Dasar dan ideologi negara, antara NII dan RI Djakarta. Bandingkanlah dengan lampiran jang bersangkutan!

5. Dasar dan ideologi negara, antara NII dan RI Djakarta. Bandingkanlah dengan lampiran jang bersangkutan!

  1. Dengan djelas dan tegas, NII meletakkan sendi2 dan dasar2 kenegaraannja: ISLAM 100%; satu-satunja Agama Allah –jang hingga kini sepandjang penelitian dan penjelidikan daripada para ‘alim ‘ulama dan ahli pengetahuan, dari pihak kawan dari lawan—, masih tetap terpelihara dalam kesutjiannja dan kemurni-annja.

Barang siapa, jang tidak sengadja dari tadinja menolak kebenaran Islam, atau ingkar (kufur) daripada tuntunan Ilahy dan adjaran Muhammad Rasulullah Clm., dapatlah menetapkan kejakinannja jang kuat dan kepertjajaannja jang teguh, bahwa:

Islam menentukan dengan pasti dasar2 hidup dan kehidupan, dlahir (materieel) maupun bathin(spiritueel), mengandung peraturan2 bakti duniawy dan uchrowy, mulai keperluan pergaulan hidup sehari2 biasa dan ‘ibadah chususnja (rubbu-biyah) hingga sampai kepada dasar2 dan tingkatan memperdjuangkan, memiliki dan mengatur negara dan dunia Islam.”
Di dalam Islam tiada faham dan pendirian, jang memisahkan dunia dari achirat, dlahir dari bathin, mesdjid dari kantor, tidak sesuai dengan faham “kuno”, faham “Damaskus”, jang menjatakan perpisahan antara agama dan negara (scheiding van kerk on staat). Djika pada zaman abad kedua puluh ini masih djuga ada orang atau pihak jang pendirian “kuno”, silahkan mempeladjari kembali Kitabul-lah dan Sunatin-Nabi Besar, Muhammad Clm., dan Insja Allah achir-kemudiannja akan sampai kepada satu kesimpulan: mengoreksi faham dan pendiriannja, jang salah dan keliru itu!

Djadi, kalau di sini kita katakan Islam, djanganlah hendaknja kita merasa tjukup dan puas dengan keterangan2 dari mulutnja “tukang obat” jang tidak bertanggung-djawab, atas benar atau salahnja kata2 jang dilahirkannja, lepas daripada niat baik atau djelek daripada orang jang mengutjapkannja. Melainkan, kita harus dan wadjib memandang Islam, sebagai peraturan jang hidup, stelsel masjarakat, stelsel pemerintahan, stelsel negara dan stelsel dunia.


Dengan sendinja jang pasti, kuat dan sentausa, luas dan mendalam, sutji dan ter-pelihara, jang tidak dapat diperkuda dan dipermainkan oleh siapapun djuga, maka kami –Negara Islam Indonesia– meletakkan dasar2 negara kami. Kami tidak ingin ingkar daripadanja sedjari sekalipun! Melainkan kami akan mentju-kupi sepenuhnja barang apa jang termaktub dalam adjaran Islam! Insja Allah. Kami tidak ingin melalaikan dan menawarnja, sedjengkal sekalipun! Sebaliknja, kami ingin memenuhi segenap tuntunan Ilahy dan Sunnah Nabi Besar Muhammad Clm., dengan sempurnanja. Insja Allah. Sendi dasar inilah, jang pada ‘umumnja orang mengatakan: ISLAMISME.

B. Adapun sendi dan dasar daripada Republik Indonesia seperti jang sering didengung2kan oleh “pemimpinnja”, terutama “Presidennja”, ialah: Pantjasila. Satu tjampuran (alliage) daripada (1) Shintoisme Djepang, (2) Sjirik Indonesia –animisme, dengan persembahan kepada Blorong, Dewi Sri, Dewi (ibu) Pertiwi, dll. Dewa tjiptaan, tiada bedanja dengan persembahan kepada Dewa2 Wisnu, Brahma dll. atau kedjawen (heidendom),, sebuah model persembahan berhala, jang berlaku di Djawa Tengah—, (3) Hakko Itjiu, alias theori penipuan “Kemak-muran Asia Timur Raja”, buatan Djepang semasa zaman pendudukan, dan (4) Nasionalisme Indonesia djahil, jang agak kemerah-merahan itu. Dengan kupasan singkat di atas, —tidak mengikuti susunan dan aliran pikiran Soekarno dan kawan2-nja (ma’af)—, maka mudahlah kita dapat mengerti dan memfahami sedalam-dalamnja:

1) Apakah gerangan sebabnja, maka “Tuhan” ala Pantjasila itu tidak mempunjai wudjud, sifat perbuatan dan lain2 jang tentu2, baik jang “wadjib”, jang “hak” maupun jang “mustahil”; “tuhan” jang tidak ber-‘amal (memerintah) dan tidak pula ber-“nahi” (terlarang); “tuhan” jang tidak menurunkan “nabi”nja, atau “utusan”-nja dan “wahju”-nja; “tuhan” neutraal (bebaskah? Jang boleh dibajangkan dan ditafsirkan oleh tiap-tiap manusia, menurut kehendak, pikir-an dan perasaannja masing2, walaupun oleh manusia jang sesat, jang anti-tuhan sekalipun (seperti komunis); “tuhan” inikah jang di dalam ‘ilmu “Kedja-wen” disebut dengan istilah ‘alam suwung wangwung” (tiada sesuatu alias kosong)?
Wal-hasil, “tuhan” ini adalah “tuhan palsu”, “tuhan” buatan manusia, “tuhan” tjiptaan Soekarno. Lebih-lebih lagi, tampak bohong dan palsunja “tuhan” a la Pantjasila itu, dan chianatnja pentjipta dan buatannja (Soekarno) beserta pengi-kut-pengikutnja, dimana “tuhan” pantjasila itu “dipersamakan” (atau didu-dukan sedjadjar) dengan Tuhan dalam faham dan kejakinan Islam: Allahu Subhanahu wa Ta’ala! Subhana-Llah! Maha-Sutji-lah Allah! Maha Sutji dari-pada tiap2 terkaan dan rabaan, bandingan dan buatan, fikiran dan hitungan manusia jang manapun djuga.

