: NASIONALISME, ISLAMISME, DAN KOMUNISME

BAB V : NASIONALISME, ISLAMISME, DAN KOMUNISME

Pertentangan antara 3 ‘Anasir Masjarakat
Pada masa Pendudukan Djepang, Revolusi Nasional, hingga kini

  1. Selama masa pendudukan Djepang (awal 1942 hingga pertengahan 1945), maka ditutupnja rapat2 segala djalan dan kesempatan mengembangkan ideologi dan aliran manapun djuga; tiada sebuah pun jang boleh tampak di muka bumi dan di atas air, melainkan hanja “Djepangisme” sadjalah. Semuanjaa disapu bersih ditjukur gundul. Tekanan jang amat berat, perkosaan hak jang melampaui batas, ditambah dengan kekedjaman dan keganasan jang tiada tara dan hingganja, memaksalah semua pe-djuang-pedjuang melakukan “sijasat”; hidup dan berkembang di bawah tanah, di alam gelap, di belakang tabir, mereka silam, menjelundup dan bergerak di bawah tanah, lepas daripada intaian dan pengawasan kenpetai (Polisi militer Djepang) dan Polisi rahasia Djepang.

Walaupun sering terdjadi penggeropjokan2 (razzia), penangkapan, perkosaan dan penganiajaan, dengan tuduhan2 melakukan “gerakan di bawah tanah”, tetapi aliran jang besar, jang disalurkan di dalam dada dan hati ra’jat, tidaklah banjak terganggu dan terhambat karenanja. Tanda2 kedjatuhan Djepang sudah tampak disegenap lapisan masjarakat. Mereka mengindjak-indjak dengan laku sewenang2 hak2 kemanusiaan, memperkosa ke’adilan dan kebenaran, melampaui segala batas hukum, menimbulkan hina, papa dan sengsara. Ra’jat hanja pandai meratap dan menangis, memandjatkan harap dan du’a kepada Allah, Tuhan ‘alam semesta, dalam keadaan ta’ berdaja: “kapan harikah mereka akan erlepas daripada malapetaka, melarat dan hina, nista dan sengsara, keganasan dan kedjahatan, sewenang2 dan kedlaliman tekanan dan antjaman, jang ditimbulkan oleh anak tjutju Dewi Amaterasu pada waktu itu....?”

Beberapa waktu sebelumnja, persiapan pihak “di bawah tanah” sudahlah dimulai. Di tengah-tengah suasana jang amat gelap gulita, dimana ra’jat sudah tidak berdaja memperbuat sesuatu apapun, disa’at itulah Allah berkenan melimpahkan “Rahma-niyat-dan Rahimijat-Nja” atas Ummat manusia, dengan djatuhnja bom atom di atas beberapa kota Djepang. Peristiwa itu terdjadi pada pertengahan bulan Agustus 1945.

  1. Djatuhnja Djepang, mendjadi sebab menjalanja api revolusi jang pertama di Indonesia, revolusi nasional, revolusi menentang pendjadjahan; revolusi melawan kekuasaan asing; revolusi, jang dari detik kedetik mendjalar dan meliputi seluruh nusantara Indonesia, sambil membakar-bakar tiap2 lapisan masjarakat dan tingkatan manusia; revolusi, jang hebat-dahsjat menjala-njala ta’ kundjung padam; revolusi jang menghanguskan djiwa dan semangat ra’jat, hampir2 ta’ kenal batas jang manapun; ialah revolusi jang mendjadi sebab dan dorongan pertama akan “Prokla-masi Kemerdekaan Indonesiaa 17 Agustus 1945”.

Pada waktu itu semua aliran dan lapisaan ikut serta; api revolusi merata di seluruh nusantara; ada jang ambil bagian genap lengkap 100%, dan ada pula jang hanja sebagian, dengan kadar kekuatan dan lapangan jang terbuka. Tetapi perketjualian tidak ada, dan tidak mungkin ada. Mereka ikut menggelorakan revolusi, kalau bukan karena sadar dan insjaf, sedikitnja karena takut dituduh anti revolusioner atau contra-revolusioner, chawatir dibawa agen imperialisme (Belanda) atau agen provakator, dan memang sebagian daripada mereka berbuat demikian, hanjalah karena “ikut-ikutan” (ikut hanjut) dan “hilang-akal”.

