ketika suaminya tertarik dengan perempuan lain untuk diselingkuhi atau bahkan dinikahinya kelak di kemudian hari.
Suami yang bernama Dedi digambarkan sebagai suami yang baik sebelum akhirnya mengenal segala macam kaset video porno, baik dari negara manca bahkan dari
Indonesia sendiri. Walaupun semula menggunakan media kaset video sebagai sarana untuk variasi hubungan seksual dengan istrinya, namun dalam perkembangannya ia justru
mempraktekkan segala yang ditontonnya tersebut dengan istrinya. Bahkan tak jarang istrinya dijadikan objektifikasi secara seksual. Baik dengan berhubungan langsung
ataupun dengan memasukkan sarana dan alat-alat pemuas seksual di bagian intim istrinya.
Yang lebih parah lagi, meskipun istri dalam keadaan sedang berhalangan berhubungan intim karena sedang datang bulan, Dedi secara terang-terangan meminta
berhubungan intim melalui anal. Yang sangat menyakitkan bagi Murni adalah ketika Dedi dengan bangga menceriterakan pengalaman seksualnya tersebut pada para tetangga
dan teman-temannya. Ketika Murni mengungkapkan keberatannya atas hal tersebut, justru Dedi sangat marah. Sebegai pelampiasannya ia bahkan menjalin hubungan kasih
dengan perempuan lain.
3.5.2.3 Tindakan
Beberapa tindakan sudah dilakukan Murni sebagai bentuk usaha menjaga keharmonisan keluarga. Dengan merelakan tubuhnya sebagai objektifikasi seksual oleh suaminya
sendiri. Bahkan dia bertahan dan bersedia ketika suaminya menghendaki hubungan anal ketika Murni sedang datang bulan. Ia juga tak berani menolak ketika suaminya
mengeksplorasi bagian tubuh paling intimnya dengan memasukkan barang-barang atau alat-alat seksual lainnya.
Ketika konflik muncul, di antaranya suami mulai menceriterakan segala pengalaman seksualnya dengan istrinya pada para tetangga dan teman-temannya, Murni
mengungkapkan keberatannya. Namun keberatan Murni justru ditanggapi dengan kemarahan oleh suaminya dengan menjalin hubungan kasih dengan perempuan lainnya.
Murni sempat menginginkan bercerai dari suaminya. Dengan berbagai tahapan perceraian yang ditempuhnya, misalnya dengan berdiskusi dan berdialog serta berkonsultasi dengan
lembaga perkawinan formal seperti LBH APIK sudah ditempuhnya. Namun apa daya, masukan dari lembaga tersebut tidak lagi memantapkan hatinya
untuk melakukan gugatan cerainya atas suaminya. Hal ini disebabkan karena keraguannya ketika membayangkan secara ekonomi pasti hidupnya lebih sengsara ketika
harus berpisah dengan suaminya. Belum lagi masalah Joko anak kandung mereka berdua, pastinya akan menjadi korban ketika ayah ibunya berpisah.
Suami Murni semula melakukan tindakan dengan meminjam dan membeli kaset video porno hanya sebagai selingan atau variasi hubungan intim dengan istrinya. Namun
dalam perkembangannya, ia justru mempraktekkan segala yang ditontonnya tersebut dengan istrinya. Bahkan tak jarang istrinya dijadikan objektifikasi secara seksual. Baik
dengan berhubungan langsung ataupun dengan memasukkan sarana dan alat-alat pemuas seksual di bagian intim dari tubuh istrinya.
Yang lebih parah lagi, meskipun istri dalam keadaan sedang berhalangan berhubungan intim karena sedang datang bulan, Dedi secara terang-terangan meminta
berhubungan intim melalui anal. Yang sangat menyakitkan bagi Murni adalah ketika Dedi dengan bangga menceriterakan pengalaman seksualnya tersebut pada para tetangga
dan teman-temannya. Ketika Murni mengungkapkan keberatannya atas hal tersebut, justru Dedi sangat marah. Sebagai pelampiasannya ia bahkan menjalin hubungan kasih
dengan perempuan lain. Dedi juga selalu mengancam Murni istrinya akan tak memberikan tunjangan
kehidupan secara finansial padanya dan anak mereka Joko, jika setiap kali permintaan Dedi dalam bentuk apapun ditolak. Hal inilah yang menyebabkan Murni merasa sangat
tertekan dalam kehidupan rumahtangganya. Tanpa bisa mengekspresikan apa yang menjadi keinginan dan haknya sebagai istri dan sebagai ibu seorang anak kepada
pasangannya sendiri.
3.5.2.4 Dialog