ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S‐1 Jurusan Akuntansi Oleh :
DENNY RYZKYKA PRANATA 0713010074/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Variabel Struktur Aset,
Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Kebijakan Dividen Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” dengan
baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata – 1, Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Rahman A. Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I Fakultas
(3)
4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing dan
memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, MSi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan
bantuan, nasehat, dan bimbingan selama menuntut ilmu di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Buat seluruh Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasih dirasa
belum cukup untuk menghargai jasa para Bapak dan Ibu. Namun, teriring
do’a semoga apa yang sudah diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan
berkah dari sang Illahi.
8. Buat Ayahanda “Drs. Ec. H. Dadiyono”, dan Ibunda “Hj. Sugi Wahyu Yani”
yang tercinta, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu,
dukungan, nasehat, dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
9. Buat kakakku “Bisma Rizkyka Akbar”, dan Adikku “Reza Rizkyka
Permana” yang telah memberikan dukungan dan bantuannya secara moril
maupun materiil.
10. Spesial untuk kekasihku tercinta “Hardi Segaranto, SE” terima kasih atas
segala pengorbanan, pengertian, semangat, cinta, kasih sayang, do’a, dan
(4)
11. Terima kasih kepada teman-teman dan sahabat-sahabatku Tyas, Vitha,
Nurul, Sepdianto, Miranti, Aisyah, Lilla, dan Tika yang telah memberikan
semangat, dukungan, dan inspirasi.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Oktober 2011
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... . 1
1.2 Perumusan Masalah ... . 5
1.3 Tujuan Penelitian ... . 5
1.4 Manfaat Penelitian ... . 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... . 7
2.2 Landasan Teori ... . 16
2.2.1 Pengertian Hutang ... . 16
2.2.2 Klasifikasi Hutang ... 17
2.2.3 Tujuan Pembentukan Hutang ... 18
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Hutang Jangka Panjang ... .. 19
(6)
2.2.5 Pengertian Kebijakan Hutang ... 20
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang ... 20
2.2.7 Standar Persyaratan Kebijakan Hutang ... 21
2.2.8 Struktur Aset ... 23
2.2.9 Ukuran Perusahaan ... 27
2.2.10 Kepemilikan Manajerial ... 30
2.2.11 Kepemilikan Institusional ... 33
2.2.12 Kebijakan Dividen ... 35
2.2.13 Hubungan Variabel Independen Terhadap Kebijakan Hutang ... 39
2.3 Diagram Kerangka Pikir ... 44
2.4 Hipotesis Penelitian ... 45
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 52
3.4.1 Teknik Analisis ... 52
3.4.2 Uji Hipotesis ... 53
3.4.2.1 Uji Normalitas ... 53
3.4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 54
(7)
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 59
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 59
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 61
4.1.3 Sejarah Singkat PT. AKR Corporindo, Tbk 61
4.1.4 Sejarah Singkat PT. Alumindo Light Metal
Industry, Tbk ... 62
4.1.5 Sejarah Singkat PT. Asiaplast Industries, Tbk 63
4.1.6 Sejarah Singkat PT. Budi Acid Jaya, Tbk ... 63
4.1.7 Sejarah Singkat PT. Berlina, Tbk ... 64
4.1.8 Sejarah Singkat PT. Gudang Garam, Tbk .... 64
4.1.9 Sejarah Singkat PT. Panasia Indosyntec, Tbk 65
4.1.10 Sejarah Singkat PT. Intikeramik Alamasri
Industries, Tbk ... 66
4.1.11 Sejarah Singkat PT. Jaya Pari Steel, Tbk .. 67
4.1.12 Sejarah Singkat PT. Kedaung Indah
Can, Tbk ... 67
4.1.13 Sejarah Singkat PT. Langgeng Makmur
Industries, Tbk ... 68
4.1.14 Sejarah Singkat PT. Lion Mesh Prima, Tbk 68
4.1.15 Sejarah Singkat PT. Lautan Luas, Tbk ... 69
4.1.16 Sejarah Singkat PT. Prima Alloy Steel, Tbk 70
(8)
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
4.2.1 Deskripsi Mengenai Struktur Asset ... 72
4.2.2 Deskripsi Mengenai Ukuran Perusahaan ... 74
4.2.3 Deskripsi Mengenai Kepemilikan Manajerial 75 4.2.4 Deskripsi Mengenai Kepemilikan Institusional ... 77
4.2.5 Deskripsi Mengenai Dividen ... 79
4.2.6 Deskripsi Mengenai Kebijakan Hutang ... 81
4.3 Uji Kualitas Data ... 83
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 85
4.4.1 Hasil Pengujian Normalitas ... 85
4.4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 86
4.4.2.1 Multikolinieritas ... 87
4.4.2.2 Heteroskedastisitas ... 89
4.4.2.3 Autokorelasi ... 90
4.4.3 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda .... 91
4.4.4 Teknik Analisis ... 93
4.4.4.1 Hasil Uji F ... 93
4.4.4.2 Hasil Uji t ... 95
4.5 Analisis Hasil Penelitian ... 98
4.6 Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 103
(9)
4.7 Keterbatasan Penelitian ... 105
4.8 Implikasi Penelitian ... 106
BAB V 5.1 Kesimpulan ... 107
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 44
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Struktur Aset Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2010 ... 72
Tabel 4.2 Data Ukuran Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 74
Tabel 4.3 Data Kepemilikan Manajerial Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 76
Tabel 4.4 Data Kepemilikan Institusional Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 78
Tabel 4.5 Data Dividen Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... ... 80
Tabel 4.6 Data Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 ... 82
Tabel 4.7 Hasil Uji Outlier ... ... 84
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... ... 86
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 87
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Antar Variabel ... 88
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 89
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ... 90
Tabel 4.13 Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 91
Tabel 4.14 Hasil Uji F ... ... 94
Tabel 4.15 Hasil R Square ... ... 95
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian Perusahaan Tahun 2008-2010
Lampiran 2. Data Penelitian
Lampiran 3. Analisis Deskriptif
Lampiran 4. Uji Kualitas Data
Lampiran 5. Nilai Korelasi Antar Variabel
Lampiran 6. Analisis Regresi Setelah Outlier Hilang
(13)
ANALISIS VARIABEL STRUKTUR ASET, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
Denny Rizkyka Pranata 0713010074
ABSTRAKSI
Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi dana untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah dengan menerbitkan hutang. Nilai perusahaan biasanya ditentukan oleh besarnya modal sendiri dan nilai hutang, namun bila nilai perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham, maka pembayaran dividen yang lebih besar akan cenderung menaikkan harga saham. Dengan meningkatnya harga saham tersebut berarti akan meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi bila pembayaran dividen makin besar, maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Penelitan ini membahas tentang pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan dividen yang dikaitkan dengan kebijakan hutang perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder laporan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market Directory dan data-data di BEI pada tahun 2008 sampai 2010. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan dividen terhadap kebijakan hutang perusahaan. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa perubahan kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan dividen sebesar 10.3%, sedangkan sisanya 89.7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kata kunci: Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Kebijakan Hutang
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Tetapi pihak
manajemen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham. Manajer diberikan kepercayaan oleh para
pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan. Dalam
usahanya untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan, manajer
memerlukan dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi
perusahaan dalam memenuhi dana tersebut adalah dengan menerbitkan hutang.
Disisi lain kebijakan hutang ini rentan terhadap konflik antara pemegang saham,
manajemen dengan kreditur (bondholder).
Konflik dalam kebijakan hutang antara manajemen dan bondholder
muncul ketika manajemen mengambil proyek-proyek yang mempunyai resiko
lebih besar dari yang diperkirakan oleh kreditur. Dalam hal ini kreditur tidak mau
dirugikan apabila dana diinvestasikan pada proyek yang berisiko tinggi, karena
(15)
mempengaruhi nilai perusahaan dengan menurunnya nilai pasar hutang atau
obligasi yang belum jatuh tempo. Sebaliknya jika proyek berisiko tinggi tersebut
memberikan hasil yang bagus, kompensasi yang diterima kreditur (berupa bunga)
tidak ikut naik (Nisa Fidyati, 2003).
