Hubungan ceo gender dan konservatisme akuntansi (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 2015)

(1)

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Gabriella Indah Nugraheny

NIM : 132114105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

HUBUNGAN CEO GENDER DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Gabriella Indah Nugraheny

NIM : 132114105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

PERSEMBAHAN

“Karena seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang

menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak akan bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya, betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.”

Prisca Primasari

Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Dua orang hebat, ibu dan bapak yang aku sayangi Kedua kakak dan adikku Teman-teman yang selalu menyemangati…


(6)

PERSEMBAHAN

“Karena seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang

menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak akan bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya, betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.”

Prisca Primasari

Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Dua orang hebat, ibu dan bapak yang aku sayangi Kedua kakak dan adikku Teman-teman yang selalu menyemangati…


(7)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. A. Yudi Yuniarto, S.E., MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Ak., QIA., CA., selaku dosen pembimbing akademik.

5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen penguji.

7. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

8. Orang tua yang selalu memberi motivasi, doa dan semangat selama penyusunan skripsi.

9. Kedua adek dan kakak yang selalu menyemangati dan meminta saya untuk cepat lulus.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Chief Executive Officer (CEO)... 7

1. Definisi CEO ... 7

2. Ciri-Ciri CEO ... 8

3. Tugas dan Tanggung Jawab CEO ... 10

B. Gender ... 11

C. Perbedaan Gender ... 12

D. CEO Gender ... 13

E. Konservatisme Akuntansi ... 16

F. Konservatisme Akuntansi dalam PSAK ... 18


(11)

I. Pengukuran Konservatisme Akuntansi ... 23

J. Hubungan CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi ... 31

K. Penelitian Terdahulu ... 34

L. Kerangka Konseptual Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Objek Penelitian ... 38

C. Populasi Sasaran ... 38

D. Jenis dan Sumber Data ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 40

1. Mengumpulkan Data ... 40

2. Menentukan CEO Gender ... 40

3. Menghitung Konservatisme Akuntansi ... 40

4. Mengklasifikasi Data Konservatisme Akuntansi ... 41

5. Melakukan Analisis Hubungan denganTabulasi Silang (Crosstab) ... 41

6. Menarik Kesimpulan ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 43

A. Populasi Sasaran ... 43

B. Profil Perusahaan ... 45

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Analisis Data ... 70

1. Pengumpulan Data ... 70

2. Penentuan CEO Gender ... 70

3. Penghitungan Konservatisme Akuntansi ... 73

4. Deskripsi Variabel ... 76

5. Pengklasifikasian Data ... 78

6. Analisis Tabulasi Silang (Crostabs) ... 80

B. Pembahasan ... 82

BAB VI PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ... 42

Tabel 2. Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran ... 43

Tabel 3. Penentuan CEO Gender ... 70

Tabel 4. Penghitungan Konservatisme Akuntansi ... 74

Tabel 5. Frekuensi CEO gender di Perusahaan ... 77

Tabel 6. Statistik Deskriptif Konservatisme Akuntansi ... 78

Tabel 7. Klasifikasi Data Konservatisme Akuntansi ... 79

Tabel 8. Tabulasi silang antara CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi ... 80

Tabel 9. Koefisien hubungan antara CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi ... 81


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Konseptual ... 37


(14)

ABSTRAK

HUBUNGAN CEO GENDER DAN KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

Maria Gabriella Indah Nugraheny NIM : 132114105

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menganalisis hubungan CEO gender dan konservatisme akuntansi. Adanya kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi yang diterapkan perusahaan dapat memberikan peluang untuk melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Salah satu cara menangani tindak kecurangan dengan diterapkan metode akuntansi konservartisme akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan Teknik dokumentasi. Jumlah populasi sasaran sebanyak 90 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan negatif antar CEO gender dan konservatisme akuntansi.


(15)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN CEO GENDER AND ACCOUNTING CONSERVATISM

(Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2015)

Maria Gabriella Indah Nugraheny NIM : 132114105

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

This research objective is to analyze the relationship between the CEO gender and accounting conservatism. The existence of freedom in the selection of accounting methods applied by the company can provide opportunities to commit fraud in the financial statements. One way to handle fraud with applied accounting method of accounting conservatism.

The type of research is empirical study. The used secondary data is obtained by using a documentation technique. The target population is 90 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the year of 2011-2015. Technique data analysis uses descriptive statistical analysis.

The result showed that there was a very weak and negative association between CEO gender and accounting conservatism.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

CEO tentu mempunyai gambaran, visi, misi, dan strategi yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan perusahaan. Kehadiran tim manajer yang kokoh selalu menjadi alasan yang penting bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan di dunia bisnis yang sulit diprediksi perubahannya (Lindrianasari dan Jogiyanto, 2011). Pernyataan ini mengatakan makna bahwa Chief Executive Officer (CEO) sebagai penentu tim yang akan selalu berupaya untuk meningkatkan perusahaan. CEO pada masa sekarang tidak selalu diduduki oleh laki-laki, tetapi perempuan juga dapat menduduki jabatan sebagai CEO.

Jabatan seorang CEO laki-laki dan perempuan tentu saja akan berbeda. Hal ini dikarenakan adanya gender. CEO gender dapat menyebabkan perbedaan pengambilan keputusan yang diambil antara CEO laki-laki dan perempuan. Pengambilan keputusan antara CEO laki-laki dan perempuan mengalami perbedaan karena CEO laki-laki memiliki sifat maskulin, sedangkan CEO perempuan lebih cenderung memiliki sifat feminim. Selain itu, saat pengambilan keputusan CEO akan memiliki kendali penuh atas laporan keuangan dan untuk meminimalisir terjadinya ketidakseimbangan informasi dengan cara melihatnya dari prinsip konservatisme yang dipergunakan dalam perusahaan.


(17)

Salah satu cara untuk mengatasi ketidakseimbangan informasi atau cara untuk mengatasi kecurangan dengan cara menerapkan prinsip konservatisme. Menurut Basu (1997), konservatisme merupakan sebuah tendensi yang dimiliki akuntan dengan mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi dalam mengakui laba daripada mengakui kerugian. Akibatnya, laba yang ada dalam laporan keuangan cenderung understated atau terlalu rendah dalam periode sekarang dan overstated terhadap laba pada periode-periode berikutnya. Beberapa dekade ini penerapan konservatisme akuntansi memiliki pengaruh penting dalam teori dan praktik akuntansi.

Penerapan konservatisme akuntansi lebih ditekankan kepada perusahaan untuk menetralisir perusahaan yang optimis melaporkan keuangan perusahaannya agar menarik calon investor baru untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Konservatisme akuntansi juga digunakan sebagai kebijakan yang digunakan perusahaan dalam proses menyempurnakan laporan keuangan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan konservatisme akuntansi berarti harus segera mengakui kerugian, biaya atau hutang yang mungkin akan terjadi dan tidak boleh mengakui laba, pendapatan atau aktiva sebelum benar-benar terjadi. Atas pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan akibat yang terjadi atas penggunaan prinsip konservatisme akuntansi yaitu laporan keuangan akan menghasilkan laba yang rendah, karena memperlambat pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan biaya.

Konservatisme sampai sekarang masih menjadi prinsip yang diperdebatkan perusahaan dalam bidang akuntansi. Dalam Internasional


(18)

Financial Reporting Standard (IFRS) konservatisme sudah tidak diperbolehkan lagi untuk digunakan karena tidak sesuai dengan karakteristik laporan keuangan yakni harus tidak bias (Hellman, 2007). Sebagai gantinya, munculah prudence dalam IFRS. Dalam konteks konservatisme, laba dan pendapatan akan diakui jika benar-benar telah terealisasi, tetapi jika rugi akan segera diakui. Brilianti (2013) dalam konsep prudence terjadi ketika laba dan pendapatan atau menurunnya kewajiban dan beban, walaupun belum terealisasi akan tetap diakui jika kriteria dalam pengakuan sudah terpenuhi.

Beberapa peneliti terdahulu sudah menguji CEO dengan akuntansi konservatisme. Harris et al (2015) menemukan bahwa Non-CEO family ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Ho et al (2014) menunjukkan di perusahaan adanya hubungan positif antara CEO perempuan dan konservatisme akuntansi. Palvia et al (2014) menemukan adanya hubungan positif antara gender dan konservatisme akuntansi. Boussaid et al (2015) menemukan hubungan positif antara keanekaragaman gender dan kondisional konservatisme akuntansi.

Huang dan Kisgen (2013) menemukan perempuan di tingkat eksekutif berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Francis (2009) menemukan bahwa sensitivitas perempuan di tingkat eksekutif memiliki hubungan positif dengan konservatisme akuntansi. Krishnan dan Parsons (2008) mengamati hubungan yang positif antara eksekutif perempuan dengan konservatisme akuntansi.


(19)

Banyak penelitian yang sudah meneliti hubungan CEO perempuan atau eksekutif perempuan terhadap konservatisme. Namun penelitian terhadulu hanya mengamati CEO perempuan dan belum mengamati CEO laki-laki terhadap konservatisme akuntansi. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengamati CEO gender , peneliti tidak hanya mengamati CEO perempuan tetapi juga mengamati CEO laki-laki didalam perusahaan dengan judul

“Hubungan CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengambilan kebijakan oleh perusahaan sehubungan dengan penggunaan konservatisme akuntansi di perusahaan.


