Tempurung Kelapa Produk Biomasa

9

2.3 Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa beratnya antara 15 – 19 berat kelapa Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chereminisoff 1, komposisi kimia tempurung kelapa adalah seperti berikut: Sellulosa 26,60 , Lignin 29,40 , Pentosan 27,70 , Solvent ekstraktif 4,20 , Uronat anhidrid 3,50 , Abu 0,62 , Nitrogen 0,11 , dan Air 8,01 .Tempurung Kelapa disamping dipergunakan untuk pembuatan arang, juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan arang aktif, yang dapat berfungsi untuk mengadsorbsi gas dan uap. Struktur arangkarbon aktif menyerupai struktur grafit. Grafit mempunyai susunan seperti pelat-pelat yang sebagian besar terbentuk dari atom karbon yang berbentuk heksagonal. Jarak antara atom karbon dalam masing-masing lapisan. Pada grafit, jarak antara pelat- pelat lebih dekat dan terikat lebih teratur daripada struktur karbon aktif Suhartana,2006 struktur umum karbon aktif : 1. Dekomposisi menghasilkan tar, metanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400 - 600 C. 2. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasaan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.

2.4 Produk Biomasa

Terdapat tiga tipe bahan bakar yang dihasilkan dari biomasa yang biasa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, yaitu : 1. Cairan etanol, biodiesel dan methanol 10 2. Gas Biogas CH 4 , CO 2 , producer gas CO,H 2 ,CH 4 ,CO 2 syngas CO,H 2 3. Padat Arang Penggunaan etanol dan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan transportasi dapat mengurangi emisi gas CO 2 . Oleh karena itu biomasa bukan hanya energi terbarukan tapi juga bersih dan ramah lingkungan, dan dapat juga digunakan sebagai sumber energy secara global Biomasa merupakan sumber energi tertua yang dikenal oleh manusia, kontribusinya terhadap total pemanfaatan pemanfaatan energi di Indonesia bahkan di dunia masih sangat kecil. Pemahaman akan keterbatasan cadangan sumber energi fosil dan kepedulian terhadap keberlangsungan penyedia sumber energi tersebut menyebabkan munculnya ketertarikan peneliti terhadap pemanfaatan biomasa pada tahun 1970an. Akan tetapi harga energi yang terus menurun saat itu menyebabkan perkembangan teknologi biomasa tidak begitu pesat. Hingga pada tahun 1980an kepedulian terhadap emisi CO 2 yang disebabkan oleh penggunaan energy fosil mengakibatkan dikeluarkannya Kyoto Protocol yang membatasi emisi CO 2 yang boleh dilapaskan ke udara.

2.5 Gasifikasi Biomasa

Dokumen yang terkait

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

4 34 99

PENGARUH VARIASI PEMANASAN AWAL UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI SEKAM Pengaruh Variasi Pemanasan Awal Udara dan Penambahan Udara Bantu Pada Reaktor Terhadap Performa Kompor Gasifikasi Sekam Padi Top Lit U

0 5 16

PENGARUH VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PRIMER DANPENAMBAHAN UDARA PADA REAKTOR KOMPOR GASIFIKASI Pengaruh Variasi Kecepatan Aliran Udara Primer dan Penambahan Udara Pada Reaktor Kompor Gasifikasi Sekam Padi Metode Top-Lit Up Draft Dengan Perbedaan Diamet

1 7 19

PENDAHULUAN Pengaruh Variasi Kecepatan Aliran Udara Primer dan Penambahan Udara Pada Reaktor Kompor Gasifikasi Sekam Padi Metode Top-Lit Up Draft Dengan Perbedaan Diameter Silinder Reaktor.

0 4 6

ANALISIS PERFORMA REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA.

2 2 66

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 13

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 2

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 4

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 3 24

Analisa Performansi Mesin Diesel Dengan Menggunakan Variasi Campuran Bahan Bakar Pertadex dan Polipropilena Cair

0 0 2