Nilai perusahaan biasanya ditentukan oleh besarnya modal sendiri dan
nilai hutang, namun bila nilai perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga
saham, maka pembayaran dividen yang lebih besar akan cenderung menaikkan
harga saham. Dengan meningkatnya harga saham tersebut berarti akan
meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi bila pembayaran dividen makin
besar, maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi
sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Hutang adalah
relevan karena penggunaan hutang akan menekan konflik yang disebabkan oleh
penggunaan ekuitas dari luar. Dividen juga relevan karena akan dapat menekan
konflik kepentingan antara manajer yang juga pemegang saham dengan
pemegang saham dari luar perusahaan.
Teknologi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya globalisasi
pasar. Globalisasi pasar dapat bermuara pada masalah peluang dan tantangan
berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing industri
dalam menghadapi semakin ketatnya persaingan. Hanya perusahaan yang
memiliki operasi global yang dapat terus-menerus memiliki peluang
mempertahankan dan mempertinggi tingkat pertumbuhannya. Dalam menghadapi
kondisi perekonomian seperti ini, banyak perusahaan baik yang berskala besar
(16)
perhatian pada masalah manajemen pendanaan disamping masalah lain seperti
produksi, marketing, personalia dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen pendanaan pada hakikatnya menyangkut keseimbangan
financial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang
dibutuhkan beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut
dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan
menentukan struktur kekayaan perusahaan yang mengarah pada total aktiva yang
dimiliki perusahaan, yang mana besar kecilnya suatu perusahaan tercermin dari
aktiva perusahaan. Sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan
menentukan struktur financial (struktur pendanaan) dan struktur modal
perusahaan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bringham (1996) dalam
Nisa Fidyati (2003) bahwa kebijakan hutang perusahaan terkait dengan teori
struktur financial. Teori struktur financial mengarah pada keseimbangan antara
hutang dan aset perusahaan, berapa besar dari aset yang dimiliki perusahaan
tersebut dibiayai dengan hutang.
Penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendanaan telah dilakukan diluar negeri maupun di Indonesia. Studi Empiris
(Chung, 1993) dalam (Nisa Fidyati, 2003) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki rasio aktiva tetap tinggi cenderung menggunakan hutang yang tinggi,
sedangkan perusahaan yang memiliki resiko tinggi cenderung menggunakan
hutang lebih sedikit, baik untuk hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki
(17)
(Nisa Fidyati, 2003) menunjukkan bahwa rasio aktiva tetap dan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kebijakan hutang.
Sebaliknya risiko sistematis memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap
kebijakan hutang. Sedangkan dalam penelitian Fitri Ismiyati dan Mahmuh (2003)
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan risiko memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap utang sedangkan kepemilikan institusional
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap utang.
Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
pada perusahaan manufaktur. Untuk itu peneliti ini lebih spesifik membahas
tentang pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan dividen yang dikaitkan dengan kebijakan hutang
perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Oleh karena itu peneliti memberikan judul “Analisis Variabel
Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
(18)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diambil
suatu perumusan masalah yaitu :
- Apakah terdapat pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan dividen terhadap kebijakan
hutang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan dividen terhadap kebijakan hutang.
2. Untuk menganalisis seberapa besar faktor – faktor diatas berpengaruh terhadap
(19)
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Investor
Diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam melakukan investasi, khususnya pada pemilihan
perusahaan setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan
tersebut.
b. Bagi Perusahaan
Dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini untuk membantu membuat
keputusan dalam masalah pendanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendanaan.
c. Bagi penulis
Untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan mengenai masalah
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini mengacu pada empat penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan hutang, penelitian-penelitian
tersebut yaitu :
1. Fitri Ismiyati dan Mahmuh (2003) meneliti tentang kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen :
analisis persamaan simultan. Permasalahan yang diangkat adalah apakah
pengaruh kebijakan dividen, kepemilikan manajerial dan risiko terhadap
kebijakan hutang positif, sedangkan pengaruh kepemilikan institusional
terhadap kebijakan hutang adalah negatif. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model persamaan simultan (simultaneous
equation model), baik yang two stage (2SLS) ataupun three stage (3SLS)
dengan lima variabel antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan
(21)
Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang yaitu :
Persamaan : Sama-sama menggunakan variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan
hutang.
Perbedaan : 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya adalah kebijakan dividen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang
dan risiko, sedangkan dalam penelitian ini variabel yang
digunakan adalah struktur aset, ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
dividen.
2. Periode yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah tahun 1998 sampai 2001, sedangkan
pada penelitian sekarang menggunakan periode tahun 2008
sampai 2010.
3. Pada penelitian sebelumnya menggunakan model
persamaan simultan (2SLS) atau (3SLS), sedangkan pada
penelitian sekarang menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
(22)
kebijakan hutang. Pada kondisi risiko tinggi (standar deviasi return saham
tinggi) manajer memilih proyek yang berisiko tinggi dengan tujuan mendapat
return tinggi. Variabel kepemilikan manajerial mempunyai hubungan positif
dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi kepemilikan
manajerial maka semakin tinggi penggunaan hutang, hal ini dikarenakan
karena kontrol yang besar terhadap investasi yang dilakukan oleh pihak
manajer. Variabel kepemilikan institusional mempunyai hubungan positif
dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
2. Nisa Fidyati (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan. Permasalahan yang diangkat adalah apakah
terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio aktiva tetap, ukuran
perusahaan, risiko sistematis, dan kesempatan pertumbuhan baik secara
simultan maupun parsial terhadap variabel dependen kebijakan hutang.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier
berganda dengan empat variabel independen dan satu satu variabel dependen.
Variabel independen yang digunakan adalah rasio aktiva tetap, ukuran
perusahaan, kesempatan bertumbuh dan risiko sistematis sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah kebijakan hutang.
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang adalah :
Persamaan : 1. Sama-sama menggunakan variabel rasio aktiva
(23)
2. Keduanya sama-sama menggunakan teknik analisis
regresi berganda.
Perbedaan : 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya adalah rasio aktiva tetap, ukuran perusahaan,
risiko sistematis dan kesempatan bertumbuh, sedangkan
dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah rasio
aktiva tetap, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
dan kepemilikan institusional.
2. Periode yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah tahun 1995-1996, sedangkan pada
penelitian sekarang menggunakan periode tahun 2008-2010.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini ditunjukkan pada uji F bahwa
secara simultan variabel-variabel independen mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Namun, secara parsial
hanya variabel rasio aktiva tetap dan ukuran perusahaan yang memiliki
pengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang.
Penelitian ini membuktikan bahwa sumber pendanaan yang diperoleh baik
dari internal maupun eksternal perusahaan dipengaruhi oleh berapa besar
kekayaan yang dimiliki perusahaan sebagai jaminan atas pinjaman yang
dilakukan oleh perusahaan. Karena semakin tinggi rasio aktiva tetap maka
semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan dan semakin besar
(24)
kesempatan bertumbuh memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan
positif terhadap kebijakan hutang. Membuktikan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi akan membutuhkan hutang besar
pula. Hal ini mengimplikasikan adanya financial leverage yang tinggi, dan
variabel risiko sistematis mempunyai hubungan signifikan negatif dengan
kebijakan hutang. Hal ini membuktikan bahwa semakin berisiko suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan hutang
yang lebih sedikit sebab perusahaan kesulitan mendapatkan dana dari luar.
3. Euis Sholiha dan Taswan (2002) meneliti tentang pengaruh kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Permasalahan yang diangkat adalah apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara insider ownership, firm profitability, firm size, kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan dan apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara insider ownership dan firm size terhadap kebijakan hutang.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model linier
structural relation (lisrel) atau structural equation modeling (SEM) dengan
empat variabel independen dan dua variabel dependen. Variabel independen
yang digunakan adalah firm profitability, firm size, kebijakan hutang dan
insider ownership sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah nilai
(25)
Adapun persamaan dan perbedaan penlitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang adalah :
Persamaan : Keduanya sama-sama menggunakan variabel independen
insider ownership dan ukuran perusahaan.
Perbedaan : 1. Pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel
insider ownership dan firm size. Sedangkan pada
penelitian sekarang menggunakan struktur aset, ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan dividen.
2. Periode yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah tahun 1993 sampai 1997. Sedangkan
pada penelitian sekarang menggunakan periode tahun 2008
sampai 2010.
3. Pada penelitian sebelumnya teknik analisis data
yang digunakan adalah Linier Structural Relation (Lisrel)
atau Structural Equation Modelling (SEM). Sedangkan
pada penelitian sekarang menggunakan teknik analisis
regresi berganda.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kebijakan
hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
(26)
penghasilan perusahaan, maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan karena biaya hutang adalah biaya yang dapat mengurangi pajak.
Firm size berhubungan positif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan insider ownership berhubungan positif dan tidak
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini membuktikan
bahwa perusahaan besar dapat dengan mudah akses ke pasar modal.
Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas
dan kemampuan untuk mendapatkan daya, dan insider ownership merupakan
insentif bagi peningkatan kinerja perusahaan karena para insider lebih
berkepentingan untuk mencapai capital gain dan deviden yield.
Firm profitability, firm size dan insider ownership berhubungan
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa
kepemilikan insider merupakan insentif bagi peningkatan kinerja manajemen
perusahaan. Hal ini didukung oleh profitabilitas yang meningkat memberikan
prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu perusahaan untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang menarik
menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Oleh karena itu, terjadi pada
perusahaan yang berukuran besar (size) maka akan menjadi konsisten dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Namun, insider harus diwaspadai sebab
mereka sangat berani mengambil risiko dalam kebijakan hutang demi
tercapai nilai perusahaan yang diinginkan. Dengan kata lain kepemilikan
(27)
4. Wahidahwati (2002) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan, sebuah
perspektif theory agency. Permasalahan yang diangkat adalah apakah
managerial ownership dan institusional ownership (termasuk variabel
kontrol) baik secara simultan maupun parsial mempuyai pengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan model persamaan regresi berganda dengan dua variabel
independen, satu variabel dependen dan lima variabel control. Variabel
independen yang digunakan adalah managerial ownership dan institusional
ownership sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan
hutang, dan untuk variabel kontrol adalah dividen payment, size firm, aset
structure, earning volatility dan stock volatility.
Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan sekarang yaitu :
Persamaan : 1. Sama-sama menggunakan variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional dan variabel kontrol
(struktur aset dan ukuran perusahaan).
2. Keduanya sama-sama menggunakan teknik analisis
regresi berganda.
Perbedaan : 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
intitusional, struktur aset, ukuran perusahaan, dividen
(28)
dalam penlitian sekarang menggunakan variabel struktur
aset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan dividen.
2. Pada penelitian sebelumnya periode yang
digunakan tahun 1995 dan 1996, sedangkan pada
penelitian sekarang menggunakan periode 2008 hingga
2010.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini ditunjukkan pada uji F bahwa
secara simultan semua variabel independen (termasuk varaibel kontrol)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt rasio perusahaan. Secara
parsial variabel managerial ownership dan institusional ownership
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif terhadap debt
ratio. Sedangkan struktur aset dan firm size mempunyai pengaruh yang
signifikan dan berhubungan positif terhadap kebijakan hutang. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa kepemilikan saham oleh pihak manajemen dapat
mengurangi tingkat hutang secara optimal. Dan keberadaan institusional
ownership dapat memonitor perilaku manajer perusahaan secara efektif.
Perusahaan yang melakukan kebijakan pendanaan dengan menggunakan
kombinasi dari hutang dan modal sendiri, dengan mempertimbangkan
manajerial dan institusional ownership serta variabel kontrol firm profit,
maka perusahaan lebih awal melakukan pemenuhan dana dengan modal
(29)
sumber dari modal sendiri tidak mencukupi maka dengan
mempertimbangkan variabel kontrol (firm size, asset structure, firm growth,
tax rate, earning volatility dan stock volatility) yang masih memungkinkan
perusahaan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pendanaannya melalui
hutang. Dengan adanya keseimbangan tersebut, maka dapat meminimumkan
total biaya keagenan dalam perusahaan.
2.2Landasan Teori
Dalam sub bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi pedoman bagi
penelitian yang dilakukan sekarang.
2.2.1 Pengertian Hutang
Perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya mempunyai
kewajiban atau hutang. Dalam pengertian sederhana menurut Al Haryono Yusuf
(1999;229) hutang adalah kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan. Secara
terperinci, hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi
pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang atau jasa diwaktu
yang akan datang. Sedangkan menurut Simangunsong (1995;485) hutang
merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan dimasa
yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang
dilakukan oleh tindakan atau transaksi yang telah dinikmati pada masa
(30)
2.2.2 Klasifikasi Hutang
Sesuai dengan tenggang waktu penyelesaiannya, menurut Simangunsong
(1995;486;521) kewajiban atau hutang diklasifikasikan menjadi dua kelompok
yaitu :
1. Hutang lancar adalah jumlah yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun
dengan menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau
dengan menimbulkan hutang lancar lainnya yang dilunasi dalam jangka
waktu kurang dari periode akuntansi (kurang dari satu tahun).
2. Hutang jangka panjang adalah hutang yang tidak akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun dan pelunasannya tidak memerlukan penggunaan sumber
yang merupakan aktiva lancar.
Menurut Simangunsong (1995;486) jenis-jenis hutang lancar
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Hutang usaha (dagang) merupakan hutang yang terjadi karena pembelian
barang atau pemakaian jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Pinjaman jangka pendek.
3. Hutang wesel (wesel bayar) yang dilaporkan dalam kelompok hutang lancar,
apabila jangka waktu penyelesaiannya (jatuh tempo) kurang dari satu tahun
atau dalam operasi normal perusahaan yang bersangkutan.
4. Biaya yang masih harus dibayar, yang didalamnya termasuk bunga yang
akan dibayar dan sewa yang akan dibayar.
5. Hutang pembelian aktiva tetap yang harus dilunaskan dalam jangka waktu
(31)
6. Pinjaman bank dan rupa-rupa hutang lainnya dengan jangka waktu
pelunasannya kurang satu tahun.
7. Bagian hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo satu tahun setelah
tanggal neraca, dalam laporan neraca disajikan sebagai kelompok hutang
lancar.
8. Hutang dividen, yang akan dikreditkan pada waktu pengumuman
pembayaran dividen.
9. Uang muka dan jaminan yang dapat diterima kembali.
10. Hutang bonus, merupakan jumlah yang akan dibayarkan kepada karyawan
tertentu sesuai dengan perjanjian.
Jenis-jenis hutang jangka panjang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Hutang hipotik, pinjaman dengan jaminan barang tak bergerak dan tenggang
waktu pelunasannya lebih dari satu tahun atau lebih dari siklus operasi
normal.
2. Hutang obligasi, surat tanda hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan jumlah tertentu dan akan jatuh tempo pada waktu tertentu dan
(32)
2.2.3 Tujuan Pembentukan Hutang
Adapun tujuan pembentukan hutang jangka panjang menurut Bambang
Supomo (1995;305) adalah :
1. Untuk memenuhi kebutuhan uang yang besar.
2. Untuk kepentingan investasi jangka panjang.
3. Untuk kepentingan pemenuhan kewajiban jangka panjang lainnya, yang
pemenuhannya dapat dilakukan dengan mengeluarkan saham baru, obligasi
atau dengan pinjaman dari bank atau pihak ketiga.
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Hutang Jangka Panjang
Kelebihan dan kelemahan penggunaan hutang jangka panjang sebagai
sumber dana menurut Agus Sartono (1995;284) adalah sebagai berikut :
Kelebihan-kelebihannya :
1. Biaya modal setelah pajak yang relatif rendah.
2. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurangan pajak penghasilan.
3. Melalui financial leverage dimungkinkan laba perlembar saham akan
meningkat.
4. Kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham tidak mengalami
(33)
Kelemahan-kelemahannya :
1. Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya financial
leverage.
2. Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer.
3. Munculnya agency problem yang mengakibatkan meningkatnya agency cost.
2.2.5 Pengertian Kebijakan Hutang
Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu keputusan, ketentuan, program
atau rencana kerja untuk menyelesaikan permasalahan tertentu. Nisa Fidyati
(2003) mengartikan kebijakan hutang adalah bagaimana suatu perusahaan dapat
mengambil langkah atau keputusan dalam masalah pendanaan. Sedangkan
menurut Euis Sholiha dan Taswan (2002) kebijakan hutang merupakan suatu
keputusan atau ketentuan yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai
perusahaan yang diinginkan.
2.2.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Chung (1993) dalam Nisa Fidyati (2003) juga melakukan studi empiris
mengenai faktor-faktor yang dapat menentukan kebijakan hutang perusahaan.