(20)

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesia dengan melihat tingkat konservatisme yang diterapkan perusahaan.

3. Bagi Kreditur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan kreditur pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesia dengan melihat tingkat konservatisme yang diterapkan perusahaan.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan CEO gender dan praktek konservatisme akuntansi di perusahaan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya berkaitan dengan hubungan CEO gender dan konservatisme akuntansi di perusahaan.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.


(21)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori pendukung dan hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dari penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, objek penelitian, populasi sasaran, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran mengenai data yang digunakan dalam penelitian, cara peneliti menentukan populasi sasaran, serta profil seluruh perusahaan yang digunakan sebagai populasi sasaran. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai pengujian yang dilakukan, analisis terhadap data, dan temuan empiris yang diperoleh.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan hasil uji dan analisis data yang dilakukan pada BAB V, dan keterbatasan pada saat proses penelitian. Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian, penulis memberikan saran-saran bagi pihak berkepentingan dengan penelitian ini.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Chief Executive Officer (CEO)

1. Definisi CEO

Suatu perusahaan tidak dapat berjalan tanpa adanyan jajaran eksekutif. Eksekutif adalah orang-orang yang menduduki jajaran direksi dan mengatur arah serta jalannya perusahaan. Pada jajaran direksi tetap dibutuhkan seorang leader. Leader ini dapat disebut juga sebagai direktur utama atau biasa disebut CEO.

CEO merupakan singkatan dari Chief Executive Officer. Chief berarti kepala atau yang memimpin. CEO merupakan eksekutif yang berada di puncak suatu perusahaan dan memiliki tanggung jawab untuk kelangsungan dan keberhasilan perusahaan. CEO berarti seseorang yang dipercaya untuk memimpin jajaran direksi suatu perusahaan, yang didalam beberapa organisasi dapat memutuskan keseluruhan startegi yang akan diambil organisasi untuk mencapai tujuan (Anthony et al, 2005).

CEO (Chief Executive Officer) merupakan jabatan tertinggi di dalam manajemen puncak perusahaan. Menurut D’Ewart (2015), CEO merupakan pihak yang diberikan kewenangan luas dalam perusahaan dan dibebankan secara menyeluruh kepemimpinan, strategi, dana arah perusahaan. CEO diangkat oleh dewan komisaris, dan umumnya mempunyai siklus jabatan. Masa jabatan seorang CEO beragam, mulai


(23)

dari lima tahun atau sepuluh tahun tergantung kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

CEO di Indonesia lebih dikenal dengan istilah direktur atau dewan direksi. Direktur merupakan penyebutan secara umum terhadap pemimpin suatu perusahaan dalam Perseroan Terbatas (PT). Peraturan di Indonesia terhadap direktur (CEO) terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007 Bab VII mengatur fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi. Seorang direktur atau dewan direksi jumlah dalam suatu perusahaan (minimal satu), yang dapat dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.

2. Ciri-Ciri CEO

Para pemimpin (CEO) itu memahami perlunya menciptakan perusahaan yang cukup kuat dan tangguh untuk menghadapi badai atau masa sulit. CEO juga melakukan tolak ukur penting untuk mengevaluasi kinerja perusahaan yang diperdagangkan secara umum dan tentu CEO yang memimpin akan melihat dalam jangka panjang (Krames, 2003). Gelar CEO secara tidak langsung hal tersebut memberikan arti bahwa CEO telah berhasil mendirikan bisnis atas usaha sendiri. Namun tentu keberhasilan mendirikan saja tidak cukup, ada beberapa ciri CEO menurut (Krames, 2003).

a. CEO terbaik mulai dengan memahami pasar dan menanamkan sudut pandang dari luar ke dalam di suatu perusahaan. Bias dikatakan CEO


(24)

yang paling efektif selalu mulai dengan mempelajari pasar, kemudian kembali bekerja untuk menciptakan sebuah organisasi yang terpusat kepada pemuasan kebutuhan pelanggan.

b. CEO hebat akan memiliki gen kepemimpinan evangelis (pendakwah). Ciri khas ini berbeda dengan karisma. Kepemimpinan evangelis bercirikan semangat yang berapi-api atau semangat juang yang sangat antusias. CEO yang memiliki evangelis dapat menunjukkan semangat yang tinggi untuk suatu pekerjaan, perusahaan mereka dan tujuan mereka. CEO memiliki semangat membara yang membantu membangkitkan semangat orang lain. CEO juga meyakini gagasan, produk, atau proses tertentu, dan mampu memanfaatkan jabatan strategis CEO untuk secara efektif menyebarluaskan evangelis. c. CEO yang paling efektif memahami peran kritis budaya perusahaan,

dan sulitnya membuat perubahan budaya yang bermakna. Perubahan budaya yang autentik membutuhkan waku bertahun-tahun, bukan bulanan. CEO harus tahu bahwa budaya perusahaan akan menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan utama perusahaan.

d. CEO menciptakan atau menyesuaikan produk, proses, atau jalan keluar untuk generasi selanjutnya. Ciri khas ini banyak berkaitan dengan visi dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan yang akan muncul dan yang akan datang, serta untuk menciptakan produk, layanan, serta teknologi baru yang mampu memuaskan


(25)

kebutuhan-kebutuhan. Dalam beberapa hal, perusahaan besar dibentuk karena CEO melihat ada sebuah tren penting dan CEO di dalam perusahaan tidak mau perusahaan lain mengalahkan dalam hal visi. CEO melihat sesuatu yang mengindikasikan masa depan sebuah industri, dan CEO tidak ingin hal itu terjadi tanpa dirinya.

e. CEO menerapkan gagasan terbaik tanpa melihat asal-usulnya. Inilah ciri pemimpin hebat dan juga ciri kunci sebuah budaya belajar. Dalam sebuah organisasi belajar, CEO mendorong karyawan untuk mendapatkan gagasan terbaik dari berbagai macam sumber. Ciri CEO ini sama sekali tidak mempermasalahkan asal gagasan. CEO lebih pedulikan adalah cepat dan efektif suatu gagasan diterima.

3. Tugas dan Tanggung Jawab CEO

Tugas dari seorang CEO adalah memimpin perusahaan dengan menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan, memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian, menyetujui anggaran tahunan perusahaan, dan menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan (Adiasih, 2011). CEO bertanggungjawab untuk menentukan tujuan organisasi, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, mengawasi dan menginterpretasikan lingkungan eksternal, serta mengambil keputusan yang mempengaruhi seluruh organisasi. Di antara tanggung jawab tersebut yang paling penting untuk CEO adalah mengkomunikasikan visi bersama untuk organisasi, membentuk budaya


(26)

perusahaan, dan menjaga semangat kewirausahaan yang dapat membantu perusahaan menyeimbangi perubahan yang cepat (Daft, 2006).

CEO memiliki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap perusahaan, kekuasaan tertinggi tetap berada ditangan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Segala bentuk yang berkaitan dengan perubahan anggaran dasar perusahaan, termasuk perubahan dalam kepengurusan perusahaan harus diputuskan melalui RUPS. RUPS mempuyai tugas dan wewenang yang tidak diberikan kepada direksi maupun dewan komisaris (UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas).

B. Gender

Setiawan (1999) menjelaskan dalam perkembangan, gender digunakan sebagai tujuan analisis untuk memahami realitas sosial berkaitan dengan perempuan dan laki-laki. Feminisme dan maskulin merupakan kesan yang muncul ketika membicarakan gender. Padahal keduanya hanya merupakan bagian dari gender itu sendiri. Kata gender berasal dari Inggris, gender berarti jenis kelamin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata gender berarti gamelan Jawa yang dibuat dari bilah-bilah logam berjumlah empat belas buah dengan penggema dari bamboo. Arti gender dalam KBBI memiliki makna yang berbeda, maka penelitian ini menggunakan kata gender dari istilah Bahasa Inggris. Gender dapat diartikan sebagai perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan perilaku. Berkenaan dengan pemaknaan


(27)

gender, Oakley et al (2005) mendefinisikan bahwa gender adalah perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki yang secara sosial diciptakan oleh mereka sendiri, oleh karena itu gender merupakan persoalan budaya.

C. Perbedaan Gender

Perbedaaan jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan fungsi reproduksi, sementara gender merupakan konstruksi sosio-kultural. Istilah gender adalah suatu konsep sosial bukan biologis, karena secara biologis perbedaan jenis kelamin merupakan hal yang bersifat kodrat, sedangkan konsep gender merupakan perbedaan sejumlah karakter perilaku yang melekat pada pria dan wanita yang dikonstruksikan secara teologis, sosial, budaya, politik maupun ekonomi yang berlangsung secara relatif (Santosa, 2001).

Menurut Costa et al (2001) sejumlah model psikologi teoritis telah dikembangkan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan ini. Model biologis berkaitan perbedaan kepribadian, karakteristik, temperamental bawaan, hormon androgenik, tingkat yang lebih tinggi dari depresi dan kecemasan yang lebih tinggi sering dialami perempuan. Model sosial budaya menganggap perbedaan gender dalam kepribadian disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya seperti peran sosial dan stereotip gender (misalnya ketegasan pada laki-laki dan fearfulness pada perempuan). Model biososial mengakui bahwa perbedaan gender memiliki kedua penyebab biologis dan sosial budaya (Costa et al, 2001).


