4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan
bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan perusahaan
akan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila besar kemungkinan biaya tersebut dapat diukur secara handal, maka biaya-biaya
tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva.
G. Konservatisme Akuntansi dalam IFRS
Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam standar auntansi Internasional IFRS. Hellman 2007 menyatakan bahwa
jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS berfokus pada pencatatan yang relevan sehingga menyebabkan ketergantungan yang
semakin tinggi sehingga terhadap estimasi dan berbagai
judgement
. Dalam hal ini, kebijakn yang ditetapkan IASB dapat menyebabkan semakin
berkurangnya penekanan atas penerapan konservtisme akuntansi secara konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan IFRS.
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia sudah mengadopsi IFRS dan sudah dilakukan konvergensi sejak tahun 2012. Konsep konservatisme
akuntansi sudah bukan lagi merupakan karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual yang baru. Konservatisme dianggap tidak sesuai dengan
kerangka teori IFRS karena laporan keuangan berdasarkan IFRS harus bersifat dapat dimengerti, relevan dapat diandalkan dan sebanding tetapi
tanpa bias konservatif. Sebagai ganti konssrvatisme maka dimunculkan
konsep
prudence
.
Prudence
merupakan inklusi dari tingkat kehati-hatian yang dibutuhkan dalam membuat estimasi yang diperlukan saat kondisi yang
tidak pasti, seperti asset tidak
overstated
dan liabilitas atau biaya tidak
understated
IAS dalam Godfrey
et al
, 2010. Dalam konsep konservatisme, laba dan pendapatan akan diakui jika benar-benar telah teralisasi, tetai jika
rugi akan segera diakui. Tetapi, dalam konsep
prudence
ketika terjadi laba dan pendapatan atau menurunnya kewajiban dan beban, walaupun belum
terealisasi akan diakui jika memang kriteria dalam pengakuan tersebut sudah terpenuhi.
H. Manfaat Akuntansi di Perusahaan
Prinsip konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan merupakan prinsip yang masih kontrovesial sampai saat ini. Ada beberapa
pihak yang mendukung diperlukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi karena bermanfaat, tetapi ada beberapa pihak juga yang tidak
mendukung adanya prinsip konservatisme karena tidak bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan akuntansi konservatisme yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat:
1. Konservatisme Akuntansi Bermanfaat
Salah satu diperlukannya prinsip konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan adalah menetralisir optimisme para manajer
dalam melaporkan hasil usahanya. Artinya laporan keuangan yang dihasilkan akan bersifat pesimis. Menurut Watts 2003 prinsip
konservatisme ini dapat menghindari sikap optimisme para manajer dalam kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan
sebagai medianya. Dengan begitu prinsip konservatisme dapat menghindari sifat
moral hazard
dan praktik manajemen laba oleh manajer dalam perusahaan.
Watts 2003 menyatakan selain untuk membatasi perilaku optimisme manajer, prinsip ini dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena akan membatasi
opportunistic payment
kepada manajer dalam bentuk bonus dan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain itu manfaat
lainnya adalah mengurangi potensi tuntutan hukum
litigation
akibat pencatatan laba yang
overstatement
, dan terakhir menaati peraturan yang dibuat oleh standar akuntansi dalam metode yang dipilih dalam
penyusunan laporan keuangan. Prinsip ini sangat menolong para kreditur, pemegang saham
serta calon investor karena hasil laba yang dilaporkan perusahaan merupakan nilai laba minimal. Menurut Almilia 2004 nilai laba dalam
laporan keuangan yang disusun menggunakan prinsip konservatisme merupakan laba yang berkualitas karena menunjukan laba minimal atau
laba yang nilainya tidak dibesar besarkan. 2.
Konservatisme Akuntansi Tidak Bermanfaat Salah satu kritik yang sering muncul dalam penggunaan
akuntansi konservatisme adalah prinsip ini mempengaruhi hasil dari
laporan keuangan. Kiryanto dan Supriyanto 2006 menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar metode konservatif hasilnya
cenderung bias dan tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan sebenarnya. Ini dikarenakan prinsip konservatisme yang lebih cepat
mengakui kewajiban dan biaya serta lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.
Menurut Klein dan Marquardt 2000, terdapat dua aspek yang dapat menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas dari
laporan keuangan, khususnya dalam hal relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan nilai laba dan aset terlalu rendah. Akibatnya
akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan khususnya netralitas dan adanya konservatisme akuntansi juga mendorong sikap
pesimistik yang akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme menerapkan penundaan pengakuan
berita baik dan dengan segera mengakui berita buruk. Hal tersebut dapat mengakibatkan
understatement
atas laba yang dilaporkan pada periode saat ini, lalu
overstatement
terhadap laba yang dilaporkan pada periode yang akan datang.
