confession bahkan lebih merasa sangat sengsara kehidupannya. Hal ini bisa dicermati pada tiga paragraf sebelum alinea terakhir sebagai berikut;
Kucoba lagi untuk lebih bersabar menghadapi hidup yang serasa makin sempit di bawah langit- langit rumah yang seolah makin menghimpit ini. Kujalani semua hanya demi Aditya, Abdi dan
Santi.
Dari uraian feature di atas diketahui bahwa alur cerita berjenis alur puncak karena pelaku confession sudah melakukan semua langkah-langkah yang menjadi
pegangan dalam kehidupan dalam meraih kebahagiaan. Dari keinginan mengontrak rumah sebagai langkah berani mandiri, menghabiskan uang tabungan sebelum menikah
untuk kehidupan pernikahannya dan keluarga suaminya, dan dari tinggal beberapa saat di rumah orang tua kandungnya sendiri bersama anak-anaknya. Namun semua usaha dan
kerja kerasnya dalam mencari solusi, tak mendapat tanggapan positif dari siapapun, bahkan tak terkecuali pada pasangan hidupnya sendiri.
3.3.2.2 Karakterisasi Tokoh Cerita
Karakter yang ditampilkan pada tokoh-tokoh yang ada dalam feature “Neraka Di Rumah Mertua” antara lain adalah sosok pelaku confession yang bernama Heni yang memiliki
karakter sebagai ibu rumah tangga yang dulunya bekerja dan memiliki banyak tabungan yang dengan suka rela uang tabungannya tersebut digunakannya untuk kebutuhan
keluarganya sendiri dan keluarga suaminya. Digambarkan juga ia tak bisa memutuskan secara pribadi untuk memisahkan diri kehidupan rumah tangganya berpisah dengan
mertua. Ia hanya memberikan alternatif keinginan tanpa berani mengambil resiko atas keputusan yang akan dijalaninya kelak di kemudian hari. Terindikasi jelas ia tak
berkepribadian kuat, meski memiliki prinsip hidup yang jelas, tegas terhadap komitmen
dan sangat menjaga keharmonisan keluarga dengan menuruti semua nasihat dan perkataan suami dan mertuanya meski terkadang tak layak dijadikan pedoman hidup
berkeluarga.. Suami yang semula berkarakter bak raja yang memang pantas diagung-agungkan
Heni sewaktu berkunjung ke rumah orang tuanya saat masa berpacaran. Namun enam tahun usia pernikahan mereka membuat Doni terlihat topeng aslinya sebagai sosok yang
manja yang tak berprinsip tegas layaknya kepala keluarga yang semestinya. Digambarkan juga ia sangat manja pada ibunya. Karena tak mau berpisah dan bahkan mencerca istrinya
ketika mengungkapkan keinginman hidup yang mandiri berpisah dari mertua. Kakak ipar yang digambarkan sebagai sosok yang tak mandiri meski sudah
berkeluarga. Terbukti mereka bertiga memutuskan kembali hidup berumah tangga dengan bersatu lagi kehidupan keluarga bersama mertua dan Heni dan kedua ipar lainnya
yang belum berkeluarga. Digambarkan pula tak mau bertanggung jawab atas pengeluaran hidup keluarga besar tersebut. Dan hanya mengandalkan hasil kerja Doni berikut
tabungan Heni untuk biayakehidupan mereka kesehariannya. Ibu mertua Heni yang memiliki karakter keras namun sekaligus memiliki pola
pendidikan yang tak membangun bagi anak-anak kandungnya selama ini. Hal ini ditunjukkan dari kemauan kerasnya untuk menahan Doni agar tetap tinggal di rumahnya
meski sudah berumah tangga dan memiliki tiga orang anak. Mertua perempuan, juga digambarkan selalu memihak suami dan ipar Heni yang
memutuskan untuk tinggal lagi bersama ibunya meski sudah berkeluarga. Bahkan ia
mendorong Heni untuk terus memakai uang tabungan pribadinya, tatkala kebutuhan kehidupan keluarga besar sudah tak lagi bisa dipenuhi oleh Doni.
3.3.2.3 Tindakan