(28)

Secara keseluruhan, model teoritis memprediksi perbedaan gender dalam kepribadian. Menurut Costa et al (2001) literatur psikolog menemukan perempuan menjadi kurang tegas dan kurang agresif. Menurut Maccoby et al (1974) dalam Hall (1990) menggambarkan perempuan lebih cemas daripada laki-laki. Gangguan kecemasan umum dan depresi didiagnosis secara substansial lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki (Amerika Psychiatric11 Asosiasi, 1994). Selain itu, perempuan cenderung untuk terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perjudian (Levin et al, 1988).

D. CEO Gender

Efek gender terhadap perilaku manusia telah lama menjadi topik kontroversial di bidang akademis. Dalam beberapa tahun terakhir, isu gender telah menarik perhatian di bidang bisnis dan keuangan. Gerakan hukum untuk keragaman gender di dewan direksi ini tampaknya berasal dari anggapan bahwa direksi wanita tidak berperasaan cenderung mengambil risiko tinggi dan cenderung bersikap etis daripada direktur laki-laki, menunjukkan bahwa mempekerjakan anggota eksekutif perempuan dapat meningkatkan transparansi perusahaan (Betz et al 1989 dalam Niessen dan Ruenzi 2006).

Secara khusus, gender seorang CEO dapat mempengaruhi laba perusahaan saat CEO perusahaan memiliki dorongan kuat untuk meningkatkan atau menurunkan penghasilan laba. CEO memiliki kekuatan untuk membuat keputusan untuk perusahaan. Jenis kelamin CEO dapat mempengaruhi laba perusahaan. CEO gender memberikan kontribusi terhadap akuntansi saat ini


(29)

dengan memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang dicurigai cenderung memanipulasi laba jika mereka dioperasikan oleh CEO laki-laki. Perusahaan dengan CEO perempuan tidak teribat dalam laba. Hasil ini dapat menjelaskan gagasan bahwa CEO perempuan cenderung lebih konservatif dan kurang cenderung mengambil risiko dalam keputusan.

Huang dan Kisgen (2013) mengamati bahwa eksekutif perempuan kurang overconfident dalam membuat akuisisi dan keputusan penerbitan utang dari rekan-rekan laki-laki mereka. Selain itu, bisnis dan ekonomi memberikan bukti penghindaran risiko di kalangan perempuan. Perusahaan berisiko tinggi lebih mungkin terjadi jika menunjuk CEO perempuan untuk memodulasi risiko (Martin et al, 2009). Dalam suatu pengamatan, jika terjadi pengurangan yang signifikan, risiko tersebut lebih besar terhadap perempuan dibandingkan CEO laki-laki, hal ini mencerminkan persepsi pasar dari CEO perempuan yang memiliki risiko relatif lebih tinggi (Martin et al, 2009).

CEO perempuan ditemukan untuk menghindari pembiayaan berisiko dan investasi peluang. Perusahaan dengan CEO perempuan memiliki leverage yang lebih rendah, pendapatan kurang stabil, dan kesempatan yang lebih rendah untuk bertahan hidup daripada perusahaan dengan CEO laki-laki (Faccio et al, 2012).

CEO laki-laki memiliki karakter maskulin yang akan mendominasi dalam setiap pengambilan keputusan. Chafetz (1999) menjelaskan tujuh karakter maskulin diantaranya memiliki fisik yang jantan, atletis, kuat, berani; bersifat fungsional; seksual; emosional; dapat berpikiran intelektual; bersikap


(30)

interpersonal dan berorientasi untuk menjadi sukses. Adapun, CEO perempuan memiliki karakter feminis. Tetapi kemudian makna feminis mengalami distorsi sesuai perkembangan zaman, yaitu bukan zaman yang hanya membela perempuan tertindas, melainkan siapa saja yang mengalami ketidakadilan baik laki-laki maupun perempuan.

Jackson et al (2009) salah seorang penulis teori-teori feminisme kontemporer menyoroti pola produksi masyarakat modern sebagai buah dari relasi kapitalisme dan patriarkhisme. Dominasi laki-laki dalam ekonomi menyebabkan sub-ordinasi terhadap perempuan diantaranya:

1. Posisi perempuan dalam pasar tenaga kerja berbeda dari laki-laki, perempuan cenderung dibayar lebih rendah, karena terpusat pada pekerjaan yang lebih terbatas, cenderung dipekerjakan tidak terus-menerus dibandingkan laki-laki dan lebih sering dipekerjakan paruh waktu sehingga berimplikasi pada nilai guna dari penghasilan wanita terhadap laki-laki. 2. Perempuan menghadapi rintangan yaitu kerja yang tidak dibayar,

perempuan umumnya terlibat dalam pekerjaan domestik di rumah (Jackson et al, 2009).

CEO gender pada penelitian ini dihitung menggunakan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kulitatif (Sekaran, 2006). Variabel dummy hanya memiliki 2 nilai yaitu 1 dan 0.

1 = jika perempuan sebagai CEO pada perusahaan 0 = jika laki-laki sebagai CEO pada perusahaan


(31)

E. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang dihormati dengan memaksakan standar verifikasi ketat untuk mengakui kabar baik sebagai keuntungan dari berita buruk sebagai kerugian (Basu, 1997). Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi dengan metode yang melaporkan laba atau aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Haniati dan Fitriany (2010) menyatakan bahwa pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko menurun (downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu. Menurut The Financial Accounting Standards Board (FASB, 1983) Concepts Statement No. 2 mendefinisikan konservatisme akuntansi yaitu sikap yang dimiliki oleh akuntan untuk bersikap hati-hati (prudence) terhadap ketidakpastian dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi.

Suwardjono (2005) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi merupakan tindakan kehati-hatian dengan mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Reaksi kehati-hatian terhadap ketidakpastian ini mencoba menyakinkan bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat dalam kondisi bisnis cukup layak untuk dipertimbangkan dan pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi adanya ketidakpastian.


(32)

Secara umum konservatisme akuntansi merupakan konsep akuntansi yang kontroversial, pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi risiko perusahaan. Beberapa pihak yang mendukung konservatisme adalah Ahmed et al (2000) yang mengatakan konservatisme dari akuntan penting untuk mengatasi konflik dari manajer dan pemilik akibat kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Fala, 2007).

Menurut Kam (1995) dan Qiang (2003) dalam Juanda (2007) penolakan terhadap konservatisme disebabkan oleh beberapa aspek yaitu:

1. Ketidakkonsistenan. Ketika laba yang dilaporkan terlalu rendah pada periode sekarang maka pada periode berikutnya laba akan dilaporkan terlalu tingi.

2. Ketidakteraturan. Kebijakan perusahaan akan mempengaruhi tingkat konservatisme dalam laporan keuangan.

3. Penyembunyian. Investor mengalami kesulitan menentukan dan menemukan jumlah asset yang dilaporkan terlalu rendah.

4. Kontradiktif. Konservatisme akuntansi bertentangan dengan prinsip akuntansi lainnya antara prinsip kos, prinsip penandingan, prinsip konsistensi, dan prinsip pengungkapan


(33)

5. Konservatisme akuntansi tidak sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan antara lain, relevan, reliabilitas, dan komparabilitas.

Chairi dan Imam (2007) menyatakan bahwa apabila perusahaan memilih suatu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Teknik yang dipilih adalah teknik yang menghasilkan nilai aset dan pendapatan yang rendah atau yang menghasikan nilai utang dan biaya yang tinggi. Konsekuensinya, apabila terdapat kondisi yang kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau utang, maka kerugian, biaya dan utang harus segera diakui. Sebaliknya, apabila terdapat kondisi yang memungkinkan laba, pendapatan atau aset, maka laba, pendapatan atau aset tidak dapat langsung diakui sampai kondisi tersebut benar-benar telah terjadi.

Konservatisme merupakan pandangan yang pesimistik dalam akuntansi. Akuntan yang konservatis berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan menggunakan prinsip memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aset dan meninggikan penilaian utang (Lo, 2005).

F. Konservatisme Akuntansi dalam PSAK

PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme. Pengakuan prinsip konservatisme di dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di dalam sebuah kondisi yang sama (Savitri, 2016). Hal


(34)

tersebut akan mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatisf. Beberapa pilihan metode pencatatan di dalam PSAK yang dapat menimbulkan laporan keuangan konservatif diantaranya (Enni, 2016) adalah: 1. PSAK No. 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan

dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu metode yaitu FIFO (first in first out) atau masuk pertama keluar pertama dan metode rata-rata tertimbang.

2. PSAK No.16 tentang aktivat tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap. Estimasi masa manfaat suatu aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa. Estimasi masa manfaat haruslah diteliti kembali secara periodik dan jika manajemen menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari estimasi sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban penyusutan saat ini dan di masa yang akan dating. Standar ini memungkinkan perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan dan dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif. 3. PSAK No.19 tentang asset tidak berwujud yang berkaitan dengan metode

amortisasi. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah penyusutan suatu asset atas dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya.