I. Pengukuran Konservatisme Akuntansi
Watts 2003 membagi konservatisme menjadi 3 pengukuran, yaitu
earningstock return relation measure, net asset measure, earningaccrual measure
. Berbagai peneliti telah mengajukan berbagai metode pengukuran
konservatisme. Ukuran konservatisme menurut Watts 2003, terdapat tiga bentuk ukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu:
1.
Earningsstock return relation measures
Sari
et al
2009 menyatakan bahwa keberadaan
stock market price
dapat merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai aset,
stock return
tetap dilaporkan sesuai dengan waktunya. Menurut Basu 1997
konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama asimetri waktu pengakuan.
Sari
et al
2009 memberikan alasan karena kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui
sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan kabar baik. Basu 1997 memprediksi bahwa
pengembalian saham dan
earning
cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, akan tetapi pengembalian saham
merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada
earnings
. Basu 1997 meregresi laba tahunan pada
return
saham tahunan yang sama: NI = β0 + β1NEG + β2RET + β3RETNEG + ε
Penjelasan: NI :
laba bersih sebelum
extraordinary item
dibagi dengan nilai pasar ekuitas pada awal tahun.
RET :
return
saham. NEG :
variable indikator, bernilai satu jika RET negatif dan bernilai nol jika RET positif.
ß2 : mengukur ketepatan waktu dari laba dengan respon terhadap
return
positif
goodnews.
ß3 : mengukur ketepatan waktu dari laba
incremental
dengan respon terhadap
return
negatif
badnews
.
Atau dalam modelnya Basu 1997 menggunakan model
piecewise linear regression
sebagai berikut: ΔNI = α0 + α1ΔNIt-1 + α2DΔNIt-1 + α3DΔNIt-1×ΔNIt-1 + εt
Penjelasan: ΔNIt:
net income
sebelum adanya
extraordinary items
dari tahun t 1 hingga t, yang diukur dengan menggunakan total assets
awal nilai buku. DΔNIt-1:
dummy
variable, bernilai 1 jika perubahan ΔNIt-1 bernilai negatif.
NI adalah laba per lembar saham sebelum adanya
extraordinary items
. RET adalah tingkat pengembalian saham, sedangkan NEG adalah variabel
dummy
dimana angka 1 untuk tingkat pengembalian negatif dan 0 untuk tingkat pengembalian positif. Menurut Basu 1997 perusahaan
menerapkan konservatisme akuntansi apabila ß3 sebagai reaksi antara tingkat pengembalian dan variabel
dummy
menunjukkan hasil positif. Hal ini didasarkan pada asumsi pasar saham lebih cepat bereaksi terhadap
bad news
daripada
good news.
Dalam pasar yang efisien,
return
saham untuk melihat secara asimetri dan cepat mencerminkan seluruh
news
yang disediakan publik. Hasilnya laba diduga akan berkorelasi dengan pergerakan harga saham
pada perioda yang dikarakteristikkan sebagai
bad news
daripada perioda
yang dikarakteristikkan sebagai
good news
. Dengan demikian, digunakan
return
untuk mengukur
news
.
Return
negatif sebagai proksi
bad news
, sedangkan
return
positif sebagai proksi
good news
Basu, 1997.
2.
Net asset measures
Ukuran selanjutnya untuk pengukuran tingkat konservatisme laporan keuangan yaitu
understatemen
t atas nilai aktiva dan
overstatement
atas nilai kewajiban. Proksi pengukuran menggunakan
rasio market to book equity
, rasio yang mencerminkan nilai pasar ekuitas relative terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Fala 2007
menyatakan bahwa nilai buku dapat diketahui dengan menghitung nilai ekuitas perusahaan pada tanggal neraca akhir periode dan nilai pasar
diukur dari harga penutupan saham saat tanggal pengumuman untuk mencerminkan respon pasar terhadap laporan keuangan. Penerapan
akuntansi yang konservtaif dapat diketahui dengan melihat nilai rasio. Jika nilai rasio lebih dari 1, itu mengindikasikan penerapan akuntansi
yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan di bawah nilai pasar.
3.
Earningsaccrual measures
Konservatisme dapat diukur menggunakan akrual, yaitu selisih antara laba bersih sebelum depresiasi amortisasi dengan arus kas
khusus kegiatan operasi. Menurut Givoly and Hayn 2002 setelah melihat penggunaan akrual selama beberapa tahun, mereka menyatakan
bahwa konservatisme menghasilkan laba bersih lebih kecil daripada arus kas operasi atau dapat disebut dengan akrual negatif dan
mengindikasikan digunakannya konservatisme. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan.
