PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

(1)

PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, PROFITABILITY, AND FIRM SIZE TO

CORPORATE DIVIDEND POLICY

(Study on Manufacture Company Listed in Bursa Efek Indonesia)

Oleh

ARIF IKA GUSHERTONO 20120410273

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, PROFITABILITY, AND FIRM SIZE TO

CORPORATE DIVIDEND POLICY

(Study on Manufacture Company Listed in Bursa Efek Indonesia)

Oleh

ARIF IKA GUSHERTONO 20120410273

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

Nama : Arif Ika Gushertono

Nomor mahasiswa : 20120410273

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, Mei 2016


(4)

“Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.”

(Soekarno)

“Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang yang pesimis akan melihat malapetaka dalam

setiap kesempatan” (Muhammad SAW)

“Sebuah hasil adalah bagian dari proses yang panjang. Jangan hanya

pentingkan hasilnya, tapi lihatlah proses yang rumit untuk mendapatkan sebuah hasil yang sederhana.”


(5)

“Semua bisa berlalu karena restu orangtua, skripsi

ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang


(6)

limpahan rahmat, hidayah, rezeki, kesehatan, kasih sayang yang tiada hentinya serta karunia dan izin-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Terimakasih juga kepada junjungan-Nya, Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi kita semua.

Untuk kedua orangtuaku yang aku cintai dan sayangi Bapak Ristono dan Ibu Khaerni. Terimakasih atas semua yang sudah diberikan dari mulai kasih sayang yang tiada hentinya, do’a yang tidak henti hentinya, dukungan, semangat, perhatian, nasihat yang selalu mengiringi setiap langkah yang aku lakukan. Teruntuk Ibu yang selalu mendoakan settiap langkah yang aku ambil, tempat curhatan yang paling tepat selain tuhanku. Terimakasih sudah memotivasi ketika aku sedang dalam keadaan yang sulit dilewati. Gurauan yang seakan akan

menghibur aku dikala sedang lelah dengan semua tentang kuliah. Teruntuk Bapak yang setiap hari menanyakan kabar yag selalu khawatir dengan keadaan anaknya. Terimakasih atas semua saran dan motivasi yang telah diberikan dan segala fasilitas yang diberikan serta dukungan yang engkau berikan. Saya harap kalian diberikan umur panjang agar kelak saya dapat membahagiakan kalian walaupun itu sedikit.

Untuk adikku Kariimatul husniyah yang selalu meledek kalau saya minta pulang kalau sudah jenuh dengan kuliah. Dari ejekan itu saya termotivasi untuk melaluinya dengan sabar dan tidak boleh mengeluh.


(7)

Bapak Edi Supriyono, S.E., M.Si atas segala bimbingan yang diberikan, atas semua masukan yang diberikan. Semua ilmu yang engkau berikan pasti akan berguna bagi saya dikemudian hari esok.

Sahabat, teman sepermainan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu semoga kalian semua sukses dikemudian hari. Semoga kita dapat berkumpul bersama seperti dahulu tanpa mengenal suatu maslah yang berarti. Tawa canda kalian tidak akan pernah aku lupakan. Semua yang memberi saran, nasihat, dan hiburan saya ucapkan terimakasih banyak untuk kalian semua. Kenangan yang pernah kita lakukan akan saya ingat semuanya.

Teman teman selama merantau di Jogja, Dedi Saputra, Zhefrin Van Fernandhi, Anggoro Novianto, Muhajir Baddrudin, Fakhril Fawwaz, Daniel Kurniawan, Anang Fu’udi awalludi, Riza Primadi, Aditya Kurniawan, Vias Pramadhan, Adi Nugroho, dan masih banyak yang lainnya. Terimakasih atas semua kenangan yang engkau berikan. Tanpa kalian semua saya percaya bahwa dunia ini gak akan ramai.

Untuk partner skripsi Dedi Saputra terimakasih sudah banyak dukungan yang diberikan dan sudah mau menemani selama proses bimbingan, seminar proposal, olah data, dan sidang. Saya tidak akan pernah lupa keusilanmu yang datang dikala saya sedang mengerjakan skripsi. Semoga kita berjumpa dilain hari dengan kesuksesan kita masing masing. Selain itu Zhefrin Van Fernandi sebagai


(8)

(9)

dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

Penyelesaian sripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan teri,akasih yang sebanyak banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Retno Widowati PA., M.Si Ph.D selaku Kepala Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Edi Supriyono S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi.


(10)

memberikan motivasi dan do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

6. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

7. Seluruh staff karyawan dan karyawati Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai kata akhir, tidak ada manusia yang sempurna selain Allah, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, Januari 2016


(11)

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

INTISARI ... ix

ABSTRAK ...x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Batasan Masalah...4

C. Rumusan Masalah ...4

D. Tujuan Penelitian ...5

E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ...8

B. Hasil Penelitian Terdahulu ...23

C. Kerangka Pemikiran Penelitian dan Penurunan Hipotesis ...24


(12)

C. Teknik Pengambilan Sampel ...31

D. Teknik Pengumpulan Data ...32

E. Definisi Operasional Variabel ...32

F. Teknik Analisis Data ...35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek / SubyekPenelitian ...45

B. Analisis Deskriptif...47

C. Uji Asumsi Klasik ...49

D. Regresi Linier Berganda...55

E. Uji Hipotesis ...58

F. Pembahasan (Interprestasi) ...64

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan...72

B. Saran ...73

C. Keterbatasan Penelitian ...74 DAFTAR PUSTAKA


(13)

3.1 Ketentuan Nilai DW-Test... 40

4.1 Pemilihan Sampel Tahun 2010-2014... 46

4.2. Statistik Deskriptif ... 47

4.3. Hasil Uji Normalitas Setelah di Case-Wase ... 50

4.4. Hasil Uji Normalitas Setelah di Case-Wase ... 51

4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.6. Hasil Uji Multikolinearitas ... 53

