2.3 Kebudayaan Daerah Sumatera Utara
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Wikipedia,2013.
Sumatera utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai banyak keanekaragaman budaya yang sangat menarik dan unik. Budaya daerah
Sumatera utara merupakan kebudayaan yang dapat diartikan sebagai kesatuan dari seluruh kebudayaan di setiap wilayah di Sumatera Utara. Dalam era modernisasi
sekarang ini, tidak sedikit penduduk daerah Sumatera Utara yang menganut budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Perkembangan teknologi dan masuknya budaya
barat ke Indonesia, tak terkecuali Sumatera Utara tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan kebudayaan daerah. Rendahnya pengetahuan menyebabkan akulturasi
kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan daerah. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan
diterima secara mentahapa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.
Budaya daerah Sumatera Utara secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal
yang tradisional, hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai sikap individualis dan matrealistis.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Rumah adat
Rumah adat yang terdapat di Sumatera Utara dalam penulisan tugas akhir ini dibatasi menjadi, rumah adat batak toba, rumah adat simalungun, rumah adat
siwaluh jabu karo, rumah adat pakpak, rumah adat mandailing, rumah adat angkola, rumah adat nias dan rumah melayu.
Rumah adat batak toba disebut rumah bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki
rumah bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus
menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
Rumah adat simalungun atau bolon simalungun memiliki kemiripan dan kesamaan dengan rumah adat toba baik dari segi bentuk, arsitektur, nama, dan juga
ornamen-ornamen hiasannya. Rumah Bolon Simalungun merupakan kediaman para raja dan keluarganya, ciri khas utama adalah dibagian bawah atau kaki bangunan
selalu berupa susunan kayu yang masih bulat-bulat atau gelondongan, dengan cara silang menyilang dari sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah bentuk atap di mana
pada anjungan diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduknya.
Rumah adat karo disebut sebagai Siwaluh Jabu, panjangnya bisa mencapai 13 meter dengan lebar mencapai 10 meter dan biasa ditempati oleh 4 hingga delapan
keluarga jumlah keluarga harus selalu genap. Salah satu ciri khususnya adalah
Universitas Sumatera Utara
rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku, melainkan dengan cara dipantek dengan pasak atau diikat menyilang dengan tali. Salah satu keunikan lainnya yaitu
atap rumah dibangun bertingkat-tingkat cukup tinggi dan mampu bertahan hingga usia ratusan tahun.
Rumah adat pakpak memilik ciri khas pada bagian atapnya yang melengkung dan mempunyai satu bagian atap kecil dibagian paling atas. Sayangnya rumah adat ini
kini semakin sulit ditemui karena kurang dilestarikan. Bentuk bangunan yang masih utuh bisa ditemukan di Sidikalang, Dairi, dan Pakpak Barat.
Rumah Adat Mandailing disebut sebagai bagas godang sebagai kediaman para raja, terletak disebuah kompleks yang sangat luas dan selalu didampingi dengan sopo
godang sebagai balai sidang adat. Bangunannya mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil sebagaimana juga jumlah anak tangganya.
Rumah adat angkola memiliki kemiripan dan kesamaan dengan rumah adat mandailing. Tidak hanya pada rumah adat, dari segi bahasa juga dikatakan nyaris
sama, hanya berbeda pada dialek atau intonasi. Rumah adat angkola juga dikenal sebagai bagas godang, yang saat ini masih banyak bisa kita temui di daerah Sipirok
dan Padang Sidempuan.
Rumah adat nias berbentuk empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang menyerupai bentuk perahu. Begitu pula pola perkampungan, hiasan-hiasan bahkan
peti matinya pun berbentuk perahu. Dengan bentuk rumah seperti perahu ini diharapkan bila terjadi banjir maka rumah dapat berfungsi sebagai perahu. Untuk
Universitas Sumatera Utara
memasuki rumah adat ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga, kemudian memasuki pintu rumah yang ada dua macam yaitu seperti pintu rumah biasa
dan pintu horizontal yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini mempunyai maksud untuk menghormati pemilik rumah juga
agar musuh sukar menyerang ke dalam rumah bila terjadi peperangan.
Rumah tempat tinggal orang Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu rumah tiang enam, rumah tiang enam berserambi dan rumah tiang dua belas atau
rumah serambi. Tinggi tiang penyangga sekitar dua hingga dua setengah meter. Tinggi rumah induk bagian atas sekitar tiga hingga tiga setengah meter. Ruangan banyak
memiliki jendela serta lobang udara ventilasi, sehingga suasananya sejuk dan segar.
2.3.2 Pakaian adat
Pakaian adat terbagi menjadi delapan berdasarkan etnis yang terdapat di daerah Sumatera Utara, yaitu pakaian adat batak toba, batak simalungun, batak karo, pakpak,
mandailing, angkola, nias dan pakaian adat melayu.
Pakaian adat batak toba untuk laki-laki menggunakan ulos tali-tali, ragi sakkar atau kain penutup kepala, sertali atau kain hiasan kepala, horung-horung simata atau
kain untuk hiasan leher, ulos ragi hotang atau kain untuk selendang, piso halasan atau pisau sebagai hiasan pinggang, ulos napinunsaan atau kain sebagai sarung. Pakaian
adat untuk perempuan menggunakan sertali atau kain dan lempengan emas sebagai
Universitas Sumatera Utara
hiasan kepala, bintang maratur atau kain tenun sebagai selendang dan napinunsaan yang sama dengan ulos napinunsaan untuk pria.
Pakaian adat batak simalungun untuk laki-laki mengenakan gotong atau kain penutup kepala, dormai atau hiasan pada gotong, hiou suri-suri atau kain selendang,
hiou ragi santik atau kain sebagai sarung, baju jas dan celana. Pakaian adat untuk perempuan mengenakan hiou bulang atau kain tenun penutup atau tudung kepala, hiou
suri-suri atau kain selendang, baju soja, hiou ragi sapot atau kain tenun sebagai sarung dan buabanban atau hiasan pada bulang.
Pakaian adat batak karo untuk laki-laki menggunakan uis nipes beka buluh atau kain sebagai penutup kepala, sertali rumah-rumah atu hiasan leher, sertali rumah-
rumah kitik atau hiasan yang diikatkan pada tudung kepala, gelang sarung atau gelang yang dikenakan pada tangan kanan, rudang mayang atau hiasan pada bulang, baju dan
celana, songket untuk selempang. Pakaian adat untuk perempuan menggunakan sertali layang-layang kitik atau hiasan kepala yang diikatkan pada tudung, uis junjungjungan
atau penutup kepala, padang raja mehuli atau anting-anting, sertali layang-layang atau hiasan leher, uis benang iring atau kain tenun sebagai sarung luar, uis julu atau kain
sebelah dalam, uis gara-gara atau kain sebagai tudung kepala, uis kelam-kelam atau kain sebagai tudung yang disatukan dengan uis gara-gara, songket untuk kain sarung
dan baju kebaya.
Pakaian adat pakpak untuk laki-laki mengenakan bulang ulos ragi idup atau jenis ulos untuk selendang, baju, teluk belango, ulos mardungan atau jenis ulos untuk
sarung, ucang sebagai tempat tembakau. Pakaian adat untuk perempuan mengenakan
Universitas Sumatera Utara
saong atau kain tudung, ragi idup, baju, marapi-rapi sebagai kebaya, kancing sitelu atau hiasan baju kebaya, ucang sebagai tempat sirih dan ulos perdebata itak sebagai
kain sarung.
Pakaian adat batak mandailing untuk laki-laki mengenakan tukkuhappu atau hiasan kepala dari beludru, baju teluk belango, puttu sebagai hiasan lengan, keris,
sarung songket sebatas lutut, celana dan selendang. Pakaian adat untuk perempuan mengenakan bulang atau mahkota, gonjong sebagai hiasan dada, selendang songket,
baju kurung, puttu sebagai hiasan lengan, keris dan sarung songket.
Pakaian adat angkola memiliki banyak kesamaan dengan pakaian adat mandailing yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun pada pakaian laki-laki tidak
mengenakan selendang, tidak mengenakan puttu sebagai hiasan lengan. Pakaian adat untuk perempuan tidak mengenakan selendang, keris dan puttu sebagai hiasan lengan.
Pakaian adat nias untuk laki-laki menggunakan balahoge atau mahkota, saeru dalinga atau hiasan telinga bentuk kupu-kupu, baru niohulayo atau baju kebesaran,
bobo taw sebagai ikat pinggang dan sarewa atau celana. Pakaian adat untuk perempuan menggunakan tata kondre atau mahkota untuk sanggul, bola hogo atau
mahkota kepala, nifato-fato yaitu jenis hiasan leher, tola zaga atau jenis hiasan tangan bentuk lebar melingkar, baru miohulayo sebagai baju dan selendang dari ui atau
sarung.
Pakaian adat melayu untuk laki-laki mengenakan tengkuluak atau tutup kepala, baju teluk belanga, rantai panjang sebagai hiasan leher, keris, sarung songket, celana
Universitas Sumatera Utara
panjang, selendang dan kipas. Pakaian adat untuk perempuan mengenakan mahkota, kebaya, sarung, rantai panjang sebagai hiasan leher, pending, kipas, bros dan
selendang.
2.3.3 Alat musik
Alat musik tradisional dari daerah Sumatera Utara yang dibahas dalam penulisan tugas akhir ini adalah gonrang, aramba, garantung, hapetan, hasapi, gondang
sembilan, dan kendang melayu.
Gonrang istilah bahasa Simalungun untuk “gendang” salah satu alat musik
dari daerah Simalungun, yang telah lama ada dan berkembang di daerah Simalungun. Musik gonrang tidaklah hanya apresiasi seni semata, tetapi juga memperlihatkan
makna dan fungsi yang sangat mendalam bagi kehidupan masyarakat Simalungun khususnya. Makna dan fungsi gonrang terwujud sebagai suasana pengungkapan hati,
sebagai sarana hiburan, sebagai sarana komunikasi. Musik gonrang juga sebagai representasi simbolis yang mencerminkan nilai-nilai, pengaturan kondisi sosial dan
perilaku kultur lainnya serta sebagai peneguh ritus-ritus keagamaan dan ikatan sosial.
Aramba adalah alat musik yang berasal dari nias, berbentuk bundar dengan pemicu di tengahnya, dibuat dr logam atau perunggu dan dibunyikan dengan pemukul
kayu yang berujung bulat ukurannya lebih kecil daripada gong.
Universitas Sumatera Utara
Garantung merupakan alat musik yang dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai
pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai garantung dan wilayan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu. Alat musik ini dapat
dimainkan secara solo tunggal, namun dapat juga dimainkan dalam satu ensambel.
Hapetan merupakan alat musik yang di petik sejenis gitar tradisional berdawai dua dari daerah tapanuli. Hapetan juga disebut hasapi atau kucapi, dimainkan dengan
alat pemetik, instrumen ini digunakan untuk kesenian daerah setempat. Di Sumbawa disebut jungga, di sulawesi selatan kancilo, kacaping. Jenis serupa ditemukan di
Kalimantan Selatan dan daerah Tanah Karo.
2.3.4 Lagu daerah
Lagu daerah Sumatera Utara yang dibahas dalam penulisan tugas akhir ini terdapat 21 lagu. Lagu-lagu tersebut adalah sebagai berikut:
1. Anju Ahu
2. Butet
3. Cikala Le Pongpong
4. Dago Inang Sarge
5. Ketabo
6. Leleng Ma Hupaima
7. Lisoi
8. Siksik Sibatumanikam
Universitas Sumatera Utara
9. Sinanggar Tulo
10. Sing Sing So
11. Sory Ya Katulla
12. Madekdek Magambiri
13. Mariam tomong
14. Nasonang Dohita Nadua
15. O’Pio
16. Piso Surit
17. Rambadia
18. Say Selamat Masinegar
19. Sengko-Sengko
20. Sigulempong
21. Tarutung Na Uli
2.3.5 Tebak gambar
Penulisan tugas akhir ini memberikan sebuah permainan sederhana selain berisi materi mengenai kebudayaan daerah Sumatera Utara. Permainan tersebut adalah tebak
gambar yang di dalamnya terdapat 10 pertanyaan. User dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan cara memilih salah satu pilihan gambar yang sesuai dengan
pertanyaan. Setelah user menebak semua gambar, hasil akhir akan ditampilkan dalam skor benar dan salah. Permainan sederhana ini dapat menguji daya ingat user setelah
membaca materi penjelasan dari aplikasi kebudayaan daerah Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Flowchart Aplikasi