Hasil studinya menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio aktiva tetap
yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang tinggi sedangkan perusahaan
yang menghadapi resiko yang tinggi cenderung menggunakan hutang lebih
(34)
Ghosh et. al. (2000) meneruskan studi Chung (1993) dalam Nisa Fidyati
(2003) dengan menambahkan variabel – variabel yang dapat mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan. Beberapa variabel yang digunakan Ghosh et. al.
(2000) dalam penelitiannya adalah Asset Size, Growth of Asset, Fixed Asset
Rasio, Net Profit Margin, Research and Developmentt Expenditure, Advertising Expenditure, Selling Expense dan Coefficient of Variation of Cash Flow.
2.2.7 Standar Persyaratan Kebijakan Hutang
Menurut Ridwan S. Dan Inge Berlian (2001;186) terdapat beberapa syarat
yang harus diperhatikan oleh manajer dalam membuat suatu kebijakan hutang
perusahaan untuk mendapatkan pinjaman antara lain :
1. Peminjam harus melakukan pencatatan akuntansi sesuai dengan
prinsip-prinsip umum akuntansi yang dapat diterima, misal Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).
2. Peminjam harus menyampaikan laporan keuangan yang diaudit secara
periodik, laporan keuangan yang dapat dipergunakan oleh pemberi pinjaman
untuk mengawasi perusahaan dan melaksanakan perjanjian pinjaman.
3. Peminjam harus membayar pajak dan kewajiban lainnya yang jatuh tempo.
4. Peminjam harus memperhatikan semua fasilitas perusahaan dalam kondisi
yang baik agar selalu dalam keadaan sedang berjalan (going concern).
Perjanjian hutang jangka panjang baik berupa pinjaman berjangka atau
penerbitan obligasi harus disertai dengan batasan kontrak, batasan kontrak adalah
(35)
batasan operasi dan keuangan si peminjam. Batasan kontrak sebagai batasan akan
tetap memiliki kekuatan selama perjanjian pinjaman, Ketentuan-ketentuan umum
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Penerima pinjaman harus memperhatikan tingkat modal kerja minimum, jika
modal kerja bersih dibawah tingkat modal kerja minimum, mengindikasikan
bahwa perusahaan tidak likuid.
2. Penerima pinjaman dilarang menjual piutang untuk menghasilkan uang tunai,
karena dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kekurangan uang tunai
bila hasil tersebut digunakan untuk menutupi kebutuhan jangka pendek.
3. Penerima perjanjian pinjaman jangka panjang biasanya harus menjaminkan
aktiva tetap kepada pemberi pinjaman (hipotik).
4. Banyak perjanjian pinjaman membatasi pinjaman berikutnya dengan
melarang tambahan atas pinjamannya atau menjadikan pinjaman tambahan di
subordinasi terhadap pinjaman laba (original loan).
5. Penerima pinjaman dilarang untuk mendapatkan berbagai jenis ‘lease” untuk
membatasi tambahan kewajiban pembayaran tetap.
Pada umumnya biaya hutang jangka panjang lebih besar dari biaya hutang
jangka pendek. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi biaya atau tingkat
bunga antara lain (Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian, 2001;187) :
1. Jatuh tempo pinjaman (Loan Maturity)
Pada umumnya hutang jangka panjang memiliki tingkat bunga yang lebih
(36)
a. Pemberian pinjaman lebih suka jangka waktu yang pendek sehingga
pinjamannya likuid.
b. Lebih banyak permintaan hutang jangka panjang daripada hutang jangka
pendek.
c. Perkiraan umum bahwa tingkat inflasi yang akan datang lebih tinggi.
2. Besarnya pinjaman (Loan Size)
Besarnya pinjaman mempengaruhi biaya bunga pinjaman dengan cara
berlawanan dengan jumlah pinjaman yang lebih besar maka biaya pinjaman
menjadi semakin kecil, tetapi risiko dari yang memberi pinjaman meningkat
karena kurangnya diversifikasi.
3. Risiko peminjam
Leverage operasi perusahaan yang tinggi mengakibatkan tingginya risiko
bisnis, karena semakin tinggi debt to equity ratio penerima pinjaman, maka
semakin tinggi pula risiko keuangan.
4. Biaya uang dasar
Merupakan dasar untuk menetukan tingkat bunga pinjaman. Menurut
Houston etc (2001) dalam Brigham, E dan Houston, Joul (2001) hutang
mempunyai dua keuntungan antara lain :
a. Bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak sehingga
menurunkan bunga efektif dari hutang.
b. Pemegang saham (stock holder) tidak perlu mengambil bagian laba
(37)
2.2.8 Struktur Aset
Struktur aset adalah komponen dari aktiva yang terdiri dari aktiva lancar
dan aktiva tetap. Variabel ini berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang
dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang lebih fleksibel akan cenderung
menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya
yang tidak fleksibel. Menurut Brigham dan Gapenski (1996) menyatakan bahwa
secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap utang akan lebih
mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan
terhadap hutang. Hasil dari Moh’d, et al (1998) menyatakan bahwa struktur aset
mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan debt ratio. Aktiva adalah
sumber daya yang dikuasai oleh oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu, dimana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah
potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung berupa arus kas atau setara kas kepada perusahaan.
(Standar Akuntansi Keuangan, 2002;13).
Menurut Kieso, Donald E. dkk., (2001;220) mengartikan aktiva lancar
sebagai kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi
kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi,
tergantung mana yang lebih lama. Aktiva lancar disajikan dalam neraca menurut
urutan likuiditas.
Definisi aktiva tetap menurut Niswonger, dkk., (1999;400) adalah aktiva
(38)
secara fisik. Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak
dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Sedangkan aktiva
jangka panjang yang dibeli untuk dijual kembali sebagai bagian dari bisnis
normal tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Aktiva tetap harus mampu
menyediakan manfaat yang berulang-ulang dan normalnya diharapkan
berlangsung lebih dari satu tahun.
Menurut Simangunsong (1995;441) aktiva tetap dapat digolongkan
menjadi dua yaitu :
1. Aktiva tetap tidak susut karena pemakaian dalam kegiatan usaha, seperti
tanah
2. Aktiva tetap yang berangsur – angsur susut atau berkurang nilainya karena
pemakaiannya dalam kegiatan usaha, seperti : mesin, kendaraan, peralatan
kantor.
Pembelian suatu aktiva tetap tidak selamanya tepat pada akhir bulan,
tetapi mungkin pertengahan atau tanggal tertentu dari satu bulan. Dalam hal ini
perhitungan besarnya penyusutan dilakukan sebagai berikut :
1. Bila pembelian dimulai tanggal 1 sampai 15 dari satu bulan maka lamanya
penyusutan untuk tahun yang bersangkutan dihitung mulai sejak awal bulan
pembelian (tanggal 1) sampai dengan akhir periode akuntansi.
2. Bila pembelian pada tanggal 16 sampai dengan akhir bulan dari satu bulan
tertentu, maka lamanya penyusutan untuk tahun yang bersangkutan dihitung
mulai awal bulan berikutnya bulan pembelian sampai dengan akhir periode
(39)
Aktiva tetap yang tidak dapat digunakan lagi dalam perusahaan menurut
Simangunsong (1995;419) dapat disingkirkan dengan salah satu syarat berikut :
Dibuang
Harta tetap yang tidak terpakai lagi dalam perusahaan dapat dibuang, bila
suatu harta tetap dibuang maka harus kita ketahui antara lain :
a. Semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva tetap yang
dibuang tersebut harus menjadi sisa nihil (nol).
b. Harus lebih dahulu dihitung beban penyusutan mulai sejak awal
periode akuntansi berjalan sampai saat pembuangan, dengan cara
mendebit beban penyusutan dan mengkredit akumulasi penyusutan.
c. Yang merupakan jumlah rugi pembuangan adalah sebesar selisih
harga perolehan dengan akumulasi penyusutan setelah diadakan
penyesuaian.
Dijual
Biaya penyingkiran harta tetap dilakukan dengan jalan menjual, maka
akuntansinya adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian atas penyusutan pada saat diadakan penjualan, yang
dihitung mulai sejak awal periode akuntansi berjalan sampai saat
penjualan.
(40)
Ditukar
Aktiva lama tetap yang disingkirkan dengan jalan menukar dengan aktiva
tetap yang baru dan dilaksanakan dengan memperhatikan akuntansinya :
a. Harus lebih dahulu diadakan penyesuaian atas akumulasi penyusutan
yang ditukar, mulai sejak awal periode akuntansi berjalan sampai
dengan saat dilunasi.
b. Semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditukar harus
memperhatikan saldo nihil.