4.7. Nilai Durbin Watson DW ... 54

4.8. Hasil Uji Autokorelasi Dengan DW ... 55

4.9. Hasil Regresi Linear Berganda ... 56

4.10. Hasil Uji Nilai F ... 58

4.11. Hasil Uji Nilai T ... 60

4.12. Hasil Pengujian Hipotesis ... 63


(14)

(15)

Lampiran 3 Tabulasi Perhitungan Variabel Kepemilikan Manajerial (MOWN) Lampiran 4 Tabulasi Perhitungan Variabel Kepemilikan Institusional (INST Lampiran 5 Tabulasi Perhitungan Variabel Kebijakan Utang (DER)

Lampiran 6 Tabulasi Data Profitabilitas (ROA) Lampiran 7 Tabulasi Data Ukuran Perusahaan (SIZE) Lampiran 8 Lampiran Deskriptif Statistik

Lampiran 9 Lampiran Uji Normalitas Sebelum Casewise Lampiran 10 Lampiran Uji Normalitas Setelah Casewise Lampiran 11 Lampiran Uji F

Lampiran 12 Lampiran Statistik Deskriptif Lampiran 13 Lampiran Heterokedastisitas Lampiran 14 Lampiran Multikolinearitas Lampiran 15 Lampiran Autokorelasi


(16)

(17)

(18)

PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 (lima) tahun, yaitu mulai 2010 sampai dengan tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, didapatkan 97 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis data, secara simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 3,918 pada nilai signifikansi sebesar 0,003. Sedangkan secara parsialdapat diketahuibahwa variabel Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen perusahaan. Sedangkan variabel Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Dividen perusahaan. Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen.


(19)

ABSTRACT

This study aims to examine empirically the effect of Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability and Size of the Company's dividend policy Against Manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange. The period used in this study is five (5) years, ie from 2010 to 2014. The sample in this study were obtained by purposive sampling method. Based on the criteria, obtained 97 companies selected as sample. Data analysis technique used is multiple linear regression.

Based on the analysis of data, simultaneously Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability and Size effect on the Company's Dividend Policy. This is evidenced by the calculated F value of 3.918 at a significance value of 0.003. While the parsialdapat diketahuibahwa variable Institutional Ownership, Profitability and Size does not affect the Company's dividend policy of the company. While variable Managerial Ownership and Debt Policies significant negative effect on dividend policy of the company.

Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability, Size and Dividend Policy.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ekonomi yang semakin meningkat serta adanya persaingan antar perusahaan yang ketat mendorong manajer untuk dapat bertindak efisien dan efektif dalam mengelola perusahaan. Untuk dapat terus menjalankan usaha, setiap perusahaan membutuhkan dana. Dana tersebut dapat diperoleh dari para investor. Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi

(return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari

selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain), namun menurut

bird in hand theory, investor memiliki preferensi yang lebih besar terhadap

dividen. Hal ini dikarenakan dividen dilihat sebagai sesuatu yang lebih pasti daripada capital gain (Gordon dan Litner, 1956) dalam (Ayu, 2014).

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2008). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout

ratio(DPR) perusahaan tersebut, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam

bentuk dividen tunai, artinya besaran DPR akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.


(21)

Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan (Putri dan Nasir 2006). Pemegang saham menunjuk manager untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Dengan kewenangan yang dimiliki, manager bertindak bukan untuk kepentingan pemegang saham tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Hal itu tidak disukai oleh pemegang saham karena pengeluaran yang dilakukan oleh manager akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunankeuntungan dan dividen yang akan diterima pemegang saham. Perbedaan kepentingan itulah maka timbul konflik yang disebut sebagai agency conflict.

Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manager, pemegang saham harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut agency cost. Untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan managerial. Dengan memberikan kesempatan manager untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan kepentingan dengan pemegang saham.

Dengan keterlibatan kepemilikan saham, manager akan bertindak secara hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu dengan adanya keterlibatan kepemilikan saham,manager akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan.Agency cost juga dapat dikurangi dengan kepemilikan institusional dengan cara mengaktifkan pengawasan melalui investor - investor institusional. Dengan kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajerial.


(22)

Kebijakan utang akan mempengaruhi dividen dikarenakan apabila mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial

distress dan kebangkrutan. Penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan

penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggisehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar keuntungan sebagai sumber dana internal. Pada ROA tinggi dibayarkan dividen rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan.

Ukuran perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham.

Hasil penelitian-penelitian terdahulu tentang analisis factor kebijakan dividen masih mendapatkan temuan yang tidak konsisten antar satu peneliti dengan peneliti lainnya antara lain penelitian dari Sisca Ayu (2008), Handayani dan Hadi Nugroho (2009), Karami (2013), Lopolusi(2013), danArilaha (2009), sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi temuan jika diterapkan pada obyek yang berbeda.


(23)

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang layak untuk dipasarkan. Objek penelitian perusahaan manufaktur adalah untuk membuktikan apakah hasil penelitian akan tetap konsisten dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Namun populasi dari perusahaan manufaktur ini akan dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga akan terpilih sampel yang akan digunakan. Dari berbagai alasan dan penjelasan di atas, peneliti berniat untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

B.Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(24)

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 3. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

D.TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi focus penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(25)

4. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan pengalaman dalam mempraktekkan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan serta menggabungkan pemahaman teori-teori yang ada dengan keadaan sesungguhnya sehingga kemudian dapat dijadikan bekal apabila terjun ke masyarakat.

2. Bagi Investor

Bagi investor atau kreditur, dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dalam memberikan atau menjalankan dananya kepada perusahaan dan diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan.


(26)

3. Bagi Perusahaan

Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dividen yang akan diambil pada perusahaan Manufaktur .

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan informasi dalam pengembangan penelitian yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai keputusan dividen dan dapat dijadikan tambahan pengetahuan, bahan referensi, pertimbangan, rujukan maupun perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan topik yang sama atau berkaitan dengan pembahasan topic ini.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing (Sartono, 2008). Sedangkan menurut Sutrisno (2003) kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.

Kebijakan dividen memiliki teori-teori mengenai preferensi investor terhadap kebijakan dividen, yaitu:

1. Bird in the hand theory

Menurut Gordon dan Litner (1956) dalam Nuringsih (2005) investor lebih menyukai dividen tunai yang lebih pasti dibandingkan capital gains yang diharapkan dari laba ditahan karena akan mengandung risiko. Oleh karena itu, perusahaan akan


(28)

membayar dividen yang sebesar–besarnya dengan anggapan bahwa dividen dapat mempengaruhi harga saham.

2. Tax preference theory

Merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa jika capital gain

dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Oleh karena itu, Investor lebih menyukai perusahaan menahan sebagian labanya.

Besar kecilnya perusahaan membayar dividen kepada para pemegang saham tergantung kebijakan yang ditempuh perusahaan tersebut. Menurut Awat (1999) dalam Nuringsih (2005) terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu:

1. Kebijakan yang stabil (stable dividend per share policy), yakni jumlah pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun. 2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout

ratio policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan

berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetapsama.

3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil


(29)

dan kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham menurut Martono dan Agus (2008) adalah :

1. Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) setelah itu sisanya untuk pembayaran dividen.

2. Likuiditas perusahaan

Dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.


(30)

3. Kemampuan untuk meminjam

Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba komulatif.

5. Pengendalian perusahaan

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar


(31)

membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan.

Menurut Kieso et al. (2007) dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :

1. Dividen Tunai

Dividen yang paling umum dibagikan adalah dalam bentuk kas. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam dividen tunai adalah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Hal ini karena jika perusahaan sedang mengalami pertumbuhan maka akan membayar dividen kecil.

2. Dividen Properti

Hutang dividen dalam bentuk aset perusahaan selain kas disebut dividen properti. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real estat, investasi, atau dalam bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi.

3. Dividen Likuidasi

Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan disebut dividen likuidasi, yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan laba.

4. Dividen Aset

Dividen dapat juga dibagikan dalam bentuk aset selain kas. Aset yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga, sediaan barang atau asset lainnya yang dimiliki oleh perusahaan.


(32)

2. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan (agency

theory) yang menjelaskan hubungan yang timbul karena adanya kontrak antara

pemegang saham (prinsipal) yang mendelegasikan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agen). Asumsi yang digunakan dalam agency

theory adalah bahwa masing-masing individu (prinsipal dan agen) termotivasi

untuk memperoleh kepuasan dirinya sendiri, sehingga dapat menyebabkan konflik antara prinsipal dan agen. Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi, sedangkan pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang maksimal atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat mungkin terjadi karena agen tidak perlu menanggung risiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitupula jika manajer tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, maka risiko sepenuhnya ditanggung olehpemilik perusahaan. Dengan demikian, pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal. Konflik kepentingan semakin meningkat karena prinsipal tidak dapat mengawasi aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan prinsipal. Oleh karena itu, prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen, sedangkan agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan karena manajer yang melakukan aktivitas transaksi perusahaan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya asimetri informasi. Adanya asimetri tersebut mendorong agen untuk


(33)

menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama informasi berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Sartono (2008) mengungkapkan bahwa masalah keagenan muncul ketikaperusahaan menghasilkan arus kas bebas yang tinggi, dimana manajer mengambil keputusan untuk menginvestasikan kembali keuntungannya agar perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi, sedangkan pemegang saham menginginkan keuntungan dibagi dalam bentuk dividen. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapatmensejajarkan kepentingan-kepentingan terkait, namun munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost (Jensen dan Meckling,1976).

3. Pecking order theory

Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam

pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Theory pecking order

menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers & majluf, 1984 dalam Sugiarto 2009). Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan


(34)

depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.

Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myres dan rekan

penulisnya. Toeri ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (retained earnings dan depresiasi) dibandingkan pendanaan eksternal seperti utang atau penerbitan saham. Namun, jika perusahaan harus memperoleh pendanaan eksternal, perusahaan akan memilih sekuritas yang paling aman lebih dulu.

Manajamen perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba perusahaan yang diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba dan akan menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan pembayaran dividen yang kecil akan berarti penahana laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Keputusan dividen perusahaan memiliki dampak yang langsung pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran dividen meningkat dan pendanaan untuk mendanai investasi secara internal berkurang, maka akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan sehingga perusahaan harus menerbitkan saham biasa atau mengubah komposisi utangnya.

The pecking order theory menekankan permasalahan informasi

asimetri. Perusahaan yang memiliki finacial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau saham untuk mendanai proyek-proyek barunya


(35)

sehingga masalah informasi tidak akan muncul. Perusahaan akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan pemegang saham lama. Teori ini merupakan penjelas perilaku perusahaan yang menahan sebagian laba dan membuat cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar.

4. Signalling Theory

signalling theory pada dasarnya membahas adanya ketidaksamaan

informasi antara pihak internal dan eksternal badan usaha. Pihak internal badan usaha tentu mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai kondisi sebenarnya yang ada dalam badan usaha dibandingkan pihak eksternal. Kondisi inilah yang dinamakan asymetric information. Informasi yang tidak sama antara pihak eksternal dan internal tersebut dapat dikurangi melalui sinyal atau tanda yang diberikan oleh pihak internal. Signalling theory dividen mengasumsikan bahwa pembayaran dividen dibutuhkan untuk menginformasikan kondisi positif yang ada dalam badan usaha (Megginson, 1997, p.20).

Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono,2005).

Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki kualitas yang buruk (Mengginson dalam Hartono,2005).


(36)

Dengan demikian, semakin panjang jangka waktu audit laporan keuangan menyebabkan pergerakan harga saham tidak stabil, sehingga investor mengartikannya sebagai audit delay karena perusahaan tidak segera mempublikasikan laporan keuangan, yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham perusahaannya

Teori Signal menurut para ahli:

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.


(37)

Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing,

bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai peruahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memeiliki nilai lebih redah, karena faktor biaya.

5. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki manajer perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri (Mahadwartha dan Hartono, 2002). Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya

managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam

program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts (1992) menjelaskan bagaimana paket kompensasi fixed (gaji) dan contingent (bonus) terbukti dapat digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan


(38)

pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Kebijakan utang dan dividen akan mengurangi konflik antara pemegang sahamdan agen (Jensen dan Meckling, 1976; Rozeff, 1982; dan Easterbrook, 1984).

6. Kepemilikan Institusional

Tarjo (2008) menerangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaanya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen. Dengan adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan institusional yang berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal (Permanasari, 2010).

Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan oleh Permanasari (2010) sebagai berikut :

1. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada keterandalan informasi,


(39)

2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan.

7. Kebijakan Hutang

Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui utang. Kebijakan utang sering diukur dengan debt

ratio. Debt ratio adalah total utang (baik utang jangka pendek maupun jangka

panjang) dibagi dengan total aktiva (baik aktiva lancar maupun aktiva tetap) (Kieso et al. 2006). Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditor) dan semakin besar biaya utang (biaya bunga) yang harus dibayar perusahaan. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan karena sebagian pendapatan digunakan untuk membayar utang. Menurut Jensen dan Meckling (1976), penggunaan debt akan mengurangi konflik antara

shareholders dan agen. Crutchley dan Hansen (1989) melihat dari perspektif

keagenan, dimana pengukuran debt ini memasukkan unsur kekayaan yang dimiliki non-agen atau shareholders yang bukan agen, sehingga kebijakan utang dapat dilihat dari sisi pemegang saham (Tjandra, 2005). Semakin banyak pemegang saham dengan proporsi kepemilikan yang semakin kecil (tidak ada suara mayoritas) maka kemampuan monitoring pemegang saham tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan adanya pihak ketiga yang membantu pemegang saham dalam monitoring dan bonding manajemen yaitu debtholders (kreditor) untuk


(40)

mengurangi agency cost of equity. Ditinjau dari free cash flow hypotesis, bila perusahaan mempunyai cukup banyak cash flow dalam perusahaan maka dengan pengawasan yang tidak efektif dari pemegang saham akan meciptakan perquisites

atau tindakan manajemen untuk menggunakan cash flow tersebut demi kepentingan sendiri. Adanya pihak ketiga (debtholders) diharapkan membantu mengurangi tindakan perquisites ini. Kebijakan utang lebih efektif dalam mengurangi agency cost of equity karena adanya legal liability dari manajemen untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor yang terkait dengan biaya kebangkrutan. Dividen di satu sisi tidak mempunyai legal liability kepada pemegang saham kalau perusahaan tidak mampu membayarkan dividen.

8. Profitabilitas

Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dengan membukukan profit (Suharli, 2007). Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayarkan dividen. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan.


(41)

9. Ukuran Perusahaan

Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Menurut Haruman (2008), Ukuran perusahaan (SIZE) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukannya yaitu ukuran perusahaan yang diukur natural

logaritma of sales berpengaruh terhadap dividen dengan arah positif. Perusahaan

yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Hasil studi Nuringsih (2005) membuktikan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar divden besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan natural log total asset sebagai proksi ukuran perusahaan, karena menurut penulis ukuran perusahaan berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan.


(42)

B.Hasil Penelitian Terdahulu

Permasalahan mengenai kebijakan deviden telah banyak banyak diteliti. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

1. Dewi (2008) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitan mengenai kebijakan dividen yang dipengaruhi oleh kebijakan utang dan profitabilitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity

ratio dan return on asset berpengaruh negatif terhadap dividend payout

ratio.

2. Binastuti dan Wibowo (2011), Deitiana (2009) dan Marlina dan Danica (2009) dalam Puspitasari (2014). Hasil dari penelitian Binastuti dan Wibowo (2011) dan Deitiana (2009) menunjukkan hasil yang sama, yaitu

debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio,

sedangkan penelitian Marlina dan Danica (2009) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

3. Jannati (2011) dalam Puspitasari (2014), dalam penelitiannya menguji pengaruh return on asset, debt to equity ratio dan growth terhadap kebijakan dividen. Penelitian tersebut menggunakan path analysis dengan sampel perusahaan manufaktur Consumer Goods Industry yang go public

di BEI. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif return on asset terhadap dividen payout ratio dan terdapat pengaruh negatif debt to equity ratio terhadap dividen payout ratio.


(43)

4. Handayani dan Hadinugroho (2009) dengan sampel 43 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2001-2005. Hasil penelitiannya adalah Kebijakan hutang, ROA, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Chasanah (2008) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitian pada 40 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006 yang menyatakan bahwa debt to total asset, cash ratio, dan ukuran perusahaan

(size) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan ROA

dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

6. Arilaha (2009) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007. Hasil penelitiannya adalah Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan likuiditas dan leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

C.Kerangka Pemikiran Penelitian dan Penurunan Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden

Teori keagenan yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Nanda (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Manajer memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif dan oportunistik


(44)

kerena mereka menerima keuntungan secara penuh dan sedikit menanggung biaya dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan.

Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi dimasa mendatang (Nuringsih, 2005). Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, dalam kontek kepemilikan saham oleh managerial tinggi akan terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manager maka tidak diperlukan peningkatan deviden.

Menurut Nuringsih (2005) menyatakan bahwa kepemilikan managerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pada tingkat kepemilikan managerial yang tinggi, manager mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efosien dibandingkan sumber dana eksternal. Pada tingkat kepemilikan managerial yang rendah, manager melakukan pembagian dividen yang besar untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja peusahaan masa yang akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan dihadapan investor.


(45)

Untuk mengurangi agency cost maka perusahaan perlu meningkatkan kepemilikan managerial dalam perusahaan agar manager bertindak secara hati-hati karena semakin mereka ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya (Ismiyanti dan Hanafi 2003). Semakin banyak saham yang dimiliki oleh manager maka semakin menurunkan biaya keagenan sehingga terjadi pengurangan dividen dan menggunakan dana untuk memperluas usaha (Putri dan Nasir 2006). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1: Kepemilikan saham oleh managerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen

Sesuai dengan agency theory yang mendeskripsikan suatu hubungan atau kontrak antara principal (pemegang saham) dan agent (manajer), maka dapat kita lihat kekuatan pada kepemilikan institusional. Ketika suatu perusahaan dikuasai oleh institusional investor dalam jumlah atau tingkatan yang besar maka akan menimbulkan adanya kekuasaan yang besar pada institusional investor tersebut.

Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Listyana 2003). Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic

manager, yaitu manager melaporkan laba secara opportunistic untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scott 2000).


(46)

Penelitian Crutchley et al.(1999) dalam Listyani (2003) didukung oleh Putri dan Nasir (2006) yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi biaya keagenan dan perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang r endah. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen

Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myres dan rekan

penulisnya. Toeri ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (retained earnings dan depresiasi) dibandingkan pendanaan eksternal seperti utang atau penerbitan saham. Namun, jika perusahaan harus memperoleh pendanaan eksternal, perusahaan akan memilih sekuritas yan paling aman lebih dulu.

Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan hutang namun ila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih 2005). Berdasarkan dampak iniapabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi dimasa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang.


(47)

Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) menyebutkan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya, pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003), peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan tingkat konflik antar manager dan pemilik sehingga pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen yang tinggi. Selain itu kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena tingkat penggunaan hutang yang relatif besar maka perusahaan akan membayar dividen yang tidak terlalu tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperhatikan kepentingan kreditur dan pemegang saham (Nuringsih 2005). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebaai berikut:

H3: Kebijakan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. 4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan signalling theory pada dasarnya membahas adanya ketidaksamaan informasi antara pihak internal dan eksternal badan usaha. Pihak internal badan usaha tentu mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai kondisi sebenarnya yang ada dalam badan usaha dibandingkan pihak eksternal. Kondisi inilah yang dinamakan asymetric information. Informasi yang tidak sama


(48)

antara pihak eksternal dan internal tersebut dapat dikurangi melalui sinyal atau tanda yang diberikan oleh pihak internal. Signalling theory dividen mengasumsikan bahwa pembayaran dividen dibutuhkan untuk menginformasikan kondisi positif yang ada dalam badan usaha (Megginson, 1997, p.20).

Menurut Marlina dan Danica (2009) menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Marlina dan Danica (2009) yang menyebutkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena laba/keuntungan perusahaan semakin besar maka semakin besar tingkat dividen yang dibagikan.

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen

Penelitian Vogt (1994) dalam Handayani dan Hadinugroho (2009) meyebutkan bahwa perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar lebih mudah memasuki pasar modal. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan.

Begitu juga penelitian yang dilakukan Hatta (2002) dan Nuringsih (2005) ayang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aset besar cenderung


(49)

membayar dividen yang besar kepada pemegang saham untuk menjaga reputasi dikalangan investor. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

D.Model Penelitian

Berdasarkan pengaruh antara variabel independen dengan dependen yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran teoritis yang didapatkan adalah sebagai berikut: (lihat gambar 2.1)

(-) (-)

(-)

(+)

(+)

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran Kepemilikan Istitusioanal

Kebijakan Hutang

Profitabilitas

Kebijakan Deviden Kepemilikan Managerial


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Obyek/Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014.

B.Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, serta informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi baik di dalam atau luar organisasi (Sekaran, 2011). Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data publikasi laporan keuangan tahunan peusahaan (financial

report). Data ini diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id)

2. Data publikasi laporan keuangan perusahaan sampel. Data ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

C.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling


(51)

kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan yang membagikan dividen pada periode 2010-2014. 2. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan

indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada penelitian ini meliputi Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Proftabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kebijkan Dividen.

D.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan dokumen yang dapat berupa laporan keuangan yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Pengumpulan dari laporan keuangan sampel yang terdapat pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD), jurnal-jurnal baik dalam maupun luar negeri serta referensi pendukung lainnya.

E.Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen/bebas (Sugiyono, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen dalam


(52)

perusahaan dapat diukur dengan membandingkan antara dividen dengan laba bersih setelah pajak (Devidend Payout Ratio). Dalam hal tersebut manajemen mambuat keputusan berapa dari EAT (Earning after Tax) yan akan dibagikan sebagai dividen (Destriana, 2010). Variabel Kebijakan Dividen dalam penelitian ini diproksikan dengan Deviden Payout Ratio.

DPR= � ℎ

� ℎ

2. Variabel Independen

Menurut Ferdinand (2006, h.26), “variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif”. Variabel ini sering juga disebut sebagai variabel bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah besarnya kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan seperti direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Variabel Kepemilikan Manajerial dalam penelitian ini diproksikan dengan MOWN.

MOWN= ℎ ℎ

ℎ ℎ � �

b. Kepemilikan Institusional

Tingkat Kepemilikan Institusional (INST) merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi diluar manajerial.


(53)

Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Faizal, 2004). Variabel Kepemilikan Institusional dalam penelitian ini diproksikan sebagai INST.

INST= ℎ ℎ

ℎ ℎ � � c. Kebijakan Hutang

Kebijakan Hutang adalah segala jenis hutang yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang (Nasser dan Firlano, 2006). Variabel Kebijakan Hutang dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perhitungan DER dapat dilakukan sebagai berikut (Indahningrum & Handayani, 2009):

Debt to Equity Ratio= �

d. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan pendapatan (Yeniatie dan Nicken, 2010). Variabel Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA).

