Analisis Manifesto politik NII ID

ANALISIS MANIFESTO PILITIK NEGERA ISLAM INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERJUAGAN UMAT ISLAM BANGSA INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sejarah islam Indonesia

Disusun Oleh :

Andre Septian

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    2. Perumusan Masalah

    3. Tujuan Penulisan

    4. Ruang Lingkup

    5. Metode Penulisan

BAB II

ANALISIS MANIFESTO POLITIK NEGARA ISLAM INDONESIA

2.1. Indonesia Tahun 1949-1952

2.2. Manifesto Politik Negara Islam Indonesia

2.3. Analisis Manifesto Politik NII

2.4 Sikap Umat Islam Bangsa Indonesia terhadap Manifesto Politik NII

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perjuangan umat islam bangsa Indonesia, telah memasuki 66 tahun semenjak diproklamasikannya Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949 M/ 12 Syawal 1368 H, di Cisampang, desa Cidugaleun Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, dan telah memasuki tahun ke 91 semenjak kekhilafahan islam diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Atraktuk. Tanggal 3 maret 1924 merupakan tanggal perubahan menuju zaman kegelapan, zaman ketika dunia ini di pimpin oleh manusia yang takabur dan sombong (jabariyah), hal ini semakin membuktikan kebenaran hadist riwayat Al-Bukhori dan Muslim1) serta hadis Ahmad bin Hambal 2) tentang 5 priode kepemimpinan.

Di dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, sabda Nabi Muhammad SAW:

"Sesungguhnya Allah akan menurunkan (orang) setiap permulaan 100 tahun seseorang kepada Umat yang akan (Tajdid) mengembalikan kegemilangan Agama mereka" 3)

Dalam hadis tersebut bahwa akan muncul setiap 100 tahun seseorang yang akan mengembalikan kejayaan umat islam. Kalau menurut perhitungan tahun ini merupakan tinggal 9 tahun lagi menuju ke 100 tahun semenjak runtuhnya kekuatan islam di dunia dengan berakhirnya kepemimpinan islam di dinasti Turki Usmani, namun apakah umat islam bangsa Indonesia sudah mau bangkit ataukah akan terus tertidur dalam pelukan angan-angan kosong kenikmatan dunia.

Dalam perkembangan perjuangan umat islam bangsa Indonesia telah melalui berbagai medan perjuangan baik secara organisasi, sosial, politik, maupun perjuangan bersenjata telah di lakoni oleh umat islam bangsa Indonesia.

  1. Hadits Riwayat Hudzaifah Al Yamani ra, ia berkata :

” orang-orang bertanya kepada Rasulallah saw, tentang masalah kebajikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau mengenai keburukan. Karena takut disangka yang bukan-bukan, bergegas aku katakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami pernah berada pada masa jahiliyah dan keburukan. Lalu Allah berkenan membawa kebaikan ini kepada kami. Apakah setelah kebajikan ini nanti akan ada lagi keburukan?” Rasulullah saw menjawab: “ “Ya”. Aku bertanya lagi: “Apakah setelah keburukan itu lalu datang lagi kebajikan?” Rasulullah saw menjawab: “Ya, tapi ada yang menodainya”. Aku bertanya: “Apakah maksudnya?” Rasulullah menjawab : “Kelak ada suatu kaum yang mensunahkan selain sunnahku, memberikan petunjuk dengan selain petunjukku, dan diantara mereka ada yang kamu kenal juga ada yang tidak kamu kenal”. Aku bertanya lagi: ”Apakah setelah kebajikan itu nanti akan ada lagi keburukan?” Rasulullah saw menjawab:” Ya. Kelak akan muncul para penyeru (Da’i) yang akan mengajak kepada pintu-pintu neraka jahannam. Barangsiapa yang menyambut ajakan mereka, maka dia akan celaka didalamnya”. Aku berkata: ”Wahai Rasulullah, terangkan kepada kami siapa mereka itu?” Rasulullah saw bersabda :”baiklah. Mereka adalah kaum yang kulitnya sama dengan kita dan berbicara dengan memakai bahasa kita”. Aku bertanya:” Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika hal itu sampai aku alami? Apa yang harus aku lakukan?” Rasulullah saw menjawab: “Kamu harus tetap bersama Jama’ah Kaum Muslimin dan Imam atau Pemimpin mereka”. Aku bertanya: ”Kalau Kaum Muslimin itu tidak memiliki Jama’ah dan seorang Imam, bagaimana?” Rasulullah saw bersabda: “Maka kamu boleh mengasingkan diri sepenuhnya. Sekalipun sambil mengigit akar pohon sampai mati, lebih baik kamu begitu”

  1. Dan Nu'man bin Basyir dan Hudzaifah - bin Yaman bersabda Rasulullah saw : "Nabi ada beserta kamu. Adanya apa yang dikehendaki Allah, kemudian Allah swt mengangkatnya (menghentikannya) Kemudian ada Khalifah-Khalifah yang menempuh di jalan ke-Nabian. Adanya apa yang dikehendaki Allah, kemudian Allah swt mengangkatnya (menghentikannya) Kemudian adalah Kerajaan yang menggigit, maka adalah siapa yang dikehendaki Allah akan adanya, kemudian Allah swt mengangkatnya (menghentikannya) Kemudian ada Kerajaan yang Jabariyah (takabbur, sombong), maka adalah apa yang Allah kehendaki akan adanya, kemudian Allah SWT mengangkatnya (menghentikannya). Kemudian ada Khalifah-Khalifah yang menempuh di jalan ke-Nabian, kemudian Rasul diam"

  2. Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud, Hakim di dalam Mustadrak dan al-Baihaqi di dalam al-Ma'rifah

Sudah saatnya para pejuang-pejuang yang ada di wilayah Indonesia untuk segera bangkit dan mencocokan diri dengan karakter-karakter para sahabat Rosullulloh SAW. Sehingga kita semua bisa melaksanakan tugas yang di amanahkan kepada kita selaku umat islam, kita harus mengikuti tata cara rosullulloh SAW dan para sahabatnya dalam menjalankan tugas sebagai hamba Alloh sejati.

Dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh para pejuang-pejuang terdahulu, dirasakan sangat perlu bagi kita selaku pelanjut dari perjuangan islam di nusantara ini untuk mempelajari dokumen-dokumen yang pernah di buat oleh para pejuang yang telah berani mengorbankan segalanya demi melaksanakan tugas suci tugas yang mulia, untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah semata-mata dalam rangka menegakan kalimatillah, Il-i’la-i kalimatillah.

Banyak sekali dokumen-dokumen yang tercatat dalam sejarah sebagai catatan-catatan sejarah perkembangan di setiap alunan waktu dan setiap kejadian-kejadian yang penting dari semenjak islam masuk ke Indonesia sampai banyak berdiri kerajaan-kerajaan islam, sampai kepada keberhasilan umat islam bangsa Indonesia mengusir penjajah dengan di tandai kemerdekaan bangsa Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945 sampai pada akhirnya umat islam bangsa Indonesia bisa mendirikan sebuah negara yang berasaskan kepada islam yakni dengan di tandai dengan di proklamasikanya Negara Islam Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya pemerintahan Negara Islam Indonesia banyak mengeluarkan maklumat, maupun statemen politik dalam menghadapi serangan badai gelombang dari musuh-musuh islam, dalam rangka mempertahankan kedaulatan Negara Islam Indonesia. Bahkan dari semenjak belum berdirinya Negara Islam Indonesia, yang pada waktu itu masih dalam bentuk Majelis Islam, para pejuang Umat Islam sudah mengeluarkan maklumat-maklumat, sampai dengan perjuangan bersenjata berakhir pada tahun 1962, dokumen-dokumen setelah Majelis Islam dinamakan dengan PDB (Pedoman Dharma Bakti) yang terdiri dari 4 Jilid.

Dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan sebuah analisa dari manifesto politik yang di keluarkan oleh pemerintahan Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1952. Diharapkan dengan adanya ulasan dan analisis singkat mengenai isi dari manifesto politik negara islam Indonesia menjadi sumber pengetahuan dalam langkah kita ke depan, menyongsong turunnya karunia ilahy.

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah, penulis mencoba mempersempit uraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar yang pada intinya membahas:

  1. Latar belakang dikeluarkannya manifesto politik NII

  2. Pembahasan isi manifesto politik NII

  3. Sikap Umat Islam Bangsa Indonesia terhadap manifesto NII

3. Tujuan Penulisan

Secara umum, makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang dikeluarkannya manifesto politik NII, dan penjabaran isi dari manifesto politik NII dari sudut pandang perkembangan fakta-fakta sejarah perjuangan umat islam bangsa Indonesia. Selain itu penulis juga akan memberikan gambaran yang harus di lakukan umat islam bangsa Indonesia pada hari ini dan di kemudian hari untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan tegaknya islam di wilayah nusantara khususnya dan umumnya di dunia.

Sementara itu, secara khusus, penyusunan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir pada mata kuliah sejarah perjuangan umat islam Indonesia.

4. Ruang Lingkup

Pembahasan dalam makalah ini terbatas pada ruang lingkup politik, sosiologis dan keagamaan dalam hubungannya dengan topik dan judul makalah ini.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ini adalah studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan Sauber dari buku-buku maupun tulisan-tulisan lain yang menjadi acuan penulis.

BAB II

ANALISIS MANIFESTO POLITIK NEGARA ISLAM INDONESIA

2.1. Kondisi Indonesia Di Tahun 1949 – 1952

Pada bagian ini penulis akan menggambarkan kejadian-kejadian secara garis besar bagaimana perkembangan awal berdirinya NII sampai kepada pihak pemerintahan NII mengeluarkan Manifesto Politik NII. Berikut uraian singkatnya.

Pada awal tahun 1949 akibat-akibat persetujuan renville sudah terasa. Salah satu akibatnya adalah penarikan pasukan TNI dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, tentara Divisi Siliwangi sebagai tentara Republik mematuhi ketentuan-ketentuan perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik, sementara pasukan-pasukan gerilya lain yang tidak terhubung dengan tentara republik resmi, berbeda pendapat mengenai persetujuan renville tersebut. Pasukan gerilya yang cukup besar di Jawa Barat adalah pasukan Hizbulloh dan Sabillilah menolak untuk mematuhinya.

Pada bulan April-Mei 1949 terjadi perundingan antara pihak pemerintahan republik dan pemerintahan Belanda, perundingan tersebut dikenal dengan perundingan roem royen, pihak majelis islam yang di pimpin oleh Kartosuwiryo tidak menyetujui kesepakatan antara pihak Belanda dan Republik dan menganggap perundingan tersebut sebagai alasan memproklamasikan Negara Islam Indonesia.

Sementara pelanggaran persetujuan Renvile dan serangan Belanda terhadap wilayah republik pada bukan Desember 1948, menimbulkan protes dari dunia internasional dan membuat Belanda semakin terisolir di bidang politik. Wakil Indonesia di PBB, Palar menyebutkan pelanggaran-pelanggaran persetujuan itu pada sidang dewan keamanan PBB, dan wakil delegasi Australia Hodgson menyebut agresi militer Belanda lebih parah dari apa yang dilakukan Hitler pada Belanda pada tahun 1940 1)

Karena tekanan internasional, terutama dari pihak Amerika Serikat yang akan mengancam bantuan Marshall, akhirnya Belanda bersedia berunding dengan Indonesia. Pada tanggal 7 mei 1949, ditandatangani persetujuan Roem-Royen. Dalam persetujuan tersebut Belanda menjanjikan untuk mendirikan kembali pemerintahan Republik Indonesia dan menghentikan semua permusuhan, sebaliknya pihak Indonesia harus menghentikan aksi-aksi gerilya dan harus bersedia untuk mengikuti Konferensi Meja Bundar. Dalam konferensi tersebut akan dibicarakan penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat. 2)

1) Moh. Roem. Bunga Rampai dari Sejarah, Jilid 3, 1983, hal. 215

2) S.A. Djamhari, Ihtisar Sedjarah Perjuagan TNI (1945-sekarang), 1979, hal. 39

Kartosoewirjo memang tidak pernah setuju dengan kedua presetujuan sebelumnya, menolak juga hasil perundingan Roem-Royen. Melalui perundingan ini Kartosoewirjo yakin bahwa dengan penyerahan kedaulatan dari tangan Belanda, Republik Indonesia Serikat menjadi sebuah negara atas belas kasihan Belanda dan angkatan bersenjata negara ini menjadi alat Belanda.

Kartosoewirjo menganggap sikap para politisi seperti seperti Moh. Hatta dan Moh. Roem sebagai sikap yang memalukan, baginya Indonesia kini kembali kepada derajat sebelum proklamasi. Dan Konferansi Meja Bundar dia namakan sebagai konferensi Kolonial3).

Pada tanggal 4 Agustus disusun delegasi Indonesia yang akan mengikuti perundingan Dean Belanda di Den Haag. Kira-kira pada waktu yang bersamaan M. Natsir yang dalam kabinet sebelumya sebagai entri penerangan, ditugaskan oleh Moh. Hatta untuk mengadakan hubungan dengan Kartosoewirjo, agar Kartosoewirjo menghentikan semua permusuhan terhadap TNI.

M. Natsir di Bandung menginap di Hotel Homan dan menulis surat pada Kartosoewirjo dengan menggunakan kertas surat hotel terseut, yang kemudian dia serahkan kepada A. Hassan, seorang pimpinan persis yang juga mengenal Kartosoewirjo.4) Natsir menuaskan Hassan untuk menyampaikan surat tersebut secara pribadi kepada Kartosoewirjo. Namun kenyataanya, menurut M. Natsir, karena surat itu ditulis menggunakan kertas surat hotel, surat tersebut tidak dianggap surat resmi, dan ditahan selama 3 hari sebelum diteruskan kepada Kartosoewirjo.5)

Sementara itu pada tanggal 6 Agustus 1949 Moh. Hatta berangkat ke Den Haag untuk mengikuti KMB yang dimulai 12 hari kemudian, kejadian ini bagi Kartosoewirjo merupakan pertanda untuk bertindak, karena dengan keberangkatan Moh. Hatta ke Den Haaq baginya kini terdapat “Vakum Kekuasaan” 6)

Setelah berangkatnya Moh. Hatta pada tanggal 6 Agustus 1949 ke Denhag, untuk mewakili republik Indonesia untuk melaksanakan Konferensi Meja Bundar. maka Kartosoewirjo menganggap para elit politik di republik menyerahkan kembali republik Indonesia yang telah di proklamasikan pada 17 Agustus 1945.

3) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Manifest Politik Negara Islam Indonesia No. 1/7, hal. 219

4) Tentang Hassan Bandung, S.A Mugni. Hasan Bandung, pemikir Islam Radikal, 1980.