Kalau di antara “pemimpin2” Islam di kalangan RI Djakarta masih djuga ada jang berpendapat, bahwa “tuhan” ala Pantjasila itu “sama” dengan Allah di dalam Al-Qur'an, maka faham dan pendapat, kejakinan dan kepertjajaan jang serupa itu teranglah salah, sesat dan keliru semata2. Hendaklah “pemim-pin” Islam jang “musjrik dan memusjrikkan” itu –walaupun dengan tidak sengadja, hanja karena bodoh dan tolol (ma’af) belaka– segera insaf, sadar dan taubat kepada Allah! Sajang ibadah jang dilakukan seumur hidupnja hanjalah dihadapkan dan diperuntukkan kepada “tuhan bajangan” belaka.

2) Apakah gerangan sebabnja, maka kata2 muluk “kebangsaan Indonesia”, ke-daulatan ra’jat, keadilan sosial dan kemanusian” hanjalah merupakan “huruf jang mati” dan hiasan mulut munafiq? Kata2 jang membumbung seting-gi langit itu hanjalah merupakan “alamat palsu” dan “bajangan” (chajal kepa-da chalajak ramai, kalau2 ra’jat boleh merasa puas dengan dongeng2 jang hebat2 itu” dan kenjang dengan “omong kosong” jang senantiasa dihambur-hamburkan dan membosankan itu!

Ra’jat minta bukti! Ra’jat menuntut realiteit! Bukti! Bukti! Bukti! Itulah jang diharap-harapkan ra’jat.

3) Apakah gerangan sebabnja, maka Nasionalisme Indonesia lebih dekat kepada Merah (Komunisme) daripada kepada hidjau (Islamisme) ?

Karena Nasionalisme Indonesia berdasarkan kepada “tuhan” jang neutraal (bajangan) tjiptaan pantjasila, alias “kosong”; sedang Komunis Indonesia, sesuai dengan adjaran2 tiap2 faham dan kejakinan “ketuhan-an” jang manapun djuga (historis materialisme). Komunis asli Moskow menolak mentah2.

4) Apakah gerangan sebabnja, maka Komunis Indonesia, dengan tjepat berkem-bang-biak didalam tubuhnja pemerintah Republik Indonesia, jang –katanja– berdasarkan nasionalisme itu? Sekali baksil-baksil dan bakteri-bakteri Komunis itu disuntikkan dan diratjunkan (geinjecteerd en geinfecteerd) kedalam tubuhnja RI, maka sekali itu tjukuplah kiranja untuk “memper-merah dan memper-moskow-kan RI, karena perbedaan antara djahil dan sjirik hanja-lah beberapa streep belaka. Ratjun komunisme buatan Moskow itu dibuat demikian rupa, sehingga nasionalisme Indonesia (batja RI Djakarta) selalu tergila-gila kepada tiap2 jang merah dan jang ke-merah2an, terpikat oleh tiap-tiap komunis dan barang sesuatu jang komunistis. Berkenaan dengan kenja-taan jang berdjalin-djalin dalam tubuhnja RI, lebih2 lagi setelah membatja statement Party Nasional Indonesia (jang kini telah mengikuti djedjak langkah PKI–mengiblat ke Moskow) pada awal bulan Djuli 1952 jbl.; ditambah de-ngan sikap komunis Indonesia jang sudah tidak tahu malu dan lebih dari kurang adjar, mengindjak-indjak kepala RI dengan njanjian “internationale” (komunis), dan menusuk-nusuk djantung hati pemerintah RI dengan ratjun buatan Moskow, maka mengingat semuanja itu, dengan ini kami dapat menja-takan pendapat jang pasti, bahwa:

a. RI Djakarta –jang katanja Nasional itu, sesungguhnja “nasional merah”– kini sudah mendjadi RI Komunis; dan

b. RI inilah jang berchianat kepada perdjuangan kemerdekaan Indonesia, kepada Agama Islam, kepada ummat Islam Bangsa Indonesia: kepada Allah dan Rasul-Nja, tegasnja: berchianat kepada Negara Islam Indonesia!!!

5) Apakah gerangan sebabnja, maka “ideologi” pantjasila tidak dapat tertanam dan hidup didalam dada dan hati ra’jat jang sebagian besar memeluk Agama Isllam? Memang sedjak mula berdirinja, RI (kini RIK) selalu berpegangan kepada pihak luar, pihak internasional. “International minded” katanja. Tegas-nja: RI (RIK) tidak berakar kedalam, melainkan keluar, tidak berdiri atas kekuatan dan tenaga ra’jat sendiri; tidak sesuai dengan kehendak dan tjita2 ra’jat; melainkan kedaulatan dan kemerdekaannja diperoleh dan dipertahan-kan dengan pegangan kepada “tongkat internasional”, dan berdasar atas kasih sajang dan kemurahan pihak luar. Maka dengan tjepat kita dapat menjebutkan, bahwa kedudukan RI (RIK) kini ialah: “Bergantung ta’ bertali, berdiri ta’ berakar!“

  1. Kanun Asasy Negara Islam Indonesia dan Undang-Undang Dasar RI palsu.
    Undang-Undang Dasar RI sebagai “warisan badju” daripada “bangkai jang sudah mati itu” (RI Djogja) dan sebagai indjakan tampak kosongnja, kosong daripada dasar hukum, jang mendjadi salah satu tulang-sendi (prinsip) bagi pendirian suatu negara, sesungguhnja tidaklah patut ditindjau dan didjeladjah. Sebab, memang bukan dasar dan pakaian RI sekarang (Djakarta) sendiri. Tetapi untuk kepentingan pembatja jang masih “asing” dalam seluk beluknja keadaan dan kedjadian di Indonesia, teru-tama sekitar “tipu-muslihat RI Djakarta”, maka dengan ini baiklah kami sadjikan buah pendjeladjahan sekedarnja, dengan pertanggung-djawab sepenuhnja atas benarnja penerangan dan keterangan tersebut:

A. Bahwa RI Djakarta kini belum mempunjai Undang-Undang Dasar (Grondwet), jang seharusnja mendjadi tulang sendirinja sesuatu negara.

B. Bahwa pemakaian UUDRI (Djogja) adalah suatu pentjurian politik jang amat tjurang (kurang adjar jang dilakukan oleh pemimpin2 RI (Djogja lama), jang kini –dengan bukti2 jang njata, terang dan djelas– boleh selandjutnja dinamakan: Republik Indonesia Komunis, disingkat dibatja dan ditulis: “er-ie-ka atau “rik”.