ROA= ℎ �

e. Ukuran Perusahaan

Dalam penelitan ini, ukuran perusahaan dinilai dengan log of total

assets. Log Of Total Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan


(54)

perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi logaritma, konversi yang terbentuk logaritma ini bertujuan untuk membuat data total aset terdistribusi normal (Djabid dalam Surya dan Ningsih, 2012). Variabel ini dirumuskan sebagai berikut:

SIZE= Ln total Asset

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan utang. Pada penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan mengunakan teknik analisis berganda untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh serta untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS

(Statistical Package for Social Sciences) versi 21 untuk mempermudah

perhitungan statistik. 2. Statistik Deskriptif

Dalam buku Ghozali (2011), statistic deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

3. Uji Regresi Linear Berganda


(55)

DPR =α + β1(MOWN) + β2(INST) + β3(DER)+ β4 (ROA) +β5( SIZE) Keterangan :

α : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi dari masing-masing variable independen

e : Error Estimate

DER : Kebijakan hutang MOWN : Kepemilikan Manajerial INST : Kepemilikan Institusional DPR : Kebijakan Dividen ROA : Profitabilitas SIZE : Ukuran perusahaan

Besarnya konstanta tercermin dalam “α” dan besarnya koefisien regresi dari masing-masing variable independen ditunjukkan dengan β1, β2, β3, β4, dan β5. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variable dependen.

4. Uji Asumsi Klasik

Langkah-langkah uji asumsi klasik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut:


(56)

“Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.”

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel.

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant. Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sehingga data dikatakan berdistribusi normal (Ghozali, 2011).

Ada tiga pilihan yang dapat dilakukan jika diketahui bahwa data tidak normal; yaitu :

1. Jika jumlah sampel besar, maka dapat menghilangkan nilai outliner dari data

2. Melakukan transformasi data.


(57)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Adanya heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya uji Glesjer. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka indikasi terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2009). Jika signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5 %, maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau melakukan koreksi berkaitan dengan kehadiran situasi heteroskedastisitas, di antaranya: melakukan transformasi atas variabel-variabel dalam model regresi yang sedang ditaksir.

1. Melakukan transformasi dalam bentuk membagi model regresi asal dengan salah satu variabel bebas yang digunakan dalam model ini 2. Melakukan transformasi log


(58)

c. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) tujuan dari uji multikolinearitas adalah: “Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen “.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) Variance

Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas oleh variabel

independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Batas VIF adalah 10 dan nilai tolerance adalah 0,1. Indikasi adanya multikolinieritas yaitu apabila VIF lebih dari 10. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

Ada beberapa cara untuk mengatasi multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan salah satu atau beberapa variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dan model regresi.

2. Menambah data (jika disebabkan terjadi kesalahan sampel). 3. Mengurangi data.


(59)

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu atau tersusun dalam rangkaian ruang. Menurut Rahmawati dkk, (2011) autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier adakorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terjadi problem autokorelasi

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Ketentuan Nilai DW-Test

KetentuanNilai Durbin-Watson DW Kesimpulan

0 < DW <dl Ada Autokorelasi

dl < DW <du TanpaKesimpulan

du < DW < (4-du) Tidak Ada Autokorelasi

Ada beberapa cara untuk megatasi autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Menambah variabel bebas cara ini dapat dilakukan karena salah satu sebab munculnya autokorelasi adalah adanya variabel penting yang tidak dimasukkan kedalam model (misspesifikasi model).


(60)

2. Menggunakan variabel yang ditransformasi. Dapat dilakukan jika penambahan variabel bebas kedalam model tidak dapat mengatasi masalah autokorelasi.

5. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Menurut Rahmawati dkk, (2011) uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Untuk menguji apakah model yang digunakan baik, maka dapat dilihat dari signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dengan α = 0,05 dan juga penerimaan atau penolakan hipotesa, dengan cara :

1. Merumuskan hipotesis H0 : β1, β2, β3, β4, β5= 0 :

Kepemilikan Manajerial yang diproksi dengan MOWN,

Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST, kebijakan hutang yang diproksi dengan Debt To Equity Ratio(DER), Proftabilitas diproksi oleh Return On Asset (ROA) danUkuran Perusahaan yang di proksi dengan SIZE bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap Kebijakan Dividen yang diproksi dengan Dividen Payout Ratio (DPR).


(61)

Ha : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0:

Kepemilikan Manajerial yang diproksi dengan MOWN,

Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST, Kebijakan Dividen yang diproksi dengan Dividen Payout Ratio (DPR), Proftabilitas diproksi oleh Return On Asset (ROA) danUkuran Perusahaan yang di proksi dengan SIZE merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap kebijakan hutang yang diproksi dengan Debt To Equity Ratio(DER).

2. Kesimpulan

Ha : diterima bila sig. ≤ α = 0,05 (variabel independen secara keseluruhan akan diterima bila nilai signifikansi α ≤ 0,05 terhadap variabel dependen).

H0 : ditolak bila sig. > α = 0,05 (variabel independen secara keseluruhan akan ditolak bila nilai signifikansi α > 0,05 terhadap variabel dependen).

b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Menurut Rahmawati dkk, (2011) uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan uji – t. Untuk menguji apakah masing-masing


(62)

variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, maka langkah-langkahnya:

1. Merumuskan hipotesis H0 : β1, β2, β3, β4, β50:

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Manajerial yang diproksi dengan MOWN,Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST, kebijakan hutangyang diproksi denganDebt To Equity

Ratio(DER), Proftabilitas diproksi oleh Return On Asset (ROA)

danUkuran Perusahaan yang di proksi dengan SIZE terhadap Kebijakan Dividen yang diproksi dengan Dividen Payout Ratio

(DPR).

Ha : β1, β2, β3, β4, β50:

Ada pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Manajerial yang diproksi dengan MOWN,Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST, kebijakan hutangyang diproksi denganDebt To Equity Ratio(DER), Proftabilitas diproksi oleh Return On Asset (ROA) danUkuran Perusahaan yang di proksi dengan SIZE terhadap Kebijakan Dividen yang diproksi dengan Dividen Payout Ratio (DPR).


(63)

Ha : diterima bila sig. ≤ α = 0,05 (variabel independen secara individual akan diterima bila nilai signifikansi α ≤ 0,05 terhadap variabel dependen).

H0 : ditolak bila sig. > α = 0,05 (variabel independen secara individual akan diterima bila nilai signifikansi α > 0,05 terhadap variabel dependen).