5) Muhammad Natsir 70 Tahun. Kenang-kenangan kehidupan dan perjuangan. Redaksi pelaksana: Yusuf Abdullah Puar dengan direvisi oleh panitia. Panutia Buku Peringatan Muhammad Natsir/Muh. Roem 70 tahun, 1978, hal. 185

6) Komando Daerah Militer VI Siliwangi.. Team Pemeriksa.. Berita Atjata Introgasi i., 16 Djuni 1962, Hal. 2

dengan perjuangan terkesan darah para pejuang islam tetesan keringat para ulama, diserahkan begitu saja kepada pihak Belanda dengan menjadikan Republik Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) bentukan belanda.

Dengan berangkatnya delegasi Indonesia ke Denhag Kartosuwiryo menganggap bahwa nilai-nilai proklamasi Indonesia yang proklamasikan pada pada 17 Agustus 1945 telah tidak ada lagi. maka umat islam bangsa Indonesia sudah saatnya melakukan tugas wajib sucinya untuk menggalang sebuah pemerintahan sendiri, untuk memberlakukan syariat islam sepenuhnya. Maka umat islam bangsa Indonesia mengumandangkan proklamasi Negara islam Indonesia. Pada 7 Agustus 1949/ 12 Syawal 1368, S.M Kartosoewirjo memproklamirkan Negara Islam Indonesia di Cisampang, desa Cidugaleun Kecamatan Cigalontang, yang dihadiri segenap anggota Komandemen Tertinggi APNII.7) yang ditandatangani oleh Kartosoewirjo sendiri atas nama umat Islam Bangsa Indonesia.

Berikut Proklamasi Negara Islam Indonesia.

Gambar Teks Proklamasi NII

7) Dokumentasi Sedjarah Militer AD, Darul Islam, 1952, hal. 33

Bagi masyarakat Darul Islam lahirnya Negara Islam Indonesia sesungguhnya bukanlah hal rekayasa manusia dalam hal ini S.M. Kartosoewirjo, melainkan af’alullah, yaitu perbuatan serta program langsung dari Allah SWT. Mereka beranggapan bahwa manusia hanyalah sebagai fa’il atau laksana program dari keinginan Allah tersebut. Pada saat proklamasi NII diikrarkan, sejak itulah Umat Islam di seluruh Indonesia khususnya, telah memperoleh kemerdekaannya secara hakiki (de yure). Mereka telah memiliki negara dan pemerintahan yang akan melaksanakan syari’at Islam. Karena sesungguhnya islam datang untuk memerdekakan seluruh umat manusia.

Jika kaum muslimin berada di satu negara, di manapun di seluruh muka bumi ini, baik mereka menjadi penduduk mayoritas ataukah minoritas. Sementara mereka tidak bebas melaksanakan syari’at islam dan untuk beribadat maka pada hakikatnya manusia tersebut belumlah merdeka. Karena kemerdekaan sejati adalah memerdekakan dunia dari kaum jionis dan inperialis yang ingin menguasai dan memalingkan manusia dari sistem dan aturannya secara fitri yaitu sistem aturan islam , dikembalikan pada sistem aturan yang sebenarnya yaitu sistem aturan islam8).

Secara tegas, gerakan Darul Islam menggolongkan tahap-tahap perjuangannya ke dalam periode-periode waktu tertentu yang refleksinya sangat kontinu dengan yang tersurat dalam kitab suci Al-Quran. Tahap-tahap perjuangan itu merupakan tafsiran atas ayat-ayat Qur’an yang selama ini susah dipahami atau sama sekali tidak pernah ditafsirkan oleh para mufassir sebelumnya apalagi oleh orang umum.

Fase-fase gerakan Darul Islam merupakan sebuah proses metamorfosa yang sangat progresif. Hal ini tercermin dari proses restrukturisasi atau reorganisasi baik militer maupun sipil, baik tetorial maupun strategis senantiasa berubah mengikuti perkembangan dan kemajuan waktu. Dari awalnya, meski konsep Kanun Asasy dan kitab Undang-undang hukum pidana sudah teratur sempurna akan tetapi belum terpakai efektif. Saat itu, fasenya adalah fase perang, sehingga mulai tahun 1949 hukum hanya dijalankan dengan pertimbangan perang dan belum ada yang sah untuk dilakukan berdasarkan hukum positif.

Karena Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia, bukan hanya yang berhubungan dengan keakhiratan, melainkan juga yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka secara teoritis di dalam sebuah Negara Islam tidak terdapat pemisahan antara negara dan pemerintahan, antara politik dan agama.9)

8) Pernyataan ini tertera pada isi program asas yang ke VI “Kemerdekaan Sejati”

9) Dalam Muktamar NU XX di Surabaya K.A.H Wahab menerangkan bahwa dalam kata islam telah terkandung di dalamnya soal-soal politik dan hukum tata negara. “Kalau orang dapat memisahkan antara gula dengan manisnya, maka dapatlah ia memisahkan antara Islam dengan Politik”, Z. A. Ahmad, Membentuk Negara Islam, 2001, Hal 6

Ini merupakan gambaran “Negara Karunia Allah” yang dijelaskan Kartosoewirjo dalam manifes politiknya. Menrurut Kartosoewirjo ada dua lansir yang harus disatukan, pertama : “satu negara yang berdaulat penuh 100% keluar dan ke dalam, de facto dan de jure. Kedua: harus ada peraturan Allah. Yang merupakan agama Allah, atau agama Islam. Kedua lansir ini haru bersatu atau dipersatukan. Bukan sebagai minyak dan air yang ada di sebuah periuk.”

Jangka waktu hingga seluruh Indonesia menjadi negara islam oleh Kartosoewirjo dibagi menjadi 4 fase. Pecahnya revolusi islam pada bulan Februari 1948, disebut sebagai fase pertama, saat proklamasi Negara Islam Indonesia adalah fase kedua. Fase ketiga dengan pecahnya perang dunia ketiga dan revolusi dunia akibat perang itu.

Pada fase tersebut kedaulatan NII baru diakui di beberapa daerah di Indonesia. Apabila sebuah perang dunia ketiga terjadi, perang itu pasti akan lebih dahsyat dari semua perang dunia sebelumnya. Maka kelak situasi internasional akan berubah secara total. 10)

Setelah perang ini berakhir, begitulah ramalan Kartosoewirjo, akan dilangsungkan persetujuan perdamaian Diana ditentukan nasibnya tiap-tiap bangsa dan negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. “jika perhitungan kami tertera di atas dibenarkan Allah, maka diatas Peta Dunia Baru juga akan dibuat nanti Indonesia akan merupakan Daerah Negara Islam Indonesia” dan dengan demikian akan tercapailah fase terakhir. 11)

Pada akhir bulan Oktober rancangan Undang-Undang Dasar RIS selesai disusun, dan pada tanggal 27 Desember dilaksanakan “penyerahan” kedaulatan oleh Belanda kepada RIS. Sehari kemudian Soekarno diangkat sebagai Presiden terpilih Replublik Indonesia Serikat di Jakarta, kota yang telah dia tinggalkan 4 tahun yang lalu, ketika pemerintahan RI dipindahkan ke Yogyakarta. 12)

Pada bulan Desember diadakan sebuah usaha baru untuk membujuk atau menyadarkan Karosoewirjo supaya dia kembali ke dalam pangkuan Republik. Oleh kabinet RIS ditugaskan menteri agama K.H. Masjkur untuk berangkat ke Jawa Barat mengadakan pembicaraan dengan Kartosoewirjo. Tapi karena K.H. Masjkur tidak bertemu Kartosoewirjo, dia menugaskan seorang Kiai yang lain yang ditemuinya ketika perjalanan pulang ke Yogyakarta untuk memberitahukan Kartosoewirjo, agar dia datang ke Yogyakarta. 13)

10) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2. 1960, Manifest Politik Negara Islam Indonesia No. 1/7., 26-8-1949

11) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960,. Manifesto Politik Negara Islam Indonesia No. V/7., 7.9.1952,

12) Sejarah Peralihan Pemerintahan RIS ke RI, 1986, Hal. 41

13) Soebagio I. N., K. H. Maskijur. Sebuah Biografi, 1982, Hal. 83

Pada tanggal 1 januari 1950 Kartosoewirjo mengeluarkan Maklumat Komandemen Tertinggi yang melarang semua organisasi, partai, perhimpunan, perkumpulan dan gerakan. Semua organisasi yang ada dan semua partai diperintahkan agar membubarkan diri dan dilebur dalam satu bagian daripada organisasi Negara Islam Indonesia. 14)

Pada tanggal 17 Agustus 1950 setelah 5 tahun berlangsung perundingan-perundingan diplomatis dan perang griliya, tercapailah tujuan utama perjuangan kemerdekaan, yaitu lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 15)

Dalam satu statement Negara Islam Indonesia bulan Januari, Kartosoewirjo menjelaskan pandangan-pandangannya tentang perkembangan internasional pada masa yang akan datant dan masa depan Negara Islam Indonesia. Menurut pendapatnya, pecahnya perang ketiga telah di ambang pintu :

situasi dunia pada dewasa ini merupakan minyak dalam periuk, yang sekelilingnya penuh dengan api yang menyala-nyala yang setiap saat dapat menjilat kepadanya. Praktis, perang dunia ketiga sudah dimulai, sejak mulai pecah perang Korea, 25 juni 1950. Hanyalah baru sampai pada tingkatan yang pertama. Sedikit lagi, jika perang telah diumumkan oleh salahsatu pihak –blok Amerika atau blok Rusia- maka pada saat itu pula seluruh dunia terlibat dan terseret dala api peperangan yang maha dahsyat, yang orang belum pernah mengira. 16)

Menurut Kartosoewirjo, Indonesia tidak dapat bersikap netral dalam sebuah konflik yang sedemikian rupa, dan RIS akan berpihak pada Amerika. Dia meramalkan perang sengit tiga yang baru, kali ini antara “Islamisme, Nasionalisme, dan Komunisme. Diamana pihak komunisme akan mencoba mengadakan kup. Usaha para ahli politik, para ahli filsafat dan orang-orang yang cinta damai akan sia-sia saja. Menurut kartosoewirjo, perang dunia ketiga pasti terjadi karena :

“kiranya belum cukup kotoran-kotoran dunia itu di basmi dan dienyahkan selama perang Dunia ke I dan ke II. Melainkan sepanjang perhitungan syariat, maka perlulah... bahkan “wajib” ... tumbuhnya Perang Dunia ke III dan revolusi Dunia itu. Pendek panjangnya selama keadilan Allah dengan wujud “Kerajaan Allah” belum lahir di dunia damai, aman dan tenteram.” 17)

Karena itu menurut Kartosoewirjo, setiap orang hanya mempunyai satu pilihan: “membasmi segala kafirin dan kekufuran hingga habis/musnah, dan Negara karunia Allah berdiri dengan tegak teguhnya di bumi Indonesia, atau mati Syahid dalam perang suci.18)

14) Salinan Pedoman Dharma Bakti, Jilid I, 1960, Maklumat Komandemen Tertinggi No. 5, 1-1-1950, Hal. 40

15) Salinan Pedoman Dharma Bakti, Jilid I, 1960, Maklumat Komandemen Tertinggi No. 5, 1-1-1950, Hal. 260

16) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Statement pemerintah Negara Islam Indonesia No. IV/7, 7-9-1950. Hal 253

17) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Statement pemerintah Negara Islam Indonesia No. IV/7, 7-9-1950. Hal 255

18) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Statement pemerintah Negara Islam Indonesia No. IV/7, 7-9-1950. Hal 258

Setelah Belanda tidak lagi merupakan musuh langsung Negara Islam Indonesia, dalam Maklumat-maklumat NII kartosoewirjo makin sering mulai menyerang komunisme yang dia nyatakan sebagi musuh utamanya. Dalam sebuah nota rahasia pada bulan Oktober 1950 yang dikirim kepada Soekarno, Kartosoewirjo menawarkan kepada Soekarno agar bersama-sama dengan Negara islam Indonesia membasmi komunisme dan meninggalkan politik netral yang di prektekan selama itu. Apabila RI mengakui NII, kartosoewirjo menjamin bahwa RI akan mempunyai “sahabat sehidup-semati” dalam menghadapi semua kemungkinan, terutama menghadapi komunisme, menurut Kartosoewirjo hanya islamlah yang dapat menghadapi bahaya komunisme yang sudah menjalar dalam pemerintahan RI pada masa itu, karena itu RI harus secepatnya membuta Islam sebagai dasar negara. 19)

Sebuah nota rahasia yang isinya mirip seperti nota di atas, dikirimkan Kartosoewirjo kepada Soekarno pada bulan februari 1951. Nota terbut merupakan penjelasan nota sebelumnya. Kata kartosoewirjo, peminpin RI mempunyai tanggung jawab kutuk membendung “arus merah” dan sekaligus harus siap untuk menghadapi “Perang Bharata Yuda Jaya Binangun”. Dia meramalkan dalam notanya ini, bahwa nasionalisme Indonesia akan mengalami perpecahan, sebagian akan mengikuti komunisme dan sebagian lagi akan menggabungkan diri dengan golongan islam. 20)

Kedua nota tersebut tidak pernah dijawab oleh Soekarno, namun pada waktu itu, oleh Pedana Mentri M. Natsir diusahakan untuk menyelesaikan masalah Darul Islam dengan cara damai, tetapi usaha-usaha ini tidak berhasil. Setelah kabinet Natsir berakhir pada bulan April 1951, Kartosoewirjo selanjutnya menamakan Republik Indonesia sebagai “Republik Indonesia Kominis” (RIK) dan angkatan perangnya sebagai “Tentara Republik Indonesia Komunis (TRIK)”.

Kartosoewirjo menyesalkan, bahwa pemerintah RI tidak menjawab kedua nota rahasianya, melainkan mengecap negaranya sebagai “Gerombolan Darul Islam”. Pemberontak, perampok, dan lain-lain, dan menyerang negaranya dengan kekuatan senjata. Dalam serangan

dan kanonade yang dilakukan oleh pasukan RI terhadap NII, ia tidak melihat adanya kesediaan Republik untuk berunding.21)

19) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Nota Rahasiah, 22-10-1950

20) Pedoman Dharma Bakti, Jilid 2, 1960, Nota Rahasiah, 17-2-1951

21) Komando Daerah Militer VI Siliwangi, Team Pemeriksa. Berita Acata Introgasi V. Hal 3

Maka pada bulan Agustus 1952, Kartosoewirjo memberikan retrospeksi pada perkembangan politik Indonesia secara menyeluruh sejak tahun 1905, dan dia menjelaskan pandangan-pandangannya tentang masa depan negara ini. Dengan judul Manifesto Politik negara Islam Indonesia : “Heru Tjokro Bersabda : Indonesia Kini dan Kelak”.

