Kondisi Partisipasi Masyarakat Desa Muntuk

dikelola dengan baik. • Lembaga-lembaga desa belum maksimal untuk dapat mengakomodir dan melihat kebutuhan masyarakat. • Kurangnya pengetahuan masyarakat secara umum, menimbulkan masalah pada tingkat pemahaman dan sudut pandang dalam menyelesaikan masalah-masalah baik yang berkaitan dengan pembangunan dan organisasi kemasyarakatan di tingkat lokal. • Keterbatasan pengetahuan dalam memicu kreatifitas dan inovasi untuk mengembangkan ekonomi di tingkat lokal yang mendukung program pembangunan.

3.2. Program Desa Mandiri Pangan

Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Sasaran dari program desa mandiri pangan adalah terwujudnya ketahanan pangan dan gizi tingkat desa yang ditandai dengan berkurangnya tingkat kerawanan pangan dan gizi. Sasaran wilayah adalah desa yang merupakan daerah rawan pangan yang merupakan titik-titik potensi penyebab rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia. Penerima manfaat program adalah aparat dan rumah tangga miskin. Melalui program desa mandiri pangan diharapkan masyarakat mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke hari, secara berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian. Pengembangan desa mandiri pangan merupakan suatu kegiatan strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah perdesaan. Perwujudan ketahanan pangan nasional dimulai dari pemenuhan pangan di wilayah terkecil perdesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Pelaksanaan program desa mandiri pangan difasilitasi dengan masukan antara intermediate input yaitu: 1 pelatih instruktur, 2 pendamping bidang manajemen kelompok, manajemen usaha, dan teknis, 3 modal, 4 sarana dan prasarana, 5 tenaga kerja, serta 6 teknologi. Masukan tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain: kegiatan pemberdayaan masyarakat pendampingan, pelatihan, aksesabilitas, harmonisasi sistem ketahanan pangan subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi dan pengembangan keamanan pangan serta antisipasi maupun penanggulangan kerawanan pangan. Proses pengembangan desa mandiri pangan mulai dari perencanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara partisipatif.

A. Perencanaan Program Desa Mandiri pangan

Perencanaan program aksi desa mandiri pangan dilakukan secara berjenjang yang di mulai dari perencanaan di tingkat kelompok masyarakat dan perencanaan di tingkat desa. Dalam proses perencanaan tersebut didasarkan pada hasil pendataan kondisi awal base line. Penyusunan perencanaan di tingkat kelompok dilakukan secara partisipatif yang melibatkan seluruh anggota kelompok masyarakat yang difasilitasi oleh pendamping. Rencana yang disusun ditingkat kelompok mencakup perencanaan penguatan kelompok dan perencanaan pengembangan usaha kelompok yang selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Kelompok RKK yang selanjutnya dijadikan bahan dalam penyusunan rencana di tingkat desa. Penyusunan perencanaan desa dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan aparat, pemangku kepentingan tokoh masyarakat untuk dapat mengumpulkan informasi kondisi desa, permasalahan-permasalahan yang menyebabkan desa menjadi rawan pangan lahan, air, iklim, teknologi, input produksi, SDM, dan langkah-langkah pemecahan secara mandiri. Perencanaan Desa dilakukan secara partisipatif melalui teknik PRA oleh Tim Pangan Desa bersama stakeholder yang difasilitasi oleh pendamping. Perencanaan pembangunan desa merupakan rencana mewujudkan ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi, serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang. Perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan hasil base line survei dan PRA.