  1. Beberapa bulan kemudian daripada itu (September 1945), maka langganan lama, pihak Belanda pendjadjah, mulai mendjedjakan kakinja di pantai Indonesia, naik di daratan dan memasuki kota2 dengan pengantara dan pengawal daripada pihak sekutunja: Inggris, dengan tentara Ghurkanja. Diantara kota2 jang mula pertama dimasukinja, ialah Surabaja, Djakarta dan Bandung. Bolehah ditjatat pula didalam riwajat, bahwa masuknja tentara Inggris —di dalamnja ada tentara Belanda dan kaki tangannja—, dengan idzin pemerintah Republik Indonesia pada waktu itu, dan dikawal oleh B.K.R. (Badan Keamanan Ra’jat) —jang achirnja mendjadi T.R.I. dan T.N.I. Apa gerangan sebabnja? Wallahu ‘alam! Tetapi “pembuka pintu pertama” itu sungguh2 terdjadi, dan pemimpin Republik Indonesia sendirilah membukakan pintu itu dengan tangannja sendirilah membukakan pintu itu dengan tangannja Demikianlah kenjataannja didalam riwajat, jang tidak dapat disangkal oleh tiap2 orang jang tahu perdjalanan riwajat dalam tingkatan revolusi nasional kita!

Satu bukti daripada kebodohan RI pada masa itu! Dengan datangnja “kembali” Belanda di tengah-tengah masjarakat dan ra’jat Indonesia —sementara itu kedudukan pemerintah RI tsb. di atas masih di Djakarta—, maka disebarkanlah kutu2, agen2 dan mata2nja, menjelundup dan melakukan peranannja di-tengah2 masjarakat dan ra’jat terutama di dalam kalangan pedjuang2 dan pemimpin2 revolusi pada waktu itu. Usaha Belanda “di bawah tanah” ini memang sudah sedjak lama dimulaikan oleh grup Van der Plas, jang selama itu tinggal di Australia, jang dianggap sebagai pangkalan, darimana ia melantjarkan tipu-dajanjaa, untuk mengembalikan peme-rintah djadjahan Belanda, di Indonesia. Infiltrasi pertama dilakukan kurang lebih setahun, sebelum, sebelum Djepang menjatakan kapitulasi.

  1. Belum djuga revolusi nasional reda, api masih berkepul-kepul, maka tiap2 aliran jang dari tadinja —sedjak pendudukan Djepang— memang sudah mulai membuat rentjana, untuk melebarkan sajapnja dan mengembangkan ideologinja masing2, mulailah membuat dan men-traceer salurannja masing-masing. Tidaklah kiranja djauh daripada kebenaran dan kenjataan, djika dikatakan, bahwa di dalam hal ini pihak komunis, jang muda maupun jang tua, lagi sibuk dan asjik membuat saluran2 itu. Mereka melakukan tugasnja dengan tjakap tjerdiknja, atjapkali dengan tjurang dan serongnja, walaupun terpaksa merugikan kepada ra’jat, kepada perdjuangan, kepada revolusi maupun terpaksa merugikan kepada ra’jat, kepada kawan2nja seper-djuangan lainnja, jang beda aliran dan ideologinja, sikap dan haluannja. Organisasi diaturnja dengan tertib, orang2 dipersiapkan dan dipertempatkan ditempat-tempat jang penting, di dalam dan diluar organisasi negara, dengan tugas jang tentu, dan .... saluran menudju Moskow, dengan bentuk “Republik Ra’jat (Komunis) Indonesia” hendak tjepat2 dilaksanakannja. Mereka ingin mempergunakan waktu dan kesempatan untuk kepentingan ideologinja (Komunisme), dimasa kawan2 seperdjuangannja jang lainnja “lengah”. “Lengah” dalam arti kata: masih terus-menerus menggelorakan revolusi.

Walhasil, komunis ingin “membokong” dari belakang. Pihak nasional pada waktu itu diperalat, diperbolehkan dengan mentah-mentah dan terang2an, oleh pihak komunis, walau kadang2 pemimpin2 nasional tua menduduki tempat2 “tuan-besar” sekalipun. Padahal “tuan besar” nasional itu hanja dipakai bendera-kamuflase komunis, untuk menjembunjikan maksud hakiki jang sesungguhnja, dan untuk memperoleh lapangan dan tempat jang lebih luas, bagi memperkembangkan ideologi komunismenja kurang tjerdik, kurang tangkas dan kurang tjepat, djika dibandingkan dengan gerak langkah pihak komunis, jang memang sudah mendapat pendidikan dan pengadjaran, latihan dan tuntunan langsung dari agen2 Moskow.

