Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori 1.

rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Pada kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa mendatang terprediksi secara jelas. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut: 1. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen ? 2. Apakah ada pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen? 3. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen ? 4. Apakah ada pengaruh profitability terhadap kebijakan dividen ? Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. 2. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen. 3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. 4. Untuk menganalisis pengaruh profitability terhadap kebijakan dividen.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjual atau membeli saham. 2. Bagi perusahaan. penelitian ini dapat digunakan untuk meminimumkan biaya agensi agency cost dengan mengetahui variable mana yang dapat menimbulkan konflik agensi agency conflict. 3. Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Putri dan Nasir, 2006, dengan judul Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan interdependensi yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen serta apakah terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan : • Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial pada 0.001. Manajer tidak menginginkan apabila tidak mempunyai hak suara dalam perusahaan yang dikelolanya. • Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dan mempunyai arah positif terhadap Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber kepemilikan institusional pada 0.259. Apabila manajer meningkatkan sahamnya maka dikhawatirkan perusahaan akan menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi, sehingga keputusan yang dilakukan perusahaan akan lebih menjurus kepada kepentingan oportunistik manajer. • Berdasarkan hasil bahwa kepemilikan manajerial secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan risiko. Pada saat kekayaan pribadi tidak terdiversifikasi, manajer menuntut insentif tinggi untuk mengimbangi risiko yang diterima. Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan, manajer akan mengurangi keterlibatannya dalam kepemilikan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan kekayaan pribadi mereka. • Tingginya kepemilikan manajerial semakin memungkinkan tindakan oportunis manajer sehingga meresahkan shareholders. Pengunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan meningkatkan monitoring dari bondholders dan membuat shareholders lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi risiko dari shareholders. Penjelasan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini dimana kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang pada 0.001. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber • Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada 0.010. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi. 2. Nuringsih 2005 dengan judul : Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : a Kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden b Kebijakan utang terhadap kebijakan dividen c ROA terhadap kebijakan dividen d Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable idependent terhadap variable dependen. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Variabel managerial ownership tidak membuktikan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Perilaku manajer mengarah pada dividen yang relative tinggi sebagai return atas kepemilikan saham. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2. Variabel kebijakan utang membuktikan pengaruh negatif dengan kebijakan dividen. Pada tingkat penggunaan utang yang relative besar, perusahaan membayarkan dividen pada presentase yang tidak terlalu tinggi. 3. Variabel ROA membuktikan pengaruh negatif dengan kebijakan utang. Pada profitabilitas rendah perusahaan tetap membayarkan dividen. 4. Variabel ukuran perusahaan membuktikan pengaruh positif dengan kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung membayar dividen besar. Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada uji hipotesis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable independent terhadap variable dependen. Selain itu Periode penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian terdahulu pada tahun 2002- 2006 dan tahun 1995-1996. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode tahun 2006-2009. Persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai kebijakan dividen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan Menurut SAK 2009 : 2, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan. Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi termasuk juga informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut : Baridwan, 2004 :20 a. Full set laporan keuangan formal. b. Informasi keuangan lainnya Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang diharapkan oleh manajemen pada masa yang akan datang, release berita keuangan baru, dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta timbulnya biaya atau beban perusahaan. c. Informasi non keuangan Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial social environment dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis mengingat kondisi ekonomi pada umumnya. Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih baik bila Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan unsur utama pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan. Menurut PSAK 2009,kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : SAK, 2009 : 7 – 10 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal reliable. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar daharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Menurut PSAK 2009, kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Baridwan 2004 : 17 laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.

2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan

Menurut Baridwan 2004:23, laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. 1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik economic resources yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa mendatang. Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik economic Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber sacrifices untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas-entitas lain di masa yang akan datang. Modal pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan hutang. 2. Laporan Laba Rugi laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu.laporan ini menyajikan pendapatan selama satu periode dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama. Di laporan laba rugi dilaporkan juga untung gain dan rugi lose. Menurut PSAK 2009: 1, laporan laba rugi mengandung unsur – unsur sebagai berikut : a. Penghasilan income, merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang berasal dari kontribusi penanaman modal. b. Beban expense, merupakan penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. 3. Laporan Perubahan Modal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari laporan laba rugi. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus aliran kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.

2.2.2. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio DPR yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang buruk. Untuk mengurangi biaya keagenan diperlukan pembayaran dividen. Akan tetapi pembayaran dividen akan berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan perusahaan, karena pembayaran dividen akan mengurangi arus kas perusahaan sehingga dalam memenuhi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber kebutuhan operasionalnya perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan. Dalam penelitian tentang agency cost dan perilaku pembayaran dividen perusahaan, pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan. Jensen 1992 menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi manajer. Dalam hal ini perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Disamping itu pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban terhadap pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Hasil studi Jensen 1992 menemukan bahwa dividen payout ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio.

2.2.3. Kepemilikan Manajerial

Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk mensetarakan dengan pemegang saharn. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi. Proksi managerial ownership menggunakan persentase kepemilikan manajer direktur terhadap total common stock outstanding. Chen dan Steiner 1999 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.4. Kebijakan Hutang

Dana dapat diperoleh dari luar perusahaan external financing maupun dari dalam perusahaan internal financing. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dari modal sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu Baridwan, 2004. Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dari hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio DER. Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu a bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang, b pemegang hutang debtholder mendapatkan pengembalian tetap Masdupi, 2005. Penggunaan hutang memiliki kelemahan a hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula, b bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain Masdupi, 2005.

