HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskriptif Data
Data yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean), median dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel bebas yaitu Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Dewan Komisaris, Komite Audit dan Kualitas Audit, dan variabel terikat yaitu Nilai Perusahaan (PBV). Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Deskriptif Data Penelitian Hipotesis Pertama
Median N
Std.
Deviation KI
Minimum Maximum Mean
0.0323 Valid N
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 60 (enam puluh) dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dan median kepemilikan Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 60 (enam puluh) dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dan median kepemilikan
Nilai rata-rata dan median kepemilikan manajerial dalam kurun waktu tahun 2005-2010 yaitu sebesar 0,0005 dan 0,00013 (dapat dilihat pada lampiran 4, tabel
4.1.2) dengan nilai standar deviasi sebesar 0,00184, serta nilai minimum dan maksimum sebesar 0 dan 0,01 Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel memiliki kepemilikan manajerial yang rendah
Nilai rata-rata dan median komposisi dewan komisaris dalam kurun waktu tahun 2005-2010 yaitu sebesar 0,3851 dan 0,3947 (dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 4.1.3) dengan nilai standar deviasi sebesar 0,06871, serta nilai minimum dan maksimum adalah 0,25 dan 0,5. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel memiliki komposisi dewan komisaris yang bervariasi. Rata-rata dan nilai tengah dari komposisi dewan komisaris yang tertinggi memiliki jarak yang cukup jauh antara nilai tertinggi dengan nilai terendahnya.
Nilai rata-rata dan median jumlah dewan komisaris dalam kurun waktu tahun 2005-2010 yaitu sebesar 7,6 dan 7,167 (dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 4.1.4) dengan nilai standar deviasi sebesar 2,156, serta nilai minimum dan maksimum sebesar 4 dan 11 Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel memiliki jumlah dewan komisaris yang tinggi.
Nilai rata-rata dan median komite audit dalam kurun waktu tahun 2005-2010 yaitu sebesar 3,9 dan 3,25 (dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 4.1.5) dengan nilai standar deviasi sebesar 1,323, serta nilai minimum dan maksimum sebesar 2 dan 8. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel memiliki komite audit yang tinggi dan sangat bervariasi. Rata-rata dan nilai tengah dari kepemilikan institusional yang tertinggi memiliki jarak yang cukup jauh dengan nilai terendahnya.
Nilai rata-rata dan median nilai perusahaan (PBV) dalam kurun waktu tahun 2005-2010 yaitu sebesar 3,726 dan 3,1258 (dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 4.1.8) dengan nilai standar deviasi sebesar 2,1916, serta nilai minimum dan maksimum adalah 0,96 dan 10,86. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai perusahaan yang positif dan sangat bervariasi. Rata-rata dan nilai tengah dari nilai perusahaan memiliki jarak yang jauh antara nilai tertinggi dengan nilai terendahnya.
Statistik deskriptif di atas belum mampu memberikan gambaran yang jelas sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan tujuan statistik deskriptif yang hanya memberikan gambaran awal terhadap penelitian yang akan dilakukan.
4.2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data regresi berganda. Model regresi yang dirancang untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya dan manajemen laba berpengaruh memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya.
