74 Tabel 10
Deskripsi data penelitian Variabel
N Min
Max Mean
SD Perfeksionisme
self oriented 101
58 97
78.02 10.163
Perfeksionisme other oriented
101 51
90 67.15
8.183 Perfeksionisme
socially prescribed
101 33
88 67.13
8.983
Manajemen konflik
cooperative 101
13 51
34.56 8.810
Manajemen konflik
controlling 101
30 8.58
5.990
Manajemen konflik
non confrontation
101 29
8.91 5.597
75 Tabel 11
Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala
Mean Teoritis Mean Empiris SD
Sig. 2-tailed
Perfeksionisme self oriented
60 78.02
10.163 0.000
Perfeksionisme other oriented
60 67.15
8.183 0.000
Perfeksionisme socially
prescribed 60
67.13 8.983
0.000
Manajemen konflik
cooperative 30
34.56 8.810
0.000
Manajemen konflik
controlling 30
8.58 5.990
0.000
Manajemen konflik
non confrontation
30 8.91
5.597 0.000
Pada tabel tersebut diketahui bahwa masing-masing dari perfeksionisme dan manajemen konflik memiliki signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Dapat dilihat pada ketiga tipe perfeksionisme, yaitu perfeksionisme self oriented,
perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini mununjukan bahwa subjek
penelitian memiliki perfeksionisme perfeksionisme self oriented, perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed yang cenderung tinggi.
76 Pada manjemen konflik juga dapat dilihat bahwa manajemen konflik
cooperative memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik cooperative cenderung tinggi. Sedangkan manajemen
konflik controlling, manajemen konflik non confrontation memiliki mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik
controlling, manajemen konflik non confrontation yang cenderung rendah.
C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari
0,05 p0.05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan
program SPSS 21.00 for windows. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77 Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik Kolmogorov Smirnov
Statistic Df
Sig Self oriented
.078 101
.137 Other oriented
.050 101
.200 Socially
prescribed .084
101 .074
Cooperative .074
101 .191
Controlling .139
101 .000
Non confrontation
.139 101
.000
Dari hasil pengujian normalitas dengan teknik tersebut, didapatkan nilai Kolmogoriv Smirnov pada perfeksionis self oriented sebesar 0,137, other
oriented sebesar 0.200, dan untuk socially prescribed sebesar 0,074. Selanjutnya pada manajemen konflik cooperative didapatkan nilai sebesar
0,191, sedangkan pada manajemen konflik controlling dan manajemen konflik non confrontative didapatkan nilai sebesar 0,000.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bawa data yang terdistribusi normal adalah pada skala perfeksionisme dan skala manajemen
konflik cooperative. Sedangkan pada manajemen konflik controlling dan manajemen konflik nonconfrontative data yang didapat tidak terdistribusi
normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78 b.
Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar
variabel bersifat linier atau tidak. Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 p0,05 maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung
memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 p0,05 maka harus
diuji dengan statistika nonparametrik. Tabel 13
Hasil Uji Lineritas ANOVA TABLE
F Sig.
cooperative self oriented
Between Groups
Combined 1.868
.014 Linearity
5.745 .020
Deviation from Linearity
1.763 .024
controlling other
oriented Between
Groups Combined
2.007 .008
Linearity 6.929
.010
Deviation from Linearity
1.848 .018
Non confrontation
socially prescribed
Between Groups
Combined .848
.696 Linearity
7.610
.008
Deviation from Linearity
.643 .917
Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa perfeksionisme memiliki hubungan linier dengan manajemen konflik. Hal ini tampak pada taraf
signifikansi p antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79 konflik cooperative yang memiliki taraf sig p sebesar 0,020, perfeksionisme
other oriented dengan manajemen konflik controlling sebesar 0,010, dan perfeksionisme
socially priscribed
dengan manajemen
konflik nonconfrontative sebesar 0,008.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan
pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan SPSS 21.00 for windows.
