Perancangan KIembali Desian Kemasan Produk Saripohatji Untuk Menaikan Citra Merek

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saripohatji merupakan salah satu produk bedak yang berasal dari Ciamis Jawa Barat, produk buatan Siti Marijah ini sudah ada semenjak tahun 1927. Awalnya Saripohatji pertama kali diproduksi secara industri rumahan dan berkembang menjadi pabrik seiring banyaknya permintaan konsumen. Bahan pembuatan bedak Saripohatji berupa ramuan alami dari rempah-rempah lalu dicampur ke dalam media bedak yang terbuat dari beras, bentuk bedak berupa butiran-butiran yang terlebih dahulu dihaluskan jika akan digunakan sebagai bedak, selain itu Saripohatji juga dapat digunakan sebagai masker dan bedak bayi. Setiap 20 gram bedak Saripohatji dikemas menggunakan kertas dengan dominan warna kuning, putih dan merah, saat ini produk Saripohatji dapat ditemui di sejumlah pasar tradisional, toko kosmetik berskala kecil dan penjual jamu dengan harga berkisar Rp 1000 – Rp 2500 per buah.

Menurut salah satu artikel media cetak koran Pikiran Rakyat edisi 27 Juli 2010, bedak Saripohatji sempat terkenal di Jawa Barat sekitar tahun 1950-1980 dan menjadi primadona produk kecantikan bagi para wanita, bahkan menembus pasar internasional sehingga berhasil mendapat penghargaan pada tahun 1965 oleh pihak pemerintah dari Kabupaten Ciamis. Prestasi ini membuktikan bahwa


(2)

2

Saripohatji merupakan salah satu produk yang unggul dan dipertahankan secara turun-temurun oleh para konsumen setianya sampai sekarang.

Pada masa sekarang ini produk-produk kecantikan mengalami banyak perubahan yang sangat menonjol seiring perubahan persepsi wanita yang menginginkan kulit wajahnya menjadi putih dan bersih secara instan. Moderenisasi produk yang sesuai perkembangan jaman menjadikan produk berbahan kimia lebih banyak diminati oleh konsumen wanita dari berbagai macam usia. Saripohatji yang mempertahankan produknya secara turun-temurun tidak mampu bersaing sehingga mulai dilupakan dan tidak dikenali lagi.

Saripohatji hanya diketahui dan digunakan oleh sebagian konsumen setianya yang rata-rata berusia senja, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti tidak adanya inovasi baru dan usaha untuk mengeksistensikan produk. Seharusnya Produk Saripohatji dapat mempertahankan keberadaannya lebih besar lagi, karena Saripohatji adalah salah satu produk kecantikan khas Jawa Barat, ditambah dengan sifatnya yang alami dan tidak berbahaya tentu dapat dijadikan salah satu nilai tambah dari produk ini agar Saripohatji mampu bersaing dengan produk lain.

1.2 Identifikasi Masalah

Saripohatji yang mulai dilupakan memiliki beberapa faktor permasalahan yang muncul dari berbagai macam sudut yaitu :


(3)

3

1. Penjualan bedak Saripohatji hanya mengandalkan konsumen setia saja yang jumlahnya semakin berkurang.

2. Produk bedak Saripohatji tidak mampu untuk menarik konsumen baru dengan berinovasi pada kemasan / produknya, karena selama ini Saripohatji tidak pernah mengubah kemasan, dan hanya dilestarikan dengan cara turun-temurun dari para konsumen yang setianya.

3. Tidak adanya komunikasi pemasaran / kegiatan promosi untuk mengeksistensikan diri.

4. Pada segi pendistribusian barang produk bedak Saripohatji hanya di sebar di daerah Jawa Barat dengan jumlah yang terbatas sehingga sulit ditemui di pasaran.

1.3 Fokus Masalah

Keberadaan Saripohatji yang semakin tenggelam membuatnya tidak diketahui lagi oleh masyarakat secara umum, dari berbagai identifikasi masalah yang muncul maka dapat ditemukan fokus permasalahan pada produk Saripohatji. Produk bedak Saripohatji ini perlu memperluas pangsa pasarnya dengan cara menarik konsumen baru yang lebih muda. Persepsi Saripohatji sebagai produk kuno yang hanya digunakan oleh orang tua saja harus dirubah, mengingat tuanya usia produk dan kemasan yang masih bernuansa zaman dulu. Hal ini dapat dirubah melalui pencitraan pada kemasan terlebih dahulu sebagai langkah untuk berinovasi, karena kemasan Saripohatji sudah


(4)

4

tidak mampu lagi untuk mengkomunikasikan pesan produk dengan baik kepada semua konsumennya terutama kepada kelompok usia muda.

1.4 Batasan Masalah

Agar lebih memperjelas pembahasan, maka pada laporan ini penulis hanya akan fokus terhadap perubahan pencitraan pada produk bedak Saripohatji. Dimana produk ini dianggap sebagai produk kuno yang hanya dipakai oleh orang tua saja menjadi produk yang layak untuk dipergunakan juga oleh kaum muda melalui perubahan kemasan sebagai tahap awal dari inovasi Saripohatji.

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini ialah untuk mempertahankan keberadaaan Saripohatji dengan memperluas pangsa pasar untuk mendapatkan loyalitas dari konsumen baru dengan segmentasi dan target berusia muda.


(5)

5 BAB II

LANDASAN TEORI PERUBAHAN CITRA MEREK PRODUK SARIPOHATJI MELALUI PERUBAHAN PADA DESAIN KEMASAN

Pembahasan pada bab ini berkaitan dengan beberapa teori yang diambil dari ilmu manajemen pemasaran mengenai pemahaman tentang suatu merek (brand) dan pencitraan merek (brand image) dengan ilmu desain khususnya mengenai desain kemasan, pembahasan tentang bedak Saripohatji dan analisisnya, serta ilmu-ilmu lain yang terkait.

2.1 Pengertian Merek (Brand)

Merek menjadi suatu hal yang sangat penting dalam suatu produk/jasa, merek diperkenalkan dan ditawarkan dalam suatu kegiatan pemasaran, agar seorang konsumen dapat menentukan pilihan pada suatu produk. Merek menurut Aaker (1997:9) merupakan nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah penjual tertentu yang mampu membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh para kompetitor. Merek merupakan ciri khas sebagai pembeda dari suatu produk sebagai alat identifikasi konsumen untuk menentukan pembelian, karena merek memberi jaminan akan suatu produk.


(6)

6  Elemen Merek

Dalam buku karangan Surachman (2008:31) menjelaskan mengenai merek yang terdiri dari beberapa elemen-elemen utama yang dapat membedakannya dengan produk lain, elemen-elemen ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran merek (brand

awareness) dan asosiasi merek yang berhubungan dengan

bagaimana suatu merek dapat diartikan oleh para kosumennya, elemen merek tersebut terdiri dari :

1. Nama Merek yaitu hal mendasar yang menggambarkan tema sentral atau asosiasi kunci suatu produk dalam suatu penyajian iklan yang sederhana maupun yang lebih kompleks.

2. Logo dan simbol yang merupakan kesatuan yang dapat mewakili desain produk.

3. Karakter adalah hasil dari simbol suatu merek.

4. Slogan merupakan rangkaian kalimat pendek yang bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu merek. 5. Jingles adalah suatu pesan musikal yang ditulis dalam cakupan

merek tersebut.

6. Kemasan merupakan suatu hal yang pertama kali dilihat oleh konsumen dalam memilih suatu merek pada produk.

2.2 Citra Merek (Brand Image)

Citra terbentuk dari persepsi seseorang terhadap sesuatu, seseorang bebas mempersepsikan sesuatu yang biasanya


(7)

7

dihubungkan dengan pengalaman seseorang tersebut. Citra dapat bersifat positif dan negatif, dalam sebuah produk citra yang positif dapat membantu membentuk loyalitas atau kesetiaan pada konsumen, sehingga konsumen yang loyal akan menolak segala bentuk kegiatan dari para pesaingnya. Sedangkan citra yang negatif akan berdampak sangat buruk kepada tingkat pembelian oleh konsumen. Dari penjelasan di atas, pengertian citra merek menurut Kotler yang dikutip oleh Fajhrianti dan Zattul Farah (2005:285) berarti seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap sebuah merek. Sedang menurut Zikmund dalam buku Freddy Rangkuti mengemukakan bahwa konsumen cenderung mendefinisikan sendiri sesuai dengan nilai simbolis dari keinginan mereka sendiri. Nilai simbolis yang berhubungan dengan merek disebut brand image (2009:90).

Dalam sebuah produk citra merek menjadi sangat penting karena akan memberikan suatu kesan kepada konsumen yang akan mempengaruhi keputusan pembelian. Kemasan sebagai salah satu elemen merek merupakan bagian dari strategi pemasaran dalam menyampaikan citra produk secara langsung kepada konsumen. Sebagai contoh perbandingan antara suatu produk minuman yang dikemas dalam sebuah wadah botol kaca yang di desain khusus akan lebih menarik dibandingkan dengan kemasan yang hanya menggunakan plastik tipis, hal ini karena produk tersebut mencerminkan sesuatu kesan yang baik dibandingkan produk lainnya.


(8)

8

Dengan kata lain citra suatu produk akan terpancar salah satunya melalui kemasan dengan desain yang baik dan mampu memberikan suatu citra yang baik pula sehingga mendapat respon positif dari konsumen untuk melakukan pembelian.

2.3 Kemasan (Packaging)

Kemasan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sejak dahulu para manusia purba menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput untuk membungkus sesuatu, sampai pada perkembangannya keramik dibuat oleh bangsa Cina. Selain keramik penggunaan bahan lain pun semakin berkembang mulai dari kayu, kain, bambu, kaca dan material lainnya. Perubahan besar pada kemasan ditandai dengan penemuan kantung kertas yang berlanjut pada mesin sederhana untuk membuatnya. Kemasan pada saat itu hanya berfungsi sebagai alat pelindung barang dari pengaruh cuaca, mencegah kerusakan, dan mempermudah dalam proses pemindahan barang, karenanya kemasan masih dibuat sangat sederhana dan tidak memiliki nilai lain. Perkembangan zaman yang semakin modern dan kompleks membuat kemasan menjadi sangat penting dalam dunia pemasaran. Kemasan tidak lagi dibuat sederhana, menurut Hermawan Kertajaya dalam makalah akademik (2009:17) mengatakan “Packaging protects what it sells, now packaging sells what it protects” (Kemasan melindungi apa yang dijual, sekarang kemasan menjual apa yang


(9)

9

dilindungi). Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.