4.2.1. Pengujian data
Pengujian data pada penelitian ini terdiri dari:
1. Uji asumsi klasik
2. Pengujian hipotesis
4.2.1.1. Uji asumsi klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dikarenakan uji yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan uji heteroskedastisitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan meliputi :
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
4.2.1.1.1 Uji normalitas Pengujian Normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual yang diperoleh dari model mengikuti distribusi normal atau tidak. Hasil pengujian menunjukkan residual berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik normal PP Plot pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Normal PP Plot Residual
Dari gambar 4.1. dapat dilihat titik-titik berada di sekitar garis diagonal. Titik- titik yang menyebar disekitar garis diagonal menunjukkan residual berdistribusi normal. Uji normalitas juga dapat dilihat dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov seperti Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
60 Normal Parameters a Mean
Std. Deviation
Most Extreme Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Dari Tabel 4.2, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0.822 dan nilai signifikansi sebesar 0,509 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H 0 diterima, Dari Tabel 4.2, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0.822 dan nilai signifikansi sebesar 0,509 > α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H 0 diterima,
4.2.1.1.2. Uji multikolinearitas Hasil pengujian asumsi Multikolinieritas menunjukkan di dalam model tidak terjadi Multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari matriks korelasi antara variabel bebas pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Matriks Korelasi Variabel Bebas
KuA Pearson
KI
KM KDK UDK KA
Y 1.000 .259 -.039 .109 -.361 .027 -.369 Correlation KI
.259 1.000 -.028 .116 -.336 -.188 -.160 KM -.039 -.028 1.000 -.159 -.119 -.036 -.132 KDK .109 .116 -.159 1.000 -.300 -.068 .099 JDK -.361 -.336 -.119 -.300 1.000 -.365 .097 KA .027 -.188 -.036 -.068 -.365 1.000 -.010 KuA -.369 -.160 -.132 .099 .097 -.010 1.000
Sig. (1- Y
.470 KuA .002 .111 .158 .226 .230 .470 . N
60 60 60 60 60 60 60 KI
60 60 60 60 60 60 60 KM 60 60 60 60 60 60 60
KDK 60
60 60 60 60 60 60 JDK 60
60 60 60 60 60 60 KA 60 60 60 60 60 60 60
KuA 60
Dari hasil analisis dapat dilihat korelasi antara variabel bebas dibawah 0.95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas yang serius (Ghozali, 2009). Cara lain untuk menentukan adanya multikolinieritas juga dapat diketahui dengan melihat VIF dan nilai tolerance yang diperoleh. Dari hasil pengujian diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10 sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Nilai VIF dan tolerance untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Tabel Variance Inflation Factor (VIF)
Unstandardized
Collinearity Coefficients
Standardized
Statistics Model
Coefficients
B Std. Error Beta
Sig. Tolerance VIF
a. Dependent Variable: Y
5.2.1.1.3. Uji heteroskedastisitas Hasil pengujian asumsi heteroskedastisitas menunjukkan di dalam model tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari gambar 5.2. berikut, di mana titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu.
Gambar 5.2 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
5.2.1.1.4 Uji Autokolerasi Autokolerasi adalah masalah statistik dalam model yang ditunjukkan oleh adanya hubungan antara variasi error antara berbagai periode waktu penelitian. Gejala ini dapat timbul dalam penelitian time series. Berdasarkan pengujian autokolerasi dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson, diperoleh nilai d untuk persamaan regresi yang diajukan sebesar 2,082. Model yang tidak memiliki autokolerasi jika dl < d < du (4 – dl) atau dalam persamaan ini untuk n sebanyak 100, α = 5 %, dan k = 4 maka dl = 0,192 dan du = 3,808 (4 – 0,192) sehingga 0,192 < 2,082 < 3,808. hal ini berarti variabel gangguan antara satu periode dengan periode lain tidak saling berkolerasi. Berdasarkan pengujian ini, persamaan regresi yang diajukan sudah dapat dianalisa dengan baik. Hasil pengujian Autokolerasi dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Pengujian Autokolerasi
Adjusted R Std. Error of Durbin- Model R
R Square Square the Estimate Watson
5.3. Pengujian Hipotesis
5.3.1. Hasil pengujian hipotesis pertama Pengujian hipotesis pertama yaitu untuk menganalisis pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap nilai perusahaan atau PBV. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 5.6. berikut ini
Tabel 5.6 Hasil Analisis Pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap Nilai Perusahaan secara Simultan
Df Mean Square F
Sig.
1 a Regression 77.598 6 12.933 3.331 .007 Residual
a. Predictors: (Constant), KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA
b. Dependent Variable: Y
Tabel 5.6, menunjukkan secara serempak KI, KM, KDK, UDK, KA, KuA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 3,331 > F 0,05 (5,53) (2,391). Pengaruh yang signifikan juga dapat dilihat dari nilai signifikansi F (0,007) < α 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima. Nilai R Square diperoleh sebesar 0,192 artinya 19,2% variasi Tabel 5.6, menunjukkan secara serempak KI, KM, KDK, UDK, KA, KuA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 3,331 > F 0,05 (5,53) (2,391). Pengaruh yang signifikan juga dapat dilihat dari nilai signifikansi F (0,007) < α 0,05. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima. Nilai R Square diperoleh sebesar 0,192 artinya 19,2% variasi
Secara parsial ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah JDK dan KuA. Variabel KI, KM, KDK, KA tidak berpengaruh signifikan. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel
5.7, berikut.
