D i Provinsi Sulawesi Selatan, ada beberapa kabupaten yang

D i Provinsi Sulawesi Selatan, ada beberapa kabupaten yang

merupakan daerah penghasil cengkeh yang besar. Salah satunya adalah Kabupaten Luwu. Salah satu kecamatan di Kabupaten ini, yakni Kecamatan Larompong, dikenal memiliki lahan cengkeh yang sangat luas. Bukit-bukit dipenuhi tanaman cengkeh.

Meski begitu, ada titik-titik tertentu di kabupaten ini yang dipenuhi oleh tanaman lain, khususnya tanaman sawit. Memasuki kabupaten Masamba, Kabupaten Luwu Utara, tanaman sawit dengan mudah kita

110 | EKSPEDISI CENGKEH

MUHAMMAD IMRAN

Tak ada pohon cengkeh di Desa Soga, Kabupaten Soppeng. Hamparan cengkeh yang dijemur ini adalah hasil panen warga Soga yang berkebun cengkeh di kabupaten lain, yakni di Larompong, Kabupaten Luwu.

temui di pinggir-pinggir jalan. Sawit-sawit tersebut terlihat dijaga dan dipelihara. Bahkan di beberapa titik penanaman baru dilakukan.

Tetapi siapa sangka, di tengah-tengah pohon sawit yang dominan, di dusun Watampanua, Desa Ujung Batu, Kecamatan Angkona,

Kabupaten Luwu Timur, ada sebuah bukit yang dipenuhi pohon cengkeh. Di titik lainnya di daerah Palopo, ada daerah bernama Kelurahan Battang Barat, yang bukit-bukitnya juga ditanami pohon cengkeh, selain pohon cokelat dan kopi.

Ternyata Ada Cengkeh | 111

Mahdi adalah laki-laki yang cenderung pemalu. Kata-katanya terdengar pelan. Ia bicara seadanya, dan menjawab seperlunya. Laki-laki Bugis yang berasal dari Kabupaten Soppeng ini sudah sekitar sepuluh tahun tinggal di Dusun Ujung Batu, Desa Watampanua, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur. Ia menjadi petani cengkeh, mengolah lahan cengkeh milik bapaknya. Tapi desa yang ia tinggali bukan penghasil cengkeh yang besar. Desa ini justru didominasi oleh tanaman sawit.

Lahan cengkehnya tepat berada di bukit di belakang rumahnya. Di sana ia mengelola seratusan pohon. Ayah dua anak ini dibantu oleh istrinya dalam mengelola lahan cengkehnya.

Bukit tempat pohon cengkeh Mahdi berada, memang tak terlalu terlihat dari jalan poros di depan rumahnya. Sehingga barangkali orang tak mengira jika ada lahan cengkeh di sana. Di bukit itu, pohon cengkeh mendominasi. Ada sedikit sekali pohon cokelat di antaranya.

Selain Mahdi, petani lain yang memiliki lahan cengkeh di bukit itu adalah Ahmad Tang dan Ahdar. Mahdi dan Ahdar menjelaskan, yang pertama kali menanam cengkeh di tempat itu adalah bapak dari Ahmad Tang. Mereka tak bisa mengingat persis tahunnya. Mereka hanya bisa mengira, barangkali pada kisaran tahun 1970-an. Seperti Mahdi, Ahmad Tang dan Ahdar juga berasal dari Kabupaten Soppeng.

Desa Watampanua memang juga dihuni oleh para pendatang. Mereka berasal dari kabupaten-kabupaten Toraja dan Bone, selain Soppeng. Pendatang dari Soppeng memilih untuk bertanam cengkeh. Sedangkan pendatang dari Bone dan Toraja memilih bertanam padi dan sawit. Maka jika musim cengkeh tiba, tak jarang para pekerja pemetik buah cengkeh adalah para pendatang dari Toraja dan Bone.

Para pekerja ini dibayar Rp 2.500 per liter untuk setiap hasil pemetikan. Uniknya, cengkeh-cengkeh yang sudah dipetik ini dibawa pulang ke rumah si pemetik, bukan ke rumah si pemilik pohon cengkeh. Nanti

setelah dipatahkan dan dipisahkan dari tangkai, baru kemudian dibawa ke si pemilik pohon cengkeh. Saat ditanya, tidakkah ada ketakutan si pemetik ini akan mengambil sebagian buah cengkeh? “Ya kami percaya saja. Itu sudah dari dulu begitu,” jawab Mahdi.

Sampai saat ini, baik Mahdi, Ahdar, dan Ahmad Tang belum berpikir untuk menanam sawit. Lagipula, menurut mereka, orang Soppeng kurang tertarik dengan tanaman sawit. Mereka tetap akan merawat dan mengolah pohon cengkeh mereka.

112 | EKSPEDISI CENGKEH

Bukit tempat mereka menanam cengkeh bernama Maliwowo. Tapi mahasiswa dari satu universitas besar di Makassar, yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa itu, lebih memilih satu nama lain

yang mereka tulis pada satu plang kayu menuju bukit. Di plang itu tertulis: Bukit Cengkeh!

Kelurahan Battang Barat merupakan kelurahan yang berada di Kota Palopo. Kelurahan ini terletak di daerah bukit yang cukup terjal. Nyaris tak ada tempat datar di daerah ini.Pada musim cengkeh, di pinggir-pinggir jalan, orang-orang menghamparkan buah cengkeh untuk dikeringkan. Ahmadi (63) adalah pensiun pekerja tambang di PT INCO, Soroako. Ia baru sekitar enam tahun pensiun. Ia memilih kembali ke desanya di Battang Barat. Ia memiliki seratusan pohon cengkeh. Mahdi berkisah, penanaman cengkeh pertama kali masuk ke Battang Barat dibawa oleh perusahaan. “Sebagian besar yang menanam cengkeh ini adalah orang- orang kaya, pejabat dan sebagainya,” terangnya.

Menurut Ahmadi, sebetulnya daerah paling banyak cengkeh adalah Kelurahan Battang, tetangga Kelurahan Battang Barat. Cengkeh pertama memang ditanam di Kelurahan Battang. “Jadi, karena orang- orang kaya yang menanam cengkeh, warga lain pun mulai ikut- ikutan,” katanya.

Ahmadi juga bercerita, ada beberapa masalah terkait cengkeh di Battang Barat. Paling utama adalah soal lahan penduduk yang berada di daerah bukit. Daerah Battang Barat rentan terkena longsor dan angin kencang. Akibatnya, nyaris setiap tahun pohon cengkeh milik masyarakat tumbang dan rusak. Tahun 2009, beberapa titik di kelurahan ini terkena longsor parah. Tanah menutupi jalan-jalan raya. Otomatis akses jalan tertutup.

Daming senada dengan Ahmadi. Daming adalah Kepala Dusun di Battang Barat. Memang daerah ini sangat rentan dengan longsor dan ancaman angin kencang. Menurut Daming, cengkeh memang menjadi tanaman yang cukup menjadi idola. Beberapa tanaman lain yang ditanam di kelurahan ini, seperti cokelat dan kopi, tak terlalu bagus perkembangannya. Jadi cengkeh masih tetap dipertahankan, meski setiap tahun terancam oleh longsor dan angin kencang.

Ternyata Ada Cengkeh | 113

Desa Soga adalah salah satu desa di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng. Desa ini dikenal sebagai penghasil bambu. Ada sekitar 40-an hektar lahan tanaman bambu yang ada di desa itu. Selain bambu, tanaman lain yang dengan mudah ditemukan adalah cokelat.

Akan tetapi, jangan terkecoh jika mendapatkan hamparan buah cengkeh yang dikeringkan di sepanjang jalan berkerikil di desa itu. Cengkeh yang terhampar panjang itu tak berarti bahwa desa ini menanam pohon cengkeh. Tak ada warga desa yang menanam cengkeh.

Lalu, dari mana datangnya cengkeh-cengkeh ini? Rupanya cengkeh- cengkeh itu didatangkan dari Kabupaten Luwu. Di sana, sekitar 20-an warga desa Soga memiliki lahan cengkeh. Salah satunya adalah Mansyur. Ia memiliki ratusan pohon di Luwu. Menjelang panen cengkeh, ia berangkat ke Luwu. Jika musim cengkeh sudah

tiba, setiap minggu ia akan mengirim hasil produksi cengkehnya ke

desanya. Ia menyewa mobil untuk mengangkut cengkeh-cengkeh itu.

Ada berbagai alasan mengapa cengkeh itu dikirim ke kampung

halaman. Namun yang paling utama adalah menyangkut keamanan. Para pemilik tak mau mengambil risiko cengkeh dibiarkan lama

berada di lahan cengkeh. Itu rentan dengan pencurian. Istri Mansyur akan mengurus kiriman buah cengkeh itu. Cengkeh-

cengkeh itu dikirim dalam keadaan basah dan kering. Istrinya bertugas menjaga cengkeh yang dikeringkan. Sampai September ini, sudah ada enam kali pengiriman. Cengkeh yang sudah dikeringkan oleh istrinya kemudian dijual ke Desa Takkalala, desa lain di Kabupaten Soppeng. Ada juga yang dijual di Luwu, namun itu untuk keperluan membayar para pekerja: ongkos makan dan sebagainya. Yang paling banyak dijual tetap dari hasil penjemuran di desa sendiri.

Biasanya memang yang memiliki pohon cengkeh sampai ratusan, memilih membawa cengkeh ke desanya sendiri. Sementara untuk warga yang memiliki lahan luas, yang menempati beberapa bukit, memilih menjualnya di Kabupaten Luwu.

Warga Soga membuka lahan cengkeh pertama kali di Kabupaten Luwu sekitar tahun 1970-an. Pada saat era cengkeh mengalami penurunan harga yang drastis pada tahun 1990-an, sampai Rp 2.500

114 | EKSPEDISI CENGKEH 114 | EKSPEDISI CENGKEH

Salah satu sudut lain Desa Soga, Soppeng, Salawesi Selatan.

Ternyata Ada Cengkeh | 115

Mengganti Cokelat dengan Cengkeh