Erni, 2005,” Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan


(64)

31

Nuringsih, Kartika. 2005,” Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli – Desember 2005, Vol. 2 No. 2.

Putri, Imanda Firmantyas dan Muhammad Nasir. 2006, ”Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan”, Simposium IV Nasional Padang.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo , Jakarta.

Sudjana, 1992, Statistika untuk Ekonomi dan Niaga, Penerbit Tarsito, Bandung. Sumodiningrat, Gunawan, 2002, Pengantar Ekonometrika, Penerbit BPFE,

Jakarta.

Taswan., 2008, ”Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Vol 4, No.1.

Wahidahwati, 2002, ”Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : Analysis Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial,Penerimaan Risiko (Risk Taking),Kebijakan Utang dan Keijakan Dividen”, Simposium Nasional Akuntansi V, Ikatan Akuntansi Indonesia.


(1)

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian dividen pada perusahaan automotive didasarkan pada ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Preferensi investor untuk memilih berinvestasi pada suatu saham tertentu bervariasi. Investor yang memilih saham perusahaan besar cenderung menginginkan tingkat laba yang lebih stabil dari tahun ke tahun, karena perusahaan besar memang memiliki ketahanan yang lebih baik. Namun perusahaan besar umumnya tidak bisa menghasilkan rasio profitabilitas yang cukup besar karena sekalipun laba yang dihasilkan besar, namun modal yang digunakan juga besar.

Hal ini sesuai dengan teori Chang dan Reel (1999) yang menyatakan tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya pada perusahaan memiliki aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah.

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini menunjukkan bahwa


(2)

mempunyai tingkat kepastian yang tinggi dalam perolehan laba yang besar. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki tingkat persentase laba yang tinggi dalam membagikan laba dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang labanya berfluktuasi memiliki kecenderungan untuk menahan laba dalam jumlah tinggi daripada membayarkannya sebagai dividen.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan dividen dan Dividen maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

2. Kebijakan hutang tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 4. Profitability berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti


(4)

dengan baik dan investor juga bisa tertarik untuk menanamkan sahamnya.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan faktor lain dalam menguji kebijakan dividen sehingga penelitian dapat digeneralisasikan.


(5)

30

DAFTAR PUSTAKA

Anthony,Robert N. Dan Vijay Govindarajan, 1995, Sistem Pengendalian Manajemen, Penerbit Salemba Empat , Jakarta.

Arifin, Z., 2001, Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga: Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia, Disertasi Pascasarjana FEUI, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Brigham, E. F. and J.F. Weston, 1994, Manajemen Keuangan, Terjemahan Staf

Editor, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Chang, C. dan Reel, 1999, “Capital Strukture As Optimal Contracts South American”, Journal Of Economic and Finance, Hal. 363-385.

Chen, Carl R. dan Thomas L. Steiner, 1999, “Managerial Ownership and Agency Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy”, The Financial Review, Vol. 34, hal. 119-136.

Eastbrook, Frank H..1984,”Agency Cost of Free Cash Flow”, The American Economic Review,Vol.74.

Ghozali, Imam,2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Http://www.vibiznews.com

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, Penerbit Salemba Empat,


(6)

31

Nuringsih, Kartika. 2005,” Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli – Desember 2005, Vol. 2 No. 2.

Putri, Imanda Firmantyas dan Muhammad Nasir. 2006, ”Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan”, Simposium IV Nasional Padang.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo , Jakarta.

Sudjana, 1992, Statistika untuk Ekonomi dan Niaga, Penerbit Tarsito, Bandung. Sumodiningrat, Gunawan, 2002, Pengantar Ekonometrika, Penerbit BPFE,

Jakarta.

Taswan., 2008, ”Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 4, No.1.

Wahidahwati, 2002, ”Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : Analysis Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial,Penerimaan Risiko (Risk Taking),Kebijakan Utang dan Keijakan Dividen”, Simposium Nasional Akuntansi V, Ikatan Akuntansi Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

0 3 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

2 8 124

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

1 11 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

0 4 20

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 13 140

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 76

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 119

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 7

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16