2.2.5. Teori Keagenan

Pengendalian perusahaan dewasa ini sering diserahkan kepada manajer profesional yang bukan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan tidak mampu mengendalikan perusahaan karena keterbatasannya mengelola perusahaan tidak mampu mengendalikan perusahaan yang semakin maju dan kompleks. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan sebagai peningkatan harga saham. Tetapi pada kenyataannya tidak jarang manajer mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan tersebut. Oleh karena itu manajer diangkat oleh pemegang saham untuk bisa memaksimumkan nilai perusahaan tersebut. Dalam teori keagenan di jelaskan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Adanya konflik antara pihak manajemen dengan pemilik saham dan dengan pihak yang terkait lainnya seperti kreditor, sering memunculkan suatu permasalahan yang disebut dengan masalah keagenan. Wahidahwati 2002 mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal pemilik menggunakan orang lain atau agen manajer untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Masalah keagenan potensial terjadi bila Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri, dan bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan. Hal ini disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai tindakan manajer tersebut, karena tindakan tersebut akan menambah biaya dan membebani dengan biaya yang tidak menguntungkan perusahaan, sehingga akibatnya perusahaan akan mengalami penurunan laba dan penurunan deviden yang akan diterima serta pada akhinya akan berpengaruh terhadap menurunnya harga saham serta nilai perusahaan. Sehingga memunculkan suatu permasalahan yang disebut dengan masalah keagenan yang kemudian memunculkan suatu masalah keagenan yang kemudian memunculkan suatu teori tentang masalah keagenan yang disebut dengan agency theory. Agency Theory menurut Anthony dan Govindarajan 1995 adalah hubungan atau kontrak antara principal, termasuk agent manajer untuk melakukan tugas atas kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu tinggi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.6. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan

Masdupi 2005 mendefisikan biaya keagenan sebagai jumlah dari pengeluaran untuk pengawasan monitoring yang dikeluarkan oleh principal. Keputusan struktur modal yang dilakukan manajer adalah dalam upaya menyeimbangkan agency cost of debt dengan agency cost of equity untuk menurunkan dampaknya pada nilai perusahaan. utang yang terlalu besar akan menimbulkan biaya keagenan karena adanya kecenderungan manajer untuk menggunakan free cash flow secara berlebihan, dan kepemilikan insider yang terlalu besar juga menimbulkan entrachment dan biaya keagenan ekuitas. Apabila biaya keagenan minimal maka diharapkan struktur modal akan optimal. Ada beberapa altematif umuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan agency cost, altematif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen Wahidahwati, 2002. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang. Altenatif kedua, adalah dengan mengingatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal itu dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka, harus siap untuk dievaluasi oleh pihak ekstemal dan berarti akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan aliran kas excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan di lakukan manajemen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Altematif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent Wahidahwati 2002, menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dan luar outside shareholders yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyerahan power menjadi suatu hal yang relevan.

2.2.7. Ukuran Perusahaan Firm Size

Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat Brigham dan Weston, 1994:174. Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva. Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan Wahidahwati 2002:23 . Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar.

2.2.8. Profitability

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Arifin 2001 menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Taswan 2008 menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio.

2.2.9. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen

Penelitian Chen Steiner 1999, meneliti pengaruh managerial ownership terhadap kebijakan dividen tetapi dalam konteks keagenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara manajerial ownership dengan kebijakan dividen. Jika managerial ownership tinggi, kekayaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber manajer menjadi tidak terdiversifikasi optimal sehingga menurunkan pembayaran dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana internal. Dengan cara ini pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pada tingkat managerial ownership rendah perusahaan melakukan pembayaran dividen besar. Alasan pertama adalah jika perusahaan membayar dividen yang tinggi akan memberi sinyal yang bagus tentang earning atau performance di masa mendatang. Kondisi ini meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor sehingga mudah melakukan emisi saham baru. Jika perusahaan menambah saham baru, manajer selaku pemegang saham lama mendapat pre- emptive right sehingga berpeluang meningkatkan kepemilikan sahamnya. Tetapi pada sisi lain pembayaran dividen tinggi menyebabkan perusahaan memiliki laba ditahan kecil. Apabila perusahaan melakukan ekspansi akan menggunakan sumber dana eksternal yang cenderung mahal. Manajer dengan kepemilikan saham yang rendah berarti dapat melakukan diversifikasi pada kesempatan investasi lain. Risiko manajer karena keterbatasan sumber dana internal dapat digantikan oleh return yang didapatkan dari diversifikasi kekayaan secara optimal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.10. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen

Variabel utang dipilih sebagai variabel independen kedua karena bila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki utang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan utang. Penelitian Jensen 1992, menemukan mekanisme substitusi antara utang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai substitusi atau pengganti atas penggunaan utang. Proksi kebijakan utang menggunakan Debt to Asset Ratio DAR yaitu: total utang dibagi dengan total aset. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.11. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen

Ukuran perusahaan firm size digunakan sebagai variabel independen terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Chang dan Reel 1999 tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya pada perusahaan memiliki aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah. Proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset atau natural log market capitalization. Chen dan Steiner 1999. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap positif kebijakan dividen.

2.2.12. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang stabil dan mampu memprediksi laba tahun mendatang, berani mengumumkan tingkat dividen yang tinggi atau stabil. Hal ini disebabkan, perusahaan tersebut mempunyai tingkat kepastian yang tinggi dalam perolehan laba yang besar. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki tingkat persentase laba yang tinggi dalam membagikan laba dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Perusahaan yang labanya berfluktuasi memiliki kecenderungan untuk menahan laba dalam jumlah tinggi daripada membayarkannya sebagai dividen. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

0 3 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

2 8 124

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

1 11 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

0 4 20

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 13 140

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 76

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 119

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 7

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16