Semua ini didasari oleh teori konservatisme yang menunda pengakuan pendapatan sebelum terjadi dan mempercepat pengguanaan biaya yang
akan terjadi. Dengan demikian, pada laporan laba rugi yang konservatisme akan menunda pengakuan pendapatan yang belum
terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca. Dapat diperjelas dengan rumus
berikut: A
it
= NI
it
- CF
it
Penjelasan: A
it
: nilai akrual pada perusahaan i saat waktu t.
NI
it
: laba bersih sebelum
extraodinary item
ditambah depresiasi dan amortisasi.
CF
it
: arus kas dari kegiatan operasi.
Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual
negatif maka akan semakin konservatisme akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan
pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya Givoly and Hayn, 2002.
Dalam hal ini, laporan laba rugi yang konservatisme menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi
pada periode tersebut dibandingkan dan dijadikan cadangan pada neraca. Sebaliknya, laporan keuangan yang oprimis akan cenderung memiliki
laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi sehingga akrual yang dihasilkan adalah positif.
Givoly and Hayn 2002 membagi akrual menjadi dua, yaitu: a.
Operating accrual
Merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Menurut Sari
et al
2009, komponen utamanya adalah piutang dagang, persediaan dan kewajiban yang merupakan akun yang biasa
digunakan untuk memanipulasi pendapatan untuk mencapai tujuan pelaporan.
Literatur Criterion Research Group
menyatakan bahwa
operating accrual
menangkap perubahan dalam aktiva lancar, kas bersih dan investasi jangka pendek dikurang dengan perubahan
dalam aktiva lancar dan utang jangka pendek bersih.
b. Non-operating accrual
Merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil diluar kegiatan operasional perusahaan. Menurut Sari
et al
2009, komponen utamanya terutama dalam sisi aktiva adalah aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud.
Literatur Criterion Research Group
menyatakan bahwa
non-operating accrual
menangkap
perbedaan dalam aktiva tidak lancar dan investasi yang bukan ekuitas jangka panjang bersih dikurang dengan perubahan dalam
kewajiban tidak lancar, hutang jangka panjang bersih. Persamaannya dapat dilihat seperti yang dijelaskan oleh Sari et al 2009 sebagai
berikut:
Non-operating accruals = Total accruals before depreciation
–
Operating accruals
. Penjelasan:
Total Accrual
= laba bersih + depresiasi – arus kas kegiatan
operasi.
Operating Accrual
= Δpiutang + Δpersediaan + Δbeban dibayar
dimuka – Δhutang + Δbeban yang masih
harus dibayar + Δhutang pajak.
Menurut Givoly and Hyan 2000 depresiasi dikeluarkan dari
net income
dalam perhitungan karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Pada saat
pembelian aktiva, kas yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan bukan dari kegiatan operasi. Dengan
demikian, alokasi biaya depresiasi yang terdapat dalam
net income
tidak berhubungan dengan kegiatan operasi dan harus dikeluarkan dari perhitungan.
Givoly and Hayn 2000 menyatakan bahwa apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongan konservatif, yang disebabkan
karena laba lebih rendah dari
cash flow
yang dipenuhi oleh
perusahaan pada periode tertentu. Rumus mengukur konservatisme Givoly and Hayn, 2000, yaitu:
� = [
� + −
��� ] ×−
Penjelasan: CONACC = Konservatisme akuntansi yang dikukur secara akrual.
NI =
Net Income
sebelum
extra ordinary items.
CF =
Cash flow from operation.
DEP = Depresiasi.
RTA = Rata-Rata Total Aktiva.
Semakin negatif tingkat akrual rata-rata selama periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang digunakan semakin
konservatis. Sementara itu, apabila terjadi akrual positif berarti mengindikasikan perusahaan cenderung tidak menggunakan prinsip
konservatisme akuntansi. Dalam penelitian ini, hasil perhitungan total akrual, kemudian dikalikan dengan -1 agar memudahkan dalam
pengelompokan dan pengolaha data Ahmed and Duellman, 2007 sehingga angka yang positif akan menunjukkan tingkat
konservatisme yang semakin tinggi. Klasifikasi data juga diperlukan untuk memberikan ukuran
data menjadi beberapa kategori. Ukuran konservatisme akuntansi berskala nominal. Bila data bernilai positif maka tingkat
konservatisme semakin tinggi. Bila data bernilai negatif maka
tingkat konservtaisme semakin rendah Ahmed dan Duellman, 2007. Dalam hal ini konservatif yang lebih kecil berarti itu tidak
baik, sementara konservatif yang lebih besar akan menyebabkan perusahaan semakin bersifat konservatif. Kemudian dari nilai
negatif dan positif dibuat kategori menjadi: X 0 dengan kategori 0
= Tidak konservatif X ≥ 0 dengan kategori 1
= Konservatif Apabila terjadi akrual positif yang konsisten selama beberapa
tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya konservatisme akuntansi. Kemudian nilai variabel konservatisme akuntansi akan
diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun 2011-2015 dengan rumus:
∑ nilai akrual konservatisme tahun −
5 5
J. Hubungan CEO
Gender
dan Konservatisme Akuntansi
Basu 1997 menjelaskan konservatisme akuntansi adalah prinsip akuntansi yang dihormati dengan penerapan yang melaporkan laba atau aktiva
lebih rendah dan melaporkan hutang lebih tinggi. Prinsip konservatisme secara historis telah menjadi pedoman bagi banyak praktik akuntansi. Menurut prinsip
konservatisme ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan
terjadi, maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui Hery, 2009. Konservatisme akuntansi, jika diaplikasikan dengan tepat, akan
menyediakan pedoman yang rasional menyajikan angka laba bersih dan aktiva
yang rendah.