Adapun peranan “pemimpin2 Islam” dan Ummat Islam pada waktu itu, masja Allah, sungguh2 menjedihkan dan memilukan hati. Oleh pihak komunis dan nasionalis, “ pemimpin2 Islam” itu dianggap dan diperbuatnja sebagai kuda-tunggangan dan kuda penarik gerobak, sedang “Ummat Islam” dianggap dan diperlakukannja oleh kedua anasir tsb. sebagai sapi perah, jang sbar. Sapi harus memberikan air susunja kepada komunis pengchianat dan nasionalis djahil itu. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun proces jang kami gambarkan itu, berlaku di tengah2 masjarakat Indonesia, ditengah revolusi nasional.

Aneh dan djanggal didengar, tapi sungguh2 kedjadian, dengan bukti jang njata. Taktik dan tjara mengembangkan ideologi komunisme dilakukan dengan tjara memperbanjak “sarang” dan “sajap”, mendirikan organisasi-organisasi, baik jang menjebut dirinja komunis sedjati maupun jang setengah komunis atau memasang merk “nasional”, seperti Party Komunis Indonesia (PKI), Party Murba, Pemuda Sosialis Indonesia (Persindo), Angkatan Pemuda Indonesia (API), dan lain2 lagi. Dan pada zaman RI Djakarta (kini: RI Komunis), maka sarang2 dan sajap2nja makin diperbanjak, diperluas dan diperdalam, sehingga sebagian besar kaum buruh dan kaum tani, diseluruh Indonesia. Langkah dan taktik Komunis ini diakui oleh pihak nasionalis, tapi ketjerdasan, ketjakapan dan ketangkasannja, memang amat djauh lebih lemah, lunak dan kurang daripada pihak komunis, jang memang tidak kenal batas hukum jang manapun djuga. Kembali mwembitjarakan nasibnja “pemimpin2 Islam´dan “Ummat Islam”, sekali lagi, masja Allah, mereka tetap bodoh dan tolol (ma’af), dan melakukan usaha sebaliknja daripada kawan2 perdjuangan lainnja. “Masjumi buatan Djepang” ditjiptakan dengan bentuk baru, merupakan Party Masjumi. Besar dan hebat, tapi tidak berdaja. Gendut (log), dan tidak mungkin melakukan gerak-tjepat, serta djauh daripada bentuk “stream-line”, menurut kehendak zaman. Dalam pada itu, Masjumi tetap mendapat “penghargaan jang patut”, dan “kehormatan jang pantas” dari kawan2 dan —terutama— lawan2nja, untuk menetapkan mereka (Ummat Islam dan pemimpin Islam) dalam keduduknja jang lemah dan keadaannja “bodoh dan tolol” (ma’af) itu. Mudah ditipu, mudah diperalat dan mudah dipergunakan untuk keperluan apapun djuga, walau untuk kepentingan Moskow sekalipun! Na’udzu billahi min dzalik. Semoga selandjutnja Allah berkenan mendjauhkan Ummat Islam dan pemimpinnja daripada sifat dan kelakuan jang serupa itu, sehingga tahu, sadar dan insjaf akan tugas wadjibnja, bakti kepada ‘Azza wa Djalla: Djihad pada djalan Allah untuk membesarkan Dia, mensutjikan Agamanja, menggalang Negara Kurnia Allah, Negara Islam Indonesia, Insja Allah. Amin.

  1. Sementara itu, kutu2 dan lawan Belanda pendjadjah masuk-meresap, menjerbu-menjerang, dalam kalangan pedjuang-pedjuang nasional dengan tachta (pangkat dan kedudukan), harta (kekajaan dunia) dan wanita (baik jang berupakan “perem-puan” jang sesungguhnja, maupun jang mewudjudkan “keinginan”, serasi dengan getaran djiwa, nafsu dan ghodzob manusia dari — materieel —, Dengan adanja Iblis jang “ikut serta” bersma pedjuang2 kemerdekaan, menggalang negara, maka makin hari makin tambah surutlah revolusi nasional itu, dan lalu berbalikan arah-tudjuannja, mendj’adilah: revolusi sosial, revolusi kedalam dan istimewa dalam kalangan pemimpin2nja. Sudah barang tentu, jang mendjadi kurban pertama2 sekali nistjajalah si-bodoh dan si-tolol, “pemimpin2 Islam” dan “Ummat Islam”. Kijai sadja didekat kota Garut ditjulik dan dibunuh oleh PT (Polisi Tentara) Samber Njawa, pada pertengahan tahun 1940.
    Kijai Thoha beserta 13 orang ‘alim ‘ulama dan pemimpin Islam lainnja, di daerah Sumedang, ditawan dan dibunuh, oleh komplotan Sadikin dan Sumantri (waktu itu masing2 mendjadi Kmd. Resimen 6 TRI dan Kmd. Bataljon dp. Resimen tsb.), be-serta kawannja, semuanja pihak komunis.