Biaya akuisisi aktiva tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan membuatnya siap digunakan. Dan faktor-faktor
yang menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan
manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik (phisical depreciation) yang
terjadi akibat dari kerusakan ketika digunakan dan karena cuaca. Penyusutan
fungsional (Functional depreciation) terjadi ketika aktiva tetap yang dimaksudkan
tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan
(Niswonger, dkk., 1999;401).
2.2.9 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata – rata tingkat penjualan
dan rata-rata total aktiva (Ferri dan Jones, 1979) dalam (Jaelani, dkk., 2001).
Kreditur umumnya mau memberi tarif istimewa kepada debitur yang meminjam
(41)
besar perusahaan (misal : ditunjukkan oleh besar kekayaan yang tercermin dalam
jumlah aktiva perusahaan). Semakin besar suatu perusahaan, maka dana yang
dibutuhkan baik untuk modal kerja atau ekspansi juga akan semakin banyak. Di
lain pihak, besar perusahaan akan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhannya.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya, perusahaan akan semakin cepat
bertumbuh menjadi besar. Perlakuan ini lebih cenderung diberikan pada
perusahaan yang memiliki jangkauan operasi yang luas, sehingga peluangnya
untuk tumbuh lebih cepat akan semakin besar (Sri Handaru dan Handoyo,
1997;217).
Besar kecilnya suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya
menanggung risiko yang mungkin timbul akibat sebagai situasi yang dihadapi
perusahaan yang berkaitan dengan operasinya. Saham perusahaan yang
mempunyai ukuran perusahaan besar lebih mudah ditransaksikan daripada
perusahaan yang berukuran kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan yang kecil akan memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan
ukuran perusahaan yang besar. Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas
operasional dan inventory controllability yang seharusnya dalam skala ekonomis
besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasional lancar dan
pengendalian persediaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan akan diukur
dari total aktiva perusahaan. Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran
perusahaan karena selama ini masih terdapat Compounding Effect yaitu efek yang
timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentifikasikan dengan nilai aktiva
(42)
Secara logis perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi akan cenderung
menunjukkan nilai modal perusahaan yang tinggi pula sehingga mendorong pihak
investor dalam menilai perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus
dikarenakan perusahaan tersebut mampu melakukan kegiatan operasionalnya
dengan baik. Hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya ke
perusahaan tersebut. Besarnya perusahaan dapat ditunjukkan dari besar kecilnya
tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja, atau jumlah aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan besar lebih mempunyai akses dengan para investor
dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga perusahaan besar lebih mudah
untuk mendapatkan pinjaman hutang. Dengan demikian, perusahaan besar
cenderung memiliki kapasitas hutang yang besar.
Perusahaan besar mungkin memiliki biaya produksi informasi dan biaya
competitive disadvantage akibat pengungkapan yang lebih rendah daripada
perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar juga mungkin lebih kompleks dan
memiliki struktur kepemilikan yang lebih luas. Kemampuan merekrut karyawan
yang ahli, dan tuntutan dari pemegang saham dan analis, membuat perusahaan
besar memiliki intensif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh
pasar maupun publik secara umum (Marwata, 2001;160).
Perusahaan besar juga memiliki kewajiban lebih besar dalam memberikan
informasi laporan keuangan dan perinciannya. Hal ini menunjukkan bahwa
informasi tambahan dibutuhkan untuk menghilangkan kecurigaan pemegang
(43)
untuk memberikan informasi laporan tahunan yang terinci (luas) karena ada
kendala biaya. Anggapan manajemen lainnya bahwa perusahaan kecil jika
membuat disclosure terperinci akan membahayakan posisi kompetisinya.
2.2.10 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Menurut Schroeder et al dalam Fitri Ismiyati dan
Mahmuh M. Hanafi kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham perusahaan. Pendekatan keagenan menganggap struktur
kepemilikan manajerial sebagai suatu instrumen atau alat untuk mengurangi
konflik keagenan diantara berbagai klaim (claim holder) dalam perusahaan.
Pendekatan ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui
pengungkapan informasi laporan keuangan di pasar modal.
Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh
jumlah hutang dan ekuitas, tetapi juga oleh prosentase kepemilikan manajer dan
kepemilikan institusional (Wahidawati, 2002). Kepemilikan manajerial
merupakan kepemilikan perusahaan oleh pihak yang ikut serta dan aktif dalam
mengelola dan menjalankan perusahaan (komisaris dan manajer).
Menurut teori keagenan Jensen dan Meckling (1979) dalam Wahidawati
(44)
dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab
konflik antara manajer dan pemegang saham adalah pembuatan keputusan yang
berkaitan dengan aktivitas pencairan dan pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.
Dalam konteks ini manajer cenderung untuk menggunakan kelebihan
keuntungan untuk konsumsi perilaku opportunistik yang lain. Mereka menerima
manfaat penuh tapi tidak menanggung risiko ataupun biaya yang oleh
Wahidawati (2002) disebut agency cost of equity.
Pecking order theory (Myers) dalam Made Sudarma (2006) informasi
asimetri suatu kondisi dimana manajemen tahu lebih banyak tentang kondisi
perusahaan dibandingkan dengan investor dipasar modal. Oleh sebab itu, urutan
pendanaan perusahaan diatur sebagai berikut : pertama, laba ditahan dan
depresiasi, kedua dari hutang dan terakhir dari penerbitan saham baru atau right
issue. Pada pasar modal yang sudah maju, penerbitan saham baru adalah sesuatu
yang tabu atau menjadi alternatif pendanaan urutan terakhir, karena dalam
kondisi asimetri penerbitan saham baru direspon negatif oleh investor karena
merupakan kabar buruk bagi investor (bad signaling) sehingga harga saham
anjlok dan nilai saham turun.
Teori modifikasi Pecking order yang dikemukakan oleh Myers dan
Majluf (1984) adalah sebagai berikut :
a) Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit. Manajer berusaha
(45)
menaikkan ataupun menurunkan jumlah tersebut walaupun laba
perusahaan berfluktuasi.
b) Perusahaan lebih menyukai pembelanjaan internal (laba ditahan dan
penyusutan) daripada pembelanjaan eksternal.
c) Apabila perusahaan melakukan pembelanjaan eksternal maka akan lebih
diutamakan untuk memilih surat berharga yang paling aman.
d) Apabila perusahaan membutuhkan dan dari luar maka akan dilakukan
pemilihan surat berharga berdasarkan Pecking order. Prioritas utama
adalah hutang yang aman (safe debt), kemudian prioritas berikutnya
secara berurutan adalah hutang yang berisiko, convertible securities,
saham preferen dan sebagai prioritas terakhir adalah saham biasa.
Jadi, Pecking order theory menyatakan bahwa dalam memenuhi
kebutuhan dana, perusahaan lebih menyukai pembelanjaan internal daripada
pembelanjaan eksternal. Apabila pemenuhan kebutuhan dana internal tidak
mencukupi maka perusahaan akan memprioritaskan penggunaan hutang, baru
kemudian penerbitan saham.
Menurut Agus Sartono (1995;14-15) terdapat beberapa mekanisme yang
dapat memotivasi manajer agar bertindak yang terbaik bagi kepentingan
pemegang saham seperti ancaman kehilangan pekerjaan, ancaman pembelian
oleh pihak lain atau takeover dan kompensasi atau insentif. Dalam usaha
meminimumkan agency problem atau konflik antar kelompok dalam perusahaan
maka diperlukan biaya (agency cost). Adapun biaya-biaya tersebut tercermin
(46)
1. Pengeluaran untuk monitoring seperti halnya biaya untuk pemeriksaan
akuntansi dan prosedur pengendalian intern.
2. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi
yang konsisten, memaksimumkan nilai perusahaan. Bentuk insentif yang
umum adalah stock option (pemberian hak kepada manajemen untuk
membeli saham perusahaan dimasa yang akan datang dengan harga yang
telah ditentukan), performance share (pemberian saham kepada manajemen
atas pencapaian tujuan) dan cash bonus (bonus kas yang dikaitkan dengan
pencapaian tujuan tertentu).
3. Fidelity bond merupakan kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga
dimana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar perusahaan
jika perusahaan berbuat tidak jujur sehingga menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
4. Golden Parachutes dan poison pill dapat dipergunakan pula untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Golden
Parachutes adalah suatu kontrak antara manajemen dan pemegang saham
yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah
tertentu apabila perusahaan dibeli perusahaan lain. Sedangkan poison pill
adalah usaha pemegang saham untuk menjaga agar perusahaan tidak diambil
alih oleh pihak lain. Usaha ini dapat dilakukan dengan mengeluarkan hak
(47)
2.2.11 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan pemegang saham dari pihak
eksternal yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga
manajer tidak dapat melakukan perilaku opportunistik dalam menjalankan
perusahaan. Tujuan utama manajer yang harus dicapai adalah bukan
memaksimumkan profit melainkan memaksimumkan kemakmuran pemilik
perusahaan (maximization wealth of stockholder) melalui maksimisasi nilai
perusahaan. Harapan investor institusional memperkerjakan, memberikan
wewenang dan kekuasaan pada manajer untuk mengambil keputusan terbaik yang
dapat menguntungkan nilai perusahaan bukan untuk kepentingan opportunistik
memakmurkan diri sendiri. Dilihat dari sudut pandang perusahaan, kepemilikan
institusional mampu mengurangi konflik keagenan yaitu dengan mekanisme
kontrol yang ketat (tinggi). Hal ini dapat dipahami karena sebagai pemilik apalagi
dengan kepemilikan yang tinggi berharap investasinya disuatu perusahaan aman,
mempunyai return yang tinggi baik dalam bentuk dividen yield maupun capital
gain. Crutchley Jensen, Jahera dan Reymon (1999) dalam Fitri Ismiyati dan
Mahmuh M. Hanafi (2003).
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dapat
mempengaruhi keputusan pencairan dana apakah melalui right issue atau
penerbitan hutang. Penerbitan saham menyebabkan prosentase kepemilikan
pemegang saham lama akan terdilusi karena bertambahnya lembar saham
sehingga laba perlembar saham akan turun. Untuk menghindari hal itu, alternatif
(48)
penghematan pajak dari beban bunga hutang sehingga laba perlembar saham naik
dan nilai perusahaan akan meningkat. Namun, disisi lain penggunaan hutang
dibatasi oleh Financial distress dan risiko kebangkrutan (Mogdilini dan Miller,
1963) dalam (Sudarma, 2006).
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimumkan dengan mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan
kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun, dengan munculnya mekanisme
pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost. Adapun
beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost oleh manajemen yaitu :
1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
sehingga manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil.
2. Meningkatkan dividen payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup
banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar
untuk membiayai investasinya.
3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan
menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga
menurunkan kemungkinan pemborosan.
4. Institusional investor sebagai monitoring agen yang akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
2.2.12 Kebijakan Dividen
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham perseroan terbatas
(49)
bagian dari monitoring perusahaan, ini berarti perusahaan cenderung untuk
membayar dividen yang tinggi jika manajer yang tinggi jika manajer memiliki
proporsi saham yang rendah. Pembayaran dividen pada pemegang saham akan
mengurangi sumber – sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga
mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan
monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan mempunyai modal baru.
Kebijakan dividen adalah rencana tindakan dari perusahaan yang harus
diikuti bilamana keputusan dividen harus dibuat. Dividen adalah pembagian
kepada pemegang saham perseroan terbatas yang sebanding dengan jumlah
lembar yang dinilai (Ridwan Sundjaja & Inge Barlian, 2001;232). Laba yang
dihasilkan perusahaan dapat digunakan untuk membeli sekuritas, melunasi
hutang, dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataupun
ditahan untuk nantinya diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Pembayaran
dividen yang tinggi akan mengurangi proporsi modal sendiri sehingga perusahaan
cenderung untuk memperbesar penggunaan hutang dalam membiayai
investasinya. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga agar struktur modalnya tetap
berada dalam kondisi optimal. Pembayaran dividen merupakan realisasi tuntutan
pemegang saham untuk mendapatkan pendapatan yang besar.
Emery dan Finnerty dalam Ismiyanti dan Hanafi (2003;264) berpendapat
bahwa dividen yang tinggi merupakan sinyal adanya peningkatan profitabilitas di
masa depan. Hal ini tentu saja menjadi sinyal positif bagi investor karena melihat
(50)
Ada lima jenis dividen yaitu :
a. Dividen Tunai
Yaitu dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk
kas. Bagi perusahaan dividen ini menyebabkan penurunan laba yang ditahan
dan kas untuk itu perlu diperhatikan oleh perusahaan sebelum membuat
pengumuman adanya dividen kas.
b. Dividen Aktiva
Yaitu dividen yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk aktiva selain kas,
sering juga disebut dividen in kinds.
c. Dividen Utang
Yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk hak atas dividen yang dibayarkan
pada tanggal tertentu.
d. Dividen Likuidasi
Yaitu dividen yang merupakan pengembalian modal yaitu pembayaran
sejumlah tertentu dari dana yang telah diinvestasikan pemegang saham.
e. Dividen Saham
Yaitu pembagian tambahan tanpa dipungut pembayaran kepada saham
(51)
Ada tiga jenis kebijakan dividen (Ridwan Sundjaja & Inge Barlian,
2001;232) yaitu :
a. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant-payout ratio dividen
policy)
Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam
presentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan.
b. Kebijakan dividen yang teratur (regular dividen policy)
Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dengan rupiah
yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur
digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen (target dividen
payout ratio).
c. Kebijakan dividen rendah yang teratur dan ditambah extra (lowregular and
extra dividen policy)
Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang
teratur dilengkapi dengan penambahan dividen jika ada jaminan pendapatan.
Dari sisi perspektif teori keagenan (Wahidawati, 2002), pembayaran
dividen merupakan bagian dari monitoring perusahaan. Bila dividen yang
dibayarkan tinggi menyebabkan didalam perusahaan tidak terdapat cukup free
cash flow sehingga manajemen harus mencari pendanaan dari luar untuk
membiayai investasinya. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan penyalahgunaan
dana oleh manajemen untuk kepentingannya sendiri, sehingga konflik
(52)
Perusahaan cenderung membayar dividen yang tinggi bila manajer memiliki
proporsi saham yang rendah. Pembayaran dividen itu merupakan beban tetap bagi
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang menggunakan leverage yang
tinggi akan sulit untuk mempertahankan pembayaran dividen tetapnya karena
leverage yang tinggi menyebabkan biaya tetap (bunga hutang) yang tinggi pula.
2.2.13 Hubungan Variabel Independen Terhadap Kebijakan Hutang
a. Hubungan struktur aset dengan kebijakan hutang
Struktur aset (Asset Structure) ini menggambarkan jumlah kekayaan atau
modal yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam neraca perusahaan akan tampak dua
gambaran modal atau kekayaan yaitu bahwa neraca disatu pihak menunjukkan
modal menurut bentuknya disebut modal aktif yang terletak disebelah debit, dan
dilain pihak menurut sumbernya atau asalnya disebut modal pasif yang terletak
disebelah kredit.
Jumlah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dapat dijadikan jaminan
perusahaan. Perusahaan yang memiliki struktur kekayaan yang lebih fleksibel
akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang
memiliki struktur kekayaan yang tidak fleksibel, karena investor akan selalu
memberikan pinjaman bila ada jaminan. Seperti dijelaskan oleh Bringham dan
Gapenski dijelaskan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan
terhadap hutang akan lebih mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak
memiliki jaminan terhadap hutang (Wahidawati,2002).
(53)
b. Hubungan ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang
Ukuran perusahaan pada umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas
yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar, hal ini dapat diartikan
adanya kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan
dana yang lebih besar dengan menggunakan laporan keuangan yang dimiliki
perusahaan tersebut. Terkait dengan hal ini, Napa Mulyadi (1996) dalam Jaelani,
dkk., (2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih
mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu,
memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar
dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Dengan demikian, ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan berdasarkan pada
kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan ada kecenderungan untuk
menggunakan pinjaman yang lebih besar. Size yang besar dan tumbuh bisa
merefleksikan tingkat profit dimasa mendatang.
Ukuran perusahaan menunjukkan berapa aset atau kekayaan yang dimiliki
perusahaan. Dan ukuran perusahaan juga menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan rata – rata total aktiva (Ferri dan Jones, 1979 dalam Jaelani, dkk.,
(54)
c. Hubungan kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang
Dalam Fitri Ismiyati dan Mahmuh (2003) menjelaskan hubungan antara
hutang dan kepemilikan manajerial dapat dipelajari dari demand dan supply
hypothesis. Demand hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikuasai
oleh insider atau perusahaan tertutup akan menggunakan hutang dalam jumlah
besar untuk mendanai perusahaan karena dengan kepemilikan besar pihak insider
dapat mempertahankan efektivitas kontrol terhadap perusahaan. Supply
hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikontrol oleh insider memiliki
debt agency cost kecil sehingga cenderung menggunakan hutang dalam jumlah
besar.
Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang
tinggi bukan atas dasar memaksimalisasi nilai perusahaan, melainkan untuk
kepentingan opportunistik. Ini jelas akan menimbulkan risiko kebangkrutan,
untuk menekan hal ini (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Wahidawati, 2002)
menyarankan untuk meningkatkan kepemilikan insider dalam perusahaan.
Dengan demikian, akan memaksa manajer untuk menanggung risiko sebagai
konsekuensi apabila mereka melakukan kesalahan dalam keputusan yang
diambil.
d. Hubungan kepemilikan institusional dengan kebijakan hutang
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage bertujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya,
(55)
(Agus Sartono, 1995;329). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan
perusahaan oleh pihak eksternal yang pasif dalam mengelola dan menjalankan
perusahaan, namun hanya memberikan pengawasan terhadap kinerja manajemen
dan secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan.
Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain karena manajer
bertindak untuk kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar pada maksimisasi
nilai perusahaan. Oleh karena itu, keberadaan kepemilikan institusional atau
investor untuk mengontrol pihak internal terhadap perusahaan sangat diperlukan
dimana akan dapat mengurangi biaya keagenan pada perusahaan, serta
penggunaan hutang oleh manajer. Dengan adanya kontrol ini menyebabkan
manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi financial distress dan risiko kebangkrutan, sehingga pihak
manajemen akan bekerja untuk kemakmuran pemegang saham.
Pecking order theory (Myers) dalam Made Sudarma (2006) informasi
asimetri suatu kondisi dimana manajemen tahu lebih banyak tentang kondisi
perusahaan dibandingkan dengan investor dipasar modal, dimana dengan
ketidaktahuan informasi maka harga ekuitas perusahaan akan terjadi salah
penilaian oleh investor publik, pada kondisi ini alternatif pendanaan perusahaan
akan mengarah pada hutang, sebaliknya dengan adanya kepemilikan institusional
yang memiliki informasi internal maka asimetris informasi menjadi kecil
(56)
melemah, sehingga konsekuensinya semakin besar kepemilikan institusional
maka semakin rendah asimetris informasi dan hutang menjadi kecil.
e. Hubungan kebijakan dividen dengan kebijakan hutang
Dari sisi perspektif teori keagenan (Wahidawati, 2002), pembayaran
dividen merupakan bagian dari monitoring perusahaan. Bila dividen yang
dibayarkan tinggi menyebabkan didalam perusahaan tidak terdapat cukup free
cash flow sehingga manajemen harus mencari pendanaan dari luar untuk
membiayai investasinya. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan penyalahgunaan
dana oleh manajemen untuk kepentingannya sendiri, sehingga konflik
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat berkurang.
Perusahaan cenderung membayar dividen yang tinggi bila manajer memiliki
proporsi yang rendah. Pembayaran dividen itu merupakan beban tetap bagi
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang menggunakan leverage yang
tinggi akan sulit untuk mempertahankan pembayaran dividen tetapnya karena
leverage yang tinggi menyebabkan biaya tetap (bunga hutang) yang tinggi pula.
Sehingga dividen berhubungan negative dengan kebijakan hutang perusahaan
(57)
2.3 Diagram Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Regresi Linier Berganda
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Struktur
Aset
Ukuran
Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Dividen
Kebijakan
Hutang
(58)
Dari kerangka pemikiran diatas dapat diketahui bahwa, independen
variabel adalah struktur aset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dividen yang mempengaruhi dependen variabel yaitu
kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
peneliti terdahulu, landasan teori yang digunakan dan kerangka pemikir maka
hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
H1 : Struktur aset, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan
manufaktur.
H2 : Kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan hutang pada mempunyai
(59)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan
apapun dengan memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur
variabel tersebut (Nazir,1999).
Berdasarkan pada permasalahan penelitian dan pengembangan hipotesis,
maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan dan diukur sebagai berikut :
1. Kebijakan Hutang (Y)
Hutang perusahaan merupakan rasio utang jangka panjang terhadap model
keseluruhan yang menunjukkan seberapa banyak perusahaan
mempergunakan utang jangka panjang guna pembiayaan tetapnya, satuan
dari variabel ini adalah prosentase, sehingga skala pengukurannya adalah
skala rasio. Sedangkan Equity (kekayaan, ekuitas, model) adalah suatu
kepentingan dalam atau hak atas sumber daya, baik kreditur maupun pemilik
perusahaan memiliki suatu kekayaan dalam aktiva perusahaan.
Hutang jangka panjang
Kebijakan Hutang = x 100 %
Hutang jangka panjang + Equity
(60)
2. Variabel struktur aset (X1)
Struktur aset merupakan jumlah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan hasil bagi antara aktiva tetap
terhadap total aktiva. Satuan dari variabel ini adalah prosentase sehingga
skala pengukurannya adalah skala rasio.
Fixed Asset
Asset Structure = x 100 %
Total Asset
...(Wahidahwati,2002)
3. Variabel ukuran perusahaan (X2)
Variabel ini menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan bahwa
semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan, dan perusahaan besar dapat dengan mudah
mengakses ke pasar modal yang berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dengan menciptakan
hutang berdasarkan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan. Dalam
penelitian ini proksi yang digunakan dalam mengukur ukuran perusahaan
adalah dari log natural total aset (LnTA) yang dimiliki perusahaan.
4. Variabel kepemilikan manajerial (X3)
Variabel ini merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara
aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan
(61)
kepemilikan manajerial yaitu dengan prosentase saham yang dimiliki oleh
pihak manajer.
Saham yang dimiliki manajer / komisaris
Kepemilikan Manajerial = x 100%
Total keseluruhan saham
...(Wahidahwati, 2002)
5. Variabel kepemilikan institusional (X4)
Variabel ini merupakan pemegang saham dari pihak eksternal yang
melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga manajer tidak
dapat melakukan perilaku opportunistik dalam menjalankan perusahaan.
Dalam penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur kepemilikan
institusional yaitu dengan prosentase saham yang dimiliki oleh pihak
eksternal atau investor.
Saham yang dimiliki institusi luar
Kepemilikan Institusional = x 100%
Total keseluruhan saham
...(Wahidahwati, 2002)
6. Variabel dividen (X5)
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham perseroan terbatas yang
sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki, variabel ini diproxy dengan
rasio pembayaran dividen terhadap dividend payout rasio. Rasio ini
digunakan untuk menggambarkan kebijakan dividen perusahaan.
(1)
Analisis Regresi Setelah Outlier Hilang
Variables Entered/Removed
bDividen (X5), Kepemilikan
Institusional (X4), Struktur Aset
(X1), Ukuran Perusahaan (X2)
a.
Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed
Method
Tolerance = .000 limits reached.
a.
Dependent Variable: Kebijakan Hutang (Y)
b.
Model Summary
b.321
a.103
.011
17.32946
1.887
Model
1
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Dividen (X5), Kepemilikan Institusional (X4),
Struktur Aset (X1), Ukuran Perusahaan (X2)
a.
Dependent Variable: Kebijakan Hutang (Y)
b.
ANOVA
b1348.959
4
337.240
1.123
.360
a11712.103
39
300.310
13061.061
43
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Predictors: (Constant), Dividen (X5), Kepemilikan Institusional (X4), Struktur Aset
(X1), Ukuran Perusahaan (X2)
a.
Dependent Variable: Kebijakan Hutang (Y)
b.
Coefficients
a39.642
51.335
.772
.445
(Constant)
Model
1
B
Std.
Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Tolerance
VIF
Collinearity
(2)
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
44
-.00000000000001
16.50377160
.172
.172
-.144
1.142
.147
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters
a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.
a.
Calculated from data.
b.