C. Bahwa karenanja, RIK bukanlah suatu negara hukum (rechtsstaat) –sedang Undang-Undang Dasar pun belum memilikinja—, sehingga pada hakikatnja dan pada bukti sjari’atnja, tidak terikat dan tidak mengikatkan dirinja dengan suatu hukum. Lebih2 lagi, djika kita suka meneliti bukti2 kenjataannja, bahwa:

1) Tiada suatu peraturan jang tentu, jang mengekang mengendalikan peme-rintahan didalam negara, sehingga pesawat-pesawat dan alat-alat negara tidak mempunjai pegangan jang tetap, dalam melakukan tugasnja. Herankah kita, djika pesawat2 dan alat2 RIK mendjadi lesu dan tidak bersemangat, kadang-kadang a-nasional dan tidak tahu djalan, sehingga sering tubruk menubruk satu dengan jang lainnja, semacam orang gila? Herankah kita djika pelatjuran, korupsi besar2an dan lain2 kedjahatan, baik didalam pandangan negara, maupun di dalam pandangan hukum, mendjadi suatu kemegahan, ketjong-kakan, kesombongan jang luar batas? Herankah kita, djika dengan karenanja banjak di antara anggauta2 pemerintah RIK mendjadi agen Moskow, atau tangan-tangan luar negeri jang lainnja, dengan maksud mendjual negara dan bangsanja, bagi kepentingan dirinja sendiri? Herankah kita djika ra’jat RIK selalu gelisah dan apathis, jang achir-kemudiannja merupakan sampah masja-rakat, jang meng-halang2ngi dan menghambat berputarnja roda-pemerintahan RIK?

2) Dalam sual2 militer, baiklah diperingati:

a). Tindakan Tentara RIK –di sini, disebut: TRIK– selalu melanggar hukum, baik hukum kemanusiaan, menangkap dan menawan, menjiksa dan mem-bunuh, menghukum dan membuang, dengan tjara sewenang-wenang, me-langgar hukum kemanusiaan dan kesusilaan, bukanlah barang sesuatu jang aneh dan adjaib di Indonesia (lingkungan RIK), melainkan semuanja itu termasuk kedjadian se-hari2; jang boleh disaksikan orang pada setiap tempat dan waktu, hampir diseluruh Indonesia.
Dari biasanja melakukan perbuatan2 jang hina dan rendah, tjemar dan kotor, kedjam dan ganas itu, hingga TRIK merasa bangga dan megah serta puas djika mereka telah “selesai”memperbuat barang sesuatu jang kedjam, djahat dan mesum itu. Semuanja dilakukan untuk keperluan sesuatu ideologi, kiriman luar negeri, import dari Moskow, jang bernama-kan Komunisme. Sadar atau tidak sadar, pura-pura tidak tahu atau dengan pengertian jang pasti, perbuatan-perbuatan jang serupa itu tidak hanja bersifat merusak, membentjanai dan merobohkan negara, bahkan lebih dari itu:

TRIK (kini TNI –Tentara Nasional Indonesia) mendjual negara dan bangsa Indonesia kepada kekuasaan asing, ialah: Sovjet Russia.

b) Sudah sedjak lama terdjadi perpetjahan didalam kalangan TRIK, seperti proces perpetjahan jang berlaku pada lapisan jang lainnja. Periksalah riwajat keluarja Pasukan Hisbullah (TNI) –jang kini telah insaf dan sadar akan tugas wadjibnja jang maha sutji: menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia, Alhamdulillah—, berkat chianatnja pihak RIK sendiri. Proces jang serupa ini akan berlaku terus-menerus, hingga tiada seorang Muslim lagi, jang sanggup hidup di lingkungan RIK Perpetjahan jang timbul karena keluarnja pihak ex KNIL (bekas Koninklijk Nederlands Indonesia Legor) dari kalangan tersebut, bukanlah suatu hal boleh disem-bunjikan. Lajangkanlah pandangan kita atas: Maluku Selatan (RMS), Andi Abdul Aziz, dll. jang hingga kini belum djuga ada penjelesaian atasnja. Proses di dalam kalangan KNIL inipun akan berdjalan terus-menerus, karena mereka tidak sanggup menelan pil-pahit buatan Moskow, walaupun dibungkus dengan “gula2 manis”.

3) Belum mengenai sual-sual ‘umum politis dan militer seperti perkaranja Sultan Abdul Hamid (pihak RIS dan KNIL), perkaranja Chairul Saleh (pihak arty Murba–Komunis), perkaranja Amir Fatah (pihak Negara Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia dan perkaranja sepuluh ribu orang jang lainnja, jang begitu sadja dimasukkan didalam pendjara, didalam tawanan, dan di tempat pengasingan Nusakambangan (Digul Kedua?), dengan tiada urusan, pemeriksaan atau penjelesaian atasnja. Walhasil, kalau lembaran2 hitam daripada riwajat Indonesia ini ditulis satu demi satu kiranja akan meru-pakan beberapa buah buku tebal tersendiri.

D. Walaupun tidak patut dan tidak pantas, djika kita membuat bandingan, ditilik daripada sudut hukum dan politik, antara Negara Islam Indonesia dan Republik Indonesia Komunis, tetapi bagi orang2 jang mengaku warga negara RI (kini: RIK) mungkin besar guna dan faedahnja, djika kami berikutkan pendapat dan kesan-kesan kami atasnja, sekedar pada garis-garis besar dan pokok2nja belaka.

1) Bahwa di Indonesia, sedjak 3 tahun ini, berdirilah dua negara, jang berbedaan hukum dan pendiriannja, berlainan sikap dan haluan politiknja, bertentangan maksud dan tudjuannja, tegasnja: berselisih, hampir dalam tiap2 hal, mulai dasar dan pokok hingga sampai kepada tjabang dan rantingnja.

2) Bahwa daerahnja adalah satu dan bersamaan, ialah: Indonesia.

3) Bahwa ra’jat-penduduknja adalah satu dan bersamaan pula, ialah : ra’jat Indonesia.

4) Bahwa tiada batas jang tertentu: daerah, tanah, air, rimba, bukit, laut, dll., jang boleh membedakan dan memisahkan, antara kedua negara itu; sehingga batas sematjam “garis demarkasi” tidak ada, dan tidak mungkin ada.

5) Bahwa ‘alamat di luar jang tampak (oleh pihak luar): RI. Tetapi isi jang se-sungguhnja, ialah:

a. Negara Islam Indonesia dan

b. Republik Indonesia Komunis.

