Fluidised Bed Reaktor Entrained Flow

19 Gambar 2.4 Crossdraft Gasifier sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997

2.6.2 Fluidised Bed

Gasifikasi fluidized bed awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah operasional pada gasifikasi moving bed atau sering disebut fixed bed yang menghasilkan kadar abu yang tinggi, tetapi sangat cocok untuk kapasitas lebih besar lebih besar dari 10 MWth pada umumnya. Fitur dari gasifikasi fluidized bed dapat dibandingkan dengan pembakaran fluidized bed. Dibandingkan dengan moving bed gasifier yang temperature gasifikasinya relative rendah sekitar 750- 900 C. Dalam moving bed gasifier suhu di zona perapian mungkin setinggi 1200 C, dalam gasifier arang suhunya bahkan 1500 C. Bahan bakar ini dimasukan ke dalam pasir panas yang dalam keadaan suspensi Flidised bed gelembung atau sirkulasi Sirkulasi fluidized bed. Bed berperilaku kurang lebih seperti fluida dan ditandai dengan turbulensi yang tinggi. Pencampuran partikel bahan bakar yang sangat cepat dengan material bed, sehingga dalam pirolisis cepat dan jumlah gas pirolisis yang relative besar. Karena suhu rendah konversi tar tidak terlalu tinggi 20 Gambar 2.5 Fulidised Bed Gasifier Sumber: Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004

2.6.3 Reaktor Entrained Flow

Reaktor entrained flow dapat dibagi menjadi 2 dua jenis yaitu slagging dan non slagging. Di dalam gasifier slagging, komponen-komponen yang terbentuk dari partikel debu dapat meleleh di dalam gasifier, mengalir turun di sepanjang dinding reactor, dan meninggalkan reactor dalam bentuk slag cair. Secara umum, laju alir masa slag sekurang-kurangnya 6 dari laju bahan bakar untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Di dalam gasifier non slgging, dinding reactor tetap bersih dari slag. Jenis gasifier ini cocok untuk umpan yang kandungan partikel debunya tidak terlalu tinggi. Skema reactor entrained flow diberikan pada Gambar 2.5 21 Gambar 2.6 Reaktor Entrained flow Sumber: Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski, 2004 Kelakuan partikel debu yang dihasilkan oleh biomasa diteliti secara detail oleh Boerrigter dkk. Hasil eksperimen menunjukan bahwa partikel debu yang dihasilkan oleh biomasa, khususnya biomasa kayu, sulit meleleh pada temparatur operasi gasifier entrained flow 1300-1500 C. Hal tersebut disebabkan kenyataan bahwa partikel debu tersebut banyak mengandung CaO. Oleh karena itu gasifier non slagging sepertinya menjadi pilihan utama untuk proses gasifikasi, juga dengan pertimbangan bahwa jenis gasifier ini lebih murah. Akan tetapi gasifier entrained flow jenis slagging lebih disukai untuk operasi gasifikasi dengan umpan biomasa. Alasan yang paling penting adalah : 1. Pelelehan sebagian kecil kompenen partikel debu tidak akan pernah dapat dihindari 2. Gasifier entrained flow jenis slagging lebih fleksible terhadap jenis biomasa yang akan digunakan 22 Fleksibilitas jenis umpan ini bahkan dapat diperluas hingga ke batu bara. Penambahan agen fluks seperti silica atau clay diperlukan. Selain itu recycle slag juga diperlukan penggunaan reactor entrained flow jenis slagging untuk batu bara sudah dapat diaplikasikan. Oleh karena itu, penambahan material fluks menyebabkan slag yang dihasilkan melalui gasifikasi biomasa menjadi mirip dengan slag yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara. Sehingga tidak terdapat permasalahan untuk proses gasifikasi itu sendiri apabila umpan yang digunakan bukan batu bara, melainkan biomasa. Sebagaimana telah dikaji oleh peneliti- peneliti di seluruh dunia, proses gasifikasi dapat terjadi pada tekanan yang berbeda, melalui proses pemanasan langsung ataupun tidak langsung, serta menggunakan udara

2.7 Dasar Proses Gasifikasi Pada Gasifier Updraft

2.7.1 Zona Pengeringan

Bahan bakar padat dimasukan ke dalam gasifier di atas. Hal ini tidak perlu menggunakan peralatan pengumpan bahan bakar yang kompleks, karena sejumlah kecil kebocoran udara dapat ditoleransi di tempat ini. Sebagai akibat dari perpindahan panas dari bagian bawah gasifier, pengeringan bahan bakar biomasa terjadi dibagian bungker. Uap air akan mengalir ke bawah dan menambah uap air yang terbentuk dizona oksidasi. Bagian dari itu dapat direduksi menjadi hydrogen dan sisanya akan berakhir sebagai kelembaban dalam gas.

Dokumen yang terkait

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

4 34 99

PENGARUH VARIASI PEMANASAN AWAL UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI SEKAM Pengaruh Variasi Pemanasan Awal Udara dan Penambahan Udara Bantu Pada Reaktor Terhadap Performa Kompor Gasifikasi Sekam Padi Top Lit U

0 5 16

PENGARUH VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PRIMER DANPENAMBAHAN UDARA PADA REAKTOR KOMPOR GASIFIKASI Pengaruh Variasi Kecepatan Aliran Udara Primer dan Penambahan Udara Pada Reaktor Kompor Gasifikasi Sekam Padi Metode Top-Lit Up Draft Dengan Perbedaan Diamet

1 7 19

PENDAHULUAN Pengaruh Variasi Kecepatan Aliran Udara Primer dan Penambahan Udara Pada Reaktor Kompor Gasifikasi Sekam Padi Metode Top-Lit Up Draft Dengan Perbedaan Diameter Silinder Reaktor.

0 4 6

ANALISIS PERFORMA REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA.

2 2 66

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 13

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 2

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 4

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 3 24

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 2