6. Koefisien Determinasi (R Square)

Menurut Rahmawati dkk, (2011) koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan model dalam menerangkan variasi variable terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Semakin mendekati nilai satu menunjukkan semakin kuatnya kemampuan dalam menjelaskan perubahan variable bebas terhadap variasi variable terikat.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian

Pada dasarnya obyek merupakan apa yang hendak diselidiki di dalam sebuah penelitian. Ada beberapa persoalan yang perlu untuk dipahami agar dapat menentukan serta menyusun obyek penelitian dengan baik yaitu berhubungan dengan apa itu obyek penelitian. Obyek adalah keseluruhan dari gejala yang terdapat disekitar kehidupan kita. Apabila kita lihat dari sumbernya, maka obyek penelitian didalam suatu penelitian disebut sebagai situasi sosial yang di dalamnya terdiri dari tiga elemen yaitu: (1) tempat; (2) pelaku; (3) aktivitas.

Apabila dikaitkan dengan sumbernya maka obyek penelitian pada penelitian ini adalah obyek sekunder.

Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumya adalah suatu aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumber daya atau aktivitas berikut:

a. Perencanaan produk – pembelian – pemasaran b. Mesin dan perkakas – manufakturing – penjualan c. Perancangan proses – production control – pengiriman


(65)

Sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input – proses – output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.

Obyek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 121 data observasi yang memenuhi kriteria. Metode purposive sampling merupakan metode pengumpulan data yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan oleh peneliti.


(66)

Tabel 4.1

Perincian Pemilihan Sampel Tahun 2010-2014

Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010 sampai 2014

142 142 142 142 142

Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan selama periode pengamatan

(25) (25) (5) (3) (3)

Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen

(75) (73) (73) (75) (69)

Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan saham oleh manajemen dan data kepemilikan saham oleh institusi

(26) (21) (37) (37) (42)

Jumlah perusahaan manufaktur yang memasuki kriteria

16 23 27 27 28

Data penelitian 121

Data outlier (24)

Data yang diolah 97

Sumber : Bursa Efek Indonesia, lampiran 1 (data diolah)

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kebijakan dividen (DPR), kepemilikan manajerial (MOWN), kepemilikan institusional (INST), kebijakan utang (DER),


(67)

profitabilitas (ROA) dan ukuran perusahaan (SIZE), Deskripsi dari variabel-variabel penelitian ditunjukan oleh Tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation DPR 0,00010 0,60040 0,2875116 0,15648401 MOWN 0,00000 0,87509 0,0609657 0,14072569 INST 0,05556 0,99778 0,6469067 0,24701176 DER 0,10412 9,57088 1,0490393 1,48953838 ROA 0,00076 0,43664 0,0972841 0,06897151 SIZE 10,50194 14,37297 12,2333084 0,83942952

Sumber : Hasil Olah Data, lampiran 8

a. Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen ditunjukkan oleh proksi DPR. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif, besarnya DPR dari 97 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum/data terkecil dari variabel DPR sebesar 0,00010, nilai maksimum/data terkecil dari variabel DPR sebesar 0,60040, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2875116, dan standar deviasi sebesar 0,15648401.

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial ditunjukkan oleh proksi MOWN. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif, besarnya MOWN dari 97 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum/data


(1)

34 SKLT 2011 214.237.879.424 11,33089626 35 SMSM 2011 1.327.799.716.171 12,12313257 36 TBMS 2011 1.464.965.579.262 12,16582742 37 TCID 2011 1.130.865.062.422 12,05341079 38 TSPC 2011 4.250.374.395.321 12,62842719 39 ULTJ 2011 2.180.516.519.057 12,33855938 40 ALMI 2012 1.881.569.000.000 12,27452015 41 ASII 2012 182.274.000.000.000 14,26072472 42 AUTO 2012 8.811.642.000.000 12,94505684 43 BATA 2012 574.107.994.000 11,75899359 44 BRAM 2012 2.215.657.940.000 12,34550271 45 BRNA 2012 770.384.000.000 11,88670725 46 CTBN 2012 2.582.910.436.000 12,41210935 47 DAJK 2012 316.620.915.000 11,5005396 48 DPNS 2012 184.533.123.832 11,26607433 49 GDST 2012 1.163.971.056.842 12,06594218 50 GGRM 2012 41.509.325.000.000 13,61814567 51 GJTL 2012 12.869.793.000.000 13,10957156 52 IKBI 2012 766.558.991.528 11,88454558 53 INDF 2012 59.324.207.000 10,77323194 54 INDS 2012 1.664.779.358.215 12,22135668 55 KBLM 2012 722.941.339.245 11,85910306 56 LION 2012 433.497.042.140 11,63698614 57 MBTO 2012 609.494.000.000 11,78496943 58 PTSN 2012 887.491.087.530 11,948164 59 SKLT 2012 249.746.467.756 11,39749935 60 SMSM 2012 1.441.204.473.590 12,1587256 61 TALF 2012 326.321.000.000 11,51364502 62 TCID 2012 1.261.572.952.461 12,10091237 63 TPIA 2012 16.233.420.530.000 13,21041004 64 TRST 2012 2.188.129.039.119 12,34007293 65 TSPC 2012 4.632.984.970.719 12,66586089 66 WIIM 2012 1.207.251.153.900 12,08179763 67 ALMI 2013 2.752.078.000.000 12,43966074 68 ASII 2013 213.944.000.000.000 14,33030011 69 AUTO 2013 12.484.843.000.000 13,09638309 70 BRNA 2013 1.125.133.000.000 12,05120386 71 CTBN 2013 3.324.906.808.736 12,52177948 72 DAJK 2013 1.128.467.093.000 12,0524889 73 DPNS 2013 256.372.669.050 11,40887172 74 GGRM 2013 50.770.251.000.000 13,70560931


(2)

75 GJTL 2013 15.350.754.000.000 13,18612971 76 IKBI 2013 874.023.494.368 11,94152311 77 IMPC 2013 1.644.814.000.000 12,21611679 78 INAI 2013 765.881.409.376 11,88416153 79 INDF 2013 77.611.416.000 10,88992561 80 INDS 2013 2.196.518.364.473 12,34173484 81 KBLM 2013 654.296.256.935 11,81577444 82 KRAH 2013 31.764.000.000 10,50193519 83 LION 2013 468.567.897.161 11,67077253 84 LMSH 2013 141.697.598.705 11,15136249 85 PTSN 2013 953.636.877.152 11,97938304 86 SKLT 2013 301.989.488.699 11,47999183 87 SMSM 2013 1.712.710.000.000 12,23368383 88 TALF 2013 341.415.000.000 11,5332826 89 TCID 2013 1.465.952.460.752 12,16611989 90 TRST 2013 3.260.919.505.192 12,51334008 91 TSPC 2013 5.407.957.915.805 12,7330333 92 ULTJ 2013 2.811.620.982.142 12,44895678 93 WIIM 2013 1.229.011.260.881 12,08955586 94 ALMI 2014 3.212.438.981.224 12,50683489 95 AMFG 2014 3.918.391.000.000 12,59310777 96 ASII 2014 236.029.000.000.000 14,37296537 97 BAJA 2014 974.633.000.000 11,98884111 98 CEKA 2014 1.284.150.037.341 12,10861577 99 CTBN 2014 3.216.977.054.586 12,50744796 100 DAJK 2014 1.902.696.164.000 12,27936944 101 DPNS 2014 268.877.322.944 11,42955418 102 ETWA 2014 1.331.049.000.000 12,12419404 103 GGRM 2014 58.220.600.000.000 13,76507668 104 GJTL 2014 16.042.897.000.000 13,2052828 105 IKBI 2014 934.627.527.456 11,97063857 106 IMPC 2014 1.736.710.000.000 12,2397273 107 INAI 2014 897.281.657.710 11,95292879 108 INDF 2014 85.938.885.000 10,93418971 109 INDS 2014 2.282.666.078.493 12,35844239 110 LION 2014 600.102.716.315 11,77822559 111 MASA 2014 7.738.775.112.000 12,88867223 112 NIKL 2014 1.502.924.382.000 12,17693713 113 SKBM 2014 649.534.031.113 11,81260191 114 SKLT 2014 331.574.891.637 11,52058164 115 SMSM 2014 1.749.395.000.000 12,24288788


(3)

116 SRIL 2014 8.650.562.159.712 12,93704433 117 TCID 2014 1.853.235.343.636 12,26793057 118 TPIA 2014 23.809.206.780.000 13,37674493 119 TRST 2014 3.261.285.495.052 12,51338882 120 TSPC 2014 5.592.730.492.960 12,74762389 121 WIIM 2014 1.332.907.675.785 12,12480007

Lampiran 8

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPR 97 ,00010 ,60040 ,2875116 ,15648401

MOWN 97 ,00000 ,87509 ,0609657 ,14072569

INST 97 ,05556 ,99778 ,6469067 ,24701176

DER 97 ,10412 9,57088 1,0490393 1,48953838

ROA 97 ,00076 ,43664 ,0972841 ,06897151

SIZE 97 10,50194 14,37297 12,2333084 ,83942952

Valid N (listwise) 97

Lampiran 9

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,08716312

Most Extreme Differences

Absolute ,138

Positive ,138

Negative -,072

Kolmogorov-Smirnov Z 1,376

Asymp. Sig. (2-tailed) ,045

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Normalitas Setelah DI CASEWASE

Lampiran 10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 97

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,08116252

Most Extreme Differences

Absolute ,131

Positive ,131

Negative -,082

Kolmogorov-Smirnov Z 1,291

Asymp. Sig. (2-tailed) ,071

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

6. ANOVA

Lampiran 14

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,416 5 ,083 3,918 ,003b

Residual 1,934 91 ,021

Total 2,351 96

a. Dependent Variable: DPR

b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, MOWN, ROA, INST

Lampiran 15

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

DPR ,2875116 ,15648401 97

MOWN ,0609657 ,14072569 97

INST ,6469067 ,24701176 97

DER 1,0490393 1,48953838 97

ROA ,0972841 ,06897151 97


(5)

3. Uji Heterokedastisitas

Lampiran 11

4. Uji Multikolinearitas

Lampiran 12

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) ,289 ,132 2,183 ,032

MOWN -,007 ,071 -,012 -,095 ,924 ,719 1,390

INST -,010 ,040 -,031 -,261 ,795 ,736 1,359

DER ,000 ,006 ,002 ,018 ,986 ,858 1,166

ROA ,093 ,134 ,078 ,695 ,489 ,844 1,185

SIZE -,014 ,010 -,146 -1,400 ,165 ,976 1,024

a. Dependent Variable: ABSRES_1

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) ,386 ,231 1,669 ,099

MOWN -,419 ,125 -,377 -3,362 ,001 ,719 1,390

INST -,109 ,070 -,173 -1,559 ,123 ,736 1,359

DER -,022 ,011 -,206 -2,003 ,048 ,858 1,166

ROA ,171 ,235 ,075 ,727 ,469 ,844 1,185

SIZE ,000 ,018 ,002 ,017 ,986 ,976 1,024


(6)

5. Uji Autokorelasi

Lampiran 13

Regresi sebelum case- waise

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) ,485 ,357 1,356

MOWN -,298 ,176 -,190 -1,689 ,014 ,676 1,480

INST -,028 ,104 -,029 -,265 ,791 ,693 1,444

DER -,025 ,016 -,154 -1,562 ,121 ,872 1,147

ROA ,116 ,352 ,033 ,331 ,741 ,837 1,194

SIZE -,005 ,028 -,018 -,196 ,845 ,974 1,027

a. Dependent Variable: DPR

LAMPIRAN 14

Model Summaryb Mod

el

R R

Squar e

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics Durbin-Watson R Square

Change F Change

df1 df2 Sig. F Chang

e

1 ,421a ,177 ,132 ,14579566 ,177 3,918 5 91 ,003 1,913 a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, MOWN, ROA, INST


Dokumen yang terkait

PENGARUH INVESTASI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDO

1 20 106

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

0 3 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2009-2014)

0 9 116

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

1 11 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

0 4 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 14

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 13 140

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 119

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 131

ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19