Tabel 14 Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen
konflik cooperative
Correlations Pearson
Perfeksionisme Self
oriented dengan
Manajemen Konflik
Cooperative Pearson
Correlation .208
Sig. 1-tailed .019
N 101
Correlation is significant at the 0.05 level 1-tailed. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80 Tabel 15
Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially prescribed dengan manajemen konflik controlling, non confrontation
Correlations
Perfeksionis Other
oriented dengan
Manajemen Konflik
Controlling Correlation
Coefficient .185
Sig. 1-tailed .032
N 101
Spearman’s rho
Perfeksionisme socially
presribed dengan
Manajemen Konflik Non
confrontation Correlation
Coefficient .304
Sig. 1-tailed .001
N 101
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik
cooperative. Hal ini ditunjukan dengan skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik cooperative yang menunjukan angka
sebesar 0,208 dan skor signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 p0,05 yaitu sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis
self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya.
Pada hasil antara perfeksionis other oriented dengan manajemen konflik controlling diperoleh skor korelasi sebesar 0,185 dengan skor
81 signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling. Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme other
oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling.
Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non
confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi
perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation.
D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil korelasi antara kedua variabel perfeksionisme dengan manajemen konflik pada
individu dewasa awal yang berpacaran. Pemilihan manajemen konflik dalam menangani konflik dalam hubungan pacaran pada dewasa awal dianggap
penting. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal hubungan romantis merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan pada individu
82 dewasa awal. Baik atau buruknya kualitas hubungan yang dijalani oleh
individu dewasa awal sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa identitas.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan
manajemen konflik non confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada individu.
Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation.
Burns 1983 mengungkapkan bahwa individu socially prescribed perfectionism memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan
perasaaan negatif atau perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka
dan memiliki pengungkapan emosi yang cenderung rendah Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., Tessa De Rosa, 1996. Hal ini akan membuat individu
perfeksionisme socially prescribed cenderung untuk memanajemen konfliknya dengan gaya non confrontation. Orang yang menggunakan gaya
83 ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka dan cenderung untuk
mengendalikan emosi mereka sehingga terlihat tidak responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik,
dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin. Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan
kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan
malusegan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negatif, juga harga diri sosial yang rendah. Hal ini membuat individu dengan socially prescribed
perfectionism yang tinggi memiliki pola respon untuk mengantisipasi kritikan dari harapan orang lain yang tidak realistis dengan cara menarik diri
withdrawn. Dalam hubungan pacaran mengekspresikan perasaan merupakan
bagian dari keintiman. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan merasa bisa berbicara
mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Ketika individu tidak mampu untuk mengekspresikan perasaaannya maka hal tersebut akan
menimbulkan permasalahan pada hubungan pacaran mereka. Ketika individu yang menajalani hubungan pacaran memiliki manajemen konflik non
84 confrontation maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang
baik. Hal ini karena masalah yang terjadi tidak benar-benar terselesaikan. Hal ini diperkuat oleh Beebe 1996 yang menyatakan bahwa individu dengan
gaya manajemen konflik non confrontation ini selalu menyerah ketika berhadapan dengan konflik. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman
dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik meningkat Beebe, Steven A, dkk, 1996.
Pada hasil korelasi antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative menunjukan hasil korelasi sebesar 0,208 dan
skor signifikansi sebesar 0,019 dengan p0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme self oriented maka semakin tinggi pula
tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa perfeksionis self oriented yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan manajemen konflik
konstruktif yaitu manajemen konflik cooperative dalam menghadapi permasalahan di dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini didukung oleh
Hewit dan Flett yang menyatakan bahwa perfeksionisme self-oriented memiliki potensi adaptif yang sehat, salah satunya adalah kemampuan sosial
85 individu perfeksionis self oriented dalam hal mengerti pesan nonverbal orang
lain dan kemampuan melibatkan orang lain dalam percakapan. Selain itu, perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
diri ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat menjadi kemampuan yang positif dalam penyelesaian konflik dengan pasangan. Konflik sesungguhnya
dapat menguntungkan suatu hubungan ketika individu memanajemen konflik yang ada dengan manajemen konflik konstruktif.
Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara kostruktif dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif
Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., Gary Winkworth, 2000. Hal ini membuat individu
perfeksionisme self oriented cenderung untuk menggunakan gaya cooperative dalam memanajemen konfliknya. Sehingga mereka cenderung berorientasi
pada orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada dan tidak hanya berfokus pada dirinya sendiri. Mereka juga cenderung berusaha untuk
manjaga komunikasi tetap harmonis dan fokus pada kepentingan bersama dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya.
Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan menyesuaikan diri saat menghadapi masalah.
86 Selain itu, kamampuan belajar yang dimiliki oleh individu perfeksionisme self
oriented membantu ia dalam membuat penilaian ketika menghadapi masalah sehingga dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak
dengan melihat berbagai pilihan solusi dalam memecahkan masalah. Hal ini juga juga diperkuat dengan pernyataan Pierce dkk 1997 bahwa individu
dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan dalam membangun dan mempertahankan hubungan Williams, Meredith, Gary W, 2000.
Dengan demikian, pengelolaan konflik dapat berjalan dengan baik sehingga dapat berpengaruh baik pada pengembangan pribadi dan membuat seseorang
lebih memahami diri sendiri dan orang lain Wood,2007. Hasil lain dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada
hubungan positif antara perfeksionisme interpersonal, yaitu other oriented perfectionism dengan manajemen konflik controlling. Penelitian ini
menunjukan bahwa perfeksionisme interpersonal, yaitu perfeksionisme other oriented memiliki hubungan dengan manajemen konflik destruktif.
Manajemen konflik yang destruktif dapat menyebabkan rusaknya suatu hubungan Supratiknya, 1995. Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian
yang menyatakan bahwa other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan penyesuaian psikososial yang buruk Stoeber, Joachim, 2012.
87 Adanya penyesuaian psikososial yang buruk membuat individu
perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh
individu perfeksionis Flett, Gordon L, 2003. Pada penelitian lainnya yang melibatkan 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang
memiliki harapan-harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya Arcuri Anna, 2013. Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other
oriented dengan manajemen konflik controlling dengan skor signifikansi sebesar 0,032 dengan p0,05 menunjukan arti bahwa semakin tinggi
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling.
Individu dengan perfeksionisme other oriented akan cenderung untuk menuntut orang lain memenuhi standar-standarnya. Selain itu, ia juga
memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, dan mengevaluasi orang lain juga bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain
88 Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., Samuel, F.
Mikail, 1991. Hal ini membuat individu tersebut cenderung mengelola konflik mereka dengan gaya controlling, yaitu mendominasi orang lain dan
membuat keputusan berdasarkan atas penilaiannya sendiri. Keinginan untuk mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan
pada kegagalan orang lain juga menyebabkan mereka umumnya memanajemen konfliknya dengan berpatokan pada solusi yang membenarkan
satu pihak dan membuat pihak lain salah win-lose solution. Hal ini akan membuat hubungan mereka menjadi bermasalah, seperti dinyatakan pada
sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa pacaran pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang
rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan pacaran mereka Stober, Joachim,
2012. Selain itu, adanya kekhawatiran terhadap evaluasi pada individu perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah kepercayaan dan kepedulian,
Dunkley ,David.
M, 2000.
Other oriented
perfectionism juga
memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan permusuhan pada orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki keinginan
untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sendiri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89 sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain
dalam menyelesaikan konflik yang ada. Orang dengan gaya manajemen konflik ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikannya
daripada bertanggungjawab terhadap konflik Beebe, Steven A, dkk, 1996. Hal ini membuat tipe perfeksionisme other oriented memiliki banyak konflik
dalam hubungan interpersonal Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., Jill Rayman, 2001. Adanya hal tersebut juga mempengaruhi
penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dibahas tentang hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang menjalin
relasi romantis maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : a.
Ada hubungan positif signifikan antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
cooperative oleh individu dan sebaliknya. b.
Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan
91 manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling.
c. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada
perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non confrontation. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi
perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada
individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen
konflik non confrontation.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan, yaitu dalam membuat skala manajemen konflik jumlah soal
yang diberikan terlalu banyak sehingga membuat subjek jenuh saat mengerjakannya. Hal ini juga menjadi hal yang sering kali dikeluhkan oleh
beberapa subjek dalam mengerjakan skala manajemen konflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
C. Saran
1.
bagi penelitian yang akan datang :
a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan berbagai
permasalahan yang
terkait dalam
hubungan pacaran
dengan perfeksionisme karena penelitian tentang perfeksionis dalam hubungan
pacaran di Indonesia masih sangat sedikit. b.
Dalam pembuatan skala sebaiknya para peneliti selanjutnya dapat memperhatikan jumlah item dalam pembuatan alat ukur supaya tidak
terlalu banyak. 2.
Bagi individu perfeksionis yang menjalin hubungan romantis a.
Individu yang memiliki kecenderungan perfeksionisme diharapkan untuk memperhatikan manajemen konflik yang digunakan dalam mengatasi
konflik yang ada dalam hubungannya dengan cara konstruktif sehingga hubungan tersebut dapat terjagaterjalin dengan baik.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aditomo, Anindito., Sofia, Retnowati. 2004. Perfeksionisme, harga diri, dan kecenderungan depresi pada remaja akhir. Jurnal Psikologi, 1, 1
– 14 A.M.P, Monks F.J., Knoers., Siti, Rahayu H. 1989. Psikologi perkembangan :
pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Arcuri, Anna. 2013. Dyadic perfectionism, communication patterns and relationship quality in couples. Electronic Theses and Dissertations.
Aswar, Saifuddin. 2007. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Chandra, Robby I. 1992. Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta, Kanisius.
Beebe, Steven. A., Susan J. Beebe., Mark V. Redmond. 1996. Interpersonal
communication : relating to others. Needham Height, Simon Schuster Company.
Braiker, H., Kelley, H. H. 1979. Conflict in the development of close relationships. In R. L. Burgess T. L. Huston Eds., Social exchange in
developing relationships. New York: Academic. Brandenberger, Amanda, J. 2001. Relationship conflict : the good and the ugly.
Advences in Communication Theory Research. Cicchetti, Domenic V. 1994. Guidelines, Criteria, and Rules of Thumb for
Evaluating Normed and Standarduzed Assessment Instruments in Psychology. Psychological Assessment, 6 4, 284-290.
94
Detik news.
2011. Tingkat
Perceraian di
Indonesia Meningkat.
http:news.detik.comberita1696402tingkat-perceraian-di-indonesia- meningkat. Diakses 10 Februari 2017
. Dunkley, David M., Tobey, Mandel., Denise Ma. 2014. Perfectionism,
neuroticism, and daily stress reactivity and coping effectiveness 6 months and 3 years later. Journal of Counseling Psychology, 61, 616
–633. Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams.,
Gary Winkworth. 2000. The relation between perfectionism and distress : daily stress. coping, and perceived social support as mediators and
moderators. Journal of Counseling Psychology. 47, 437-453.
Fellicia, F., Elvinawaty, R., Hartini, S. 2014. Kecenderungan pembelian kompulsif: Peran perfeksionisme dan gaya hidup hedonisme. Psikologia, 93,
103-112. Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., Jill Rayman. 2001.
Perfectionism, beliefs, and adjustment in dating relationships. Current Psychology : Development. 20, 289-311.