Pada dasarnya pengertian kemasan mengacu kepada objek fisik itu sendiri seperti karton, container atau bungkusan. Sedang mengemas merupakan tindakan membungkus atau menutup suatu barang atau sekelompok barang (Klimchuck, 2006:34). Pengemasan berarti kegiatan merancang dan memproduksi kemasan/pembungkus untuk produk. Kemasan termasuk wadah utama dari produk dan juga kemasan kedua yang membungkus sebuah produk. (Rangkuti, 2009:132). Tujuan utama kemasan adalah mewadahi dan melindungi, tetapi tujuan lain yang dapat bervariasi adalah pada penampilan, tekstur, grafis, bentuk, biaya dan struktur. Ketika mendesain sebuah kemasan, tidak ada desain kemasan yang begitu benar atau salah tetapi pertimbangannya adalah layak atau tidaknya, hal ini diungkapkan oleh Denison dalam kutipan makalah akademik (2009:7). Menurut Bob Cotton dalam makalah akademik (2009:11), sebuah kemasan yang berhasil yaitu merupakan perpaduan antara pemasaran dan desain, dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Stand Out (menonjol)

Jika kemasan tidak atau kurang menonjol maka ia akan kehilangan fungsinya sebagai daya tarik.

2. Contents (isi)

Kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk.


(10)

10

3. Suitable (sesuai)

Desain kemasan harus sesuai dengan produk yang dikemas. 4. Distinctive (unik)

Secara keseluruhan desain kemasan harus unik dan berbeda dengan prduk pesaing.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemasan memiliki peranan penting dalam penjualan produk, karena pada masa sekarang aktifitas jual dan beli banyak dilakukan sendiri atau self service dengan adanya swalayan. Selain itu produk di swalayan dijajarkan pada rak yang sama, sehingga persaingan desain kemasan menjadi sangat penting untuk menarik konsumen untuk mendapatkan respon positif sehingga sampai pada tahap pembelian.

2.3.1 Desain Kemasan (Struktur Kemasan)

Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan (Klimchuck, 2006:33). Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk secara unik. Penjelasan di atas mengemukakan desain pada kemasan turut menentukan pencitraan yang terdapat pada sebuah merek yang menjadi identitas / kepribadiannya, hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan seseorang untuk mau mencoba dan


(11)

11

akhirnya menggunakan produk tersebut. Sebagai contoh produk Coca-cola memiliki kemasan botol kaca yang unik dan berbeda yang menjadi salah satu identitasnya, jika Coca-cola ditempatkan pada botol lain maka produk tersebut bukanlah Coca-cola.

Desain kemasan harus dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan apa yang akan direpresentasikan oleh suatu produk, maka elemen dan prinsip desain serta strategi kreatif perlu diterapkan dalam konsep dan penerapannya. Berikut adalah beberapa perhatian utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan desain kemasan :

1. Tipografi dalam desain kemasan adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakan dibaca. Pada akhirnya tipografi menjadi elemen penting dari ekspresi visual produk (Klimchuck, 2006:87). Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Dalam desain tipografi terdapat istilah legibility yang berarti sebagai kualitas huruf / naskah dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung kepada tampilan bentuk fisik itu sendiri, ukuran serta penataannya dalam naskah (Danton, 2001:58).


(12)

12

2. Warna merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Jill Morton dalam buku Klimchuck menyatakan “sebagai alat marketing, warna dapat menjadi suatu komponen fungsional dari penglihatan manusi, warna dapat menarik perhatian, menyejukkan atau menyakitkan mata, dan berkontribusi pasa kesuksesan

suatu produk, jasa atau bahkan suatu interior ruangan”

(Klimchuck, 2006:107). Warna juga dapat dijadikan variasi pada produk dan mewakili asosiasi warna dari suatu objek yang disesuaikan dengan latar belakang budaya dan interpretasi sosial yang terjadi.

3. Ilustrasi menjadi bahasa universal dari produk, dapat menggunakan fotografi atau ilustrasi dengan penggayaan yang sesuai dengan karakteristik konsumen.

4. Kemasan berarti berhubungan dengan struktur (bentuk) dan bahan material untuk membungkus produk tersebut. Struktur dan material berpengaruh dalam proses pengepakan barang dari produsen hingga penggunaan produk oleh konsumen. Bentuk juga memiliki suatu fungsi ergonomis, dimana kemasan harus bisa membuka dan menutup secara baik, mengeluarkan dan dalam beberapa contoh menyimpan.

5. Tata letak merupakan keseluruhan tampilan aspek grafis yang harus diramu dan disusun secara utuh dan terpadu.


(13)

13

6. Identitas produk seperti merek sebagai simbol dari produk dicantumkan agar lebih mudah dikenali dan menjadi ciri khas.

Selain keenam elemen diatas olah pesan dan informasi produk pada kemasan harus diperhatikan agar dapat menyampaikan keterangan produk, brand, kategori produk, maupun keuntungan yang ditawarkan oleh produk secara tepat.

2.3.2 Visualisasi Kemasan

Tampilan pada kemasan dapat berupa berbagai macam objek yang sesuai dengan produk yang dijual. Kemasan yang menjual harus dapat merepresentasikan keunggulan dari produk tersebut. Visualisasi kemasan pada produk sangat berpengaruh besar, penggunaan karakter unik dan cara eksekusi tampilan harus tepat sehingga sesuai dengan tujuan dari pengemasan dan pemasaran.

Visualisasi pada kemasan dapat berupa fotografi yang biasanya cocok untuk menggambarkan suatu keaslian dari produk, seperti terdapat pada kemasan produk makanan, kecantikan, atau peralatan. Penggunaan fotografi juga dianggap lebih cepat mengungkapkan sesuatu secara efektif daripada menggunakan teks pada kemasan tertentu.


(14)

14

Gambar 2.1 Visualisasi kemasan menggunakan fotografi

Selain menggunakan fotografi, visualisasi kemasan dapat menyesuaikan dengan karakter target, kekuatan merek yang dimiliki suatu produk (contoh pemberian logo dengan ukuran yang mendominasi) atau penggunaan tipografi pada kemasan. Seperti yang sudah dijelaskan tipografi atau huruf merupakan salah satu elemen penting dalam proses mendesain, selain digunakan sebagai keterangan tipografi pada kemasan juga dapat mewakili representasi visual dari produk (contoh karakter huruf yang dibuat sesuai dengan pesan produk).


(15)

15 2.4 Pengertian Bedak dan Jenis-Jenisnya

Menurut salah satu artikel Tabloid Nova (2009), bedak ialah bubuk higroskopis yang sangat halus yang berguna khususnya untuk mengurangi gesekan pada kulit. Karena sifatnya yang higroskopis, maka bedak dapat menyerap sebagian hasil sekresi tubuh dan mengeringkan kulit. Selain itu, bedak bersifat sebagai penutup, pelindung, dan pendingin. Jika dilihat dari bahan pembuatannya, bedak dibedakan menjadi dua jenis ya itu:

1. Bedak Tumbuhan / organik

Bahan utamanya ialah starch yakni granul polisakarida (yang berasal dari jagung, beras, dan wheat) serta zeasorb. yang mengandung metil selulose. Bedak jenis ini memiliki kemampuan absorbsi yang lebih besar daripada talcum.

2. Bedak mineral / anorganik.

Umumnya mengandung talcum venetian (talcum), zinc oxide, magnesium oksid, titanium dioksid, dan sebagainya. Bahan Talcum merupakan magnesium polisiikat murni dan dianggap sebagai bahan kimiawi yang inert, sangat ringan, yang mempunyai daya slip cukup besar dan daya lekat. Untuk keamanan pemakai talcum dibuat dengan ukuran partikel yang sangat halus. Oxydum zincicwn merupakan bubuk halus berwama putih yang bersifat hidrofob, dan tidak menyebabkan hipersensitasi. Efek utamanya ialah daya penutup dan daya pendingin, jika lama berkontak dengan udara


(16)

16

dapat terjadi gumpalan-gumpalan karena pembentukan carhonas zincicum yang dapat merangsang kulit.

Sedangkan penggolongan bedak menurut Menurut Windya Novita (2009:128) pada dunia kosmetika bedak dikelompokan menjadi lima jenis yang berbeda berdasarkan bentuk dan kegunaannyanya yaitu:

a. Loose powder (bedak bubuk) dikenal juga sebagai bedak tabur dan berbentuk bubuk halus.

b. Compact powder biasa digunakan setelah menggunakan alas bedak dan berbentuk padat.

c. Shimmering powder berbentuk bubuk juga tetapi yang

membedakannya adalah bedak ini memiliki warna dan ber-glitter, digunakan sebagai pulasan akhir sebuah tata rias agar tampak berkilau dan bercahaya.

d. Meteorite powder berbentuk bulat kecil berwarna-warni, sama seperti shimmering powder , bedak ini digunakan sebagai pulasan akhir juga tetapi pengaplikasiannya menggunakan kuas bukan spons.

e. Two-way cake powder adalah bedak dengan fungsi ganda yaitu berfungsi sebagai bedak dan foundation.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik bedak Saripohatji, bedak ini tergolong ke dalam bedak dengan bahan alami dan dapat digunakan sebagai bedak dasar sebelum penggunaan bedak lain dalam dunia kosmetika. Dalam penggunaannya sebagai


(17)

17

bedak dasar, bedak Saripohatji akan berfungsi menetralkan beberapa kandungan yang terdapat pada jenis bedak lain yang digunakan.

2.5 Bedak Saripohatji

2.5.1 Sejarah Bedak Saripohatji

Menurut artikel koran Pikiran Rakyat edisi 27 Juli 2010, pencipta produk bedak ini adalah seorang wanita bernama Siti Marijah. Awalnya Siti Marijah membuat bedak Saripohatji untuk keperluannya sendiri. Bahan dasarnya adalah tepung beras yang ditumbuk, dicampur ramuan sejumlah dedaunan seperti daun suji, pandan, daun jambu, daun beungbeureuman, mamangkokkan, dan teklan. Dicampur pula dengan ekstrak Curcuma xanthorriza (temulawak), Curcuma domestica (kunyit), Solanum lycopersicum (tomat), Citrus aurantifolia (jeruk nipis), serta bahan-bahan lainnya yang berasal dari alam.

Tidak kurang dari empat puluh macam bahan yang digunakan dalam ramuan Saripohatji. Bedak itu dipakai sendiri oleh Siti Marijah. Kemudian, para tetangga meminta bedak buatan Siti Marijah dan mereka merasa cocok. Jumlah permintaan produk Saripohatji semakin banyak sehingga tahun 1927 Siti Marijah mulai menekuni usahanya sebagai home industry.


(18)

18

Gambar 2.3 Rempah-Rempah Ramuan Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji

Siti Marijah kemudian memberi merk bedak ramuannya

“Saripohatji”. Nama itu berasal dari nama dewi beras Sripohaci karena bahan dasar ramuan bedaknya dari tepung beras. Saripohatji dikemas memakai dedaunan kering dan dijual dari warung ke warung dengan menggunakan sepeda ontel. Seiring waktu, bedak Saripohatji pun terus menjadi tenar dan berkembang pesat sehingga menjadi satu-satunya produk bedak yang terkenal pada masa tersebut.

Selain sebagai bedak kecantikan yang membuat kulit menjadi putih bersih, Saripohatji yang dibuat oleh Siti Marijah memiliki banyak khasiat diantaranya sebagai obat kulit untuk menghilangkan jerawat dan dapat dijadikan bedak untuk bayi. Karena khasiat yang berlimpah tersebut, Saripohatji menjadi primadona pada jamannya, para wanita banyak yang memakai produk ini karena menginginkan kulit wajah yang halus dan bersih seperti dewi-dewi dari khayangan.


(19)

19

Gambar 2.4 Siti Marijah

Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji

Gambar 2.5 Sando Hardjo, Neneng Fatimah, Ocoh Setiawati Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji

Siti Marijah menjadi generasi pertama dari pemilik pabrik bedak Saripohatji ini, ketika Siti Marijah meninggal dunia pada tahun 1959 usaha pabrik dilanjutkan oleh suaminya yaitu Sandjo Hardjo hingga tahun 1971.Kemudian setelah suami Siti Marijah meninggal dunia maka usaha diteruskan oleh istri kedua Sandjo Hardjo bernama Neneng Fatimah dan dilanjutkan oleh istri ketiga Ny. Ocoh Setiawati dan anak-anaknya sampai sekarang.


(20)

20 2.5.2 Legenda Dewi Sri

Seperti yang sudah disebutkan di atas, pemakaian nama Saripohatji yang berasal dari nama Sripohaci (dewi padi) tidak hanya karena berbahan dasar beras, tetapi jika ditelaah berdasarkan mitos nama ini juga dapat dijadikan proyeksi kecantikan dari daerah Pasundan (Jawa Barat) pada masanya. Hal ini diakui oleh salah seorang pemilik pabrik Saripohatji yang merupakan anak dari Ny. Ocoh setiawati bapak Asep Hidayat, beliau berkata nama Saripohatji memang di ambil dari nama dewi priangan timur yang menurut legenda begitu cantik, sehingga mengispirasi Siti Marijah untuk memberikan nama

produknya “Saripohatji”.

Jika ditelaah secara etimologis nama Sripohaci berasal dari dua suku kata yaitu Sri dan Pohaci. Sri berarti sang atau cantik sedangkan Pohaci dalam buku berjudul Ensiklopedi Sunda (2000:519) ialah makhluk khayangan yang diutus oleh Sunan Ambu untuk menolong anak-cucunya yang mengalami kesulitan. Pada akhirnya pohaci sering dikaitkan dengan dewa-dewi, bahkan bagi para dewi pohaci dikatakan sebagai bidadari.

2.5.3 Pembuatan Produk Saripohatji

Bedak Saripohatji diproduksi oleh sebuah pabrik yang berada di Jl. H. Djuanda kota Ciamis, pabrik ini bersatu dengan


(21)

21

rumah pemiliknya yang masih bergaya arsitektur Art Deco. Pembuatan bedak Saripohatji dikerjakan oleh 9 orang pekerja wanita yang berasal dari daerah terdekat pabrik.

Gambar 2.6 Rumah Pemilik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.7 Pabrik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi

Bahan pembuatan bedak Saripohatji masih sangat alami, bahan baku ramuan bedak diperoleh dari tumbuhan


(22)

22

yang berada di halaman sekitar dan kebun yang berada pada sisi halaman pabrik, hanya media untuk bedak saja yang harus dibeli yaitu tepung kaolin. Sekarang bedak Saripohatji tidak lagi menggunakan beras sebagai media untuk bedak, menurut bapak Asep Hidayat selaku pemilik pabrik seiring perkembangan zaman dan penelitian yang dilakukan, tepung kaolin memiliki kualitas yang lebih bagus dari tepung beras.

Media batu bintang atau gipsum dengan kualitas terbaik sebelumnya pernah digunakan Saripohatji sebagai media bedak, namun pada akhirnya tepung kaolin dipilih karena dianggap yang paling baik dan cocok untuk bahan dasar media bedak Saripohatji.

Gambar 2.8 Tepung Kaolin Sumber : Dokumen Pribadi

Pembuatan bedak Saripohatji dimulai dengan penyortiran temulawak, kuning santen dan rempah dedaunan lainnya yang kemudian dicuci dan di haluskan. Kemudian di


(23)

23

saring / filtrasi sehingga memperoleh sari-sari yang kemudian dicampur dengan tepung kaolin dan dibentuk menjadi adonan.

Gambar 2.9 Proses Pembuatan Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji

Adonan ini didiamkan dalam tempat penyimpanan selama beberapa hari. Adonan yang siap dicetak dicampur kembali dengan tepung kaolin sampai menjadi pasta yang siap untuk dipilin. Setelah dipilin kemudian dijemur menggunakan sinar matahari agar butiran bedak dapat menyerap vitamin D yang terkandung dalam sinar matahari.


(24)

24

Gambar 2.10 Tempat Penyimpanan Adonan Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2.11 Proses Pemilinan Produk Bedak Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 2.12 Tungku Pembakaran (Oven) Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi


(25)

25

Gambar 2.13 Proses Pengemasan Produk Bedak Sumber : Dokumen pribadi

Jika cuaca sedang mendung, maka butiran bedak akan memasuki oven yang dibakar dengan arang selanjutnya dikeringkan lagi dengan bantuan sinar matahari. Bedak harus benar-benar kering agar tidak mudah hancur saat pengemasan, setelah keseluruhan proses di atas Bedak Saripohatji siap dikemas dan dipasarkan.

2.5.4 Kemasan Saripohatji

Produk bedak Saripohatji yang berbentuk butiran-butiran sebanyak kurang lebih 20 gram dikemas ke dalam kertas HVS berukuran 7,5cm x 9,5cm, kemasan terdiri dari dua lapis yaitu kemasan bagian luar dan kemasan bagian dalam untuk membungkus produk butiran bedak. Pada kemasan luar berwarna kuning dan merah, bagian muka terdapat tahun berdiri perusahaan, logo cap potret, nama produk, nama pembuat, keterangan nomor departemen kesehatan dan


(26)

26

GEDEP. Sedangkan pada bagian belakang mencantumkan keterangan produk dan berat bersih.

Gambar 2.14 Gambar Kemasan Bagian Luar Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji

Gambar 2.15 Gambar Kemasan Bagian Dalam Bedak Sumber : Dokumen Pribadi Pabrik Bedak Saripohatji


(27)

27

Desain pada bagian muka terdiri dari beberapa warna dimana menurut hasil wawancara dengan pemilik pabrik bedak Saripohatji, warna kuning pada kemasan melambangkan kesejahteraan, sedangkan merah hanya menjadi warna kontras yang menyeimbangakan warna kuning. Beberapa objek desain seperti lambang padi dan kapas yang mengitari logo dan ujung kemasan berarti nilai akan kehidupan. Lapisan kertas yang kedua berfungsi sebagai wadah bedak yang bertuliskan tentang keterangan dari produk dan cara pemakaian yang lebih rinci, serta terdapat nama produk, nama pembuat, nomor produk dan logo.

Kemasan yang berlapis dipengaruhi oleh perkembangan zaman pada awal pembuatan kemasan dibuat yaitu tahun 1927 dimana Saripohatji mengikuti kemasan puyer dan obat. Proses pencetakan kemasan awalnya dilakukan di dalam pabrik itu sendiri menggunakan mesin handpress dengan tinta cetak biasa, tetapi sekarang diserahkan kepada pihak luar karena biaya produksi yang terlalu tinggi.


(28)

28

Gambar 2.16 Mesin Handpress Milik Pabrik Bedak Saripohatji Sumber : Dokumen Pribadi

Tipografi yang digunakan mengikuti anatomi huruf arial dan tidak ada arti khusus dalam pencantumannya ke dalam kemasan. Keterangan yang ada pada kemasan masih menggunakan ejaan lama pada zaman Belanda dan tidak pernah diterjemahkan sampai sekarang.

2.5.5 Data Penjualan dan Saluran Distribusi

Data pada Koran Pikiran Rakyat edisi 27 Juli 2010 menyebutkan dahulu pabrik bedak ini dapat memproduksi sampai 400 pak/minggu, sedangkan pada saat ini pabrik hanya memproduksi bedak sebanyak 300 pak/bulan (1 pak berisi 50 kantong). Produk ini dipasarkan hanya pada wilayah Jawa Barat saja seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Khusus area Bandung, saripohatji memiliki 1 buah mobil box untuk mengantarkan produk yang biasanya dipesan terlebih dahulu, tetapi untuk daerah Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis


(29)

29

Saripohatji langsung dibeli di tempat pembuatannya oleh pedagang grosir ataupun eceran.

2.6 Tinjauan Citra Merek Saripohatji Dari Perspektif Desain Kemasan

Kemasan Saripohatji yang tidak berubah semenjak tahun 1927 memiliki suatu persepsi atau citra sebagai produk yang ketinggalan zaman dan tidak modern. Bagi para konsumen yang sudah setia dengan produk Saripohatji tentu tidak akan terlalu peduli dengan kemasan, karena mereka sudah merasakan khasiat yang dimiliki suatu produk. Tetapi kemasan akan sangat berpengaruh besar bagi para konsumen baru yang pada hal ini berusia muda, Saripohatji dianggap sebagai produk yang tidak cocok dengan kepribadian mereka karena image / citra tua dan kuno sangat melekat. Anggapan Saripohatji hanya produk yang dipakai oleh orang tua sangat relevan karena selama ini Saripohatji hanya dipakai oleh para ibu-ibu dan nenek yang masih setia dengan produk yang terkenal pada era mereka.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis kepada 50 orang wanita usia 16-50 tahun di daerah Jl. Ir. H. Djuanda (kawasan Dago-Simpang) kota Bandung didapatkan hasil:

1. 54% responden mengetahui produk Saripohatji dan mengetahui asal produk yaitu Jawa Barat.


(30)

30

2. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji

mengenal produk ini dengan sebutan “bedak dingin” dan “obat jerawat”

3. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji tidak menyukai kemasan produk.

4. 100% dari responden yang mengetahui produk Saripohatji beranggapan produk ini identik dengan produk yang dipakai oleh orang tua.

5. Dari 40% kuisoner yang dibagikan kepada responden usia 16-20 tahun hanya sekitar 2% (4 orang) yang mengetahui produk Saripohatji.

2.7 Merancang Kembali Desain Kemasan Sebagai Langkah Pertama Untuk Merubah Citra Saripohatji

Menurut Iwan Wirya pada penelitian dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasat mata (visual). Karena itulah unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasat mata (visual communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual / estetika dan daya tarik praktis / fungsional. Setiap orang hanya akan melihat hal-hal


(31)

31

tertentu yang akan direkam otak dan kemudian mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang (1999:11).

Sebagai contoh Bedak Saripohatji merupakan salah satu produk kecantikan yang dapat digolongkan ke dalam kosmetik untuk pemakaian luar daerah wajah. Seperti yang telah diketahui produk-produk kosmetik memiliki nilai eksklusif yang dapat dinilai dari kemasan dan harga sehingga mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang wanita untuk mencoba dan memakai produk tersebut. Terutama pada area wajah, kaum wanita biasanya selektif dan tidak bisa asal menerima suatu produk untuk langsung dipakai. Citra yang terbentuk dari persepsi dari pola pikir pada produk menjadi sangat penting dalam menentukan tingkat kepercayaan yang mempengaruhi tindakan seorang konsumen, dimana pada produk-produk seperti kecantikan yang secara langsung menjual citra pada kemasan produknya untuk mendapatkan kepercayaan bahwa produk tersebut baik, aman, atau pasti berkhasiat. Maka dapat disimpulkan kemasan mewakili kualitas dari sebuah produk yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen untuk menggunakannya sebagai tindak lanjut, karena sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa disadarinya.

Penurunan jumlah konsumen Saripohatji dari tahun ke tahun akan mengancam keberadaan dari produk ini di pasaran. Jika hal ini dibiarkan, maka Saripohatji akan semakin tenggelam dan dilupakan.


(32)

32

Pada saat ini konsumen Saripohatji hanya mengandalkan yang loyal saja dengan usia rata-rata sudah tua. Perluasan pangsa pasar dengan mencari konsumen setia yang baru perlu dilakukan agar Saripohatji tetap bertahan. Konsumen dengan usia lebih muda akan menjadi target market yang baru untuk produk Saripohatji, karenanya Saripohatji harus dapat menyesuaikan produknya dengan target. Image produk yang hanya dipakai oleh orang tua harus dirubah menjadi produk yang layak dan bagus digunakan oleh kaum muda. Perubahan desain kemasan yang mengikuti perkembangan zaman dan penyesuaian dengan karakteristik target market yang berusia muda, dapat menjadi langkah pertama dari strategi produk Saripohatji untuk mendapatkan konsumen baru tanpa harus melupakan konsumen yang lama. Hal ini dimaksudkan agar Saripohatji dapat kembali menarik konsumen sebanyak-banyaknya sehingga melakukan pemutusan pembelian yang berkelanjutan. Perubahan kemasan ini perlu didukung oleh kegiatan promosi dan dengan sistem saluran pendistribusian yang diperbaharui.

2.8 Analisis SWOT Produk Bedak Saripohatji dan Pesaing

Analisis SWOT merupakan evaluasi keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berguna untuk menyusun strategi dalam pengembangannya, berikut adalah analisa dari produk bedak Saripohatji :


(33)

33

1. Strength (kekuatan)

- Masyarakat sudah cukup mengenali produk ini dan asal

daerahnya, selain itu nama Saripohatji mengandung unsur kebudayaan daerah Jawa Barat.

- Istilah bedak dingin dan obat jerawat melekat pada benak

masyarakat yang mengetahui bedak Saripohatji.

- Saripohatji memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai bedak

wajah, bedak bayi, masker, dan obat untuk penyakit kulit.

- Saripohatji bersifat alami karena terbuat dari bahan-bahan yang

berasal dari berbagai macam tumbuhan.

- Memiliki beberapa konsumen yang setia walau kebanyakan

berusia senja.

2. Weakness (kelemahan)

- Saripohatji hanya mengandalkan penjualan dari konsumen

yang setia saja.

- Hanya sedikit generasi muda terutama remaja tidak pernah

mengenali produk ini.

- Saripohatji identik dengan produk orang tua sehingga

konsumen berusia muda masih enggan menggunakannya.

- Kemasan Saripohatji yang tidak pernah dirubah semenjak

pertama kali diproduksi, memperlihatkan tidak adanya inovasi dalam pengembangan kemasan produk.


(34)

34 - Produk Saripohatji sulit didapat di pasaran karena

pendistribusian barang yang sedikit dan terbatas daerah Jawa Barat saja.

- Tidak adanya usaha pengeksistensian produk kepada

masyarakat dalam bentuk kegiatan promosi atau iklan cetak maupun elektonik.

- Produk Saripohatji hanya diketahui dari keluarga (turun

temurun) atau teman saja. 3. Opportunity (peluang)

- Saripohatji dapat menggunakan atribut sebagai produk khas

Jawa Barat kepada konsumennya, mengingat pengetahuan mengenai produk pada responden cukup dikenali.

- Bahan pembuatan Saripohatji yang alami, dapat menjadi

peluang yang baik bagi pengenalan produk ini.

- Khasiat yang melimpah pada produk Saripohatji akan menarik

pembelian karena terdapat fungsi ganda yaitu produk kecantikan sekaligus obat kulit.

4. Threats (Ancaman)

- Terdapat produk-produk lain yang lebih menarik dari segi

kemasan maupun promosinya, sehingga menyebabkan tingkat loyalitas pada pengguna Saripohatji menurun.

- Budaya yang serba cepat mendorong masyarakat memilih


(35)

35

Pesaing dari bedak Saripohatji adalah produk kecantikan lain yang lebih modern, salah satunya ialah produk kosmetik dari Viva. Viva kosmetik berasal dari kota Surabaya yang berdiri sejak tahun 1961 yang di produksi oleh PT.VITAPHARM. Produk Viva dianggap sebagai salah satu pesaing dari Saripohatji karena harga dari produknya yang tergolong murah dan memiliki target pasar menengah ke bawah.

Gambar 2.17 Logo Viva Kosmetik Sumber : www.vivacosmetic.com

1. Strength (kekuatan)

- Produk Viva memiliki banyak variant produk kecantikan yang

lengkap selain produk bedak.

- Bedak viva banyak jenisnya dan memiliki tingkatan warna kulit. - Viva merupakan salah satu merek yang terkenal di kalangan

masyarakat menengah ke bawah dengan harga terjangakau.

- Produk Viva diakui dan mendapat penghargaan Top Brand Award 2010.


(36)

36 - Penyebarluasan produk sampai pada pelosok daerah dan

memiliki mitra yang luas dalam penyebaran produknya, sehingga produk Viva mudah di dapatkan.

- Kegiatan kampanye produk yang terus menerus dan dapat

ditemui dengan mudah dan Viva terkenal dengan kosmetik untuk kulit tropis.

2. Weakness (kelemahan)

- Lambannya inovasi Viva dibandingkan pesaing modern lainnya. - Kemasan produk viva sudah modern tapi desain dan bentuknya

terlihat kaku dan kurang menarik.

- Produk pembersih wajah Viva lebih terkenal daripada bedak

atau maskernya.

- Bedak Viva tidak memiliki banyak fungsi selain merias wajah.

3. Opportunity (peluang)

- Dengan beragam jenisnya viva dapat terus memperluas inovasi

produk yang lebih banyak.

- Viva dapat dengan mudah memperluas pasar dengan jalur

distribusi pada toko-toko yang semakin banyak. 4. Threat (Ancaman)

- Viva memiliki persaingan yang ketat dengan produk lain yang

lebih modern dan menarik.

- Beragam inovasi dari produk modern yang semakin


(37)

37 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL KEMASAN BARU PRODUK SARIPOHATJI

Saripohatji yang hanya memiliki satu jenis produk tentu kalah bersaing dibandingkan produk modern yang lebih beragam dan memiliki banyak jenis produk, dengan begitu produk modern dapat memperluas target market dari berbagai golongan dan mendominasi konsumen. Pada produk Saripohatji, selain berfungsi sebagai bedak terdapat juga fungsi-fungsi lain yang dapat dipisah menurut fungsi masing-masing dengan pendekatan kepada karakter target market yang baru, sehingga Saripohatji dapat memiliki varian produk dan menyeimbangkan dengan pesaing. Selain itu dengan memiliki beragam jenis produk, tentu saja akan menambah pilihan bagi konsumen agar dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhannya.

3.1 Strategi Komunikasi Pemasaran  Segmentasi Target Market

 Demografis : Kemasan baru Saripohatji ini akan ditujukan bagi remaja perempuan, berusia antara 15-25 tahun, berstatus sebagai pelajar SMA - Mahasiswa dengan tingkat ekonomi skala menengah ke bawah.

 Neo-Demografis : Remaja yang memiliki gaya hidup yang aktif berada di luar ruangan dan terbawa arus modernisasi.


(38)

38  Geografis : Daerah sisi kota dan perkotaan di daerah Jawa Barat, hal ini dikarenakan Saripohatji dahulu sangat terkenal di Jawa Barat, maka pada sasaran target audiens dapat diingatkan kembali akan produk Saripohatji dan mengenalkannya pada target market sebelum produk ini dipasarkan pada daerah lain.

 Psikografis

- Para remaja dengan segmentasi seperti ini biasanya

senang berkelompok dan bergabung dalam suatu komunitas baik dalam kehidupan nyata maupun pada dunia maya.

- Memiliki aktifitas rutin di luar ruangan (ekstrakulikuler,

kegiatan peduli lingkungan atau pecinta alam).

- Tanggap terhadap informasi dan hal baru (teknologi dan

isu lingkungan).

- Memiliki rasa penasaran dan rasa ingin mencoba yang

cukup tinggi.

- Mulai menyadari akan penampilan diri dan meniru tokoh

idola.

- Mulai memiliki keinginan untuk memilih dan memenuhi

kebutuhannya seperti masalah kosmetik atau perawatan diri.

- Menginginkan tampil berbeda dan memiliki identitas diri


(39)

39  Target Audien : Para orang tua (ibu)

Positioning

Saripohatji dengan umur produk yang sangat lama memiliki konsumen setia yang secara turun temurun mengenali dan menggunakan produk Saripohatji, karenanya produk Saripohatji

akan diposisikan sebagai “Produk terpercaya yang aman untuk perawatan kulit remaja secara natural”.

3.2 Strategi Pesan (Pendekatan Verbal)

Produk Saripohatji dikenal dengan bedak dingin oleh konsumen, hal ini dikarenakan Saripohatji memang memiliki efek dingin ketika digunakan pada wajah sehingga bersifat menyejukkan dan menyegarkan kembali wajah. Kelebihan produk di atas akan dikaitkan dengan isu perubahan lingkungan yang semakin ekstrim terutama pada musim panas yang dapat mempengaruhi perubahan terutama pada kulit wajah. Maka sifat pesan atau bahasa verbal yang akan digunakan bersifat membujuk / persuasif dengan suatu tingkat kepercayaan yang tinggi dan bersifat sedikit serius, karena produk kecantikan sangat memperhatikan detail dari penjelasan produk, dengan begitu target market akan berfikir logis dan percaya untuk menggunakan produk Saripohatji. Sedangkan gaya pesan akan dibuat apa adanya sesuai dengan yang diketahui oleh target audien yang sudah mengenali produk ini sedari dulu, dengan begitu target audien akan lebih mempercayakan produk Saripohatji kepada target market.


(40)

40 3.3 Strategi Visual (Pendekatan Visual)

Agar desain dapat sesuai dengan target market maka perlu di perhatikan elemen desain serta gaya apa saja yang sesuai dan menarik bagi para remaja, hal ini dapat di analisis dari beberapa produk lain yang diperuntukan bagi remaja, lalu memakai esensi-esensi dari elemen tersebut dalam pengaplikasian desain kemasan baru Saripohatji.

3.3.1 Bentuk

Beberapa produk remaja memliki bentuk yang sangat bervariasi, tetapi memiliki suatu persamaan pada sebagian produk yang khusus bagi remaja, kesan bentuk bulat cenderung oval banyak dipakai atau bentuk lain tetapi memiliki ujung bidang yang membulat, selain itu pada bagian tetentu bentuk melebar atau meninggi seakan-akan berkesan tumbuh. Hal ini sesuai dengan masa pertumbuhan yang dialami oleh remaja, meninggi atau melebar adalah suatu gerakan tumbuh.


(41)

41

Gambar 3.19 Contoh Produk Remaja Dari Puteri

3.3.2 Garis

Garis pada desain remaja sangat dinamis, terkesan aktif dan bergerak, gaya garis artistik dengan ujung tebal tipis memberikan suatu kesan yang lembut dan indah. Selain itu terdapat juga garis yang melengkung dan lurus pada beberapa desain remaja. Remaja merupakan salah satu fase dimana seseorang mulai banyak mempelajari sesuatu sehingga kegiatan yang aktif melekat pada keseharian remaja. Berikut terdapat referensi mengenai garis pada desain remaja perempuan.

Gambar 3.20 Contoh Desain Remaja Pada Web Banner Marina Sumber : www.sahabatmarina.com


(42)

42

Gambar 3.21 Contoh Desain Remaja Pada Web Banner Puteri Sumber : www.mustikaputeri.com

Gambar 3.22 Contoh Desain Remaja Pada Web Banner Belia Sumber : www.belia.com

3.3.3 Huruf

Gambar 3.23 Contoh Karakteristik Huruf Remaja

Huruf yang digunakan tentu saja mengikuti karakter dari bentuk dan garis, dimana ujung membulat atau penggunaan


(43)

43

garis tebal dan tipis akan memperkuat konsep desain pada huruf. Pada banyak logo produk untuk remaja banyak memakai huruf dengan karakteristik di atas, atau memiliki ekor pada ujung hurufnya.

3.3.4 Layout


(44)

44

Pada desain remaja layout banyak sekali menggunakan ilustrasi, bentuk penyederhanaan banyak terjadi dengan gaya pewarnaan gradasi pada background atau transparan, dan biasanya objek utama terlihat di tengah.

3.3.5 Warna

Memiliki struktur warna dominan pada tone yang rendah sehingga terkesan lembut, tetapi tetap memiliki suatu kontras warna yang cenderung mencolok. Jumlah warna yang dipakai pun tidak terlalu banyak, kadang terdiri dari tiga sampai empat warna yang kontras dengan background layout.

Dari beberapa studi pendekatan visual di atas dapat disimpulkan beberapa karakter yang akan digunakan pada desain kemasan baru produk Saripohatji yaitu :

1. Memiliki bentuk meninggi atau melebar yang terkesan tumbuh dan cenderung memiliki ujung membulat pada sisinya.

2. Garis yang artistik tebal tipis berkesan lembut dan aktif. 3. Tipografi memiliki bentuk yang cenderung tipis, memanjang,

dan memiliki ekor.

4. Menggunakan gaya gambar ilustratif.

5. Warna berada pada tone yang rendah dan memiliki warna kontras yang kuat.


(45)

45 3.4 Strategi Kreatif

Konsep verbal dan visual pada kemasan akan mengacu kepada pendekatan-pendekatan yang sebelumnya telah dijelaskan, namun akan disesuaikan dengan konsep produk Saripohatji yang natural. Pada jenis produk yang memiliki beberapa varian hanya akan dibedakan melalui warna sesuai dengan image dari jenis produknya, selain itu jenis kemasan akan mengacu kepada beberapa jenis kulit yang umum dimiliki oleh para remaja.

Kemasan akan disajikan dalam bentuk yang berbeda dari kemasan-kemasan produk sejenis yang sudah beredar, baik melalui bentuk ataupun visual yang biasanya menggunakan fotografi untuk image kemasan kosmetik. Gaya ilustratif akan membuat perbedaan yang menarik sesuai karakteristik target market. Pewarnaan dengan warna dominan tetapi memiliki warna kontras akan menjadi daya tarik pada produk untuk membuat suatu perbedaan yang signifikan diantara tampilan beberapa produk sejenis yang dipajang.

Tampilan teks pada kemasan menggunakan rata tengah agar penyampaian pesan lebih terfokus dan langsung menginformasikan pesan produk kepada target. Material kemasan pada produk menggunakan kertas, hal ini dikarenakan pembuatan kemasan akan menyesuaikan dengan kemampuan finansial pabrik Saripohatji yang diperkirakan, agar kemasan ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk direalisasikan secara objektif. Kemudian tekhnis bukaan dibuat agar kemasan tidak sobek, sehingga kemasan tersebut memiliki


(46)

46

kemungkinan untuk disimpan dan dapat menjadi media pengingat dikemudian hari.

3.5 Strategi Media

Media utama berupa kemasan baru produk Saripohatji akan diperluas berdasarkan jenis dan kegunaannya, maka Saripohatji akan memiliki banyak varian produk agar dapat bersaing dengan produk lain yang lebih banyak jenis dan lebih modern. Berikut adalah bagan dari hierarki produk Saripohaji yang dibuat.

Gambar 3.25 Bagan Hierarki Produk Saripohatji

Perluasan jenis produk pada masker dan jenis-jenisnya bukan tanpa alasan, hal ini menyesuaikan dengan karakteristik remaja sebagai target market baru. Target dengan usia remaja yang mulai

Produk Saripohatji

Bedak Saripohatji Masker Saripohatji

Masker tomat Masker kunyit Masker jeruk nipis


(47)

47

menyadari akan pentingnya merawat tubuh terutama pada bagian wajah dan mulai mencocokan produk dengan jenis kulitnya masing-masing. Maka target akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut sesuai dengan kemampuannya finansialnya juga. Dengan beredarnya fenomena salon-salon kecantikan yang tidak hanya memotong rambut tetapi sekaligus menawarkan perawatan wajah dan tubuh menjadi acuan produk masker cocok untuk dihadirkan, hal ini untuk memberikan solusi sebagai cara bagi para remaja untuk bisa merawat wajah mereka di rumah, karena biaya untuk perawatan pada salon kecantikan memiliki kisaran harga yang tidak sedikit dan kurang sesuai dengan kemampuan remaja terutama yang masih bersekolah.

Produk bedak Saripohatji tidak dibuat berbagai macam jenis seperti masker, karena pemakaian bedak hanya akan mendukung dari perawatan oleh masker pada remaja bersekolah. Bedak lebih sering digunakan dibandingkan masker, pemakaian yang intensif ini mendorong seseorang pengguna bedak selalu membawa bedak tersebut kemanapun ia pergi. Kondisi remaja yang masih bersekolah tidak jarang melarang para siswanya untuk membawa alat kecantikan, maka dari itu produk Saripohatji banyak diperluas pada jenis masker untuk kepentingan target yang pada sekolahnya melarang membawa alat kecantikan. Selain media utama, dibutuhkan berbagai macam media pendukung lainnya yaitu berupa media informasi dan media pengingat diantaranya :


(48)

48

Stiker

Stiker akan menjadi salah satu media informasi yang lebih meluas lagi karena akan ditempelkan pada pintu angkutan umum seperti angkutan kota atau bus. Dengan begitu informasi memungkinkan untuk dibaca oleh target market dan target audiens karena penempatan stiker pada media yang berpindah-pindah.

Flyer

Merupakan media yang berisi tentang informasi singkat tentang perubahan kemasan baru Saripohatji yang akan dibagikan kepada target audiens dan target market, Flyer dipilih karena dapat dibawa oleh target dan kemungkinan akan dibaca oleh target lain. Flyer ini akan memberikan informasi tentang kemasan baru produk Masker Saripohatji isi tiga dan kemasan baru produk Bedak.

Hanging Mobile

Berfungsi sebagai salah satu daya tarik pada penempatan produk Saripohatji di mini market atau swalayan yang bekerjasama dengan Saripohatji sebagai jalur distribusi barang.

Mini Display

Merupakan salah satu pembeda dari produk-produk lain yang dapat menarik perhatian pada penempatan di swalayan. Produk akan dipajang khusus dengan mini display ini sehingga terkesan berbeda dan ekslusif.


(49)

49  Marchendise (buku note dan gantungan pin cermin)

Berupa pin dan buku note, media ini menyesuaikan dengan aktifitas dari target. Note merupakan suatu media yang umum dimiliki sebagai marchendise, pemilihan note dikarenakan target merupakan pelajar yang masih lekat dengan tulis menulis dalam catatan. Sedangkan gantungan pin cermin adalah marchendise yang bisa ditampilkan sebagai penghias pada barang-barang lainnya sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat setiap kali, dan dengan tambahan cermin yang memiliki fungsi lain untuk menjaga penampilan target.

 Paket alat masker

Merupakan suatu media yang baik untuk dapat selalu mengingatkan target dengan produk Saripohatji, paket alat perawatan ini dapat dijadikan suatu promosi produk, dengan pembelian jumlah produk tertentu maka akan mendapatkan paket tersebut.

3.6 Strategi Distribusi

Pendistribusian media sangat penting untuk menunjang keberhasilan suatu penjualan produk, karena pemilihan strategi yang benar akan memudahkan para target untuk mendapatkan produk tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang akan digunakan Saripohatji dalam penyebaran distribusi media :


(50)

50 BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt

1 Stiker

2 Hanging

mobile

3 Mini display

4 Kmasan isi 1

5 Flyer

6 Kmasan isi 3

7 Bedak

8 Buku note

9 Gantungan Pin Cermin

10 Paket alat masker

Gambar 3.26 Tabel tahapan media

 Pada bulan pertama stiker akan ditempel pada kendaraan umum seperti pada pintu bis dan angkutan kota selama tiga bulan.

Hanging mobile dan mini display merupakan media yang akan digunakan sebagai daya tarik pada display produk di toko, hal ini agar produk menjadi perhatian diantara pajangan produk lainnya.

 Peluncuran media utama yaitu kemasan dibagi dalam beberapa tahap, kemasan isi satu diluncurkan pada bulan Februari. Pada


(51)

51

bulan ini cuaca kemungkinan sudah mendekati iklim musim panas dan Saripohatji sebagai perawatan wajah yang bersifat menyejukkan akan mendapat kesempatan yang baik untuk lebih mudah memberikan persuasi pada target market.

Flyer sebagai media informasi akan dikeluarkan selama 1 bulan penuh pada April yang berisi informasi mengenai peluncuran kemasan 3 kali dan bedak padat Saripohatji.

 Kemudian pada bulan April Kemasan masker isi tiga dan produk bedak padat Saripohatji dipasarkan.

 Pembelian dalam jumlah yang ditentukan akan mendapatkan marchendise notes dan pin yang dibagikan selama satu bulan terhitung kemasan 3 kali dan bedak padat diluncurkan.

 Tahap terakhir paket alat masker akan dihadiahkan dengan jumlah pembelian yang juga ditentukanyanga akn dibagikan pada bulan Agustus.

3.6.1 Pertimbangan Dasar distribusi

Penyebaran produk secara umum akan dilakukan ke pada minimarket dan swalayan di Jawa Barat. Minimarket pada perkembangannya sangat pesat hingga dapat mencapai pelosok, sehingga penyebaran produk akan merata dan mudah ditemui. Selain itu dengan menjadi sponsor sebuah event lingkungan, mengadakan acara perlombaan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan kegiatan di luar ruangan, atau dapat


(52)

52

menjadi sponsor dari kampanye sosial tentang produk kecantikan alami akan membuat produk dari Saripohatji semakin dihargai dan dapat menjadi suatu ikon mengenai produk remaja yang natural dan aman.

3.7 Konsep Visual Kemasan Produk Saripohatji 3.7.1 Bentuk Kemasan

Gambar 3.27 Studi Bentuk Kemasan

Berdasarkan beberapa strategi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka konsep visual dari kemasan produk Saripohatji akan memadukan karakteristik desain remaja dengan konsep natural dan segar dari kelebihan produk Saripohatji. Bentuk dari kemasan memiliki dasar segitiga yang merupakan karakter dari sifat tumbuh pada tumbuhan, dimana


(53)

53

pada setiap ujung daun yang tumbuh terdapat bentuk mengerucut dan semakin sempit. Tetapi bentuk tidak dibuat sangat tajam melainkan dengan bentuk membulat dan memiliki suatu kesan melebar atau tumbuh pada bagian atas kemasan.

Karakteristik remaja yang masih berada pada tahap pertumbuhan juga menjadi dasar dari dipilihnya bentuk tersebut, selain itu bentuk kemasan menjadi terlihat mirip dengan ikon wanita yang sudah biasa ditemukan pada masyarakat.

3.7.2 Ilustrasi Kemasan

Objek visual yang dipakai berhubungan dengan alam, banyak memakai unsur bentuk daun dan akar merambat pada tumbuhan, hal ini dikarenakan Saripohatji merupakan ramuan alami yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dimana daun, akar, buah serta bagian lain dari tumbuhan banyak yang dimanfaatkan. Bentuk ini kemudian digambar dengan memakai garis dengan karakteristik remaja yang tebal tipis berdasarkan beberapa referensi, serta menggunakan objek ilustrasi pada bagian tertentu seperti pada varian masker yang memakai karakteristik ilustratif. Ilustrasi kemasan juga memakai salah satu objek yang ada pada kemasan Saripohatji yang sebelumya agar tetap memiliki ciri khas yang sama.


(54)

54

Gambar 3.28 Studi ilustrasi Kemasan

3.7.3 Warna Kemasan

Penggunaan warna pada visual didominasi oleh warna hijau sebagai representasi dari warna tumbuhan. Hijau memberikan suatu kesan yang berasal dari alam dan memiliki dampak psikografis segar, muda dan organik. Sedang


(55)

55

beberapa warna tambahan seperti merah, kuning kecoklatan dan hijau kekuningan merupakan representasi dari warna tomat, kunyit dan jeruk nipis yang menjadi salah satu bahan dasar dari ramuan Saripohatji. Warna putih merupakan representasi dari bentuk isian produk yang berwarna putih dan khasiat produk yang berfungsi untuk memberikan kulit cerah pada wajah. Warna yang digunakan untuk kebutuhan cetak memakai warna CMYK (cyan, magenta, yellow,black).

Gambar 3.29 Warna Pada Kemasan

3.7.4 Tipografi Kemasan

Terdapat dua karakter huruf yang berbeda pada kemasan hal ini dikarenakan fungsi baca dan maksud yang berbeda pula. Pada kemasan, huruf yang digunakan juga sebagai logo dan judul memiliki karakter garis remaja dengan


(56)

56

tebal tipis dan meliuk-liuk atau memiliki ekor yang diadaptasi dari karakter tumbuhan merambat, maka hasilnya ialah:

Gambar 3.30 Logo produk Saripohatji

Penggunaan huruf lain untuk mendukung informasi kemasan, pada nama produk ditulis dengan huruf

“BAHIASCRIPT” yang berkarakter lembut dan memiliki garis tebal tipis pada bagian hurufnya.

BAHIA SCRIPT

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

Untuk penyampaian informasi yang bersifat keterangan dipilih huruf yang tidak memiliki banyak garis artistik karena


(57)

57

sifat pesan yang serius dan penuh dengan kepercayaan. Garis pada huruf ini bersifat tegas memiliki kaki dan tidak berkait.

HENRY FONT

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

3.7.5 Tagline

Pada media desain pendukung lainnya terdapat tagline yaitu “Alami sejak remaja” yang berarti ambigu. Pada target

audiens alami berarti “pernah melalui” dimana para orang tua

yang sudah mengetahui Saripohatji pernah memakai atau mengetahui tentang produk ini, sedangkan untuk target market alami berarti sebenarnya yaitu berasal dari alam dan tidak berbahaya.

“Alami Sejak Remaja”

3.7.6 Format Kemasan

Ukuran kemasan mengacu kepada beberapa referensi contoh kemasan lain, keseluruhan kemasan dibuat berdasarkan perbandingan lebar, tinggi dan berat bersih dari keseluruhan ukuran produk. Perkiraan pengukuran serta pola


(58)

58

kemasan seluruhnya dibuat dalam ukuran kertas A4 (21cm x 29,7cm). Ukuran font yang digunakan untuk informasi ialah 7pt sedangkan ukuran 30,29pt digunakan untuk judul kemasan agar komposisinya lebih besar dan dominan. Teks dan image dibuat rata tengah agar bacaan lebih terfokus dan mengikuti bentuk keseluruhan kemasan. Berikut adalah layout dan pola masing-masing kemasan:


(59)

59

Gambar 3.32 Pola Kemasan Isi Tiga (60 gr)


(60)

60 3.7.7 Layout Keseluruhan Kemasan

Format desain keseluruhan proses tersebut dimulai dari proses analisis dan perencanaan perancangan visual, lalu melalui tahap sketsa sampai pada digitalisasi yang dikerjakan oleh program computer, maka didapatkan layout desain akhir dari keseluruhan produk dan varian baru dari Saripohatji sebagai berikut :

Gambar 3.34 Visual Depan Kemasan Masker Isi Satu


(61)

61

Gambar 3.36 Visual Kemasan Bagian Dalam Masker Isi Satu


(62)

62

Gambar 3.38 Visual Kemasan Bagian Dalam Masker Isi Tiga


(63)

63 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Proses Perancangan Kemasan Baru Produk Saripohatji

Proses pembuatan kemasan baru Produk Saripohatji diawali dengan tahap pra produksi, pertama data produk dianalisis terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan perancangan berdasarkan konsep yang ditentukan. Dilanjutkan dengan menganalisis karakter visual yang cocok dengan target dan mencoba mengaplikasikannya melalui sketsa kasar terlebih dahulu. Barulah kemudian mengalami proses digitalisasi pada komputer dengan memindahkan sketsa gambar terlebih dahulu melalui alat scan.

Pada proses digitalisasi digunakan program desain di Komputer, dimulai dari pengerjaan logo produk dan beberapa alternatifnya sampai keseluruhan pengerjaan visual kemasan. Digitalisasi kemasan mengalami banyak perubahan ketika ada pada proses komputerisasi, objek pada gambar sketsa di olah dan disesuaikan dengan layout dari kemasan. Maka antara hasil sketsa dan digital tidak begitu mirip karena adanya proses pengolahan gambar tersebut. Tetapi hal ini tidak keluar dari konsep visual yang sebelumnya ditentukan, sehingga tetap berada dalam lingkup yang berkesinambungan.


(64)

64

Kemudian dari beberapa tampilan visual yang dibuat, dipilihlah salah satu yang paling sesuai dan tepat. Dari visual utama tersebut maka diaplikasikanlah kepada beberapa media pendukung, hal ini berguna untuk memperkuat penyampaian pesan kepada target. Media-media tersebut kembali dikerjakan pada program di computer untuk dicetak dalam bentuk dummy yang berguna untuk meminimalisir kesalahan pada pencetakan yang sebenarnya. Setelah dummy tersebut selesai dibuat dan mendapat perbaikan, maka keseluruhan media utama dan pendukung siap dicetak dan diaplikasikan langsung.

4.2 Media dan Teknis Produksi

Keseluruhan media yang diproduksi merupakan media lini bawah yaitu media utama dan media pendukung. Pembuatan media-media tersebut dipertimbangkan berdasarkan kemampuan finansial perusahaan Saripohatji yang telah diperkirakan berdasarkan data hasil penjualan yang diperoleh. Selain berdasarkan data penjualan, pemilihan media juga disesuaikan dengan target market yang baru, sehingga lebih mudah menarik perhatian dan menyisipkan pesan ke dalam pemikiran target.

4.2.1 Kemasan Produk Saripohatji

Pembuatan kemasan baru produk Saripohatji merupakan media utama yang menjadi solusi bagi permasalahan Saripohatji. Kemasan menjadi salah satu faktor


(65)

65

penjualan yang sangat penting, dan setiap kemasan mencirikan target pengguna dari produk tersebut. Kemasan baru Saripohatji dibuat dalam beberapa jenis produk untuk mengimbangi pesaing yang cenderung memiliki lebih dari satu jenis produk. Hal ini juga didasari oleh karekteristik target market yang baru, dimana target cenderung ingin memilih suatu produk yang sesuai dengan dirinya. Pengotakan jenis produk menjadi beberapa jenis yang sesuai kondisi kulit target dianggap menjadi solusi dari pengembangan produk Saripohatji.

Maka Saripohatji dibuat dalam 2 kategori produk yaitu Bedak Saripohatji dan Masker Saripohatji, Masker Saripohatji memiliki jenis lain yang lebih spesifik yaitu :

1. Masker ekstrak kunyit untuk kulit normal 2. Masker ekstrak tomat untuk kulit kering, dan 3. Masker ekstrak jeruk nipis untuk kulit berminyak

Produk masker ini dikemas kedalam kemasan 20 gr untuk satu kali pakai dan 60 gr untuk tiga kali pakai. Jenis produk masker di perbanyak karena Saripohatji akan lebih menekankan produknya sebagai solusi perawatan alami kulit remaja yang bisa dilakukan di rumah.

Pengerjaan perancangan kemasan produk Saripohatji masih mengadaptasi dari kemasannya terlebih dahulu, dimana kemasan dibuat menjadi dua bagian yaitu kemsan luar dan


(66)

66

dalam, tetapi pada perancangan kemasan baru, hal ini dimaksudkan agar kemasan luar Saripohatji memiliki kemungkinan untuk disimpan yang pada akhirnya berguna menjadi salah satu media pengingat produk yang mempengaruhi pembelian selanjutnya. Maka daripada itu kemasan Saripohatji tidak memiliki logo membuang sampah pada tempatnya. Berikut adalah teknis pembuatan kemasan baru produk Saripohatji :

Media : Kemasan luar masker Saripohatji 20 gr.

Ukuran : 6 cm x 12,5 cm.

Material : Art papper 260 gr, laminasi glossy panas. Teknis Produksi : Cetak Offset.

Teknis bukaan : Pada bagian belakang kemasan terdapat lidah pengunci yang di selipkan.


(67)

67

Gambar 4.41 Kemasan Masker Saripohatji Ekstrak Buah Tomat dan Kunyit 20 gr

Media : Kemasan dalam masker Saripohatji 20 gr.

Ukuran : 9 cm x 3 cm.

Material : Art Papper 150 gr Teknis Produksi : Cetak Offset.

Teknis bukaan : Membuka lipatan belakang kemasan


(68)

68

Media : Kemasan luar masker Saripohatji 60 gr. Ukuran : 6,5 cm x 2 cm x 11,8cm.

Material : Art papper 260 gr, laminasi glossy panas, Kertas mika bening.

Teknis Produksi : Cetak Offset.

Teknis bukaan : Membuka lidah penutup dua kunci di sisi belakang bagian atas kemasan.

Gambar 4.43 Kemasan Masker Saripohatji Ekstrak Jeruk Nipis 60 gr

Gambar 4.44 Kemasan Masker Saripohatji Ekstrak Buah Tomat dan Kunyit 60 gr


(69)

69

Media : Kemasan dalam masker Saripohatji 60 gr.

Ukuran : 8 cm x 5 cm.

Material : Art papper 150 gr. Teknis Produksi : Cetak Offset.

Teknis bukaan : Dengan menyobek sisi bagian kiri kemasan yang disediakan.

Gambar 4.45 Kemasan Dalam Masker Saripohatji 60 gr

Media : Kemasan bedak padat Saripohatji Ukuran : 7,4 cm x 1,5 cm x 12 cm

Material : Art papper 260 gr, laminasi dove panas, Kertas mika bening.

Teknis Produksi : Cetak Offset.

Teknis bukaan : Membuka lidah penutup pada sisi kanan kemasan yang telah disediakan.


(70)

70

Gambar 4.46 Kemasan Bedak Padat Saripohatji

Isi kemasan bedak padat Saripohatji memiliki konsep lain dari bedak remaja pada umumnya, bedak padat Saripohatji memiliki dua cermin pada sisi atas selain yang berada di dalam kemasan agar dapat dipakai sebagai cermin biasa tanpa membuka bedak. Selain itu penambahan dua stiker dan hiasan untuk coverstyle pada isi kemasan bedak padat diberikan agar target dapat berkreasi dengan alat kosmetiknya, seperti halnya handphone yang sering diganti cover atau dihias sesuai keinginan, hal di atas berguna untuk mengurangi kebosanan target karena kemasan bedak padat tersebut dibuat agar dapat di refill jika bedak telah habis.


(71)

71

Media : Isi kemasan bedak padat Saripohatji. Ukuran : d =7,3 cm, tinggi = 1 cm.

Material : Plastik dan cermin.

Teknis Produksi : Percetakan kemasan plastik.

Teknis bukaan : Membuka kemasan pada sisi depan.

Gambar 4.47 Isi Kemasan Bedak Padat Saripohatji

Media : Hiasan stiker bedak

Ukuran : d = 7 cm.

Material : Kertas stiker. Teknis Produksi : Cetak Offset.


(72)

72

Gambar 4.48 Stiker Cover Hiasan Bedak Padat Saripohatji

4.2.2 Stiker

Stiker menjadi salah satu media yang penting dalam penyebaran informasi, karena media ini akan ditempelkan pada pintu angkutan kota maupun angkutan lain yang sifatnya umum. Media ini dipilih karena angkutan umum merupakan transportasi yang lebih sering dipakai oleh target market maupun target audien, karenanya penyampaian informasi akan lebih mudah dan dapat ditemui setiap hari. Media stiker ini termasuk ke dalam media informasi lini bawah.

Media : Stiker

Ukuran : (A5) 21 cm x 14,8 cm Material : Kertas stiker


(73)

73

Gambar 4.49 Stiker

Gambar 4.50 Penempatan Stiker

4.2.3 Flyer

Media flyer merupakan media informasi yang memberikan isi pesan mengenai peluncuran produk bedak padat dan masker 60 gr (isi 3). Media ini digunakan sebagai tindak lanjut dari media informasi yang sebelumnya telah digunakan yaitu stiker, sehingga media informasi di bagikan


(74)

74

secara bertahap dengan informasi yang berbeda. Flyer merupakan media yang dibagikan secara langsung kepada target, media tersebut dianggap tepat, karena flyer dapat dibawa oleh target dan dibaca oleh orang lain yang bisa saja menjadi target lainnya. Hal ini menjadikan penyebaran informasi semakin luas. Desain dari flyer masi memberikan informasi kemasan baru mengenai produk Saripohatji, agar mengingatkan kembali produk Saripohatji telah berubah kemasan dan memiliki pengembangan pada jenis produknya. Flyer dibagiakan pada lokasi sekolah atau kampus langsung kepada target dan di pasar kepada terget audiens.

Media : Flyer

Ukuran : (A5) 21 cm x 14,8 cm Material : Art papper 150 gr Teknis Produksi : Cetak Offset.


(75)

75 4.2.4 Mini display

Mini display dibutuhkan agar menjadi salah satu perhatian pada saat kemasan dipajang. Media ini termasuk salah satu media pendukung kemasan sewaktu mulai dipasarkan di tempat seperti toko, swalayan atau mini market. Mini Display diperuntukan bagi kemsan masker isi 20 gr, karena bentuknya yang berbeda dari produk masker pada umumnya, maka diperlukan penempatan khusus produk. Mini display ini termasuk ke dalam salah satu media informasi dan berada pada lini bawah.

Media : Mini display produk Saripohatji Ukuran : 21 cm x 18,6 cm x 3 cm. Material : Fiber dan Cutting stiker Teknis Produksi : Percetakan


(76)

76 4.2.5 Hanging Mobile

Merupakan media penunjang lain yang akan dipakai ketika produk sudah berada pada rak dari toko, mini market atau swalayan. Fungsinya sama seperti mini display yaitu menjadi perhatian diantara produk-produk lain yang diletakan satu rak, sehingga terlihat berbeda. Hanging mobile termasuk ke dalam media informasi yang berada pada lini bawah.

Media : Hanging mobile produk Saripohatji Ukuran : .25,5 cm x 11 cm

Material : Art papper 150 gr Teknis Produksi : Digital printing

Gambar 4.53 Hanging Mobile

4.2.6 Buku Note

Media buku note dipakai sebagai media pengingat dan termasuk marchendise. Note dibagikan kepada target dengan pembelian produk minimal tiga buah masker kemasan 20 gr.


(77)

77

Media note dipilih karena menyesuaikan dengan target market yang masih lekat dengan tulis menulis, selain itu note juga dapat dijadikan sebagai buku catatan mini yang praktis untuk dibawa.

Media : Buku Note

Ukuran : 12,5 cm x 8,5 cm

Material : Art papper 260 gr (cover) laminasi dove. Hvs 70 gr (isi note 30 lembar)

Teknis Produksi : Digital printing dan jilid ring

Gambar 4.54 Buku Note

4.2.7 Gantungan Pin Cermin

Media gantungan pin cermin merupakan salah satu marchendise yang mengikuti karakteristik target market, dimana target pada usia remaja mulai menyadari penampilan diri mereka. Berdasarkan pendekatan tersebut maka media pin


(78)

78

cermin dapat menjadi media pengingat yang fungsional, bukan hanya sebagai hiasan saja. Gantungan pin cermin dibuat dalam tiga desain yang dibagikan selama tiga bulan sebagai marchendise dari pembelian dua buah produk masker 60 gr.

Media : Gantungan pin cermin

Ukuran : d = 5,8 cm

Material : Inkjet papper laminasi glossy. Teknis Produksi : Digital printing

Gambar 4.55 Gantungan Pin Cermin

4.2.8 Paket Alat Masker

Media pendukung yang terakhir adalah paket alat masker yang terdiri dari handuk tangan, bando, kuas masker, cermin mini dan mangkuk masker yang dikemas dalam satu box hadiah. Setiap pembelian keseluruhan produk Saripohatji maka akan mendapatkan paket peralatan masker tersebut. Media ini merupakan media yang baik untuk mengingatkan


(79)

79

target kepada produk Saripohatji. Keseluruhan media ini juga untuk mendukung produk masker Saripohatji agar dapat mudah digunakan dengan alat yang baik

Media : Handuk tangan.

Ukuran : 13 cm x 16,5 cm. Material : Kain handuk. Teknis Produksi : Bordir logo.

Gambar 4.56 Handuk Tangan

Media : Bando.

Ukuran : 57 cm x 8,5 cm.

Material : Kain handuk. Teknis Produksi : Bordir logo.


(80)

80

Gambar 4.57 Bando

Media : Kuas masker .

Ukuran : p = 12,5 cm.

Material : Plastik.

Teknis Produksi : Cutting stiker.


(81)

81

Media : Mangkuk masker.

Ukuran : d = 8,5 cm.

Material : Plastik.

Teknis Produksi : Cutting stiker.

Gambar 4.59 Mangkuk Masker

Media : Cermin mini.

Ukuran : p = 12 cm, d = 7 cm. Material : Plastik dan cermin. Teknis Produksi : Cutting stiker.


(82)

82

Media : Box peralatan paket masker Ukuran : 17 cm x 6 cm x 17 cm

Material : Kertas Duplek , Art papper 150 gr, dan Pita putih

Teknis Produksi : Percetakan


(83)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KEMBALI DESAIN KEMASAN

PRODUK SARIPOHATJI UNTUK MENAIKAN CITRA

MEREK

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Agnesya Erviana

Nim :

51907224 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(84)

83

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. (1997). Manajemen Ekuitas Merek :Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek. (Diterjemahkan oleh : Aris Ananda). Jakarta: Penerbit Spektrum Mitra Utama.

Ainin, Aulia. (2009). All About “bedak”. Tersedia di www.//www.tabloidnova.com/Forum Tabloid Nova Online/all about

“bedak”.html. (17 Desember 2010).

Budiyanti, Rina; Handayani, Arini. (2009). Parameter Evaluasi Kemasan Pangan Untuk Silent Marketing. Bogor : Universitas Pertanian Bogor

Erviana, Agnesya. (2011). Laporan Kolokium Produk Bedak Saripohatji. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Fajrianti; Farah, Zattul. (2005). Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen. Jurnal INSAN, No. 3. Vol. 7, 285.

Farida, Ida; Amaliya. (2010, 27 Juli). Saripohatji yang Terlupakan, Pikiran Rakyat, hlm. 25.


(85)

84

Klimchuck, Mariane Rosner; Krasovec, Sandra. A. (2006). Desain Kemasan. Jakarta : Erlangga.

Novita, Windya. (2009). Buku Pintar Merawat Kecantikan di Rumah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedi Sunda. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.

S. A. Surachman. (2008). Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang : Bayumedia Publishing.

Sihombing, Danton. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wirya, Iwan. (1999). Kemasan Yang Menjual, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(1)

83

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. (1997). Manajemen Ekuitas Merek :Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek. (Diterjemahkan oleh : Aris Ananda). Jakarta: Penerbit Spektrum Mitra Utama.

Ainin, Aulia. (2009). All About “bedak”. Tersedia di www.//www.tabloidnova.com/Forum Tabloid Nova Online/all about “bedak”.html. (17 Desember 2010).

Budiyanti, Rina; Handayani, Arini. (2009). Parameter Evaluasi Kemasan Pangan Untuk Silent Marketing. Bogor : Universitas Pertanian Bogor

Erviana, Agnesya. (2011). Laporan Kolokium Produk Bedak Saripohatji. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Fajrianti; Farah, Zattul. (2005). Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen. Jurnal INSAN, No. 3. Vol. 7, 285.

Farida, Ida; Amaliya. (2010, 27 Juli). Saripohatji yang Terlupakan, Pikiran Rakyat, hlm. 25.


(2)

84 Klimchuck, Mariane Rosner; Krasovec, Sandra. A. (2006). Desain Kemasan. Jakarta : Erlangga.

Novita, Windya. (2009). Buku Pintar Merawat Kecantikan di Rumah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedi Sunda. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.

S. A. Surachman. (2008). Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang : Bayumedia Publishing.

Sihombing, Danton. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wirya, Iwan. (1999). Kemasan Yang Menjual, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(3)

i KATA PENGANTAR

Atas berkat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, penulis memanjatkan segala puji serta rasa syukur karena telah menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir yang berjudul PERANCANGAN KEMBALI DESAIN KEMASAN PRODUK SARIPOHATJI UNTUK MENAIKAN CITRA MEREK. Laporan ini dususun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tugas Akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.

Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, karenanya penulis berharap laporan penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca. Apabila terdapat kritik serta saran yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka sebagai bahan perbaikan dan penambahan wawasan penulis dan pembaca untuk masa yang akan datang.

Pada Kesempatan ini juga dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Egi Anwari, S.Sn selaku dosen pembimbing yang begitu banyak membantu kelancaran dari keseluruhan pengerjaan Tugas Akhir ini. 2. Segenap dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual UNIKOM yang telah

memberikan referensi, masukan dan saran bagi penulis.

3. Ayah yang selama ini banyak berkorban sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh tugas dari mata kuliah Tugas Akhir ini dengan baik.


(4)

ii 5. Devy yang terkasih dan keluarganya, terimakasih atas seluruh dukungan

dan perhatian yang selama ini dirasakan penulis.

6. Eva Kusmarlina, Adi dan Trans yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas dari mata kuliah Tugas Akhir ini.

7. Yustia, Vera, Santi, Wini dan semua teman-teman kelas DKV-5, terimakasih atas semua dorongan dan bantuan yang kalian berikan selama pengerjaan tugas.

8. Asep Hidayat selaku pemilik dari Pabrik Bedak Saripohatji yang telah memberikan banyak informasi penting dalam pengerjaan tugas.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membatu kelancaran dari seluruh pengerjaan tugas dari mata kuliah Tugas Akhir ini.

10. Seluruh responden yang telah membantu mengisi kuesioner, terima kasih atas kesediaannya membantu mengisi kuesioner.

Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih dan karuniaNya kepada semua pihak atas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Semoga laporan pengantar proyek tugas akhir ini dapat berguna dan memberi nilai tambah serta wacana baru bagi semua pihak yang membacanya.

Bandung, Juli 2011


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Agnesya Erviana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 12 Desember 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Cisangkan Girang No 99 Rt 04 Rw 02 Cimahi 40526 Telepon : 022 – 6657136 Hp. 085795103912

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1995 – 2000 SD Negeri Panglayungan Tasikmalaya 2000 – 2003 SLTP Negeri 2 Cimahi

2003 – 2006 SMA Negeri 2 Cimahi


(6)

PENDIDIKAN NON FORMAL

Peserta Seminar “Bengkel Komik” di UNIKOM, Bandung (2007)

Peserta Seminar “Cetak Offset Vs Cetak Digital” di UNIKOM, Bandung (2008) Kerja Praktek di Televisi Republik Indonesia (TVRI), Bandung (2009)

Peserta Kuliah Umum Ilustrasi “Don’t Judge Book By Its Cover” di UNIKOM, Bandung (2011)

Peserta Pemecahan Rekor Muri Melukis Tas “1001 Senyum Indonesia” di UNIKOM, Bandung (2011)