Tabel 5.7. Hasil Pengaruh KI, KM, KDK, UDK, KA, KuA terhadap Nilai Perusahaan secara Parsial
B Std. Error Beta
Sig.
1 (Constant) 12.243 4.149 2.951 .005 KI
a. Dependent Variable: Y
Model yang dibangun dari hasil penelitian ini adalah: Y = 12,243 + 0.952 KI – 153,486 KM + 0,05 KDK – 0.364 JDK – 0,165 KA – 5,806 KuA
Variabel KI memperoleh nilai Fhitung 0,454 dengan signifikansi sebesar 0,652. Nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansinya lebih besar dari α 0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa KI tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy PBV.
Variabel KM memperoleh nilai Fhitung -1,043 dengan signifikansi sebesar 0,302. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansinya lebih besar dari α0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa KM tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy PBV.
Variabel KDK memperoleh nilai Fhitung 0,012 dengan signifikansi sebesar 0,99. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansinya lebih besar dari α0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa KDK tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy PBV.
Variabel JDK memperoleh nilai Fhitung -2,325 dengan signifikansi sebesar 0,024. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansinya lebih kecil dari α0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa JDK berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy PBV.
Variabel KA memperoleh nilai Fhitung -0,714 dengan signifikansi sebesar 0,479. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansinya lebih besar dari α0,05 dengan demikian dinyatakan bahwa KA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy PBV.
Variabel KuA memperoleh nilai Fhitung -2,836 dengan signifikansi sebesar 0,006. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai Variabel KuA memperoleh nilai Fhitung -2,836 dengan signifikansi sebesar 0,006. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai
5.3.2. Hasil pengujian hipotesis kedua
Hipotesis kedua berbunyi komponen Manajemen laba dapat memperkuat atau memperlemah berpengaruh mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-
45. Hasil Pengujian model (a) yang menggambarkan pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, dapat dilihat pada Tabel 5.8. berikut ini.
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Pengaruh KI, KM, KDK, UDK, KA, KuA terhadap Manajemen Laba
B Std. Error Beta
Sig.
1 (Constant) -.166
a. Dependent Variable: M
Model (a) yang dapat dibangun dari hasil penelitian hipotesis kedua adalah:
M = - 0,166 + 0,073 KI + 3,616 KM – 0,077 KDK + 0,003 JDK - 0,016 KA + 0,213 KuA
Dari model di atas dapat disimpulkan bahwa KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA berpengaruh positif dan negatif terhadap variabel moderating (Manajemen Laba). Dari Tabel 5.8, dapat disimpulkan bahwa variabel independen KI, KM, KDK dan JDK yang diuji pada model (a) tidak berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikansi yang lebih besar dari 0,05.
Model (a) untuk hipotesis kedua bertujuan untuk mendapatkan nilai residual dari variabel moderating. Nilai residual dari model (a) digunakan sebagai variabel dependen pada model (b). Dari hasil uji model (b) akan diperoleh kesimpulan apakah variabel manajemen laba bisa dikatakan sebagai variabel moderating atau tidak. Sebuah variabel dikatakan sebagai variabel moderating jika memiliki nilai koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan. Hasil pengujian model (b) dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini.
Tabel 5.9. Hasil Pengujian Variabel Moderating
Unstandardized Standardized Coefficients
Coefficients
Model
B Std. Error Beta
Sig.
1 (Constant) .045 .015 2.991 .004 Y
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Model (b) dapat dibangun dari hasil pengujian adalah: | ε | = 0,045 - 0,012 PBV
Dari hasil pengujian model (b) secara simultan diperoleh nilai signifikan dari manajemen laba lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 dan nilai koefisien -0,414. Dimana sebuah variabel dikatakan variabel moderating jika memiliki koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating.
5.4. Pembahasan
Pengujian hipotesis pertama memperoleh nilai R Square diperoleh sebesar 0,192 artinya 19,2% variasi variabel PBV mampu dijelaskan oleh variasi variabel KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA sedangkan sisanya sebesar 80,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model. Variabel-variabel lain tersebut dapat berasal dari ukuran perusahaan, pertumbuhan laba perusahaan, kondisi makro ekonomi Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA memiliki pengaruh yang lemah terhadap nilai perusahaan. Menurut (Djarwanto, 1996) jika koefisien korelasi bernilai 0,70 sampai mendekati 1,00 (plus atau minus) menunjukkan derajak hubungan yang tinggi, koefisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai dibawah 0,70 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sedang. Apabila koefisiennya di atas 0,20 sampai dibawah 0,40 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang lemah atau rendah.
Secara simultan, seluruh variabel independen yang terdiri dari KI, KM, KDK, JDK, KA dan KuA berpengaruh terhadap PBV. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 3,331 dengan signifikan 0,007. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Secara simultan, seluruh variabel independen yang terdiri dari KI, KM, KDK, JDK, KA dan KuA berpengaruh terhadap PBV. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 3,331 dengan signifikan 0,007. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
Secara parsial, ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap PBV. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah Jumlah Dewan Komisaris dan Kualitas Audit. Sedangkan variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan. Uraian dari masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kepemilikan Institusional (KI) Dari hasil pengujian pada Tabel 5.7. diperoleh nilai thitung sebesar 0,454
dengan signifikansi sebesar 0,652. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan n ilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Kepemilikan Insitusional berpengaruh signifikan terhadap PBV ditolak.
Hal menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini kepemilikan institusional dianggap tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan peningkatan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa KI tidak berpengaruh terhadap PBV. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan bahwa KI berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan Manajerial (KM) Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -1,043 dengan
signifikansi sebesar 0,302. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05;
53) 1,6745 dan nilai signi fikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan manajerial tidak meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan yang tergabung LQ-45, tidak akan mempengaruhi opini publik tentang nilai suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa KM tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2005), Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Niken (2010), yang menyatakan bahwa KM berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDK) Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar 0,012 dengan
signifikansi sebesar 0,990. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05;
53) -1,6745 dan nilai signifik ansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan KDK berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya proporsi dewan komisaris independen dalam perusahaan bukan menjadi jaminan bahwa dalam perusahaan tidak terjadi kecurangan dalam pelaporan keuangan perusahaan. Monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen belum dapat mengurangi perilaku manajer dalam memaksimumkan kepentingan pribadinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), Niken, Rahmawati dan Aryani (2010) yang menyatakan bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4. Jumlah Dewan Komisaris (JDK) Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,325 dengan
signifikansi sebesar 0,024. Nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05;
53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah dewan komisaris dalam perusahaan akan menentukan efektivitas fungsi dari dewan komisaris dalam memonitor kinerja perusahaan, sehingga visi dan misi yang di targetkan perusahaan dapat dicapai guna memaksimalkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kawatu (2009), Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Komite Audit (KA) Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -0,714 dengan
signifikansi sebesar 0,479. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05;
53) 1,6745 dan nilai signifikansi leb ih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga mencerminkan nilai perusahaan yang baik pula, sehingga investor pun dapat menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang dipertimbangkan dalam menilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), tetapi tidak sesuai dengan penelitian Sialagan dan Machfoedz (2006), Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Kualitas Audit (KuA) Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,836 dengan
signifikansi sebesar 0,006. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05;
53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herawaty (2009), yang menyatakan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dari keenam variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua variabel yang memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini di duga terjadi karena investor masih kurang memperhatikan variabel-variabel independen dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Kemudian sebab lainnya adalah data yang sangat bervariasi mempengaruhi hasil analisis dan jenis perusahaan yang bervariasi dalam indeks LQ-45 sebagai sampel.
Pengujian hipotesis kedua, secara simultan diperoleh Fhitung -0,414 dan nilai signifikan sebesar 0,001. Sedangkan secara parsial diperoleh thitung -3,463 dan nilai signifikan sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating pada penelitian ini. Karena nilai koefisien parameternya negatif yaitu sebesar -0,414 dan signifikan.