2.2. Manifesto Politik Negara Islam Indonesia

Pada sup bab ini akan di gambarkan bagaimana isi dari Manifesto Politik Negara Islam Indonesia. Berikut isi dari Manifesto Politik Negara Islam Indonesia :

MANIFESTO POLITIK

NEGARA ISLAM INDONESIA

Nomor V/7 HERU TJOKRO BERSABDA :

“INDONESIA” KINI dan KELAK

Oleh:

I. HUDA KUASA USAHA KOMANDEMEN TERTINGGI ANGKATAN PERANG NEGARA ISLAM INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim

Assalammu’alaikum W. W.

BAB I: MUQODDIMAH

  1. Alhamdulillah, wasj-sjukru rillah! Allahu Akbar. Segala pudji hanja bagi Allah, Dzat Maha Tunggal. Dzat Pelindung para Mudjahidin, Dzat Pendjaja dan Pemenang Tentara Allah, Tentara Islam Indonesia.

Mudah2an selandjutnja hingga ia berkenan mendlahirkan keradjaannja, di tengah-tengah dan ra’jat nusantara Indonesia berwudjudkan: Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia. Insja Allah. Amin.

  1. Sjahdan, di tengah-tengah serangan badai dan gelombang International jang hebat dahsjat, di tengah-tengah taufan menderu-deru jang menggetarkan dan menggem-purkan seluruh dunia, maka tepat pada saat jang genting-runtjing itu: Heru Tjokro tiba! Heru Tjokro bersabda! Heru Tjokro berbuat! Kiranja ada guna dan faedahnja, djika kami sadjikan keterangan dan penerangan jang serba ringkas atas: Apa ge-rangan jang dimaksudkan dengan nama dan istilah “Heru Tjokro” itu.

1). Kalimat “Heru” —biasanja dipakai di dalam rangkaian dan gubahan kata “hera-hero”, atau “hera-heru”—, bolehlah diartikan : “huru-hara, revolusi, atau perang, suatu tanda dan alamat akan timbulnja suatu perubahan ‘alam dan masjarakat jang tjepat, meninggalkan zaman lama riwajat “nan usang”, mendjelang zaman baru, zaman dlahirnja kebesaran dan Ke’adilan Allah dipermukaan bumi, zaman jang membarukan sesuatu jang lama dan lapuk, zaman jang menimbulkan dan mentjiptakan barang sesuatu jang baru.

2). Kalimat “Tjokro” menggambarkan suatu machluk Allah, suatu pesawat dan alat Allah, jang menguasai dan memutarkan roda dunia”, roda “Tjokro Penggilingan”, menudju kepada suatu arah dan menurutkan suatu rentjana jang tertentu, dengan kehendak dan kekuasaan Allah, menudju Mardlotillah sedjati: Keradjaan Allah di dunia atau Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia.
Kalimat “Tjokro” dipakai dan dipergunakan —terutama di dalam buku-buku tambo dan riwajat purba—, untuk menundjukan nama “seorang” hamba-Allah jang setengah gaib, jang lazim pula disebut “Risjadullah” (lelaki kekasih —pembela Agama— Allah), jang pada garis besarnja memiliki sifat-sifat;

  1. Pembawa amanat Allah, berwudjudkan Kebenaran dan Ke’adilan, sepandjang hukum dan adjaran sutji, tuntunan Illahi;

  2. Pelepas dan pembebas (verlosser) bagi segenap perikemanusian, daripada bentjana dan malapetaka dlahir dan bathin, didunia hingga di achirat kelak;

  3. Pembela Agama Allah dalam arti kata jang luas:

a) Merupakan “Ksatrija Sutji”, Pahlawan Agama, Panglima Perang dan pemimpin Revolusi, dimasa huru-hara, dimasa perang;

b) Berwudjudkan “Wiku Sutji dan Pendhita Sakti”. Pemimpin Ummat manusia dalam menunaikan tugas sutjinja, mempersembahkan dharma bhaktinja kepada Dzat Rabbul-’Izzati. Sehingga dengan karenanja, ia mendjadi tjontoh dan tauladan, memberi tuntunan dan pimpinan kepada masjarakat sekelilingnja, jang bertuhankan kepada Allah dan ber-Nabi-kan kepada Muhammad, Rasulullah Clm.

  1. Pelaksana dan pendlahir Ke’adilan Allah didunia, berdasarkan kepada tuntun-an Ilahy jang sutji murni dan adjaran Nabi-nja, jang dengan karenanja berlaku:

    1. Keras terhadap tiap2 pemungkir, penolak dan pelanggar hukum2 sutji, hukum Ilahy;

    2. Lunak dan kasih sajang kepada barang siapa jang ta’luk-tunduk dan tha’at kepada Allah dan Rasulnja, beserta Ulil-Amri-Nja; sesuai dengan amanat sutji “.... asjidda-u ‘alal kuffar, ruhama-u bainahum....”, melindas barang sesuatu jang malang melintang!

3). Inilah beberapa sifat, jang mendjadi bawaannja (ruping) hamba Allah, jang biasanja diberi gelaran “Heru Tjokro”: Pembasmi setiap musuh Allah, musuh petjinta dan pembela Agama Allah, musuh segenap Mudjahidin, musuh Negara Kurnia Allah, dan musuhnja Negara Islam Indonesia.

4). Di dalam riwajat purba kalimat “Tjokro” itu dikenal pula sebagai nama sebuah “sendjata sakti”, sendjata “penghantjur bukit, penjapu, pembelah angkasa, dan pengering lautan (air)”, jang hanja dipergunakan dimasa sukar-sulit, disa’at pe-rang besar, Perang Brata Juda Djaja Binangun. Di dalam karangan ini, kalimat “Tjokro” dalam ma’na “Sendjata Sakti”, bolehlah diartikan:

  1. Penjapu masjarakat djahiliah, pembela gelap gulita, jang lagi meliputi dan menjelubungi seluruh Indonesia, karena perbuatan2 anak dadjdjal la’natullah, beralih mendjadi terang benderang, terang tjuatja, lepas daripada gangguan kabut tabir, sehingga tampak dengan djelas: apa dan betapa keadaan sesung-guhnja;

  2. Pembasmi barang siapa jang chianat dan murtad, kufur dan munafiq, tjurang dan serong, pendjual Agama dan Negara, tegasnja: segala anak-tjutju iblis la’natullah, jang kini masih leluasa erkeliaran ditengah2 masjarakat dan ra’jat Indonesia dan achir kemudiannja: Sji’ar-ul-Islam akan menampakkan tjahaja jang tjemerlang —tanda turunnja Nur Ilahiyah dan Nur Muhammadiyah— dipermukaan bumi Allah Indonesia.

  3. Pembeda dan pemisah —sesuai dengan kalimat Al Furqan didalam Al-Qur’an, sebagai salah satu namanja Kitab Sutji itu—, jang dengan karenanja, membedakan dan memisahkan haq daripada bathil, benar daripada salah, iman daripada kufur, tha’at daripada ma’sjat, djudjur, setia dan ‘adil daripada serong, tjurang dan munafiq, Islam daripada murtad.

5). Sekali “Heru Tjokro” melepaskan anak panahnja (Panah Tjokro) Insja Allah, sekali itu pula agaknja akan mentjukupi keperluan hadjatnja, sebagai langkah dan tindakan langkah jang pertama :

  1. Membuka kedok “buta terong” jang berpakaian “ksatrija” dan menelanjangi “penipu” dan “pengchianat”, jang selalu menakan dirinja “pemimpin” dan “pembela” ra’jat ;

  2. Melepaskan ra’jat daripada tjengkraman “sjaitan merah”, jang menamakan dirinja “pembebas manusia”, dan

  3. Memimpin dan menuntun ra’jat. Ke arah maqam jang dilimpahi rahmat dan ridla Ilahy, kearah Mardlotillah sedjati.

6). Dengan keterangan ringkas jang tsb. di atas, tjukuplah kiranja untuk menjatakan himmah dan minat kami : mempergunakan nama “Heru Tjokro” sebagai nama daripada Manifesto Poitik Negara Islam Indonesia Nomor: V/7.ini. Semoga Allah berkenan membenarkan, memberkahi dan meng-idjabah barang apa jang dipandjatkan kehadirannja, sebagai harap dan du’a, sebagai letupan djiwa dari-pada pengarang beserta seluruh pedjuang sutji jang lainnja, jang lagi tengah melaksanakan dharma bhaktinja kepada Dzat Maha Tunggal. Jang Maha Kuat: Dzat Waahid-ul-Qahhar! Amin.

  1. Selain daripada itu, pernjataan “Sabda” (medar sabdo Dj.) itu dilakukan tepat pada hari tanggal 7 Agustus 1952, hari peringatan Ulang Tahun Ketiga daripada Prokla-masi berdirinja Negara Islam Indonesia, ialah hari besar jang bersejarah, dimana tiap2 Ummat Islam terutama Mudjahid, patut, harus dan wadjib: Membesarkan Allah! Allahu Akbar!

1). Membesarkan Allah dengan tekad jang sutji dan kejakinan penuh, tasdiq bil-qalbi, dalam arti kata: Menanam dan mejakinkan akan benarnja ideologi Islam dalam dada dan djiwa setiap Mudjahid, sehingga mendjadi “Allah minded”, Islam-minded, dan Negara Islam Indonesia-minded” 100%.

2). Membesarkan Allah, dengan pernjataan (Bai’at kepada Allah) iqrar bil-lisan, jang menundjukkan akan keinginan dan kesanggupan setiap Mudjahid, menunaikan tugas sutji, dengan segenap djiwa raganja: li ilai Kalimatillah, meluhurkan Agama Allah lebih daripada sesuatu diluarnja.

3). Membesarkan Allah dengan bukti njata, qabul bil-’amal, dengan ‘amal dan usaha dlahir bathin chas dan ‘am, sjachsiyah dan idjtima’iyah bagi mendlahirkan Kebesaran dan Ke’adilan Allah didunia, dan bagi Membina-mendukung Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia.

4). Wal-hasil, pada hari besar ini terdj’adilah suatu peristiwa jang besar, sabda jang besar, pernjataan seorang jang besar, Heru Tjokro Ridjalullah, suatu tjurahan rahmat jang besar, jang timbul hanja karena Kebesaran Allah semata. Dengan tolong dan Kurnia-nja djua. Semoga Allah berkenan memandaikan dan mentjakapkan kita sekalian jang membesarkan Dia, dan semoga Ia berkenan pula membesarkan kita sekalian, para Mudjahidin dan seluruh Ummat Islam Bangsa Indonesia, sehingga kita didjadikannja mendjadi Ummat dan Bangsa jang besar, karena membesarkan Dia dan karena dibesarkan-Nja jang dengan karenanja patut dan mustahiq menerima kurnianja jang maha besar: Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia.

  1. Sabda Heru Tjokro di atas kami susun sebagai karangan, dengan bentuk brosur (brochure) ketjil, jang memuat tindjauan atas tanah-tumpah-darah kita, “Indonesia” Kini dan Kelak. Dalam pada itu, terlebih dalu kita akan menengok perdjalanan riwajat perdjuangan ummat manusia, Bangsa Indonesia, sedjak setengah abad jang lampau. Riwajat nan usang ini, perlu diselidiki. Didjeladjah dan ditindjau dengan seksama, sebab apa jang kita hadapi dewasa ini, tiada lain, hanjalah sebuah natidjah (resultante) daripada perdjalanan Ummat dimasa jang telah silam itu.

Riwajat selalu mengulangi dirinja, dengan lambat ataupun tjepat, menudju kepada tingkatan jang lebih tinggi, tjerdas dan sempurna. Dari masa kemasa jang berikutnja, riwajat ummat manusia selalu mengalami dan menderita pelbagai keadaan (tustand) dan kedjadian (proces), menghadapi masa pasang dan surut, masa naik dan turun, sesuai dengan sunnati-Llah (hukum Allah) dan sunnatuth-thabi’ah (hukum2 alam — natuuretten), jang berlaku atas semesta ‘alam mungkin ini.

Semuanja itu berlaku, dengan karena kehendak dan kekuasaan serta Rentjana Allah semata, Dzat Wahid-Ul-Qahhar, jang berbuat segala sesuatu menurut kehendaknja.

Kemudian, daripada apa jang kini kita hadapi sebagai dunia, masjarakat, ummat, negara dan lain2 bentuk daripada idh-har-nja Kekuasaan dan Kehendak Allah itu, maka bagi tiap2 ahli pikir, tiap2 sardjana, tiap2 ahli-filsafah dibuatnja dan didjadi-kannja bahan2 untuk meraba-raba dan membuat gambaran atas “apa jang boleh dan mungkin terdjadi daripadanja”, ialah gambaran jang berupakan “harapan” ummat manusia, dikala jang akan tiba. Dengan karena Allah, merupakan Hidajatut-taufiq dan Hidajatullah, jang boleh dilimpahkan atas tiap2 hambanja jang bidjak-budiman, maka ditjobanjalah menembus tabir jang gelap dan tirai besi jang kuat, jang membuka pintu gerbang baginja: meneropong kedjadian dan keadaan dimasa jang mendatang, seakan-akan merupakan ramalan akan riwajat kedepan. Alangkah untung besar dan bahagianja tiap-tiap ummat manusia, jang dikurniai milik, mempunjai pemimpin dan penuntun, sardjana dan pudjangga, ulama dan tjerdik pandai, jang dipandaikan dan ditjakapkan oleh-Nja memimpin dan menuntun, membimbing dan mengasuhnja, kesuatu arah Mardlotillah!

Semoga harapan dan du’a daripada pengarang ini, jang tumbuh daripada ichlas dan sutji hati semata, bagi keperluan bangsa dan ummat manusia, terutama bagi Ra’jat Indonesia dan Ummat Islam Bangsa Indonesia chususnja, dibenarkan, dikabul dan dilaksanakan-Nja, untuk mentjukupi berlakunja suatu chilqah sutji (heilirooping) mentjurahkan rahmat bagi seluruh ummat manusia di dunia dan semesta alam. Amin.

--------------

BAB II: NASIONALISME

  1. Di bawah ini akan diberikutkan “chulasoch Sedjarah daripada Bangkit dan Berkem-bangnja Aliran Semangat dan Saluran Pikiran”, selama setengah abad, di Indonesia. Semuanja dibuat dengan amat ringkas, tindjauan selajang pandang, tetapi tjukup djelas dan tegas, sehingga setiap pembatja boleh mendapat gambaran jang sempurna, atas segala sesuatu jang terdjadi dan mendjadi di nusantara Indonesia. Terlebih da-hulu, kami mulaikan dengan Nasionalisme.

  2. Tahun 1905, tahun kemenangan Djepang atas Russia, tahun kemenangan Timur atas Barat, tahun pembuka halaman baru dalam sedjarah dunia, bagi benua Asia terutama, terdengar dan berkumandanglah di seluruh Asia, sebagai tjanang pertama, jang membangunkan dan membangkitkan ummat bangsa manusia —, dari tidurnja jang njenjak, berabad-abad lamanja. Kepertjajaan dan kejakinan “nan usang” dan lapuk (inferieur), jang salah dan keliru, sifat-thabiat jang hina dan rendah (minder-waardigheidsoomplexen), beralih dengan segera sifat dan bentuknja, tjorak dan ragamnja, mendjadi kepertjajaan dan kejakinan, sifat thabiat jang sebaliknja, merang-kak-rangkak dan berangsur-angsur, sesuai dengan suasana dan ‘alam gelap gulita, jang masih amat tebal meliputi dan menjelubungi benua Asia pada waktu itu.

  3. Djika pada waktu itu, di Tiongkok Dr. Sun Yat Sen mulai menundjukkan minatnja jang besar, untuk melepaskan bangsa Tionghoa daripada kungkungan dan tjengkra-man Imperialisme dan Kapitalisme Barat, jang dengan kuat dan megahnja menantjap-kan kekuatan dan kekuasaannja atas hampir tiap2 pendjuru Asia, maka di Indonesia para kaum terpeladjar dan golongan pertengahan menampakkan kesadarannja atas nasib bangsa dan tanah airnja dalam tingkatan pertama, dengan pendirian suatu perhimpunan kebangsaan, bernamakan: “Tri Koro Dharmo” (Tiga Tudjuan jang Utama, 1908). Dari tahun ketahun, benih pertama itu hidup dengan suburnja, di tengah2 masjarakat pertengahan pada waktu itu. Setelah menderita tjoba dan goda sederhana, maka perhimpunan tersebut beralih bulu, tjorak dan ragamnja, mendj’adilah “Budi Utomo”.

  4. 22 tahun kemudian daripada tumbuhnja benih pertama itu, maka timbullah aliran kebangsaan muda, jang djauh lebih revolusioner, lebih kreatif, lebih realistis dan progresif, dengan lahirnja Partay Nasional Indonesia (PNI), di bawah pimpinan pemimpin-pemimpin muda jang berapi-api semangatnja. Di antara pemimpin2 kebangsaan muda ini, a.l.l. baiklah kiranja disebut nama2: Ir. Soekarno. Drs. Mohd Hatta dan Sjahrir, jang memegang peranan penting di dalamnja. Pada achir 1927 itu djuga, maka didirikanlah satu lembaga politik, antara perhimpunan2 politik jang ada pada masa itu –di antaranja PSII (Party Sarikat Islam Indonesia) di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto dan H.A. Salim; Studieclub Surabaja, di bawah pimpinan Dr. Sutomo; Studieclub Bandung; Kaum Batawi, di bawah pimpinan Moh. Husni Thamrin dll.– dengan nama: Permufakatan Perhimpunan2 Politik Kebangsaan Indonesia atau PPPKI. Dengan pesat dan tjepat, laksana garuda terbang di angkasa, PNI bergerak melalui perhimpunan2 politik jang lainnja, jang lebih tua daripadanja, dan mendjual “pelopor” (voorlopor) dan pendorong seluruh masjarakat Nasional Indonesia. Dengan tjerdiknja pemerintah djadjahan Belanda pada waktu itu “mem-biarkan” letupan djiwa jang menjala-njala itu, sehingga achirnja terbakarlah. Dengan ini dengan peristiwa ditangkap, ditahan, dihukum dan dibuangnja pemimpin2 nasional muda itu (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta beserta kawan2nja), selesailah sudah riwajat pertama daripada aliran Kebangsaan muda itu, jang –untuk memudahkan ingatan kita– bolehlah diberi nama P.N.I. I.

  5. Sebelum kita langsungkan langkah dan melandjutkan djedjak, untuk menindjau dari dalam dan kedalam, apakah gerangan isi dan inti daripada gerakan kebangsaan muda itu, sehingga ia dapat memperoleh record jang menta’djubkan itu.

Dalam rapat2 ‘umum sering didengung2kan satu theori jang menarik perhatian dan masuk meresap dalam darah daging ra’jat, sesuai dengan keadaan dan semangat, tjita-tjita dan harapan ra’jat hina-papa (proletar) pada dewasa itu, ialah; theori Marhainisme, atau dengan kata2 lain, Ploletarisme –Kera’jatan (djelata)

Di lain kali terdengar pula dengan terang dan tegas: theori Sosio-Demokrasi (Kera’-jatan menudju Ke’adilan Sosial), jang hampir-hampir mirip kepada Nazi-Djerman atau Socio-Nasionalisme tjiptaan Adolf Hitler, atau Pascisme Itali ala B. Mussolini. Kiranja tidak djauh daripada kebenaran, djiwa kita gambarkan Marhaenisme itu sebagai “Chauvinisme” (nasionalisme sempit) jang di dalam “realisasi dan krista-lisasinja” (perwudjudan) tidak hanja bertjorak “anti-kapitalisme” dan anti-imperialisme, tegasnja: “anti pendjadjahan”, melainkan menundjukkan djuga sifat “anti-asing” (orang dan barang). Dengan karenanja, maka timbullah aksi “ahimsa” (perlawanan tidak bersendjata, leidelijk verzet) dan usaha “swadesa” (mentjukupkan keperluan sendiri), kedua-duanja kiriman dari India, import dari M. Gandhi.

Walaupun nasionalisme sempit (Chauvinisme) menimbulkan bentji dan marah terhadap kepada sesuatu jang “asing”, tetapi djalan keluar tampak pula dengan terang, bersifat Inter-Asiatis, jang pada lazimnja dinamakan Pan-Asiatisme. Simbol dan sembojan jang sering diperdengarkan dalam hal ini, ialah: Lembu Nandi India, Banteng Indonesia …. Dan Matahari Terbit Djepang (dimasa pendudukan Djepang) dikatakan: di bawah sinar Matahari Dai Nippon). Dalam djurusan ini, maka Pan-Asiatisme bolehlah kiranja dibandingkan dengan dibenua Eropa-Barat.

  1. Perlu pula diiperhatikan dan diperingati akan timbulnja satu model ideologi baru, ideologi tjampuran antara nasionalisme Indonesia (waktu itu: Djawa) dan Sosial demokrasi Barat, merupakan sosial-demokrasi-Indonesia (Indische Social Demo-cratie), dengan bentuk “Indische Partj”, satu perhimpunan assosiasi antara Timur dan Barat, di bawah pimpinan “Tiga Sedjoli”: Dr. Tjipto Mangunkusumo, Duwes Dekker (achirnja Setiabudi) dan Suwandi Surjaningrat (kemudian: Ki Hadjar Dewantara). Aksinja jang terutama, ialah “Indieweerbaar”.

  2. Beberapa tahun kemudian daripada itu, setelah suasana politik di Indonesia agak reda, maka sisa-sisa semangat dan aliran kebangsaan muda –jang telah ditanam didalam masjarakat, dan se-olah2 mati atau pingsan (latent)– bangunlah dan bangkit kembali, jang achir kemudian lahir dalam bentuk dan sifat jang agak lunak (moderate), dengan nama:

A. Party Nasional Indonesia djuga (disingkat: P.N.I.) atau dengan istilah jang dipergunakan didalam karangan ini: PNI II, karena PNI ini boleh dianggap adik –djika diingati dan dihitung daripada “waktu kelahirannja”– daripada PNI I tsb. di atas PNI II ini di bawah “pimpinan tidak langsung” dari Ir. Soekarno, jang pada masa itu masih dalam pembuangan.

B. Pendidikan Nasional Indonesia (disingkat PNI djuga, atau dengan istilah jang dipergunakan dalam karangan ini: PNI III), di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta, Sjahrir dll. lagi. PNI II dan III ini tidak dapat mentjapai tingkatan jang setinggi-tingginja (culminatiepunt) daripada maksud dan tudjuan kebangsaan muda jang diharapkan dan ditjita-tjitakan semula, karena tangan besi pemerintah djadjahan Belanda pada masa itu menekannja dengan amat keras dan kedjamnja. Intaian, tangkapan, pembuaian dan pembuangan (Boven Digul dan lain-lain tempat di Indonesia) adalah gambaran pagar dan palang pintu besi, randjau dan bentjana, jang terbentang dengan dahsjatnja didepan tiap2 gerak dan langkah pemimpin, jang berhaluan muda dan revolusioner. Mau tidak mau, mereka harus memper-hatikannja. Disa’at mereka agak lengah dan lalai, kurang tertib dan hati2, di dalam pertjakapan dan perkembangan letupan djiwanja, maka pada sa’at itu pula mereka itu dianggap melanggar randjau, melanggar “keamanan dan keter-tiban ‘umum” (istilah pada waktu itu), didjebloskan di dalam terungku, jang memang sudah dipersiapkan oleh pemerintah djadjahan dan alat2 serta pesawat2nja.

  1. Pada masa Djepang masuk dan duduk di Indonesia (1945) dan pemerintah djadjahan pindah ke Australia, maka salah satu usaha jang terutama dan pertama-tama sekali didjalankan oleh pemerintah dan tentara pendudukan Djepang, ialah: membasmi dan membunuh semua party2 dan perhimpunan2 politik, dengan tjorak dan warna jang manapun djuga, hingga sampai habis-ledis. Ta’ diketjualikan PNI II dan III, jang senasib dengan kawan2 seperdjuangan lainnja “dikubur hidup2”, di “taman bahagia”, jang bernamakan Hookookai, satu tempat model “sangkar emas”, jang memang sudah direntjanakan dan dipersiapkan terlebih dulu oleh anak tjutju Dewi Amaterasu.

Bagi kaum Muslimin “taman bahagia” itu merupakan “Masjumi” (periksalah di bawah). Kembali kepada “taman bahagia” atau “sangkar mas” itu, maka semuanja itu merupakan “medan bahkti tjiptaan Djepang dan agen2nja. Tiap2 bangkai hidup itu mempunjai keleluasaan bergerak, sepandjang, seluas dan sebesar kawat berduri jang melingkari “sangkar mas” itu. Njanjian lagu2 Djepang terdengar dengan meriah dan memikat hati, mengajun djiwa manusia ke satu arah salah dan palsu, ialah: persembahan kepada manusia jang Sintoisme dan hakko itjiu (impian “kema’muran Asia Timur Raja”).

Bolehlah pula masuk tjatatan dalam sedjarah kebangsaan Indonesia, bahwa Soekarno-Hatta cs. Termasuk dalam golongan “pemimpin-pemimpin terbesar dan tertinggi” (topleiders) –ingatlah: istilah “empat serangkai”, ja’ni Soekarno–Hatta–Ki Hadjar Dewantoro–K.H. Mas Mansur–, jang diperalat oleh kekuasaan Djepang, untuk mem-per-djepang-kan Indonesia dan Ra’jat Indonesia. Di samping itu di dalam lingkungan Islam, tidak kurang2 harga dan pentingnja usaha dan daja K.H.A. Wahid Hasjim beserta kawan2nja, untuk membunuh-mati menapis-ledis semangat Islam dan Usaha Sutji Ummat Islam, sehingga Ummat Islam menghadapi bahaja dan bentjana jang maha besar: sjirik, kufur dan murtad.

Pada masa itu, Soekarno-Hatta cs. Mentjapai puncak “kemasjhurannja” sebagai agen imperialisme Djepang, terutama sekali setelah Soekarno dapat mentjiptakan satu “ideologi” baru bernama “pantjasila”. Ja’ni: satu tjiptaan, satu tjampuran masakan, jang terdiri daripada Shintoisme, hakko itjiu, Islam sjirik dan nasional-djahil. Keterangan landjutan atasnja, perik-salah di bawah! Didalam perlombaan dalam lapangan “memper-djepang-kan” Indonesia, maka tidak sedikit djasanja K.H.A. Wahid Hasjim beserta kawan2nja, jang hendak tjoba2 menjembuhkan “Mekkah” dengan “Tokio”, kepertjajaan Wahdani jah Allah dan Watsanijah (sjirik).

Sampai dimana benar atau tidaknja tuduhan “kollaborator” atas pemimpin2 agen Djepang: Soekarno cs. Wang Tjing Wei Cs., Chandra Bose cs., tidaklah mendjadi perbintjangan di dalam karangan ini.

  1. Dalam djurusan lain, di dalam kalangan pemimpin-pemimpin Indonesia, jang masih tetap terkandung dalam “sangkar mas” itu, timbullah usaha2 menentang, menolak dan menghela, jang akan mentjoba dan berusaha melepaskan tjengkraman fascis Djepang, jang amat ganas, kedjam dan serem itu, jang menjebabkan berdirinja bulu roma tiap-tiap orang jang mengalami atau menjaksikannja. Adapun usaha ini, jang nanti akan ternjata menimbulkan buah dan natidjah jang amat besar dan dahsjat dalam zaman revolusi nasional, adalah “gerakan di bawah tanah” gerakan gelap gerakan subversif. Salah satu letupan daripadanja, jang mati dalam kandungan, ialah: peristiwa Singaparna, Tjilegon dan Kediri. Sungguhpun peristiwa2 itu (pembe-rontakan) merupakan usaha jang gagal, tetapi besarlah harga dan nilainja didalam perdjuangan sedjarah Indonesia, sebagai titik2 dab garis2 jang pertama jang menggambarkan minat dan hasratnja Bangsa Indonesia –terutama Ummat Islam, melepaskan belenggu dan rantai pendjadjahan dan pendudukan fascis Djepang.

------------

BAB III: ISLAMISME

  1. Pada achir tahun 1911 dan awal 1912, barulah Ummat Islam mulai bangun dan ber-bangkit dari tidurnja. Dengan pimpinan Hadji Samanhudi Solo, dan kemudian dibantu, dilanjutkan dan dipimpin oleh Umar Sa’id Tjokroaminoto, maka didiri-kanlah Sarekat Dagang Islam (SDI) jang achirnja bernamakan kedjurusan sosial dan ekonomi, dengan dasar keagamaan (Islam), perhimpunan ini bersifat massal, meliputi seluruh Ummat Islam, sehingga gentaran langkah dan geraknja amat besar pengaruhnja, dan berkumandang djauh2, melintasi lautan seluruh nusantara, dari Atjeh hingga Merauke. Di dalam dan terutama setelah Perang Dunia Pertama (1914-1918), dan kemudian daripada ditandatanganinja perdjandjian Damai Versailles (1919), maka pemerintah djadjahan Hindia Belanda mempergunakan taktik litjin: Menina-bobokan bangsa Indonesia, dengan “pemberian hak2 politik” (walaupun amat sederhana dan ketjil sekali), sehingga dibentuknjalah Volksraad dan badan2 kenegaraan jang lainnja.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63