sampai dengan 17 Oktober 2008 saat sidang secara berturut-turut, tenggang waktu tanggal 14 Januari 2008
sampai dengan 17 Oktober 2008 saat sidang secara berturut-turut. Adalah lebih lama dari 30 tiga puluh
hari.
b. Bentuk Desersi
Bentuk desersi pelaku dalam perkara ini adalah bentuk desersi murni karena tujuan dan desersi karena waktu. Maksud dari desersi karena tujuan
adalah pelaku pergi dengan maksud menarik diri untuk selama-lamanya dari kewajiban dinas, yang kenyataanya pelaku telah bekerja pada suatu
perusahaan swasta sebagai penyedia kapal tanpa suatu perjanjian dengan pimpinan perusahaan bahwa pekerjaan tersebut hanya bersifat sementara.
Desersi karena waktu yaitu militer yang karena salahnya tidak hadir tanpa ijin komandan satuanya. Dalam kasus ini pelaku pergi meninggalkan dinas
sejak tanggal 14 Januari 2008 sampai dengan tanggal 27 Nopember 2008 atau selama 319 tiga ratus sembilan belas hari secara berturut-turut dalam
waktu damai.
c. Faktor-faktor Pelaku melakukan Tindak Pidana Desersi
Faktor pelaku melakukan tindak pidana desersi dalam perkara ini adalah faktor eksternal, yaitu akibat ditagih hutang oleh Sdri Nunuk PNS
Pomdam VBrawijaya sebesar Rp. 40.000.000 empat puluh juta rupiah untuk dipinjamkan kepada orang lain dengan iming-iming akan diberikan
keuntungan, namun kenyataanya uang tidak kembali dan Terdakwa harus bertanggungjawab.Terdakwa dalam perkara ini memilih pergi meninggalkan
dinas tanpa ijin dan memilih bekerja di Banjarmasin Kalimantan Selatan sebagai penyedia kapal angkutan untuk mendapatkan upah dalam rangka
mengembalikan hutang kepada Sdri. Nunuk. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, Terdakwa telah
cukup bukti bersalah melakukan tindak pidana desersi karena unsur-unsur telah terpenuhi dan Terdakwa dianggap mempunyai kesalahan karena adanya
hubungan antara batin Terdakwa dan perbuatan yang dilakukan. Artinya, Terdakwa sadar akan akibat dari perbuatannya. Sedangkan untuk
kemampuan bertanggungjawab. Terdakwa jelas mampu bertanggungjawab, hal itu dapat dilihat karena terpenuhinya unsur kedua dalam tindak pidana
desersi yang dilakukan Terdakwa. Unsur “dengan sengaja” adalah mengkhendaki perbuatan tersebut dengan sadar bahwa tindakannya dapat
merusak sendi-sendi kedisiplinan prajurit, selain itu Terdakwa di depan Persidangan telah menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi
kesalahannya lagi. Dal hal ini Terdakwa mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya baik dilihat dari segi kemiliterannya maupun dari segi hukum
yaitu Terdakwa saat melakukan perbuatan pidana maupun saat di persidangan adalah sehat dan normal dan tidak ada alasan pemaaf dan
pembenar, maka Terdakwa yang melakukan kesalahan harus dihukum.
BAB III UPAYA PELAKU YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA
DESERSI AGAR BISA KEMBALI KE KESATUAN dalam perkara Nomor: PUT29-KPM.III-12ADII2009
3.1 Pertimbangan Hakim dalam Memutus Tindak Pidana Desersi 3.1.1 Hal-Hal yang Memberatkan Hukuman Tindak Pidana Desersi
Sebelum menjatuhkan putusan, Majelis Hakim harus benar- benar cermat dalam menilai dan mempertimbangkan kekuatan
pembuktian dalam proses Persidangan. Di samping itu tujuan Majelis Hakim menjatuhkan pidana tidaklah semata-mata hanya memidana orang-
orang yang bersalah melakukan tindak pidana, tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendidik agar yang bersangkutan dapat insyaf kembali ke
jalan yang benar sehingga menjadi warga negara dan prajurit yang baik sesuai dengan falsafah Pancasila dan Sapta Marga. Oleh karena itu,
sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana atas diri terdakwa perlu mempertimbangkan hal-hal yang dapat memberatkan yaitu :
Perbuatan terdakwa bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam
Sapta marga dan Sumpah Prajurit
Perbuatan terdakwa dapat merusak sendi-sendi kehidupan disiplin Prajurit di kesatuannya
Kembalinya terdakwa ke kesatuan karena ditangkap
Selama Terdakwa melakukan desersi melakukan tindak pidana lain.