6) Bahwa kedua negara tsb. sedjak hampir 3 tahun ini, ja’ni :

Sedjak 27 Desember 1949, senantiasa dalam keadaan permusuhan dan pepe-rangan, sehingga selama itu sampai kini Indonesia selalu terlibat di dalam “Perang Saudara”, Perang Ideologi, jang makin hari makin bertambah meng-hebat dan mendahsjat.

7) Bahwa tiada garis demarkasi jang tertentu bagi tiap2 pihak jang bertentangan, sehingga tiap2 kampung dan kota, tiap2 bukit dan pantai, tiap2 hutan dan ladang, sewaktu2 boleh mendjadi lapang peperangan, gelanggang (arena) adu tenaga antara dua kekuatan, dua kekuasaan dan dua negara itu, dalam sifat politis, militer, ekonomis dan lain2.

8) Bahwa karena perbedaan kedudukan kedua negara itu, dalam pandangan hukum dan politik, maka satu sama lain berlainan dan bertentangan pulalah tanggung-djawab terhadap kepada :

    1. Ra’jat;

    2. Tanah tumpah darah;

    3. Mahkamah sedjarah, interinsuler dan internasional;

    4. dan Mahkamah Allah, kini dan kelak.

Misalnja: Djika pihak R.I.K. hanja akan bertanggung djawab akan nasibnja ra’jat jang mengikuti langkah R.I.K. —dengan sadar atau tidak, dengan paksa atau tipuan— (djadi: bukan lagi sual “warga negara”), maka sebaliknja, Negara Islam Indonesia pun hanja akan bertanggung djawab atas nasibnja ra’jat, jang mengikuti ketentuan2 dan hukum2 jang berlaku di dalam lingkung-an Negara tsb.

9) Bahwa perlulah dinjatakan, bahwa (a) Ra’jat, (b) Daerah —negara— dan (c) Kekuasaan, adalah tiga factor jang terpenting, jang selalu mendjadi sasaran (maf’ul objekt) daripada setiap pihak jang bertentangan dan bermusuhan. Herankah kita, djika proces “Perang Saudara” ini memakan korban jang ti-dak terhingga besarnja, baik merupakan djiwa manusia maupun harta dan benda?

10) Bahwa tjatatan2 di atas perlulah kiranja, terutama bagi pihak RI —kini: R.I.K.—, kalau2 di dalam golongan atau pihak, jang masih sehat pikirannja dan djernih tindjauannja serta ‘adil timbangannja. Kemudian, tersilah!

--------------

BAB IX:
PERHUBUNGAN ANTARA NEGARA ISLAM INDONESIA
DAN REPUBLIK INDONESIA

  1. Dulu, pada mula pertama R.I. (R.I.S.) baru menerima “daulat hadiyah”, dikala itu ia dan segenap alat kekuasaannja mabok daulat. Oleh boneka (R.I.) jang mabok itu selalu dihambur-hamburkan berita dan tjeritera, omong kosong dan palsu, hasut dan chianat, tjurang dan serong, sesuai dengan djiwa dan perbuatan pemabok jang lupa daratan, hidup dalam alam chajal dan margajangan.

  2. Pihak Negara Islam Indonesia beserta alat pemerintahan dan kekuasaan dihina, ditjer-tja dan ditjatji maki dianggap dan diperbuat sebagai “gerombolan”, pengatjau, pem-berontak, perampok dan lain2 istilah, jang hanja patut keluar daripada hati dan mulut-nja orang2 jang dendam dan marah, djengkel dan murka rendah achlak-budi-pekerti dan ketjewa hati.

Dengan “alasan2” jang serupa itu, maka dilakukanlah oleh pihak R.I. suatu perbuatan chijanat kepada Ummat Islam, ingin “membasmi gerombolan D.I. (Darul Islam, jang lazim dipakai untuk menundjukkan sebutan Negara Islam Indonesia hingga habis ledis, dan menghantjur-binasakannja”, katanja. Perbuatan chianat ini, jang dilakukan dengan “penggempuran jang membabi-buta”, sering pula di’umumkan dengan sombong dan tjongkaknja, dengan taktik serupa dengan djuru-bitjara Djerman dan Djepang —selalu “menang dengan gilang-gemilang” sadja—, semasa achir Perang Dunia Kedua

  1. Perlulah didjelaskan, bahwa sebelum R.I. melakukan perbuatan chianatnja itu, maka terlebih dulu beberapa kali ia telah membuat sematjam panitja, jang hendaknja akan membuat hubungan antara R.I. dan N.I.I., dan dimana perlu —katanja— boleh mendjadi pengantara dalam “penjelesaian antara kedua belah pihak. Usaha penipuan jang demikian itu terus menerus dilakukan olehnja hingga sampai tahun 1951 jbl.

Jang ikut serta dalam perbuatan chianat ini, tidak hanja pihak militer dan sivil, R.I., melainkan djuga masja Allah! —‘alim-’ulama jang terkenal didalam kalangan Islam (jang kini kiranja belum perlu disebutkan nama2nja, karena mereka itu memperbuatnja tjuma sebagai “kuda tunggang” dan “kaki tangan” jang tidak sadar— ma’lum: buta politik, dan “takut”), jang di belakang, djika tetap tidak sadar dan insjaf akan kewadjibannja sebagai Muslim, terutama selaku pemimpin Islam, tentulah akan diperhitungkan lebih djauh.

Kepada mereka jang telah melakukan perbuatan chianat itu, meski jang tidak disengadja sekalipun., kami harapkan dengan tulus dan djudjur: Taubatlah! Tau-batlah! Taubatlah! Marilah kita bersama-sama melakukan tugas sutji, tugas Ilahy: menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia!!!

Kembali kepada “panitja penipuan” itu, bolehlah ditjatat:

A. Bahwa segala usaha tentulah gagal, dan memang sengadja “dibikin gagal”.

B. Bahwa maksud sesungguhnja, ialah: mengelabui mata ra’jat, menjumbat mulut-nja, dan lebih djauh “menutup mata dunia”, tegasnja: dunia internasional.

C. Bahwa kalau wali-Al-Fatah dan kawan2nja tempo hari (pertengahan tahun 1950 dikirim kedaerah Negara Islam Indonesia, untuk mendjadi “penghubung dan perantara” itu hanjalah tipuan pihak Iblis la’natullah semata. Demikian pula usaha Sadikin, Sutoko, Rukman, Lukas dan pengchianat2 jang lainnja.

D. Bahwa lebih djauh, maksud jang lebih dalam daripada “penipuan” itu, ialah: untuk menutupi kelemahan, kekurangan, kepintjangan dan kekosongan R.I. sendiri. Dan

E. Bahwa “last but not least” (jang terachir dan maha penting) dengan tjara demikian “rahasia Komunis di dalam R.I.” tidak akan terbuka, sedang pada masa itu penjelundupan komunis di dalam pemerintahan dan alat2 kekuasaan R.I. lagi berlaku dengan giat dan tjepatnja. Perebutan kaum Komunis jang serupa ini didasarkan atas suatu kejakinan, bahwa mereka (komunis Indonesia) tidak akan diberi lapang hidup, djika Negara Islam Indonesia berdiri dengan tegak teguhnja, di tengah2 masjarakat Indonesia. Semuanja ini dibuktikan dengan dokumentasi komunis, jang terampas oleh pihak Negara Islam Indonesia, beserta Tentara Islam Indonesia.

Oleh sebab itu, hai Ummat Islam dan pemimpin2 Islam: Awas dan waspadalah!!!

  1. Sementara itu, pihak ‘umum djuga pers, jang tahu akan keadaan dan kedjadian jang sesungguhnja, tetap bungkam, tutup mulut.

Sebabnja, karena djika mereka suka bitjara atau menulis terus-terang, menurut keadaan jang sesungguhnja, maka mata dan tangan besi jang kedjam telah siap di sekelilingnja.

  1. Di dalam waktu jang achir2 ini, setelah terbukti, bahwa segala usaha dan tindakan mereka, jang keras-kedjam, hasut chianat, selama hampir 3 (tiga) tahun ini, ternjata kandas, gagal dan tidak berdaja, maka barulah ada suara2 dan angin2 baru, tampak dan terdengar nama-nama: Negara Islam Indonesia, Tentara Islam Indonesia, dll.

Bukan se-kali2 karena pihak R.I. dan persnja —jang selalu masih tetap dalam penga-wasan antjaman dan tekanan sendjata, daripada tentaranja jang sombong dan se-wenang2 itu— ingin menghargai dan menghormati Negara Islam Indonesia! Melain-kan sikap jang serupa itu hanjalah menundjukkan kebingungan, kelemahan dan kedjatuhannja belaka!

Di dalam pers beberapa bulan j.l. a.l.l. di’umumkan oleh pihak djuru-bitjara-tentara, bahwa “N.I.I. pernah mengirimkan Nota2 Rahasia kepada pihak R.I.”, dengan tidak menundjukkan sepatah katapun, akan isi dan maksud jang terkandung didalam Nota2 Rahasia tsb. Dengan peng’umuman itu, chalajak ramai tetap bimbang, tetap tidak menerima penerangan dan keterangan jang selajaknja. Berkenaan dengan itu, maka pada ketika itu djuga kami membuat hubungan dengan Imam Negara Islam Indonesia jang kini untuk sementara waktu lagi tinggal diluar negeri —bagi kepentingan Negara Islam Indonesia—, bagi memperoleh perkenan (idzin) dari beliau, untuk memper’umumkan Nota2 Rahasia itu, bagi kepentingan Ra’jat Indonesia dan Ummat Islam Bangsa Indonesia, jang selalu di’abui matanja, sehingga tidak tahu duduknja perkara jang sesungguhnja, dan djuga menghilangkan salah faham dan keliru sangka, baik dari pihak lawan maupun pihak kawan. Maka pada achir bulan j.l. kami memperoleh perkenan tsb. jang diharapkan itu, sehingga mudah2an dengan itu pihak R.I. tidak akan tetap melandjutkan sikapnja jang tidak tahu malu, masa bodoh dan berchianat kepada ra’jat dan negara.

Dengan per’umuman itu pula, maka Nota2 Rahasia —jang tadinja sengadja ditutup-tutup dan dirahasiakan— kini mendjadi Nota2 Terbuka, atau Surat2 Terbuka. Mudah2-an ra’jat Indonesia dan Ummat Islam Bangsa Indonesia terbuka matanja, tahu dan mengerti akan duduknja perkara jang sebenarnja, sehingga dimana perlu dan seberapa perlunja — boleh mendjadi Hakim didalam Mahkamah Sedjarah Dunia dimasa jang dekat. Kepada Dunia Merdeka, dunia internasional kami tidak kurang mengharapkannja, sudi apalah kiranja mengambil Nota2 Rahasia itu mendjadi tambahan bahan2, untuk menentukan sikap dan pendiriannja, mengenai Indonesia, dengan tindjauan jang benar dan timbangan jang ‘adil.

  1. Berhubung dengan per’umuman Nota2 Rahasia itu —jang kini sudah mendjadi Nota2 Terbuka, atau Surat2 Terbuka—, baiklah kami menjatakan beberapa hal, untuk menolong dan memudahkan pembatja, didalam meneliti dan pendjeladjahan atasnja.

  1. Nota Rahasia itu ada 2 bagian:

Pertama: bertarich 22 Oktober 1950, djadi kurang lebih 10 bulan daripada serang-an R.I. kepada Negara Islam Indonesia; dan

Kedua: bertarich 17 Februari 1951, hampir 14 bulan, kemudian daripada chianat-nja R.I., jang diperbuatnja terus menerus, tiada berhentinja.

B. Nota2 Rahasia tsb. ditanda-tanganinja dengan resmi oleh Imam Negara Islam Indonesia, S.M. Kartosoewirjo, dan di’alamatkan kepada Saudara Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia, dengan tembusan kepada Sdr. M. Natsir, selaku Perdana Menteri R.I. pada dewasa itu.

C. Kedua Nota Rahasia ini sudah diterima oleh masing2 mustahiqnja, tapi belum pernah mendapat balasan apapun dari pihak R.I.. Melainkan hanja dengan serang-an jang hebat dahsjat, dengan hasutan jang djahat, dengan blokade politik, militer, ekonomis dll., jang boleh diharapkan —sepandjang rentjana Abu-Djahal dan Abu-Lahab Indonsia,—: membunuh Negara Islam Indonesia, Agama Islam dan Ummat Islam Bangsa Indonesia seluruhnja.

Alhamdu-lillah! Rentjana Abu-Djahal dan Abu-Lahab itu kandas dan gagallah, dan ber’akibat sebaliknja! Dengan karena tolong dan kurnia Allah djua. Semen-tara itu, Rentjana Allah terus berlaku: mendlahirkan Kebesaran dan Ke’adilannja, ditengah2 masjarakat dan ummat manusia di Indonesia, berwudjudkan Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia!

Sekali lagi, Alhamdu-lillah! Dengan “latihan” jang diadakan oleh R.I. terhadap kepada N.I.I., dengan makan kurban jang tidak ternilai harga dan besarnja, maka makin hari Negara Islam Indonesia makin kuat dan sentausa, besar dan meluas.

D. Atas beberapa fatsal, jang termaktub di dalamnja, akan kami berikutkan pen-tegasan seperlunja. Periksa dan bandingkanlah: Lampiran 3 dan 4, Nota Rahasia pertama dan kedua!

  1. Peringatan, perhatian, pertimbangan dan kesan tjukuplah diletakkan di dalam Nota2 Rahasia itu, oleh Pemerintah Negara Islam Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia, terutama tentang bangkit dan tumbuhnja bahaja dari dalam maupun dari luar.

Peringatan dan perhatian itu diberikan, pada masa R.I. baru mendjadi anggauta P.B.B. (Perserikatan Bangsa—United Nation Organization = U.N.O.), dua tahun bulat jang lampau. Walaupun demikian R.I. (Djakarta; kini: R.I.K..) telah menutup matanja dan menjumbat mulutnja, dan tidak mengabaikan sedikitpun djuga atas semuanja itu. Selama dua tahun ini, sudah banjak peristiwa2 jang terdjadi, interna-sional maupun interinsuler, jang sedikit banjaknja mempengaruhi kedudukan R.I.K., sehingga makin hari semakin bertambah2 sulit karenanja.

  1. Politik Bebas (neutralitdit) R.I. jang tadinja diharapkan akan bersifat positif dan konstruktif, ternjata achirnja mendjadi negatif dan destruktif, sehingga karenanja Politik Bebas makin hari makin bertambah menjulitkan dan membahajakan kedu-dukan R.I. (R.I.K.) dalam lingkungan negara2 di Pasifik, istimewa mengenai rantai pertahanan.

Wal-hasil, Politik Bebas jang tadinja diharapkan akan mendjadi salah satu daja-upaja untuk “melepaskan Indonesia dari antjaman bahaja, dari luar dan dari dalam”, maka sekarang ternjata mendjadi “tambahan penjakit”, jang akan segera menjorong R.I. (R.I.K.) tjepat2 masuk kelobang kuburnja.

Mula-pertama, Politik Bebas itu hanja berwudjud politik “latjur”, politik “ronggeng” (flirterij), mentjintai si A. dan mengasih-sajangi si B., dengan tidak haluan jang tetap dan tentu, tiada sikap jang djelas dan tegas tiada tahu harga diri dan kehormatan Ma’na jang paling baik untuk menggambarkan “politik jang mentah dan setengah matang ini, paling tinggi, ialah politik “wandu” (bukan laki-laki dan bukan pula perempuan)”, jang oleh karenanja tentulah tidak akan mendapat kehormatan peng-hargaan dari pihak diluarnja. Politik latjur dan wandu ini masih djuga boleh dima’-lumi dan diperma’afkan, walaupun tentu merugikan negara, kehormatan dan kedau-latannja, jang hanja boleh dilakukan oleh orang, pihak dan golongan, jang berachlak rendah dan berbudi hina.

Tapi ....! Tapi ....! Tapi ....!

Ada akibat jang lebih berahaja dan berchianat daripada latjur dan wandu itu. Ja’ni: setelah pihak Merah sudah mulai masuk-meresap dalam tubuhnja R.I. (R.I.K.), maka Politik Bebas itu dipergunakan orang (batja: Pemerintah R.I.K.) untuk memindahkan kiblat, dari bebas ke Moskow.

Barang siapa jang teliti mendjeladjah sikap R.I. (R.I.K.) menghadapi dunia luar (politik luar negerinja), maka kesimpulan dan pendapat kami itu, Insja Allah, tidak djauh daripada kebenaran. Periksalah sikap R.I. terhadap (1) M.S.A., (2) T.C.A., (3) pengangkatan duta2 besar untuk Moskow dan Peking, (4) K.M.B. = R.T.C., (5) Irian Barat dll.!

Semuanja itu menundjukkan bukti jang njata, bahwa kutu2 dan ratjun Komunisme dapat hidup dengan subur dan berkembang biak, didalam tubuhnja R.I. (R.I.K.), jang selalu mempergunakan kamuflase (pendirian samaran) jang bernamakan “neutraliteit” alias Politik Bebas itu.

R.I. menjerahkan dirinja, untuk di-indjeksi dan di-infeksi oleh kutu2 komunis, dengan ratjun buatan Moskow. Awas! Hai, Ra’jat Indonesia! Pemerintahmu sendirilah, Pemerintah Republik Indonesia, jang berchianat: mendjual negara dan bangsamu, Negara dan Bangsa Indonesia!!!

  1. Oleh pemerintah Negara Islam Indonesia diharapkan dan dipertimbangkan kepada pemerintah R.I. —periksalah: Nota Rahasia jang pertama, angka 11 !—, betapa hendaknja R.I. bersikap dan bertindak terhadap kepada Komunisme di Indonesia, jang sedjak dua tahun jang lalu sudah boleh di-raba2 diperhitungkan bahaja nasional dan bahaja internasional, jang boleh tumbuh daripadanja.
    Antara lain dalam angka 11 disebutkan:

  2. ..................................................................................................`.........................
    a. Tiada suatu djalan lain, jang menudju kearah “keselamatan Negara dan Bangsa Indonesia”, melainkan: “Djika Pemerintah Republik Indonesia mulai sekarang djuga, dengan tjepat dan tepat, membasmi Komunisme, dalam tiap2 lapangan, “terutama sekali jang melekat di dalam tubuh “Pemerintahan Republik Indonesia dan alat2 kekuasaannja, dengan wudjud dan sifat apa dan manapun djuga”.

Lebih tjepat, lebih baik!

b. .....................................................................................................................
c.

.....................................................................................................................
“Hendaknja disegerakanlah, melakukan tindakan jang tjepat dan tepat atas bahaja nasional dan internasional tersebut, jang pada hemat Kami, tindakan serupa itu adalah salah satu tugas jang wadjib mutlak bagi Pemerintah Republik Indonesia, untuk menghindarkan Negara dan Bangsa Indonesia daripada antjaman mara-bahaja jang amat dahsjat itu.”

..................................................................................................................................
Sikap dan pendirian jang diharapkan boleh mendjadi “obat” untuk R.I., dinjatakan pula didalam Nota Rahasia Kedua angka 7.

Periksalah: Lampiran 4, jang bersangkutan !

Walaupun demikian Pemerintah R.I. tetap tuli dan membuta-tuli, dengan sengadja, sadar dan insjaf, dengan pengetahuan dan pengertian jang tjukup.

Mengapakah R.I. tidak bertindak? Tidak beranikah? Takutkah kepada pihak merah dan agen2nja, jang siang malam berdjalan2 didepan istana mereka? Tidak mampukah (impotent)? Setudjukah kepada Komunis? ataukah R.I. memang komunis dan masuk golongan komunis? Rupanja kemungkinan jang terachir inilah jang paling dekat kepada kebenaran. Selandjutnja, apakah buktinja? Sebaliknja daripada apa jang di-harapkan. Bukan ia (R.I.=R.I.K.) membasmi Komunisme, semasa masih ketjil dan lemah, dikala 2 tahun jang lalu, melainkan (R.I.=R.I.K.) bersedia menerima Komu-nisme didalam tubuhnja, didalam pemerintahannja, didalam tentaranja, dan hampir didalam tiap-tiap lapangan hidup dan kehidupan, dinegara R.I. (R.I.K.).

Ini bukan dongeng dan tjeritera purba, melainkan bukti jang njata, jang setiap orang boleh menjaksikannja.

  1. Adapun Sikap dan pendirian Negara Islam Indonesia sendiri terhadap kepada bahaja komunisme itu, dinjatakan pula dengan djelas dan tegas: (Nota Rahasia Pertama, angka 12) ...........................

12. Dalam pada itu, baik djuga kami menjatakan di sini akan Sikap dan Pendirian Pemerintah Negara Islam Indonesia terhadap bahaja Komunisme, bahwa sedjak mula berdirinja —7 Agustus 1949— telah ditetapkan:

Pemerintah Negara Islam Indonesia dengan seluruh Ummat Islam Bangsa Indonesia beserta alat- kekuasaannja sudah, lagi dan akan terus menerus melakukan wadjib sutjinja. Membasmi bahaja-Negara, bahaja-Agama-Allah (Islam) dan ba-haja-Ummat itu, hingga sampai kepada akar-akar dan dasar-dasarnja”.

..................................................................................................
Pentegasan atasnja kiranja tidak diperlukan. Tjukup djelas!

  1. Selain daripada itu, dalam Nota Rahasia tsb. dituliskan pula dengan terang2an dan dengan dada terbuka, hanja karena mengingat kepentingan Negara, Bangsa serta Agama semata2 a.l.l.:

A. Bahwa Nasionalisme tidak akan sanggup dan tidak pula akan mampu membasmi Komunisme, dan djika Komunisme mendjadi agressor, maka pihak Nasionalisme akan segera menjerah-kalah:

B. Bahwa tiada kejakinan, stelsel dan ideologi lainnja, jang dapat membendung arus Komunisme dan menghindarkan bahaja Negara, Bangsa dan Agama, melain-kan hanja Islamisme sadjalah.

C. Bahwa wadjib mutlak “membasmi Komunisme” harus dilakukan dengan tjepat, agar supaja Indonesia djangan hendaknja mendjadi Tiongkok kedua atau Korea kedua.

D. Bahwa djika R.I. lalai akan kewadjibannja jang pertama2 dan jang terutama itu —membasmi komunisme—, maka ia akan bunuh diri, dibunuh oleh alat dan pesawatnja sendiri, untuk kepentingan dan keperluan negara dan ideologi lain, ialah: Sovjet Russia.

E. Bahwa sual sekitar KMB Irian Barat dll. harus diteliti dengan bidjaksana, agar supaja djangan menambah besar dan dahsjatnja bahaja jang meng-antjam-antjam kedudukan Indonesia, dari dalam maupun dari luar. Berkenaan dengan kesulitan2 jang timbul sekitar sual Irian, dari sendirinja akan membawa ‘akibat (jang kurang enak) kepada ikatan bangsa2 dan negara2 di dalam rantai pertahanan Pasifik. Karena negara2 jang ikut serta, bahkan mempunjai peranan penting di dalam pemberian “daulat hadiyah” kepada Indonesia, adalah negara besar, jang berkuasa di pantai Pasifik , seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Perantjis.

F. Bahwa di masa jang dekat —tindjauan dan rabaan serta perhitungan hampir 2 tahun jang lalu— akan terdjadi Perang Segitiga jang kedua. Kini dengan per-lawan2 dan ber-angsur2, sedjak beberapa lamanja, sudahlah dimulai. Dan oleh karena sebagian besar proces ini berlaku “di dalam selimut” (dan memang diseli-muti), maka pihak luar (outsider) tidak banjak mengetahui dan mengertinja. Ini-lah suatu bukti, jang membenarkan tindjauan kita di atas, hampir 2 tahun jang lampau. Lebih djauh, periksa dan bandingkanlah dengan Statement Negara Islam Indonesia, No. IV/7 !

Masihkah orang menjangka, bahwa Pemerintah Negara Islam Indonesia kurang “goodwill” terhadap kepada Pemerintah Republik Indonesia, walaupun masih tetap bermusuhan dan tidak setudju kepada sikap dan pendirian serta dasar nega-ranja sekalipun???

Kiranja sekarang hanja tinggal menantikan “goodwill” (kemauan baik) daripada pihak Pemerintah Republik Indonesia!!! Terserah dan tersilah!

Tiap2 pembatja jang bidjak-budiman, kiranja dapat menentukan dan mengambil kesimpulan sendiri!

  1. Kemudian di dalam Nota Rahasia Kedua, angka 8., dinjatakan pula dengan terang-terangan akan Sikap dan pendirian jang djelas dan tegas, mengenai Proklamasi ber-dirinja Negara Islam Indonesia, untuk memudahkan RI dalam usaha “pemetjahan” dan “penjelesaian” atasnja.


Antara lain dituliskan:

........................................................................................................................
a. Proklamasi 7 Agustus 1949, adalah suatu tjurahan Kurnia Ilahy, atas Ummat Islam Bangsa Indonesia, satu idzin dan perkenan Allah jang berwudjudkan: “inti-pati (kristalisasi, realisasi dan manifestasi) daripada pengharapan, du’a, tekad dan ‘amal-usaha perdjuangan Ummat Islam Bangsa Indonesia”.

b. Oleh sebab itu, maka Proklamasi 7 Agustus 1949 merupakan hak sutji daripada atas Ummat Islam Bangsa Indonesia, jang tidak hanja harus serta wadjib dihargai dan dihormati oleh Ummat Islam sendiri, melainkan djuga oleh tiap2 bangsa diseluruh Dunia.

c. Hak sutji tsb.

.....................................................................................................
(1) Jang mengenai isi, maksud dan wudjud bulat sempurna (essensial-substantif), ialah: Kemerdekaan bulat 100%,

.................................................................
(2) Jang mengenai technik-pelaksanaan,

...........................................................
Selandjutnja, bagi Republik Indonesia boleh memilih:

menerima dan mengakui Proklamasi 7 Agustus 1949, ataupun menolaknja”.
Dalam kedua2 kemungkinan itu, maka berdirinja Negara Islam Indonesia telah melahirkan sikap dan pendiriannja jang tegas, tidak ragu2 dengan bertanggung-jawab sepenuhnja. Periksalah: Nota Rahasia Kedua, angka 8, c., (1) dan (2)!

  1. Achirul-kalam, sekali lagi dengan ini kami njatakan rasa-kemenjesalan kami dan pihak Negara Islam Indonesia, bahwa Pemerintah Republik Indonesia, jang kini praktis sudah mendjadi Republik Indonesia Komunis, telah mengabaikan segala pertimbangan, perhatian, peringatan dan kesan2 atas nasibnja Ummat dan Bangsa, Negara dan Agama, dimasa jang mendatang, berkenaan dengan antjaman bahaja dari dalam maupun dari luar, jang akan membunuh-mati dan menghantjur-luluhkan negara dan ra’jat Indonesia, sebagai negara dan bangsa di dunia.
    Sajang! Sekali lagi, sajang! Kini sudah terlambat!

Walaupun demikian, kalau sekarang ini djuga, semasa Perang Dunia Ketiga belum meletus, Pemerintah R.I. suka mengubah sikapnja jang membuta-tuli dan keras-kepala, pura2 tidak tahu dan tidak sadar akan resiko jang boleh diderita oleh ra’jat dan ummat serta negara jang mendjadi pertanggung-djawab atas pundaknja, maka agaknja masih djuga terbuka djalan untuk menolong dan menghindarkan sebagian (ketjil) Ra’jat, daripada antjaman bahaja jang amat besar dan dahsjat itu.

  1. Pendjadjahan Belanda telah lampau, pendudukan Djepang sudah berachir, Kemerdekaan (palsu) Indonesia lagi berdjalan, kalau nanti disusul dengan djadjahan komunisme, djadjahan ideologi, djadjahan politik, djadjahan militer, djadjahan eko-nomi, djadjahan Sovjet Russia djahanam.

Alangkah besarnja mara bahaja, dlahir dan bathin, dunia dan achirat, jang akan menimpa Indonesia, sebagai negara dan bangsa!!! Naudzu billahi min dzalik!
Pada zaman pendjadjahan Belanda, orang mengira, bahwa diduduki (didjadjah) oleh Djepang —karena katanja: “saudara tua”— lebih enak atau kurang pahit, daripa-da oleh Belanda.

Sangkaan itu salah belaka. Ra’jat djelata menderita, lebih daripada jang sudah-su-dah. Tiada kalam manusia, jang dapat menggambarkan dengan tepat, akan penderita-an ra’jat dlahir dan bathin, waktu itu!

Pada zaman Fascisme Djepang, orang meratap menangis, berdu’a kepada ‘Azza wa Djalla: “Kapan hari-kah Indonesia merdeka? Dan kalau Indonesia sudah merdeka, tentulah akan hilang segala hina dan papa, nista daan sengsara, melarat dan derita..!

Demikianlah agaknja gambaran-letupan djiwa ra’jat jang lagi tidak berdaja meng-hadapi Fascisme Djepang itu. Pada suatu detik jang ditentukan oleh Allah Pribadi, maka Indonesia mendjadi negara jang merdeka, walau hanja merupakan “daulat hadiyah” sekalipun. Lumajan djuga tapi apa latjur!

Sekali lagi, ra’jat ketjewa, ra’jat lebih sengsara, lebih menderita dalam segala2nja —ketjuali beberapa manusia, jang menamakan dirinja “pemimpin ra’jat, pemimpin negara dll”.—, lebih daripada zaman djadjahan Belanda, bahkan lebih daripada za-man pendudukan Djepang, Meskipun dipimpin oleh bangsa sendiri, bangsa Indonesia, dan sudah memiliki kemerdekaan pribadi, kemerdekaan Indonesia.

  1. Tanda2 akan runtuh dan djatuhnja R.I. sebagai negara, sudahlah tampak dengan njata. Setiap orang, jang tidak sengadja menutup matanja, akan dapat menjaksikan matjam kebiadaban dan pelanggaran teradap kepada hukum, dan ke’adilan, kebe-naran dan kemanusiaan. Perkosaan kepada wanita termasuk salah satu kesukaan (liefhoberij) jang istimewa daripada T.R.I.K. djahanam itu, sedang perampasan hak dan harta benda ra’jat bukanlah masuk barang sesuatu jang luar biasa. Proces dege-neralisasi dan demoralisasi besar2an berlaku dengan pesat dan tjepatnja, ditengah2 masjarakat dan negara R.I.K.. Barang siapa tjoba2 membendungnja hanjut-lenjaplah didalam nja. Semuanja itu termasuk tanda2 jang njata, akan segera djatuh-runtuhnja R.I. (R.I.K.) sebagai negara.

  2. Kini .... Ra’jat Bangsa dan Negara Indonesia (R.I.K.) lagi menghadapi sebuah djalan simpangan. Hendak ke kanankah (Blok Amerika)? Ataukah mau ke kiri (Blok Russia)? Wallahu ‘alam.

Di bawah ini kami akan tjoba menggambarkan “kemungkinan kedepan akan nasib Indonesia, beserta ra’jat dan negaranja”.

Semoga Allah berkenan memberi petundjuk langsung kepada kita sekalian, hingga terhindarlah kiranja Indonesia daripada antjaman mara-bahaja dunia, jang amat besar, hebat dan dahsjat itu! Dengan tolong dan kurnia Allah djua. Insja Allah. Amin.

------------

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63