gender
, Oakley
et al
2005 mendefinisikan bahwa
gender
adalah perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki yang secara sosial diciptakan oleh
mereka sendiri, oleh karena itu
gender
merupakan persoalan budaya.
C. Perbedaan
Gender
Perbedaaan jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan fungsi reproduksi, sementara
gender
merupakan konstruksi sosio- kultural. Istilah
gender
adalah suatu konsep sosial bukan biologis, karena secara biologis perbedaan jenis kelamin merupakan hal yang bersifat kodrat,
sedangkan konsep
gender
merupakan perbedaan sejumlah karakter perilaku yang melekat pada pria dan wanita yang dikonstruksikan secara teologis,
sosial, budaya, politik maupun ekonomi yang berlangsung secara relatif
Santosa, 2001.
Menurut Costa
et al
2001 sejumlah model psikologi teoritis telah dikembangkan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan ini. Model biologis
berkaitan perbedaan kepribadian, karakteristik, temperamental bawaan, hormon
androgenik
, tingkat yang lebih tinggi dari depresi dan kecemasan yang lebih tinggi sering dialami perempuan. Model sosial budaya menganggap
perbedaan
gender
dalam kepribadian disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya seperti peran sosial dan
stereotip gender
misalnya ketegasan pada laki- laki dan
fearfulness
pada perempuan. Model
biososial
mengakui bahwa perbedaan
gender
memiliki kedua penyebab biologis dan sosial budaya Costa
et al
, 2001.
Secara keseluruhan, model teoritis memprediksi perbedaan
gender
dalam kepribadian. Menurut Costa
et al
2001 literatur psikolog menemukan perempuan menjadi kurang tegas dan kurang agresif. Menurut Maccoby et al
1974 dalam Hall 1990 menggambarkan perempuan lebih cemas daripada laki-laki. Gangguan kecemasan umum dan depresi didiagnosis secara
substansial lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki Amerika Psychiatric11 Asosiasi, 1994. Selain itu, perempuan cenderung untuk terlibat
dalam perilaku berisiko, seperti perjudian Levin
et al
, 1988.
D. CEO
Gender
Efek
gender
terhadap perilaku manusia telah lama menjadi topik kontroversial di bidang akademis. Dalam beberapa tahun terakhir, isu
gender
telah menarik perhatian di bidang bisnis dan keuangan. Gerakan hukum untuk keragaman
gender
di dewan direksi ini tampaknya berasal dari anggapan bahwa direksi wanita tidak berperasaan cenderung mengambil risiko tinggi dan
cenderung bersikap etis daripada direktur laki-laki, menunjukkan bahwa mempekerjakan
anggota eksekutif
perempuan dapat
meningkatkan transparansi perusahaan Betz
et al
1989 dalam Niessen dan Ruenzi 2006. Secara khusus,
gender
seorang CEO dapat mempengaruhi laba perusahaan saat CEO perusahaan memiliki dorongan kuat untuk meningkatkan
atau menurunkan penghasilan laba. CEO memiliki kekuatan untuk membuat keputusan untuk perusahaan. Jenis kelamin CEO dapat mempengaruhi laba
perusahaan. CEO
gender
memberikan kontribusi terhadap akuntansi saat ini
dengan memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang dicurigai cenderung memanipulasi laba jika mereka dioperasikan oleh CEO laki-laki. Perusahaan
dengan CEO perempuan tidak teribat dalam laba. Hasil ini dapat menjelaskan gagasan bahwa CEO perempuan cenderung lebih konservatif dan kurang
cenderung mengambil risiko dalam keputusan. Huang dan Kisgen 2013 mengamati bahwa eksekutif perempuan
kurang
overconfident
dalam membuat akuisisi dan keputusan penerbitan utang dari rekan-rekan laki-laki mereka. Selain itu, bisnis dan ekonomi memberikan
bukti penghindaran risiko di kalangan perempuan. Perusahaan berisiko tinggi lebih mungkin terjadi jika menunjuk CEO perempuan untuk memodulasi risiko
Martin
et al
, 2009. Dalam suatu pengamatan, jika terjadi pengurangan yang signifikan, risiko tersebut lebih besar terhadap perempuan dibandingkan CEO
laki-laki, hal ini mencerminkan persepsi pasar dari CEO perempuan yang memiliki risiko relatif lebih tinggi Martin
et al
, 2009. CEO perempuan ditemukan untuk menghindari pembiayaan berisiko
dan investasi peluang. Perusahaan dengan CEO perempuan memiliki
leverage
yang lebih rendah, pendapatan kurang stabil, dan kesempatan yang lebih rendah untuk bertahan hidup daripada perusahaan dengan CEO laki-laki
Faccio
et al
, 2012. CEO laki-laki memiliki karakter maskulin yang akan mendominasi
dalam setiap pengambilan keputusan. Chafetz 1999 menjelaskan tujuh karakter maskulin diantaranya memiliki fisik yang jantan, atletis, kuat, berani;
bersifat fungsional; seksual; emosional; dapat berpikiran intelektual; bersikap
interpersonal dan berorientasi untuk menjadi sukses. Adapun, CEO perempuan memiliki karakter feminis. Tetapi kemudian makna feminis mengalami distorsi
sesuai perkembangan zaman, yaitu bukan zaman yang hanya membela perempuan tertindas, melainkan siapa saja yang mengalami ketidakadilan baik
laki-laki maupun perempuan. Jackson
et al
2009 salah seorang penulis teori-teori feminisme kontemporer menyoroti pola produksi masyarakat modern sebagai buah dari
relasi kapitalisme dan patriarkhisme. Dominasi laki-laki dalam ekonomi menyebabkan sub-ordinasi terhadap perempuan diantaranya:
1. Posisi perempuan dalam pasar tenaga kerja berbeda dari laki-laki,
perempuan cenderung dibayar lebih rendah, karena terpusat pada pekerjaan yang lebih terbatas, cenderung dipekerjakan tidak terus-menerus
dibandingkan laki-laki dan lebih sering dipekerjakan paruh waktu sehingga
berimplikasi pada nilai guna dari penghasilan wanita terhadap laki-laki.
2. Perempuan menghadapi rintangan yaitu kerja yang tidak dibayar,
perempuan umumnya terlibat dalam pekerjaan domestik di rumah Jackson
et al
, 2009. CEO
gender
pada penelitian ini dihitung menggunakan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kulitatif Sekaran, 2006. Variabel
dummy hanya memiliki 2 nilai yaitu 1 dan 0.
1 = jika perempuan sebagai CEO pada perusahaan
= jika laki-laki sebagai CEO pada perusahaan
E. Konservatisme Akuntansi