(35)

4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan perusahaan akan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila besar kemungkinan biaya tersebut dapat diukur secara handal, maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva.

G. Konservatisme Akuntansi dalam IFRS

Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam standar auntansi Internasional (IFRS). Hellman (2007) menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS berfokus pada pencatatan yang relevan sehingga menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi sehingga terhadap estimasi dan berbagai judgement. Dalam hal ini, kebijakn yang ditetapkan IASB dapat menyebabkan semakin berkurangnya penekanan atas penerapan konservtisme akuntansi secara konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan IFRS.

Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia sudah mengadopsi IFRS dan sudah dilakukan konvergensi sejak tahun 2012. Konsep konservatisme akuntansi sudah bukan lagi merupakan karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual yang baru. Konservatisme dianggap tidak sesuai dengan kerangka teori IFRS karena laporan keuangan berdasarkan IFRS harus bersifat dapat dimengerti, relevan dapat diandalkan dan sebanding tetapi tanpa bias konservatif. Sebagai ganti konssrvatisme maka dimunculkan


(36)

konsep prudence. Prudence merupakan inklusi dari tingkat kehati-hatian yang dibutuhkan dalam membuat estimasi yang diperlukan saat kondisi yang tidak pasti, seperti asset tidak overstated dan liabilitas atau biaya tidak understated (IAS dalam Godfrey et al, 2010). Dalam konsep konservatisme, laba dan pendapatan akan diakui jika benar-benar telah teralisasi, tetai jika rugi akan segera diakui. Tetapi, dalam konsep prudence ketika terjadi laba dan pendapatan atau menurunnya kewajiban dan beban, walaupun belum terealisasi akan diakui jika memang kriteria dalam pengakuan tersebut sudah terpenuhi.

H. Manfaat Akuntansi di Perusahaan

Prinsip konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan merupakan prinsip yang masih kontrovesial sampai saat ini. Ada beberapa pihak yang mendukung diperlukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi karena bermanfaat, tetapi ada beberapa pihak juga yang tidak mendukung adanya prinsip konservatisme karena tidak bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan akuntansi konservatisme yang bermanfaat dan tidak bermanfaat:

1. Konservatisme Akuntansi Bermanfaat

Salah satu diperlukannya prinsip konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan adalah menetralisir optimisme para manajer dalam melaporkan hasil usahanya. Artinya laporan keuangan yang dihasilkan akan bersifat pesimis. Menurut Watts (2003) prinsip


(37)

konservatisme ini dapat menghindari sikap optimisme para manajer dalam kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai medianya. Dengan begitu prinsip konservatisme dapat menghindari sifat moral hazard dan praktik manajemen laba oleh manajer dalam perusahaan.

Watts (2003) menyatakan selain untuk membatasi perilaku optimisme manajer, prinsip ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena akan membatasi opportunistic payment kepada manajer dalam bentuk bonus dan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain itu manfaat lainnya adalah mengurangi potensi tuntutan hukum (litigation) akibat pencatatan laba yang overstatement, dan terakhir menaati peraturan yang dibuat oleh standar akuntansi dalam metode yang dipilih dalam penyusunan laporan keuangan.

Prinsip ini sangat menolong para kreditur, pemegang saham serta calon investor karena hasil laba yang dilaporkan perusahaan merupakan nilai laba minimal. Menurut Almilia (2004) nilai laba dalam laporan keuangan yang disusun menggunakan prinsip konservatisme merupakan laba yang berkualitas karena menunjukan laba minimal atau laba yang nilainya tidak dibesar besarkan.

2. Konservatisme Akuntansi Tidak Bermanfaat

Salah satu kritik yang sering muncul dalam penggunaan akuntansi konservatisme adalah prinsip ini mempengaruhi hasil dari


(38)

laporan keuangan. Kiryanto dan Supriyanto (2006) menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan sebenarnya. Ini dikarenakan prinsip konservatisme yang lebih cepat mengakui kewajiban dan biaya serta lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.

Menurut Klein dan Marquardt (2000), terdapat dua aspek yang dapat menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas dari laporan keuangan, khususnya dalam hal relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan nilai laba dan aset terlalu rendah. Akibatnya akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan khususnya netralitas dan adanya konservatisme akuntansi juga mendorong sikap pesimistik yang akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme menerapkan penundaan pengakuan berita baik dan dengan segera mengakui berita buruk. Hal tersebut dapat mengakibatkan understatement atas laba yang dilaporkan pada periode saat ini, lalu overstatement terhadap laba yang dilaporkan pada periode yang akan datang.

I. Pengukuran Konservatisme Akuntansi

Watts (2003) membagi konservatisme menjadi 3 pengukuran, yaitu earning/stock return relation measure, net asset measure, earning/accrual measure. Berbagai peneliti telah mengajukan berbagai metode pengukuran


(39)

konservatisme. Ukuran konservatisme menurut Watts (2003), terdapat tiga bentuk ukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu:

1. Earnings/stock return relation measures

Sari et al (2009) menyatakan bahwa keberadaan stock market price dapat merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai aset, stock return tetap dilaporkan sesuai dengan waktunya. Menurut Basu (1997) konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Sari et al (2009) memberikan alasan karena kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan kabar baik. Basu (1997) memprediksi bahwa pengembalian saham dan earning cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, akan tetapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings. Basu (1997) meregresi laba tahunan pada return saham tahunan yang sama:

NI = β0 + β1NEG + β2RET + β3RET*NEG + ε Penjelasan:

NI : laba bersih sebelum extraordinary item dibagi dengan nilai pasar ekuitas pada awal tahun.

RET : return saham.

NEG : variable indikator, bernilai satu jika RET negatif dan bernilai nol jika RET positif.


(40)

ß2 : mengukur ketepatan waktu dari laba dengan respon terhadap return positif (goodnews).

ß3 : mengukur ketepatan waktu dari laba incremental dengan respon terhadap return negatif (badnews).

Atau dalam modelnya Basu (1997) menggunakan model piecewise linear regression sebagai berikut:

ΔNI = α0 + α1ΔNIt-1 + α2DΔNIt-1 + α3DΔNIt-1×ΔNIt-1 + εt

Penjelasan:

ΔNIt: net income sebelum adanya extraordinary items dari tahun t

1 hingga t, yang diukur dengan menggunakan total assets awal nilai buku.

DΔNIt-1: dummy variable, bernilai 1 jika perubahan ΔNIt-1 bernilai

negatif.

NI adalah laba per lembar saham sebelum adanya extraordinary items. RET adalah tingkat pengembalian saham, sedangkan NEG adalah variabel dummy dimana angka 1 untuk tingkat pengembalian negatif dan 0 untuk tingkat pengembalian positif. Menurut Basu (1997) perusahaan menerapkan konservatisme akuntansi apabila ß3 sebagai reaksi antara tingkat pengembalian dan variabel dummy menunjukkan hasil positif. Hal ini didasarkan pada asumsi pasar saham lebih cepat bereaksi terhadap bad news daripada good news.

Dalam pasar yang efisien, return saham untuk melihat secara asimetri dan cepat mencerminkan seluruh news yang disediakan publik. Hasilnya laba diduga akan berkorelasi dengan pergerakan harga saham pada perioda yang dikarakteristikkan sebagai bad news daripada perioda


(41)

yang dikarakteristikkan sebagai good news. Dengan demikian, digunakan return untuk mengukur news. Return negatif sebagai proksi bad news, sedangkan return positif sebagai proksi good news (Basu, 1997).

2. Net asset measures

Ukuran selanjutnya untuk pengukuran tingkat konservatisme laporan keuangan yaitu understatement atas nilai aktiva dan overstatement atas nilai kewajiban. Proksi pengukuran menggunakan rasio market to book equity, rasio yang mencerminkan nilai pasar ekuitas relative terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Fala (2007) menyatakan bahwa nilai buku dapat diketahui dengan menghitung nilai ekuitas perusahaan pada tanggal neraca akhir periode dan nilai pasar diukur dari harga penutupan saham saat tanggal pengumuman untuk mencerminkan respon pasar terhadap laporan keuangan. Penerapan akuntansi yang konservtaif dapat diketahui dengan melihat nilai rasio. Jika nilai rasio lebih dari 1, itu mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan di bawah nilai pasar.

3. Earnings/accrual measures

Konservatisme dapat diukur menggunakan akrual, yaitu selisih antara laba bersih sebelum depresiasi / amortisasi dengan arus kas khusus kegiatan operasi. Menurut Givoly and Hayn (2002) setelah melihat penggunaan akrual selama beberapa tahun, mereka menyatakan


(42)

bahwa konservatisme menghasilkan laba bersih lebih kecil daripada arus kas operasi atau dapat disebut dengan akrual negatif dan mengindikasikan digunakannya konservatisme. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Semua ini didasari oleh teori konservatisme yang menunda pengakuan pendapatan sebelum terjadi dan mempercepat pengguanaan biaya yang akan terjadi. Dengan demikian, pada laporan laba rugi yang konservatisme akan menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca. Dapat diperjelas dengan rumus berikut:

Ait = NIit - CFit Penjelasan:

Ait : nilai akrual pada perusahaan i saat waktu t.

NIit : laba bersih sebelum extraodinary item ditambah depresiasi dan amortisasi.

CFit : arus kas dari kegiatan operasi.

Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatisme akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya (Givoly and Hayn, 2002).


(43)

Dalam hal ini, laporan laba rugi yang konservatisme menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca. Sebaliknya, laporan keuangan yang oprimis akan cenderung memiliki laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi sehingga akrual yang dihasilkan adalah positif.

Givoly and Hayn (2002) membagi akrual menjadi dua, yaitu: a. Operating accrual

Merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Menurut Sari et al (2009), komponen utamanya adalah piutang dagang, persediaan dan kewajiban yang merupakan akun yang biasa digunakan untuk memanipulasi pendapatan untuk mencapai tujuan pelaporan. Literatur Criterion Research Group menyatakan bahwa operating accrual menangkap perubahan dalam aktiva lancar, kas bersih dan investasi jangka pendek dikurang dengan perubahan dalam aktiva lancar dan utang jangka pendek bersih.

b. Non-operating accrual

Merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil diluar kegiatan operasional perusahaan. Menurut Sari et al (2009), komponen utamanya terutama dalam sisi aktiva adalah aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Literatur Criterion Research Group menyatakan bahwa non-operating accrual menangkap


(44)

perbedaan dalam aktiva tidak lancar dan investasi yang bukan ekuitas jangka panjang bersih dikurang dengan perubahan dalam kewajiban tidak lancar, hutang jangka panjang bersih. Persamaannya dapat dilihat seperti yang dijelaskan oleh Sari et al (2009) sebagai berikut:

Non-operating accruals = Total accruals (before depreciation) Operating accruals.

Penjelasan:

Total Accrual = (laba bersih + depresiasi) – arus kas kegiatan operasi.

Operating Accrual = (Δpiutang + Δpersediaan + Δbeban dibayar dimuka) – (Δhutang + Δbeban yang masih

harus dibayar + Δhutang pajak).

Menurut Givoly and Hyan (2000) depresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Pada saat pembelian aktiva, kas yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan bukan dari kegiatan operasi. Dengan demikian, alokasi biaya depresiasi yang terdapat dalam net income tidak berhubungan dengan kegiatan operasi dan harus dikeluarkan dari perhitungan.

Givoly and Hayn (2000) menyatakan bahwa apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongan konservatif, yang disebabkan karena laba lebih rendah dari cash flow yang dipenuhi oleh


(45)

perusahaan pada periode tertentu. Rumus mengukur konservatisme (Givoly and Hayn, 2000), yaitu:

� = [ � + ���− ] ×−

Penjelasan:

CONACC = Konservatisme akuntansi yang dikukur secara akrual. NI = Net Income sebelum extra ordinary items.

CF = Cash flow from operation. DEP = Depresiasi.

RTA = Rata-Rata Total Aktiva.

Semakin negatif tingkat akrual rata-rata selama periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang digunakan semakin konservatis. Sementara itu, apabila terjadi akrual positif berarti mengindikasikan perusahaan cenderung tidak menggunakan prinsip konservatisme akuntansi. Dalam penelitian ini, hasil perhitungan total akrual, kemudian dikalikan dengan -1 agar memudahkan dalam pengelompokan dan pengolaha data (Ahmed and Duellman, 2007) sehingga angka yang positif akan menunjukkan tingkat konservatisme yang semakin tinggi.

Klasifikasi data juga diperlukan untuk memberikan ukuran data menjadi beberapa kategori. Ukuran konservatisme akuntansi berskala nominal. Bila data bernilai positif maka tingkat konservatisme semakin tinggi. Bila data bernilai negatif maka


(46)

tingkat konservtaisme semakin rendah (Ahmed dan Duellman, 2007). Dalam hal ini konservatif yang lebih kecil berarti itu tidak baik, sementara konservatif yang lebih besar akan menyebabkan perusahaan semakin bersifat konservatif. Kemudian dari nilai negatif dan positif dibuat kategori menjadi:

X < 0 dengan kategori 0 = Tidak konservatif

X ≥ 0 dengan kategori 1 = Konservatif

Apabila terjadi akrual positif yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya konservatisme akuntansi. Kemudian nilai variabel konservatisme akuntansi akan diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2011-2015) dengan rumus:

∑ nilai akrual konservatisme tahun − 5 5

J. Hubungan CEO Gender dan Konservatisme Akuntansi

Basu (1997) menjelaskan konservatisme akuntansi adalah prinsip akuntansi yang dihormati dengan penerapan yang melaporkan laba atau aktiva lebih rendah dan melaporkan hutang lebih tinggi. Prinsip konservatisme secara historis telah menjadi pedoman bagi banyak praktik akuntansi. Menurut prinsip konservatisme ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi, maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui (Hery,


(47)

menyediakan pedoman yang rasional (menyajikan angka laba bersih dan aktiva yang rendah).

Konservatisme akuntansi dapat dijelaskan sesuai dengan teori agensi. Scott (2009), dalam teori keagenan disebutkan bahwa masing-masing pihak yaitu agent dan principal berusaha memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara agent dan principal. Hubungan agensi terjadi ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu dan medelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agent tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan principal dan Chief Executive Officer (CEO) adalah agent mereka. Pemegang saham menyewa Chief Executive Officer (CEO) dan mengharapkan CEO untuk bertindak bagi kepentingan mereka.

Menurut Eisenhardt (1989), menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan asumsi tiga sifat manusia, yaitu: (1) manusia umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepi masa mendatang (bounded rationality), (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan tiga asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer akan bertindak opportunistic untuk kepentingannya sendiri. Dilihat dari tiga asumsi sifat manusia yang menyatakan teori agensi, dapat dihubungkan juga dengan gender yang terlihat di dalam seorang CEO.

Bukti menunjukkan adanya hubungan gender bahwa CEO perempuan dapat dilihat lebih konservatif dalam tugas-tugas akuntansi, karena perempuan


(48)

dapat dijelaskan dengan teori feminisme (Jackson et al, 2009). CEO perempuan secara biologis memiliki tingkat depresi, kecemasan, temperamental yang lebih tinggi daripada laki-laki. Secara keseluruhan, model teoritis akan mempresiksi perbedaan gender dalam kepribadian.

Menurut Costa et al (2001) literatur psikolog menemukan perempuan menjadi kurang tegas dan kurang agresif. CEO perempuan cenerung memiliki sensivitas yang tinggi dibandingkan dengan CEO laki-laki khususnya menyangkut perilaku etis, dan perbedaan sensivitas yang menyebabkan adanyan perbedaan pengambilan keputusan. Berbeda halnya dengan CEO laki-laki yang dapat dijelaskan dengan karakter maskulin. Chaftez (1999) menjelaskan ada tujuh karakter maskulin, diantaranya (1) memiliki fisik yang jantan, atletis, kuat, berani; (2) bersifat fungsional; (3) seksual; (4) emosional; (5) berpikiran intelektual; (6) bersikap interpersonal; (7) berorientasi untuk menjadi sukses.

Perbedaan gender ini dapat dibuktikan menurut Huang and Kisgen (2013) menemukan bahwa CEO perempuan dapat menyelesaikan masalah yang signifikan dan memiliki perkiraan lebih tentang laba per saham (EPS) daripada CEO laki-laki. Krishnan and Parsons (2008) mengamati profitabilitas yang lebih tinggi dilakukan oleh CEO perempuan meski dengan konservatisme. Perlu diperhatikan konservatif pikiran CEO perempuan terdapat kecenderungan yang membuat mereka menjadi kurang tegas, kurang agresif, kurang percaya diri, dan lebih cemas.


(49)

Partisipasi perempuan bernilai positif terkait dengan pendapatan dan ketepatan waktu yang koefisien. Koefisien keragaman jenis kelamin, menunjukkan hasil positif yang signifikan. Konservatisme akuntansi adalah aspek penting dalam monitoring yang baik dan dituntut oleh investor dengan tingkat yang lebih tinggi karena merupakan tujuan penting bagi CEO. Partisipasi perempuan digunakan untuk mencapai tujuan bagi suatu perusahaan.

CEO merupakan pihak yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. CEO perempuan akan lebih berhati-hati dalam mengakui laba. CEO perempuan harus dapat memastikan laba yang dilaporkan perusahaan berkualitas dan menggunakan prinsip konservatisme akuntansi sehingga dapat meningkatkan kualitas laba di perusahaan.

K. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini menjelaskan tentang beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan CEO gender dan konservatisme akuntansi. Harris (2015) menemukan bahwa non-CEO family ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan non-CEO family ownership akan memiliki konservatisme yang lebih tinggi. Adanya pengaruh yang signifikan non-CEO family ownership terhadap konservatisme akuntansi dengan arah positif, menunjukkan bahwa non-CEO family ownership akan lebih hati-hati dalam melaporkan aset mereka.


(50)

Ho et al (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan CEO perempuan lebih konservatif, karena CEO perempuan lebih etis dan menghindari risiko. Ho et al (2014) mengharapkan CEO perempuan untuk mengenali berita buruk laba yang dilaporkan tepat waktu dan konsisten bahwa perusahaan dengan CEO perempuan dapat melaporkan pendapatan yang lebih konservatif. Konsisten dalam hal ini berupa kebijaksanaan konvensional, yang menghasilkan hubungan antara CEO perempuan dan konservatisme akuntansi. Sebuah analisis cross-sectional dari efek CEO gender konservatisme akuntansi menghasilkan hasil yang intuitif.

Palvia et al (2014) menemukan adanya hubungan gender dan konservatisme akuntansi. Analisis mereka dimotivasi oleh perbedaan perilaku yang terdokumentasi dengan baik antara perempuan dan laki-laki. Mengingat bahwa perempuan umumnya lebih konservatif dan kurang cenderung untuk mengambil risiko ekstrim, mereka mendalilkan bahwa CEO perempuan dalam menilai risiko lebih konservatif. Khususnya, mereka mendokumentasikan bahwa bank-bank dengan para CEO perempuan lebih konservatif.

Boussaid et al (2015) menemukan hubungan positif antara keanekaragaman gender dan kondisional konservatisme akuntansi. Hubungan positif menunjukkan bahwa direktur perempuan melakukan pemantauan untuk mengenali kabar baik dalam laporan keuangan.

Huang dan Kisgen (2013) menemukan hubungan positif antara eksekutif perempuan dan konservatisme akuntansi. Eksekutif perempuan di perusahan akan mengeluarkan perkiraan pendapatan yang jauh lebih sempit


(51)

daripada perkiraan eksekutif laki-laki. Etika yang lebih kuat terjadi oleh eksekutif perempuan karena sensivitas eksekutif perempuan akan mengarahkan untuk memperkirakan pendapatan menjadi tidak etis dan agresif, sehingga meningkatkan kualiatas yang dilaporkan bersifat konservatif.

Menurut Francis (2009) menemukan hubungan positif antara eksekutif perempuan dengan konservatisme akuntansi. Penelitian ini berfokus pada sensivitas etika eksekutif perempuan saat berada di tingkat manajemen puncak dam dalam melakukan pelaporan keuangan akan bersifat konservatif.

Krishnan dan Parson (2008) menemukan hubungan positif antara eksekutif perempuan dan konservatisme akuntansi. Mereka mengamati profitabilitas yang lebih tinggi namun laba lebih konservatif dengan eksekutif perempuan dalam perusahaan. Mengingat pola pikir konservatif CEO perempuan cenderung bersikap kurang agresif, kurang percaya diri dan akan bersikap cemas.


(52)

L. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini ingin meneliti hubungan variabel CEO gender dan konservatisme akuntansi, sehingga tidak ada perumusan hipotesis dalam penelitian ini dan kesimpulan yang ditarik hanya terbatas pada populasi sasaran. Penelitian ini menunjukkan variable yang dapat dihubungkan dengan konservatisme akuntansi adalah CEO gender, dalam penelitian ini seperti digambarkan berikut ini.

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Konservatisme Akuntansi CEO Gender


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi empiris pada perusahaan manufaktur yang listing (terdaftar) di BEI (Bursa Efek Indonesia). Studi empiris adalah penelitian dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id, dan kemudian diolah dan dianalisis secara menyeluruh.

B. Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2011-2015. Periode pelaporan ditentukan berdasarkan satu tahapan program perusahaan manufaktur di Indonesia.

C. Populasi Sasaran

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan pada Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dengan sampel perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2011-2015.

Populasi sasaran dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu:


(54)

1) Terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2015.

2) Perusahaan manufaktur yang konsisten mempublikasikan laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015.

3) Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4) Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan tahunan di BEI dari tahun 2011-2015

5) Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2011-2015.

6) CEO gender yang konsisten dari tahun 2011-2015.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan statistika. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangan dan dipublikasikan pada Indonesia Market Directory (ICMD). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan lima periode yaitu tahun 2011-2015. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).


(55)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisa data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur. Selain itu juga menggunakan studi pustaka dengan mengolah data, artikel, jurnal, maupun sumber tertulis lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

F. Teknik Analisis Data 1. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data untuk menentukan CEO gender yaitu melihat CEO di perusahaan dipimpin laki-laki atau perempuan (jenis kelamin) di dalam annual report dengan melihat profil direktur utama atau dengan melihat surat pernyataan direksi. Kemudian mengumpulkan data untuk menghitung tingkat konservatisme akuntansi.

2. Menentukan CEO Gender

Menentukan CEO gender yang dilihat dari pemegang CEO di perusahaan selama tahun 2011-2015 adalah laki-laki atau perempuan dengan menggunakan variabel dummy berdasarkan nama CEO dengan melihat keterangan jenis kelamin atau foto yang terdapat di profil direksi.

3. Menghitung Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi dapat dihitung dengan rumus akrual.


(56)

Kemudian nilai variable konservatisme akuntansi akan diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2011-2015).

∑ nilai akrual konservatisme tahun − 5 5

4. Mengklasifikasikan Data Konservatisme Akuntansi

Klasifikasi data konservatisme akuntansi untuk memberikan ukuran data menjadi kategori, dengan cara menentukan konservatisme bila data bernilai positif dan tidak konservatisme bila data bernilai negatif (Ahmed dan Duellman, 2007).

5. Melakukan Analisis Hubungan denganTabulasi Silang (Crosstab)

Analisis tabulasi silang (crosstab) menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstab adalah data dengan skala nominal atau kategori (Ghozali, 2011). Analisis tabulasi silang (crosstab) menggunakan aplikasi SPSS 16.

6. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari hasil analisis pada table tabulasi silang (crosstab) antar variable CEO gender dengan variable konservatisme akuntansi, kemudian pemeliti akan menarik kesimpulan dengan melihat arah dan kekuatan hubungan dari variable-variabel penelitian.


(57)

Ukuran yang digunakan untuk interprestasi koefisien korelasi seperti yang tertera pada table di bawah ini (Sarwono, 2009).

Table 1. Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi

No Interval Nilai Tingkat Hubungan

1 r = 0 Tidak ada korelasi

2 0 < r ≤ 0,25 Sangat Lemah

3 0,25 < r ≤ 0,5 Cukup kuat

4 0,5 < r ≤ 0,75 Kuat

5 0,75 < r ≤ 0,99 Sangat kuat


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Populasi Sasaran

Populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di situs resmi PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) di tahun 2011-2015, dan yang terpilih memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Subjek penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan manufaktur yang dapat diunduh pada website resmi BEI. Populasi sasaran ditentukan dengan membuat kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan penelitian, untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Kriteria pemilihan perusahaan yang menjadi populasi sasaran dijabarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran

Kriteria Populasi Jumlah Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2011-2015

140 Perusahaan manufaktur yang tidak konsisten terdaftar di BEI tahun 2011-2015

(13) Perusahaan yang menggunakan mata uang asing (27) Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan

laporan keuangan tahunan di BEI pada tahun 2011-2015

(1)

Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data (7) CEO gender yang tidak konsisten di tahun

2011-2015

(2) Jumlah Perusahaan 90 Anggota Populasi Sasaran (2011-2015) 450


(59)

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa terdapat 140 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2011-2015, namun ada 13 perusahaan yang tidak secara konsisten terdaftar selama tahun 2011-2015. Ada perusahaan yang baru listing pada tahun selama pengamatan dan juga ada yang mengalami delisting atau sahamnya ditarik dari pasar modal. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang menggunakan mata uang rupiah, terdapat 27 perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan yang diterbitkan sehingga jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi 100.

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang dalam tahun 2011-2015 secara melaporkan laporan keuangan. Penelitian ini menemukan 1 perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan dari tahun 2011-2015. Dengan demikan setelah dikurangi dengan jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode tahun 2011-2015 menjadi perusahaan 99.

Kriteria terakhir adalah perusahaaan yang memiliki kelengkapan data agar bisa diolah sesuai pengukuran yang diperlukan, adapun data tersebut adalah: total aset, arus kas dari operasional, depresiasi, laba bersih sebelum extra ordinary items, dan profil CEO di perusahaan. Penelitian tidak menemukan 7 perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data sehingga jumlah akhir perusahaan dalam penelitian ini adalah 90 perusahaan. Penelitian dilakukan untuk periode 2011-2015 sehingga jumlah anggota populasi sasaran adalah 90.


(60)

Sejumlah 90 perusahaan tersebut selanjutnya disebut sebagai populasi sasaran dalam penelitian ini. Anggota populasi sasaran (2011-2015) sebanyak 450 itu diperoleh dari 90 perusahaan dalam 5 tahun, yaitu periode 2011-2015. Kesimpulan dari hasil pengujian populasi sasaran sejumlah 90 perusahaan, bukan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2011-2015.

B. Profil Perusahaan

Berikut ini profil dari 90 perusahaan yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini.

1. Akasha Wira International Tbk

Kode Perusahaan ADES

Nama Perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk Alamat Perusahaan Perkantoran Hijau Arkadia, Jl.

Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520 – Indonesia

Sektor Industri barang konsumsi

Sub Sektor Komestik dan barang keperluan rumah tangga

2. Argha Karya Prima Ind Tbk

Kode Perusahaan AKPI

Nama Perusahaan Argha Karya Prima Ind Tbk

Alamat Perusahaan Jln. Industri Cimareme II No. 14 RT. 024/RW. 005, Cimerang, Padalarang, Bandung Barat

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pulp dan kertas


(61)

3. Alkindo Naratama Tbk

Kode Perusahaan ALDO

Nama Perusahaan Alkindo Naratama Tbk

Alamat Perusahaan Jln. Industri Cimareme II No. 14 RT. 024/RW. 005, Cimerang, Padalarang, Bandung Barat

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pulp dan kertas

4. Alaska Industrindo Tbk

Kode Perusahaan ALKA Nama Perusahaan ndustrindo Tbk

Alamat Perusahaan Jln. Pulo Gadung No. 4, Pulogadung Industrial Estate Jakarta – 13930 Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Logam dan sejenisnya

5. Alumindo Light Metal Tbk

Kode Perusahaan ALMI

Nama Perusahaan Alumindo Light Metal Tbk

Alamat Perusahaan Sawotratap, Gedangan (Kompleks Industri Maspion Unit I) Sidoarjo -61254

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya

6. Asahimas Flat Glass Tbk

Kode Perusahaan AMFG

Nama Perusahaan Asahimas Flat Glass Tbk

Alamat Perusahaan Jl. Amcol IX/5, Ancol Barat, Jakarta Utara

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Keramik, porselen dan kaca


(62)

7. Asiaplast Industries Tbk

Kode Perusahaan APLI

Nama Perusahaan Asiaplast Industries Tbk

Alamat Perusahaan Jln. H.R. Rasuna Said Kav. 1, Jakarta Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Plastik dan kemasan

8. Astra International Tbk

Kode Perusahaan ASII

Nama Perusahaan Astra International Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat Astra berdomisili di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta 14330 – Indonesia.

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Otomotif dan komponen

9. Astra Auto Part Tbk

Kode Perusahaan AUTO

Nama Perusahaan Astra Auto Part Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat AUTO beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2 Kelapa Gading, Jakarta 14250 – Indonesia, dan pabrik berlokasi di Jakarta Bogor

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Otomotif dan komponen

10. Saranacentral Bajatama Tbk

Kode Perusahaan BAJA

Nama Perusahaan Saranacentral Bajatama Tbk

Alamat Perusahaan Jln. Pangeran Jayakarta No. 55 Jakarta – 10730

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya


(63)

11. Sepatu Bata Tbk

Kode Perusahaan BATA

Nama Perusahaan Sepatu Bata Tbk

Alamat Perusahaan Jl. RA. Kartini Kav. 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan – 12430

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Alas kaki

12. Primarindo Asia Infrastructure Tbk Kode Perusahaan BIMA

Nama Perusahaan Primarindo Asia Infrastructure Tbk Alamat Perusahaan Jln. Raya Ranca Bolang No. 98

Gedebage, Bandung

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Alas kaki

13. Berlina Tbk

Kode Perusahaan BRNA Nama Perusahaan Berlina Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat dan pabrik Berlina beralamat di Jl Jababeka Raya Blok E No. 12 – 17, Kawasan Industri

Jababeka, Cikarang, Bekasi 17520 Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Plastik dan kemasan

14. Beton Jaya Manunggal Tbk

Kode Perusahaan BTON

Nama Perusahaan Beton Jaya Manunggal Tbk Alamat Perusahaan Jl. Raya Krikilan No. 434, Km 28

Driyorejo – Gresik, Jawa Timur Sektor Industri dasar dan kimia


(64)

15. Budi Acid Jaya Tbk

Kode Perusahaan BUDI

Nama Perusahaan Budi Acid Jaya Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat BUDI berlokasi di Wisma Budi lantai 8 – 9, Jalan HR. Rasuna Said Kav C – 6, Jakarta Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Kimia

16. Cahaya Kalbar Tbk

Kode Perusahaan CEKA

Nama Perusahaan Cahaya Kalbar Tbk

Alamat Perusahaan Jl. Katulistiwa Km. 4,3 Batulayang, Pontianak 78244 – Kalimantan Barat Sektor Industri barang konsumsi

Sub Sektor Makanan dan minuman

17. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Kode Perusahaan CPIN

Nama Perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat CPIN terletak di Jl.

Ancol VIII No. 1, Jakrta Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pakan Ternak

18. Delta Djakarta Tbk

Kode Perusahaan DLTA

Nama Perusahaan Delta Djakarta Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, bekasi Timur – Jawa Barat Sektor Industri barang dan konsumsi Sub Sektor Makanan dan minuman


(65)

19. Duta Pertiwi Nusantara Tbk

Kode Perusahaan DPNS

Nama Perusahaan Duta Pertiwi Nusantara Alamat Perusahaan Jln. Tanjung Pura No. 263D,

Pontianak Kalimantan Barat Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Kimia

20. Ekadharma Internasional Tbk

Kode Perusahaan EKAD

Nama Perusahaan Ekadharma Internasional Tbk Alamat Perusahaan Jln. Panjang Kedoya, Jakarta Barat –

11520

Sektor Industri dan kimia

Sub Sektor Kimia

21. Fajar Surya Wisesa Tbk

Kode Perusahaan FASW

Nama Perusahaan Fajar Surya Wisesa Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat Fajar Paper terletak di Jalan Abdul Muis No. 30, Jakarta 101610

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pulp dan kertas

22. Gunawan Dianjaya Steel Tbk

Kode Perusahaan GDST

Nama Perusahaan Gunawan Dianjaya Steel Tbk Alamat Perusahaan Jl. Margomulyo No. 29A, Surabaya,

Jawa Timur

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya


(66)

23. Gudang Garam Tbk

Kode Perusahaan GGRM

Nama Perusahaan Gudang Garam Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat Gudang Garam

beralamat di Jl. Semampir II/1, Kediri, Jawa Timur

Sektor Industri barang dan konsumsi

Sub Sektor Rokok

24. Gajah Tunggal Tbk

Kode Perusahaan GJTL

Nama Perusahaan Gajah Tunggal Tbk

Alamat Perusahaan Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Otomotif dan komponen

25. Pan Asia Indo Resources Tbk

Kode Perusahaan HDTX

Nama Perusahaan Pan Asia Indo Resources Tbk Alamat Perusahaan Jl. Moh Toha Km 6, Kabupaten

Bandung

Sektor Aneka Industri

Sub Sektor Tekstil dan garment

26. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

Kode Perusahaan HMSP

Nama Perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Alamat Perusahaan One Pacific Place, 18th FI., Sudirman

Central Business District (SCBD) Jln. Jend. Kav. 52 – 53, Jakarta 12190 Sektor Industri barang dan konsumsi


(67)

27. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Kode Perusahaan ICBP

Nama Perusahaan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Alamat Perusahaan Sudirman Plaza, Indofood Tower 23rd

Floor,. Jln. Jend. Sudirman Jakarta – 12910

Sektor Industri barang dan konsumsi Sub Sektor Makanan dan minuman

28. Champion Pasific Indonesia Tbk

Kode Perusahaan IGAR

Nama Perusahaan Champion Pasific Indonesia Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat dan pabrik IGAR terletak

di Jalan Raya Sultan Agung Km. 28,5 Bekasi 17134

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Plastik dan kemasan

29. Inti KeramikAlamasri Industri Tbk Kode Perusahaan IKAI

Nama Perusahaan Inti Keramik Alamasri Industri Tbk Alamat Perusahaan Jln. Pangeran Jayakarta No. 133 Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Keraik porselin dan kaca

30. Indomobil Sukses International Tbk Kode Perusahaan IMAS

Nama Perusahaan Indomobil Sukses International Tbk Alamat Perusahaan Wisma Indomobil 6th FI., Jln. MT.

Haryono Kav. 8 Jakarta – 13330

Sektor Aneka Industri


(68)

31. Indofarma Tbk

Kode Perusahaan INAF

Nama Perusahaan Indofarma Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat INAF terletak di Jalan. Indofarma No. 1, Cibitung, Bekasi 17530 – Indonesia

Sektor Industri barang konsumsi

Sub Sektor Farmasi

32. Indal Aluminium Industry Tbk

Kode Perusahaan INAI

Nama Perusahaan Indal Aluminium Industry Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat INAI terletak Jl.

Kembang Jepun No. 38 – 40, Surabaya 60162

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya

33. Intan Wijaya International Tbk

Kode Perusahaan INCI

Nama Perusahaan Intan Wijaya International Tbk Alamat Perusahaan Wisma IWI 5th FI., Jln. Perjuangan,

Jalur Lambat Tomang Tol, Jakarta 11530

Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Kimia

34. Indofood Sukses Makmur Tbk

Kode Perusahaan INDF

Nama Perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat INDF berlokasi di

Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia Sektor Industri barang dan konsumsi Sub Sektor Makanan dan minuman


(69)

35. Indospring Tbk

Kode Perusahaan INDS

Nama Perusahaan Indospring Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat INDS terletak di Jalan Mayjend Sungkono No. 10,

Segoromadu, Gresik 61123, Jawa Timur – Indonesia

Sektor Aneka Industri

Sub Sektor Otomotif dan komponen

36. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Kode Perusahaan INTP

Nama Perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat INTP berlokasi di

Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 70 – 71, Jakarta Sektor Industri dasar dan kimia

Sub Sektor Semen

37. Jembo Cable Company Tbk

Kode Perusahaan JECC

Nama Perusahaan Jembo Cable Company Tbk Alamat Perusahaan Jl. Pajajaran. Kel. Gandasari –

Jatiuwung Tangerang 15137

Sektor Aneka industri

Sub Sektor Kabel

38. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk

Kode Perusahaan JKSW

Nama Perusahaan Jakarta Kyoei Steel Works Tbk Alamat Perusahaan Jln. Rawa Teratai II no 1 Kawasan

Industri Pulo Gadung, Jakarta Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya


(70)

39. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk

Kode Perusahaan JPFA

Nama Perusahaan JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Alamat Perusahaan Jl. MT. Haryono Kav. 16 Jakarta

12810

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pakan ternak

40. Jaya Pari Steel Tbk

Kode Perusahaan JPRS

Nama Perusahaan Jaya Pari Steel Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat dan pabrik JPRS beralamat di Jln. Margomulyo No. 4 Tandes Surabaya

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Logam dan sejenisnya

41. Kimia Farma (Persero) Tbk

Kode Perusahaan KAEF

Nama Perusahaan Kimia Farma (Persero) Tbk

Alamat Perusahaan Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110 dan unit produksi berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Mojokerto), dan Tanjung Morawa-Medan

Sektor Indusrti barang konsumsi

Sub Sektor Farmasi

42. KMI Wire and Cable Tbk

Kode Perusahaan KBLI

Nama Perusahaan KMI Wire and Cable Tbk

Alamat Perusahaan Jl. Bekasi Raya Cakung Jakarta Timur 13910 KM 23,1

Sektor Aneka industry


(71)

43. Kabelindo Murni Tbk

Kode Perusahaan KBLM

Nama Perusahaan Kabelindo Murni Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat Kawasan Industry Pulogadung. Jl. Rawa Girang 2 Kawasan Industry Pulogadung Jatinegara, Cakung Jakarta Timur 13930 DKI Jakarta

Sektor Aneka industry

Sub Sektor Kabel

44. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Kode Perusahaan KBRI

Nama Perusahaan Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat KBRI berlokasi di

gedung Antam Office Park Tower B, Lt. 11, Jl. Letjen TB. Simatupang No 1, Tanjung Barat – Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530 – Indonesia

Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Pulp dan kertas

45. Kedaung Setia Industrial Tbk

Kode Perusahaan KDSI

Nama Perusahaan Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Alamat Perusahaan Kantor pusat KDSI berlokasi di Jalan

Mastrip 862, Warugunung –

Karangpilang, Surabaya, Jawa Timur Sektor Industri dasar dan kimia


(72)

46. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk Kode Perusahaan KIAS

Nama Perusahaan Keramika Indonesia Assosiasi Tbk Alamat Perusahaan Graham Atrium 5th FI. Jln. Senen Raya

135, Jakarta 10410 Sektor Industri dasar dan kimia Sub Sektor Keramik, porselen, dan kaca

47. Kedaung Indag Can Tbk

Kode Perusahaan KICI

Nama Perusahaan Kedaung Indag Can Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat KICI berdomisili di Jalan Raya Rungkut No. 15 – 17, Surabaya 60293 – Indonesia

Sektor Industri barang dan konsumsi Sub Sektor Peralatan rumah tangga

48. Kalbe Farma Tbk

Kode Perusahaan KLBF

Nama Perusahaan Kalbe Farma Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung Kalbe, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 Sektor Industri barang dan konsumsi

Sub Sektor Farmasi

49. Lion Metal Works Tbk

Kode Perusahaan LION

Nama Perusahaan Lion Metal Works Tbk

Alamat Perusahaan Kantor pusat LION berdomisili di Jln. Raya Bekasi Km. 24.5, Cakung Jakrta 13910

Sektor Industri barang dan konsumsi Sub Sektor Logam dan sejenisnya


(1)

Tabel 1. Data Penghitungan Rata-Rata Konservatisme Akuntansi (Lanjutan)

No Kode Nilai Akrual Konservatisme Rata-Rata Total Aset

2011 2012 2013 2014 2015

46 KIAS 0,0050 -0,0028 0,0240 -0,0565 0,0034 2.188.257.207

47 KICI -9,2179 -0,0295 -0,0594 -9,7061 0,0771 102.249.688

51 LMSH -0,0608 -0,2534 -0,0192 0,0026 0,0516 128.392.559

75 SMSM -0,0370 0,0050 0,0175 -0,0293 -0,0040 1.649.733.732

76 SPMA 0,0036 -0,0472 0,0102 -0,0526 0,0214 1.852.131.587

77 SRSN -0,0101 -0,0778 0,0259 -0,0350 -0,2268 444.298.826

78 SSTM 0,0419 0,0550 0,0761 0,0213 0,0068 790.227.931

79 STAR -0,0572 -0,0576 -0,0104 -0,0594 0,0272 744.926.185

80 STTP 0,0076 -0,0672 -0,0720 0,0148 -0,0331 1.454.887.658

81 TCID -0,0822 0,0217 0,0152 -0,0800 -0,3367 1.558.744.534

82 TIRT -0,1176 0,0297 0,0053 0,0445 -0,0265 714.128.350.472

83 TOTO -0,0166 -0,0563 0,0147 -0,0286 -0,0705 1.815.048.236

84 TRST -0,0099 -0,0365 -0,0077 0,0211 -0,0232 2.840.028.664

85 TSPC -0,0229 -0,0186 -0,0538 -0,0335 0,0234 5.233.755.375


(2)

Tabel 1. Data Penghitungan Rata-Rata Konservatisme Akuntansi (Lanjutan)

No Kode Nilai Akrual Konservatisme Rata-Rata Total Aset

2011 2012 2013 2014 2015

87 UNIT 0,0304 -0,0130 -0,0468 0,0071 -0,1103 409.017.883

88 UNVR -21,0792 -29,6696 -39,1149 -28,4170 -36,6766 13.165.218.800

89 VOKS 0,0028 -0,0454 0,1371 -0,0164 0,0314 1.663.419.414


(3)

Lampiran 4


(4)

Tabel 1. Data Pengklasifikasian Konservatisme Akuntansi

No. Kode Konservatisme Akuntansi

1 ADES 1

2 AKPI 0

3 ALDO 0

4 ALKA 0

5 ALMI 0

6 AMFG 0

7 APLI 0

8 ASII 0

9 AUTO 0

10 BAJA 0

11 BATA 0

12 BIMA 1

13 BRNA 1

14 BTON 0

15 BUDI 0

16 CEKA 0

17 CPIN 0

18 DLTA 1

19 DPNS 0

20 EKAD 0

21 FASW 1

22 GDST 1

23 GGRM 0

24 GJTL 0

25 HDTX 1

26 HMSP 0

27 ICBP 1

28 IGAR 0

29 IKAI 0

30 IMAS 0

31 INAF 1


(5)

Tabel 1. Data Pengklasifikasian Konservatisme Akuntansi (Lanjutan)

No. Kode Konservatisme Akuntansi

33 INCI 0

34 INDF 0

35 INDS 0

36 INTP 0

37 JECC 0

38 JKSW 0

39 JPFA 0

40 JPRS 0

41 KAEF 0

42 KBLI 0

43 KBLM 0

44 KBRI 0

45 KDSI 0

46 KIAS 0

47 KICI 0

48 KLBF 0

49 LION 0

50 LMPI 0

51 LMSH 0

52 MAIN 0

53 MBTO 0

54 MERK 0

55 MLBI 1

56 MLIA 1

57 MRAT 0

58 MYOR 0

59 MYTX 1

60 NIPS 0

61 PICO 0

62 PRAS 0

63 PSDN 1


(6)

Tabel 1. Data Pengklasifikasian Konservatisme Akuntansi (Lanjutan)

No. Kode Konservatisme Akuntansi

66 RMBA 0

67 ROTI 1

68 SCCO 0

69 SCPI 0

70 SIAP 1

71 SIPD 0

72 SKLT 0

73 SMCB 1

74 SMGR 0

75 SMSM 0

76 SPMA 0

77 SRSN 0

78 SSTM 1

79 STAR 0

80 STTP 0

81 TCID 0

82 TIRT 0

83 TOTO 0

84 TRST 0

85 TSPC 0

86 ULTJ 0

87 UNIT 0

88 UNVR 0

89 VOKS 1


Dokumen yang terkait

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2013)

2 50 25

Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Perdagangan Eceran yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

1 19 10

Pengaruh Kualitas Audit, Penghindaran Pajak dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Timeliness Reporting (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

1 15 10

Hubungan antara Leverage Keuangan dengan Profitabilitas Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

3 15 121

Hubungan dewan komisaris, kepemilikan institusional, leverage dan spesialisasi auditor dengan konservatisme akuntansi (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014).

0 0 151

Hubungan keberagaman gender dewan direksi dan kinerja keuangan perusahaan (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 2015)

1 6 126

Kelayakan Pemberian Opini Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) IMG 20151123 0001

1 3 1

Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015

0 1 123

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011- 2015)

0 1 14

PENGARUH TINGKAT HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN DAN UKURAN KAP TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2016) Sarah Khayattin

0 1 16