Pemimpin Islam/sabil, Endang dan 4 orang kawannja, dari Limbangan, Garut, dita-wan dan dibunuh, diperbatasan antara Garut dan Sumedang, oleh PS (Pasukan Silat?), ialah salah satu bagian organisasi rahasia “setengah resmi”, masuk organisasi kom-plotan Sadikin. Dan masih banjak lagi kedjadian jang serupa itu, jang sungguh menggerakkan bulu roma, sehingga ratusan, ribuan pemimpin2 Islam, alim ulama mendjadi korban daripada pengchianatan pihak komunis itu.

Sebagai saksi bolehlah ditarik Kolonel Hidajat dan Kolonel Nasution (kini kap. Staf Angkatan Darat RI), jang pada waktu itu mempunjai pertanggungan-Djawab langsung atas daerah2 tsb. dan atas sebagian Djawa Barat. Dengan itu, maka komunis menundjukkan keberaniannja jang luar biasa, dengan bukti jang njata, bahwa komunis tidak hanja berani melakukan serangan terhadap kepada alat2 dan kekuasaan Belanda pendjadjah, tetapi djuga melakukan serangan terhadap kepada kawan2 seperdjuangan dengan mereka, jang dianggapnja boleh meng-halang2i perkem-bangan ideologinja. Herankah kita, apabila didalam keadaan dan suasana jang demikian, kutu2 dan mata-mata Belanda —dari NAFIS, NICA dll.— dengan mudah dan leluasa dapat melakukan tugasnja jang chianat itu? Herankah pula kita, apabila pihak tentara Belanda, dikawal oleh tentara Inggris —dan djuga oleh orang2 “bangsa Indonesia”—, dengan lenggang-lenggang kangkung boleh masuk dan menduduki tiap2 pelosok Indonesia?

  1. Selain daripada itu, pihak Nasionalis dan Komunis pun melakukan tipu daja dengan organisasi “palsu”, baik setjara resmi maupun “setengah resmi”. Waktu itu, boleh diibaratkan, bahwa RI merupakan seorang machluk Allah, jang berhati merah, tjetakkan Moskow, berdjiwa palu-arit, dan berdjasad nasional, kiri atau kanan, dengan ‘amal anti-Agama, anti-Islam, anti-perdjuangan Islam, anti-Ummat Islam, anti-Tuhan dan anti-Allah, walaupun diselimuti kata2 jang manis dan perbuatan jang munafiq. Mereka itu mentjari akal dan daja-upaja untuk memperlunak perdjuangan Islam dan membinasakan Ummat Islam beserta pemimpin2nja! Dalam hal ini, sekedar jang berkenaan dengan Djawa Barat; bolehlah ditjatat nama2: Sutoko, Sama’un, Bakry, Kol. Nasution, Kol. Hidajat dan beberapa biang keladi lainnja. Djadi, kalau kita katakan, bahwa Komunis Indonesia itu agressif, tidaklah djauh daripada kebenaran dan kenjataannja, bahkan tepat.

  2. Di dalam masa revolusi nasional tengah menggelora, pihak komunis sudah mulai mentjobakan perampasan kekuasaan jang kedua, dari tangan pemerintah Republik Indonesia. Peristiwa ini terdjadi di Banten, pada aksi tahun 1947, dan di dalam karanga ini dinamakan: Coup d’ etat Komunis jang kedua.

Hampir tidak ada jang mengetahui peristiwa sepenting ini, selainnja beberapa orang dalam (insider), karena usaha itu gagal, sebelum mentjapai tudjuan dan maksudnja. Tetapi usaha dan rentjana lengkap beserta sjarat rukunnja, sudahlah dihimpun dan dikerahkan.

  1. Perampasan kekuasaan ketiga, jang agak besar-besaran, dengan kekuatan sendjata, dilakukan oleh Komunis Indonesia, dari tangan RI, semasa masih berpusat di Djogja. Coup d’ etat Komunis jang Ketiga ini, jang terdjadi tidak lama kemudian daripada coup d’ etat Komunis keduapun gagal pula. Kemudian diikuti oleh tindakan-tindakan keras daripada pemerintah RI: melakukan tangkapan dan penahanan besar2an atas beberapa pemimpin, diantaranja ialah: Tan Malaka, Mr. Subardjo, Mr Iwa Kusuma Sumantri, Mr. Muhd. Yamin, Abikusno Tjokrosujoso dan beberapa lainnja. Seorang panglima Divisi (Diponegoro, Sudarsono???) tersangkut pula didalam komplotan itu. Sedang beberapa kesatuan tentara (TRI = TNI) jang diperalat didalam peristiwa tsb., dilutjuti dan dimasukkan pula didalam terungku.

  2. Perampasan kekuasaan keempat, atau Coup d’ etat Komunis jang keempat terdjadi di Madiun, terkenal dengan nama “Peristiwa Madiun” atau “Madiun Affaire”. Muso dan Mr. Sjarifuddin cs. Mendjadi biang keladinja. Rupanja ada tangan ketiga jang memegang peranan, dan menjokong pemberontakan Madiun dari pintu belakang. Peristiwa ini terjadi pada bulan September 1956, hampir 3 (tiga) bulan sebelum Belanda mengadakan aksi polisionilnja jang kedua. Republik Sovjet (Komunis) Madiun hanja berumur beberapa hari, mengikuti majatnja Muso masuk kelubang kubur, kurang lebih 10 hari kemudian daripada proklamasinja.

  3. Djadi, selain Belanda memang ingin “kembali” menduduki Indonesia, maka dari pihak orang2 jang menamakan dirinja “pahlawan dan pedjuang kemerdekaan”itu sendirilah, jang membuka pintu masuk dengan lebarnja. Karena perbuatan jang mereka lakukan sendiri! Sehingga sudahlah selajak dan sepatutnja, jika kita menga-takan, bahwa R.I. chianat!!!

  4. Komunis memang ulet. Ia bekerja terus, dengan sembunji, di atas maupun di bawah tanah. Sehingga dengan karenanja, pertjobaan perampasan kekuasaan jang ke lima kalinja, dilakukan pada pada pertengahan tahun 1949. Jang direntjanakan hendak dijadikan”basisnja”, ialah: Keresidenan Semarang dan Solo (Surakarta), dengan ibu-kota Solo. Didalam bulan Agustus tahun itu, maka rentjana tersebut sudah harus selesai didjalankan dan dilaksanakan. Coup d’ etat Komunis jang kelima inipun gagal pula, dikarenakan usahanja jang chianat kali ini menerjang batu karang, terdampar di atas pantai kesesatan, sehingga “mati sebelum lahir”. Segala keterangan, penerangan dan dokumentasi seluruhnja, tentang gerak-gerik pengchianat ini, sudahlah sampai ditangan pemerintah R.I. pada waktu itu. Tetapi oleh karena pada waktu itu R.I.—R.I. Djogja— sesungguhnja sudah mati, akibat daripada aksi polisionil kedua pihak Belanda, dan pengasingan pemimpin2 R.I. ke Bangka —, maka R.I (bangkainja) tidak dapat berbuat suatu apa. Tetapi untung, Alhamdulillah, dikota Solo dan sekitarnja masih ada pasukan2 Islam dan tentara pelajar, T.R.I.P., kedua-duanja anti-komunis. Sehingga dengan karenanja, segala usaha dan daja upaja komunis chianat itu, kandaslah.

  5. Untuk melengkapkan riwajat komunis di Indonesia, baik pula ditjatat pertjobaan perampasan jang keenam, berlaku di dalam bulan Agustus 1951. Pertjobaan Coup d’ etat Komunis jang keenam inipun gagal. Sebab sebelum berdjalan sudah ditjium baunja lebih dulu, sehingga pemerintah R.I. — kabinet Sukiman Suwirjo — dapat melakukan tindakan preventif, sebelum komunis dapat melakukan perbuatan chianatnja, peristiwa mana terkenal dengan nama “Razzia Agustus” (1951). Sungguh-pun demikian, perlulah selama2nja orang menaruh perhatian, bahwa walaupun pihak komunis Indonesia untuk kesekian kalinja, hingga pertengahan tahun 1952 ini, semua perbuatan chianatnja gagal, tetapi kini pihak merah sudah boleh berbesar hati, karena pihak pemerintah R.I. talah menjerahkan dirinja, untuk diindjeksi dan diinfeksi dengan tjara merah asli, buatan Moskow. Sedang di samping itu, dengan djalan apapun djuga, parlementer maupun revolusioner, dengan politik halus maupun dengan senjata, pihak merah akan terus menerus mengusahakan terlaksananja tugas jang pertama (primer): mendjadikan Indonesia, negara Soviet (komunis)”, sepandjang idam-idaman Stalin, jang didewa-dewakan oleh pihak merah itu. Tjatat dan tjamkan baik-baik!!!

--------------

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63