Heteroskedastisitas
Correlations
.070
.650
44
.031
.842
44
-.075
.630
44
.193
.211
44
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Struktur Aset (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Kepemilikan Institusional (X4)
Dividen (X5)
Spearman's rho
Unstandardized
Residual
(3)
Tabel Durbin-Watson
k=1 k=2 k=3 k=4 k=5 k=6 k=7 k=8 k=9 k=10
n
dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.61 1.40 - - -
7 0.70 1.35 0.47 1.90 - - -
8 0.76 1.33 0.56 1.78 0.37 2.28 - - -
9 0.82 1.32 0.63 1.70 0.46 2.13 0.30 2.59 - - - -
10 0.88 1.32 0.70 1.64 0.53 2.02 0.38 2.41 0.24 2.82 - - - -
11 0.93 1.32 0.66 1.60 0.60 1.93 0.44 2.28 0.32 2.65 0.20 3.01 - - - -
12 0.97 1.33 0.81 1.58 0.66 1.86 0.51 2.18 0.38 2.51 0.27 2.83 0.17 3.15 - - - -
13 1.01 1.34 0.86 1.56 0.72 1.82 0.57 2.09 0.45 2.39 0.33 2.69 0.23 2.99 0.15 3.27 - - - -
14 1.05 1.35 0.91 1.55 0.77 1.78 0.63 2.03 0.51 2.30 0.39 2.57 0.29 2.85 0.20 3.11 0.13 3.36 - -
15 1.08 1.36 0.95 1.54 0.82 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21 0.45 2.47 0.34 2.73 0.25 2.98 0.18 3.22 0.11 3.44
16 1.10 1.37 0.98 1.54 0.86 1.73 0.74 1.93 0.62 2.15 0.50 2.39 0.40 2.62 0.30 2.86 0.22 3.09 0.16 3.30
17 1.13 1.38 1.02 1.54 0.90 1.71 0.78 1.90 0.67 2.10 0.55 2.32 0.45 2.54 0.36 2.76 0.27 2.98 0.20 3.18
18 1.16 1.39 1.05 1.53 0.93 1.69 0.82 1.87 0.71 2.06 0.60 2.56 0.50 2.46 0.41 2.67 0.32 2.87 0.24 3.07
19 1.18 1.40 1.08 1.53 0.97 1.68 0.86 1.85 0.75 2.02 0.65 2.22 0.55 2.40 0.46 2.59 0.37 2.78 0.29 2.97
20 1.20 1.41 1.10 1.54 1.00 1.68 0.90 1.83 0.79 1.99 0.69 2.21 0.60 2.34 0.50 2.52 0.42 2.70 0.34 2.89
21 1.22 1.42 1.13 1.54 1.03 1.67 0.93 1.81 0.83 1.96 0.73 2.12 0.64 2.29 0.55 2.46 0.46 2.63 0.38 2.81
22 1.24 1.43 1.15 1.54 1.05 1.66 0.96 1.80 0.86 1.94 0.77 2.09 0.68 2.25 0.59 2.41 0.50 2.57 0.42 2.73
23 1.26 1.44 1.17 1.54 1.08 1.66 0.99 1.79 0.90 1.92 0.80 2.06 0.72 2.21 0.63 2.36 0.55 2.51 0.47 2.67
24 1.27 1.45 1.19 1.55 1.10 1.66 1.01 1.78 0.93 1.90 0.84 2.04 0.75 2.17 0.67 2.32 0.58 2.46 0.51 2.61
25 1.29 1.45 1.21 1.55 1.12 1.66 1.04 1.77 0.95 1.89 0.87 2.01 0.78 2.14 0.70 2.28 0.62 2.41 0.54 2.56
26 1.30 1.46 1.22 1.55 1.14 1.65 1.06 1.76 0.98 1.88 0.90 1.99 0.82 2.12 0.74 2.25 0.66 2.38 0.58 2.51
27 1.32 1.47 1.24 1.56 1.16 1.65 1.08 1.76 1.01 1.86 0.93 1.97 0.85 2.09 0.71 2.22 0.70 2.34 0.62 2.47
28 1.33 1.48 1.26 1.56 1.18 1.65 1.10 1.75 1.03 1.85 0.95 1.96 0.87 2.07 0.80 2.19 0.72 2.31 0.65 2.43
29 1.34 1.48 1.27 1.56 1.20 1.65 1.12 1.74 1.05 1.84 0.98 1.94 0.90 2.05 0.83 2.16 0.75 2.78 0.68 2.40
30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83 1.00 1.93 0.93 2.03 0.85 2.14 0.78 2.25 0.71 2.36
31 1.36 1.50 1.30 1.57 1.23 1.65 1.16 1.74 1.09 1.83 1.02 1.92 0.95 2.02 0.88 2.12 0.81 2.23 0.74 2.33
32 1.37 1.50 1.31 1.57 1.24 1.65 1.18 1.73 1.11 1.82 1.04 1.91 0.97 2.00 0.90 2.10 0.84 2.20 0.77 2.31
33 1.38 1.51 1.32 1.58 1.26 1.65 1.19 1.73 1.13 1.81 1.06 1.90 0.99 1.99 0.93 2.09 0.86 2.18 0.80 2.28
34 1.39 1.51 1.33 1.58 1.27 1.65 1.21 1.73 1.15 1.81 1.08 1.89 1.02 1.98 0.95 2.07 0.89 2.16 0.82 2.26
35 1.40 1.52 1.34 1.58 1.28 1.65 1.22 1.73 1.16 1.80 1.10 1.88 1.03 1.97 0.97 2.05 0.91 2.14 0.85 2.24
36 1.41 1.52 1.35 1.59 1.29 1.65 1.24 1.73 1.18 1.80 1.11 1.88 1.05 1.96 0.99 2.04 0.93 2.13 0.87 2.22
37 1.42 1.53 1.36 1.59 1.31 1.66 1.25 1.72 1.19 1.80 1.13 1.87 1.07 1.95 1.01 2.03 0.95 2.11 0.89 2.20
38 1.43 1.54 1.37 1.59 1.32 1.66 1.26 1.72 1.21 1.79 1.15 1.86 1.08 1.94 1.03 2.02 0.97 2.10 0.91 2.18
39 1.43 1.54 1.38 1.60 1.33 1.66 1.27 1.72 1.22 1.79 1.16 1.86 1.10 1.93 1.05 2.01 0.99 2.09 0.93 2.16
40 1.44 1.54 1.39 1.60 1.34 1.66 1.29 1.72 1.23 1.79 1.18 1.85 1.12 1.92 1.06 2.00 1.01 2.07 0.95 2.15
45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78 1.24 1.84 1.19 1.90 1.14 1.96 1.09 2.02 1.04 2.09
(4)
90 1.64 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75 1.54 1.78 1.52 1.80 1.49 1.83 1.47 1.85 1.45 1.88 1.42 1.91
95 1.65 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.76 1.56 1.78 1.54 1.80 1.51 1.83 1.49 1.85 1.46 1.88 1.44 1.30
100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.57 1.78 1.55 1.80 1.53 1.83 1.51 1.85 1.48 1.87 1.46 1.90
150 1.72 1.75 1.71 1.76 1.69 1.77 1.68 1.79 1.66 1.80 1.65 1.82 1.64 1.83 1.62 1.85 1.61 1.86 1.59 1.88
(5)
Brigham, Eugene F. dan Houstan, Joul F. 2001,
Manajemen Keuangan,
Edisi
Delapan, Erlangga, Jakarta.
Bungin, Burhan. 2003,
Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Edisi Pertama,
Kencana,
Jakarta.
Gujarati, Damodar. 1995,
Ekonometrika Dasar,
Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2001,
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2002,
Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba
Empat,
Jakarta.
Kieso, Donald E., dkk., 2002,
Akuntansi Intermediate,
Jilid Satu, Erlangga,
Yogyakarta.
Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999,
Prinsip-Prinsip Akuntansi,
Edisi 19,
Erlangga,
Jakarta.
Sartono, Agus. 1995,
Manajamen Keuangan : Teori dan Aplikasi,
Edisi 2
.
BPFE,
Yogyakarta.
Simangunsong, 1995,
Akuntansi Keuangan,
PT. Dharma Karsa Utama,
Yogyakarta.
Sundjaja S, Ridwan dan Inge Berlian, 2001,
Manajemen Keuangan Dua,
PT.Prehallindo,
Jakarta.
Supomo, Bambang. 1995,
Manajemen Akuntansi,
PT. Sansu Moto, Jakarta.
Yuliati, Sri Handaru dan Handoyo Prasetyo, 1998,
Dasar-Dasar Manajemen
(6)