Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas | - 18 -
Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain hasil tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, tes kreativitas, tes sikap
dan tes prestasi belajar. Guru bimbingan dan konseling atau konselor hendaknya dapat memanfaatkan hasil tes untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, sehingga
layanan yang diberikan tepat sesuai kebutuhan dan kondisi peserta didikkonseli, khususnya pemberian layanan yang mampu membantu peserta didik mempersiapkan diri
dalam kelanjutan studi. 2. Teknik non tes
Teknik non tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen yang terstandar dan tidak standar. Teknik asesmen non tes yang sering
digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain: a observasi, b wawancara c angket, d sosiometri, e dokumentasi, f biografi ataupun autobiografi.
Instrumen pengumpul data yang sering digunakan untuk mengenali masalah serta kebutuhan layanan bantuan antara lain: a daftar cek masalah DCM, b alat ungkap
masalah AUM, c inventori tugas perkembangan ITP. Guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat menggunakan instrumen yang
dikembangkan sendiri dengan langkah-langkah sebagaimana pengonstruksian instrumen tes. Adapun langkah-langkah pengembangan meliputi: menetapkan tujuan pengungkapan
data pribadi, menentukan aspek dan atau dimensi yang diukur, merumuskan definisi operasional, memilih cara pengukuran yang digunakan, instrumen dan lembar jawaban,
merumuskan manual penggunaan instrumen, penyekoran atau pengolahan, serta interpretasinya.
E. Pemanfaatan Data Hasil Asesmen untuk Memahami Peserta DidikKonseli
Yang dimaksud dengan data hasil asesmen adalah data yang diperoleh melalui teknik tes dan nontes. Data hasil pemahaman terhadap peserta didikkonseli dapat digunakan untuk:
1. Membuat profil individual setiap peserta didikkonseli. Berdasarkan data hasil asesmen maka setiap peserta didikkonseli dapat disusun profil
yang menggambarkan tentang identitas diri peserta didik, karakteristik tugas
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas | - 19 -
perkembangan, klasifikasi kecerdasan, bakat, minat, motivasi belajar, kesiapan belajar, kemampuan hubungan sosial, kematangan emosi, prestasi akademik dan non akademik
yang dimiliki, latar belakang keluarga-sekolah-masyarakat dan lain-lain, serta gambaran tentang kekuatan dan kelemahan setiap peserta didikkonseli.
2. Membuat profil kelas. Berdasarkan data individual peserta didikkonseli tersebut, maka dikembangkan profil
kelas, sehingga tiap kelas memiliki profilnya sendiri-sendiri. Profil sebaiknya dituangkan ke dalam bentuk matrik, misalnya dalam format landscape excel, atau dalam
bentuk grafik sehingga semua data dapat dimasukkan. Dengan profil kelas ini, dapat diketahui kedudukan peserta didikkonseli dalam kelasnya. Profil akan menggambarkan
variasi kebutuhan layanan bimbingan dan konseling yang meliputi: bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Menyusun rancangan program layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan profil individual dan kelas disusun rancangan program layanan bimbingan
dan konseling secara individual, kelompok, klasikal, kelas besar atau lintas kelas, dan atau menggunakan media. Layanan bimbingan dan konseling dapat dirancang secara
khusus untuk dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor serta dapat pula dirancang berkolaborasi dengan staf lainnya.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas | - 20 -
BAB III PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Program bimbingan dan konseling di SMA disusun berdasarkan kebutuhan peserta didikkonseli dan kebutuhan sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, struktur program bimbingan dan konseling terdiri atas rasional, visi
dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan, rencana operasional action plan, pengembangan tematopik, rencana evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, serta
anggaran biaya. Struktur program bimbingan dan konseling merupakan komponen-komponen yang harus ada namun bukan sebagai sebuah tahapan.
Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, terdapat dua tahapan, yaitu 1 tahap persiapan preparing dan 2 tahap perancangan designing. Tahap persiapan preparing
terdiri dari 1 melakukan asesmen kebutuhan, 2 aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan 3menetapkan dasar perencanaan. Tahap perancangan designing
terdiri atas 1 menyusun rencana kerja, 2 menyusun program tahunan, dan 3 menyusun program semesteran. Tahapan kegiatan perencanaan program bimbingan dan konseling dapat
dilihat pada bagan berikut: