Maka dari itu telah cukup alasan untuk menghadapkan Terdakwa ke persidangan. Tuntutan Hukum requisitoir Oditur Militer yang diajukan
kepada Majelis Hakim yang pada pokoknya Oditur Militer berpendapat Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana. Perbuatan yang dilakukan Terdakwa oleh Oditur Militer telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang dirumuskan dan diancam dengan
pidana yang tercantum dalam Pasal 87 ayat 1 ke-2 Jo ayat 2 KUHPM,oleh karena itu Oditur Militer mohon agar Terdakwa dijatuhi :
a. Pidana Pokok : Penjara selama 1 satu tahun
b. Pidana Tambahan : Dipecat dari dinas MiliterTNI AD
Menetapkan barang-barang bukti berupa : 3 tiga lembar daftar absensi dari Pekas Gabrah 40 NA. 2.07.02 Kudam VBrw atas nama Terdakwa Praka
Tri Susilo NRP 31980184381275 yang tetap dilekatkan dalam berkas perkara dan membebankan biaya kepada Terdakwa sebesar Rp. 5000,- lima ribu
rupiah.
2.1.3 Pledoi
Terdakwa dalam perkara Nomor: PUT29-KPM.III-12ADII2009, tidak mengajukan pledoi atas tuntutan yang didakwakan oleh Oditur
Militer. Tetapi, pelaku hanya memohon kepada Majelis Hakim supaya dijatuhi pidana yang seringan-ringannya, karena ia sangat menyesal akan
kesalahannya dan berjanji tidak akan berbuat lagi.
2.1.4 Putusan
Majelis Hakim dalam perkara Nomor: PUT29-KPM.III- 12ADII2009 menyatakan bahwa Terdakwa Praka Tri Susilo telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Desersi dimasa damai”. Memidana Terdakwa dengan pidana penjara
selama 10 sepuluh bulan.
2.1.5 Pertimbangan
Sebelum sampai pada pertimbangan terakhir dalam mengadili perkara Nomor: PUT29-KPM.III-12ADII2009, Majelis memper
timbangkan hal-hal yang ditimbulkan dari perbuatan Terdakwa, dengan pertimbangan hal-hal yang meringankan yaitu pelaku berterus terang, dan
hal-hal yang memberatkan adalah kembalinya pelaku karena ditangkap dan selama pelaku meninggalkan kesatuan melakukan tindak pidana lain.
Dalam perkara ini Majelis hakim hanya menjatuhkan pidana penjara selama 10 sepuluh bulan tanpa pidana tambahan pemecatan dengan
pertimbangan bahwa pelaku baru satu kali melakukan tindak pidana.
2.2 Analisis Bentuk Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Desersi Dalam Perkara Putusan Pengadilan Militer III-12 Surabaya Nomor : PUT29-
KPM.III-12ADII2009.
Bahwa pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku, pemidanaan dalam tindak pidana desersi bertujuan untuk perubahan perilaku
terpidana dikemudian hari, dimana pencegahan dan sekaligus rehabilitasi sebagai sasaran yang harus dicapai oleh suatu rencana pemidanaan. Karena
tujuan pemidanaan bagi anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi lebih merupakan suatu bukan tindakan penjeraan atau pembalasan selama
terpidana militer tersebut akan kembali aktif, sanksi ditekankan pada tujuannya, yakni untuk mencegah agar militer tersebut tidak melakukan
kejahatan kembali. Sistem pemidanaan bagi seorang militer yang melakukan suatu tindak pidana militer diatur dalam suatu ketentuan sistem pemidanaan
khusus yang diatur didalam KUHPM. Mengenai pertanggungjawaban pidana maka kita akan selalu
mengaitkannya dengan adanya kesalahan yang melanggar larangan pidana dan kemampuan bertanggungjawab. Setiap militer yang melakukan tindak pidana
desersi dianggap mampu bertanggungjawab apabila telah terbukti melakukan tindak pidana tersebut. Pelaku tindak pidana desersi dapat dipidana jika
perbuatannya itu telah memenuhi unsur-unsur. Dalam perkara Nomor: PUT29- KPM.III-12ADII2009, Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana desersi sebagaimana diatur dan diancam dengan Pidana menurut Pasal 87 ayat 1 ke-2 Jo ayat 2 KUHPM yaitu militer dengan
sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa ijin dalam waktu damai lebih lama dari 30 tiga puluh hari.
a. Unsur-unsur Tindak Pidana Desersi
Unsur ke-1 : ”Militer” Dalam Perkara ini Terdakwa memang seorang militer,
Berdasarkan Keppera dari Pangdam VBrw selaku Papera, Nomor Kep79V2008 tanggal 16 Mei 2008,
Terdakwa adalah Prajurit TNI AD masih berdinas aktif di
Pekas Gabrah 40 NA. 2.07.02 Kudam VBrw dengan pangkat Praka NRP 31980184381275.
Unsur ke-2 : ”Dengan sengaja melakukan ketidakhadiran tanpa ijin” Bahwa benar sesuai dengan keterangan para Saksi
dibawah sumpah didalam persidangan bahwa kepergian Terdakwa dari kesatuannya masih berdinas aktif di Pekas
Gabrah 40 NA. 2.07.02 Kudam VBrw yaitu sejak tanggal 14 Januari 2008 sampai dengan 17 Oktober 2008
saat sidang adalah tanpa ijin dari atasannya, hal ini diperkuat pula adanya alat bukti lain berupa petunjuk
yaitu 3 tiga lembar daftar absensi dari Pekas Gabrah 40 NA. 2.07.02 Kudam VBrw atas nama Terdakwa.
Unsur ke-3 : “Dimasa Damai”
Sesuai keterangan para Saksi dibawah sumpah serta diiketahui umum bahwa selama Terdakwa meninggalkan
Kesatuan tanpa ijin, sejak tanggal 14 Januari 2008 sampai dengan 17 Oktober 2008 saat sidang keadaan Negara RI
tidak sedang dalam keadaan perang, berarti dalam keadaan damai. Demikian juga Kesatuan Terdakwa dan
Terdakwa tidak sedang dipersiapkan atau tidak sedang melaksanakan tugas Operasi Militer.
Unsur Ke-4 : “ Lebih lama dari tiga puluh hari”
Terdakwa telah meninggalkan Kesatuan tanpa ijin dari Atasannya yang berwenang sejak tanggal 14 Januari 2008
sampai dengan 17 Oktober 2008 saat sidang secara berturut-turut, tenggang waktu tanggal 14 Januari 2008
sampai dengan 17 Oktober 2008 saat sidang secara berturut-turut. Adalah lebih lama dari 30 tiga puluh
hari.
b. Bentuk Desersi