Fletcher, Garth, J., Geoff, Thomas., Jefry, A. Simpson. 2000. Ideals, perceptions, and evaluatins in early relationship development. Journal of Personality and
Social Psychology, 79, 933-940. Fox, Anne. 2009. Mengendalian konflik. Surabaya, Selaras Surabaya Publishing.
Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., Tessa De Rosa. 1996. Dimensions of
perfectionism, psychosocial adjustment, and social skills. Personality Individual Differences, 20, 143-150.
Ibrahim, Yuliani., Jamaluddin, Idris., Nasir, Usman. 2012. Manajemen konflik dalam peningkatan Produktivitas di akademi kebidanan Muhammadiyah
Banda aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 1, 70- 81.
95 John W Santrock. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup.
Jakarta, Erlangga. John, W Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.
Kurdek, Lawrence A. 1994. Conflict resolution styles in gay, lesbian, heterosexual
nonparent, and heterosexual perent couples. Journal of Marriage and the Family, 705-722.
Mackinnon, Sean .P., Simon, B. Sherry., Martin, M. Antony., Sherry, H. Stewart., Dayna, L. Sherry., Nikola Hartling. 2012. Caught in a bad romance:
perfectionism, conflict, and depression in romantic relationships. Journal of Family Psychology. 26, 215
–225. Mee, Foo Fatt., Siti, Aishah Hassan., Maznah, Baba., Mansor, Abu Talib., Noor,
Syamilah Zakaria. 2015. Relationship between Perfectionism and Marital Satisfaction among Graduate Students. International Journal of Education
and Research.3.
Michelle, Haring., Paul, L. Hewitt. 2003. Perfectionism, coping, and quality of intimate relationships. Journal of Marriage and Family, 65, 143-158.
Narimawati, Umi., Dan Munandar, Dadang. 2008. Teknik Sampling : Teori dan prakik dengan SPSS 15. Yogyajakarta. Gava Media.
Papalia, Diane, E., dkk. 2008. Human Development Psikologi perkembangan. Jakarta. Prenada Media group.
Papilia, Diane. E., Sally Wendkos. O., Ruth, Duskin. F. 2009. Human development : perkembangan manusia. Jakarta, Salemba Humanika.
Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. 2014. Meyelami Perkembangan Manusia : Experience Human Development. Jakarta. Salemba Humanika.
Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., Samuel, F. Mikail. 1991. The multidimensional Perfectionism Scale : Reliability validity, and
psychometric properties in psychiatric samples. Journal of Consulting Clinical Psychology, 3, 464-468.
96 Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett. 1991. Perfectionism in the self and social
contexts: Conceptualization,
assessment, and
association with
psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 456-470. Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett. 1991. Dimensions of perfectionism in unipolar
depression. Journal of Abnormal Psychology, 1, 98-101. Pranungsari, Dessy. 2010. Kecenderungan dan perfeksionisme pada anak gifted
dikelas ekselerasi. Humanitas. 7. Purwanto, E. A., dan Dyah, R. S. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta. Santoso, Agung. 2010. Statistika untuk psikologi : dari blog menjadi buku.
Yogyakarta, Penerbit Universitas Sanata Dharma. Santrock, John W. 2011. Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. Terjemahan: Sarah
Genis B Jakarta: Erlangga. Sarwono Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta,
Graha Ilmu. Sumanto. 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori. Jakarta, PT Buku
Seru. Supratiknya, A. 1995. Komunikasi antarprigooi. Yogyakarta, Kanisius.
Supratiknya, A. 2014. Pengukuran psikologi. Yogyakarta, Universitas Sanata
Dharma Stober, Joachim. 1998. The fost multidimensional perfectionism scale revisited :
more perfectionism with four intead of six dimensions. Personality and Individual Differences, 24 4, 481-491.
Stoeber, J. 2012. Dyadic perfectionism in romantic relationships: Predicting relationship satisfaction and longterm commitment. Personality and
Individual Differences, 533, 300-305. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI