Kelahiran. Periksalah lampiran jang bersangkutan!

4. Kelahiran. Periksalah lampiran jang bersangkutan!

A. Jang paling tua –dihitung daripada kelahirannja, sedjak kebangunan nasional (nasional reveille)– ialah Republik Indonesia, atau dengan kata2 lain disebut di dalam karangan ini, dengan istilah “Republik Indonesia Djogja” (karena nama pusatnja: Djogjakarta), untuk menolong dan memudahkan pembatja, di dalam mendjeladjah dan menelitinja, terutama bagi pembatja luar negeri. Hari jang bersedjarah itu adalah hari Proklamasi Nasional 17 Agustus 1945.

B. Dengan; berdjangkitnja penjakit jang menghinggapi dirinja –periksalah riwajat selajang pandang di atas!—, dan karena desakan, tekanan dan serangan “penja-kit” dari luar, maka ‘umurnja RI Djogja tidak memandjang lebih daripada sa’at ditanda-tanganinja Statement Rum-Royen, pada pertengahan tahun 1949. Dengan itu, selesailah sudah nasibnja Republik Indonesia Djogja.

C. Dengan tjara nakal, serong dan tjurang, terutama untuk mengelabui ra’jat Indonesia dan (djuga) mata internasional, jang hingga kini belum pernah melepaskan pengawasannja atas Indonesia –langsung ataupun tidak langsung—, maka bangkai jang telah mati pada pertengahan tahun 1949 itu, sengadja tidak lekas2 dikubur. Upatjara penguburan resmi jang dimaksudkan, barulah dilakukan satu tahun lebih daripada matinja, ja’ni pada tanggal 17 Agustus 1950. Kesempatan ini digunakan untuk “memaksa” RIS (Republik Indonesia Serikat, natidjah K.M.B.) mewarisi nama bangkai jang mati itu, sehingga mendjadilah “Republik Indonesia” (II). Didalam karangan ini, nama RI (II) itu disebut dengan istilah : “Republik Indonesia Djakarta” (karena nama ibukotanja: Djakarta).

D. Hari kelahiran RI Djakarta ini –sesungguhnja nama resminja: Republik Indonesia Serikat– djatuh bersamaan turunnja “daulat-hadiyah”, ja’ni: 27 Desember 1949, ialah salah satu hari jang bersedjarah di dalam riwajat Indonesia, baik ba-gi bangsa Indonesia maupun bangsa Belanda. Djika kelahiran RIS (RI Dajakarta) itu, oleh sebagian daripada bangsa Indonesia, terutama jang “buta-politik”, disam-but dengan riang gembira dan suka-tjita, maka sebaliknja bagi bangsa Belanda hari itu merupakan hari berkabung, hari sungkawa. Karena pada sa’at itu pemerin-tah Belanda, dengan sedih dan ratap-tangis serta terharu, terpaksa menjerahkan sebuah “hadiyah jang maha besar”, ialah: hadiyah kemerdekaan Indonesia, walaupun tidak 100%. Dengan beberapa patah kata kami ingin menggambarkan, betapa gerangan “suasana” jang sesungguhnja pada dewasa itu, terutama didalam kalangan bangsa Belanda, di Nederland maupun di Indonesia. Bangsa Belanda dan pemerintah Belanda –dipandang daripada sudut pendirian dan keadaanja pada dewasa itu– tidaklah merasa mempunjai alasan jang tjukup, sah dan kuat untuk memberikan “daulat-hadiyah” itu. Terutama sekali, bila dipandang dari sudut militer, bahwa tentaranja (KNIL dan KL) di dalam melakukan tugasnja (“perang”) di Indonesia tidaklah mengetjewakan dan merasa kalah, bahkan sebaliknja.

Buktinja? Di antara orang2 besar bangsa Belanda, jang memegang tampuk pemerintahan di Indonesia, di Negeri Belanda maupun di luar negeri, sama “mengundurkan diri dengan hormat”, karena mereka tidak menjetudjui beleid pemerintahnja. Malah ada pula jang (letterlijk) “bunuh diri”, seperti peristiwa djenderal Spoor, beberapa hari sebelum ditanda-tanganinja perdjandjian KMB.

Pendjeladjahan lebih dalam menundjukkan adanja “udang internasional, di balik batu”, jang mendjepit, menekan dan mendesak pemerintah Belanda dan bangsa Belanda, kepada suatu posisi jang amat sukar-sulit (internationale dwangpositie), jang memaksa pemerintah dan bangsa Belanda, sukarela atau terpaksa, ichlas atau tidak, dengan gembira atau sedih: “mengakui dan menjerahkan kembali kemerdekaan Indonesia kepada ra’jat bangsa Indonesia, meski tidak bulat dan tidak genap-lengkap sekali pun”.

Peranan jang dipegang oleh “udang internasional” itu amat sungguh penting dan berguna bagi ra’jat bangsa Indonesia. Adapun alat-pendjepit jang amat sakti itu, ialah: “Atlantic Charter” beserta “self-determination”-nja. Dan “udang internasional” jang kami maksudkan itu, jang mendorong dan menjorong dengan kerasnja “turunnja daulat-hadiyah” itu ialah: pihak Amerika Serikat, Inggeris dan Australia, djuga Perantjis.

E. Setelah RI – Djogja mati dan meninggalkan langgang perdjuangan, pulang ke maqam abadi, dan belum pula Konferensi Medja Bundar (KMB) dimulai, maka pada sa’at itu lahirlah satu negara baru, dengan bentuk dan sifat baru, dengan sendi dan tjara2 baru, ialah: Negara Islam Indonesia.

Periksalah: Bab VII di atas, Proklamasi berdirinja Negara Islam Indonesia, beser-ta Pendjelasan Singkat Atasnja: Peristiwa penting, jang berlaku menurutkan Ke-hendak dan Kekuasaan Allah semata, terdjadilah pada tanggal 7 Agustus 1949.

Dengan kenjataan riwajat ini (historis), maka bolehlah ditetapkan, bahwa Negara Islam Indonesia lebih tua dari RIS, jang kemudian diberi nama pindjaman Repu-blik Indonesia (matinja RI Djakarta).

Tetapi setelah “pemimpin2” RI Djogja, jang tjurang dan chianat itu, tahu dan sadar, bahwa mereka (RI Djakarta) didalam posisi politik maupun sepandjang hukum (staatkundig en staatsrechtelijk), terutama sepandjang kenjataan sedjarah, menduduki posisi jang lemah dan kalah, maka dengan segera mereka mentjoba-kan tipu-daja dan tipu-muslihatnja, untuk membangunkan dan menghidupkan kembali nama “RI (Djogja)” jang sudah mati itu, sehingga RIS dipaksakan memakai nama “Republik Indonesia”, tegasnja: RI Djakarta. Semuanja itu dilaku-kan dengan tjurang dan serong, dengan chianat dan hasut, dengan sengadja hendak mengelabui mata dan menjumbat mulut ra’jat, serta dunia internasional, dan lebih djauh untuk mendjauhkan dan menghilangkan perhatian dan mata dunia kepada Negara Islam Indonesia.
Tiap-tiap manusia jang tahu dan memperhatikan sedalam2nja akan riwajat Indonesia, berkenan dengan hal ini nistjajalah tidak akan menolak atau membe-narkannja dengan bulat2, disertai dengan pertanggung-djawab sepenuhnja.

F. Sepandjang sedjarah, jang tentu dibenarkan oleh tiap2 manusia dan pihak jang masih sehat ‘akalnja dan ‘adil pendiriannja, maka njatalah sudah, bahwa:

1) RI Djakarta –RI lainnja memang tiada lagi– sungguh2 telah melanggar, mem-perbuat kedjahatan politik dan sengaja berchianat kepada Proklamasi Kemer-dekaan 17 Agustus 1945.

2) RI Djakarta (jang kini masih ada) bukanlah RI 17 Agustus 1945, jang ditim-bulkan dalam masa revolusi nasional pertama.

3) RI Djakarta adalah satu natidjah (resultante) daripada sikap serong dan tjurang, hasut dan chianat dari “pemimpin2nja”, jang kini lagi menaiki “kuda tunggang dan sapi perah” ra’jat dengan megah dan gagah, sombong dan takabburnja. Ra’jat Indonesia dan Ummat Islam bangsa Indonesia ditipu, didjual dan dichianati mentah2!!! Ra’jat Indonesia dan Ummat Islam bangsa Indonesia mendjadi korban: hina, papa, sengsara, miskin dan nista dalam segala-galanja, lebiih daripada zaman kolonial Belanda, bahkan lebih dari-pada zaman pendudukan Djepang, jang terkutuk itu!!!

Hai, “pemimpin2 kebangsaan” jang chianat! Nantikanlah perhitungan atas perbuatanmu jang djahat, atas Bangsa, Negara maupun Agama itu!!!

4) Adapun ketjurangan dan pelanggaran RI atas perdjandjian KMP (RTC) maupun penipuan terang-terangan terhadap kepada dunia internasional, bukanlah tempatnja diuraikan didalam karangan ini.

Melainkan kami serahkan dan pertjajakan sepenuhnja atas beleid dan kebi-djaksanaan, sikap dan pendirian masing2 pihak: Amerika Serikat, Inggeris, Australia, Perantjis. Dan silahkan!

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63