Konservatisme akuntansi dapat dijelaskan sesuai dengan teori agensi. Scott 2009, dalam teori keagenan disebutkan bahwa masing-masing pihak
yaitu
agent
dan
principal
berusaha memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
agent
dan
principal
. Hubungan agensi terjadi ketika salah satu pihak
principal
menyewa pihak lain
agent
untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu dan medelegasikan wewenang untuk membuat keputusan
kepada
agent
tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan
principal
dan
Chief Executive Officer CEO
adalah
agent
mereka. Pemegang saham menyewa
Chief Executive Officer CEO
dan mengharapkan CEO untuk bertindak bagi kepentingan mereka.
Menurut Eisenhardt 1989, menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan asumsi tiga sifat manusia, yaitu: 1 manusia umumnya
mementingkan diri sendiri
self interest
, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepi masa mendatang
bounded rationality
, 3 manusia selalu menghindari risiko
risk averse
. Berdasarkan tiga asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer akan bertindak
opportunistic
untuk kepentingannya sendiri. Dilihat dari tiga asumsi sifat manusia yang menyatakan teori agensi,
dapat dihubungkan juga dengan
gender
yang terlihat di dalam seorang CEO. Bukti menunjukkan adanya hubungan
gender
bahwa CEO perempuan dapat dilihat lebih konservatif dalam tugas-tugas akuntansi, karena perempuan
dapat dijelaskan dengan teori feminisme Jackson
et al
, 2009. CEO perempuan
secara biologis
memiliki tingkat
depresi, kecemasan,
temperamental yang lebih tinggi daripada laki-laki. Secara keseluruhan, model teoritis akan mempresiksi perbedaan
gender
dalam kepribadian. Menurut Costa
et al
2001 literatur psikolog menemukan perempuan menjadi kurang tegas dan kurang agresif. CEO perempuan cenerung memiliki
sensivitas yang tinggi dibandingkan dengan CEO laki-laki khususnya menyangkut perilaku etis, dan perbedaan sensivitas yang menyebabkan
adanyan perbedaan pengambilan keputusan. Berbeda halnya dengan CEO laki- laki yang dapat dijelaskan dengan karakter maskulin. Chaftez 1999
menjelaskan ada tujuh karakter maskulin, diantaranya 1 memiliki fisik yang jantan, atletis, kuat, berani; 2 bersifat fungsional; 3 seksual; 4 emosional;
5 berpikiran intelektual; 6 bersikap interpersonal; 7 berorientasi untuk menjadi sukses.
Perbedaan
gender
ini dapat dibuktikan menurut Huang and Kisgen 2013 menemukan bahwa CEO perempuan dapat menyelesaikan masalah
yang signifikan dan memiliki perkiraan lebih tentang laba per saham EPS daripada CEO laki-laki. Krishnan and Parsons 2008 mengamati profitabilitas
yang lebih tinggi dilakukan oleh CEO perempuan meski dengan konservatisme. Perlu diperhatikan konservatif pikiran CEO perempuan
terdapat kecenderungan yang membuat mereka menjadi kurang tegas, kurang agresif, kurang percaya diri, dan lebih cemas.
Partisipasi perempuan bernilai positif terkait dengan pendapatan dan ketepatan waktu yang koefisien. Koefisien keragaman jenis kelamin,
menunjukkan hasil positif yang signifikan. Konservatisme akuntansi adalah aspek penting dalam
monitoring
yang baik dan dituntut oleh investor dengan tingkat yang lebih tinggi karena merupakan tujuan penting bagi CEO.
Partisipasi perempuan digunakan untuk mencapai tujuan bagi suatu perusahaan.
CEO merupakan pihak yang dapat mempengaruhi kualitas laporan
keuangan. CEO perempuan akan lebih berhati-hati dalam mengakui laba. CEO
perempuan harus dapat memastikan laba yang dilaporkan perusahaan
berkualitas dan menggunakan prinsip konservatisme akuntansi sehingga dapat meningkatkan kualitas laba di perusahaan.
K. Penelitian Terdahulu